oleh :
Adhityarismawan Mooduto – 1115103004
Dwika Anggraeni – 1115103009
Yasir Basyara H – 1115103003
Astrit Alfianti - 1115104010
Visi
Misi
• Menyediakan layanan TIMES yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.
• Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia.
Kegiatan Usaha
Usaha Utama
Usaha Penunjang
Pemasaran Produk
Pemasaran produk saat ini dilakukan dengan membundle atau memaketkan produknya dari
beberapa gabungan layanan, yaitu internet, IPTV, dan Telepon (Triple Play). Di sini produk
dibangun berdasarkan kerangka strategi “more for less”, dimana pelanggan mendapatkan
keuntungan lebih dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya layanan satuan
(tanpa dibundle/paket). Telkom juga menawarkan paket-paket tambahan yang sangat menarik bagi
para konsumennya, mulai dari layanan musik, seamless wireless, dan smart home. Dari segi
promosi untuk produk indihome sendiri dilakukan dengan cara memasang iklan, penjualan dari
pintu ke pintu, diskusi terbuka, pameran, demo produk, dan juga melalui social media.
Strategi Perusahaan
Pada tahun 2012 Telkom telah melakukan beberapa perubahan menyangkut pembagian tugas dan
wewenang Direksi, sebagai berikut:
Selain itu, untuk membangun sinergi yang lebih efektif di lingkungan Telkom Group, Kami
membentuk struktur Dewan Eksekutif beranggotakan empat Direktur Utama dari Entitas Anak.
Dewan Eksekutif menjalankan tugas advisoryterkait dengan formulasi strategi, perencanaan,
penetapan kebijakan serta pemantauan kinerja, untuk masing-masing lini bisnis yaitu bisnis
seluler, bisnis internasional, bisnis IME dan bisnis menara telekomunikasi.
D. Faktor SWOT
• Kekuatan (Strength)
a) Memiliki kekuatan finansial yang besar. Hal ini memudahkan Telkom untuk
melakukan investasi peralatan telekomunikasi yang mahal. Selain itu, mereka
juga telah memiliki jaringan dan infrastruktur yang luas mencakup segenap
wilayah tanah air sehingga memudahkan untuk melakukan ekspansi dan penetrasi
pasar.
b) Memiliki saluran customer service yang cukup lengkap seperti melalui telepon,
social media, dan juga aplikasi pada perangkat android dan ios. Tentu saja
tersedia 24 Jam.
c) Selain deretan produk utama (triple play), terdapat pula berbagai layanan
tambahan yang dapat pelanggan pesan sesuai permintaan. Seperti layanan
Berlangganan lagi, seamless wireless, dan juga smarthome.
d) IndiHome meraih penghargaan dalam Indonesia Best Brand Award 2016 yang
diselenggarakan oleh SWA, Metro TV, dan MARS Research Specialist.
IndiHome menjadi merek terbaik kategori Internet Broadband dengan Brand
Value (nilai merek) di tahun 2016 sebesar 46.6, Top of Mind Advertising (iklan
yang paling diingat konsumen) sebesar 44.2, Top of Mind Brand (merek yang
paling diingat konsumen) sebesar 39.1, Brand Share (merek yang paling sering
digunakan konsumen 3 bulan terakhir) sebesar 34.7 dan Tingkat Kepuasan
Konsumen sebesar 84.8 (Dari 100).
• Kelemahan (Weakness)
a) Kualitas pelayanan terhadap pelanggan masih harus ditingkatkan. Masih banyak
keluhan pelanggan terkait pembayaran, gangguan, konten, dll.
b) Adanya kebijakan FUP (Fair Usage Policy) yaitu pembatasan penggunaan
internet ketika telah mencapai batas tertentu.
c) Produk hanya dapat dibeli secara paket. Tidak bisa dibeli satuan. Misalkan
pelanggan hanya ingin berlangganan telepon rumah atau IPTV atau internet saja.
d) Kebijakan yang secara sepihak berhak untuk mengubah konten dan harga.
Pelanggan sering kaget dengan perubahan tiba-tiba yang ada dan hal ini kadang
tidak di sosialisasikan.
• Peluang (Opportunity)
a) Permintaan masyarakat yang tinggi akan akses internet merupakan pasar yang
sangat potensial.
b) Selain itu jumlah penduduk Indonesia yang besar, dan baru sedikit yang telah
memiliki akses broadband internet, tentu merupakan peluang pasar yang sangat
baik bagi pertumbuhan bisnis layanan Indihome.
• Ancaman (Threats)
a) Masyarakat semakin menuntut mobilitas dan fleksibilitas dari alat komunikasinya,
internet rumah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
b) Kondisi persaingan akan menjadi semakin ketat, para operator bertarung untuk
mendapatkan pelanggan-pelanggan yang jumlahnya makin kecil.
c) Tidak ada jaminan bahwa situasi politik di Indonesia akan stabil atau Pemerintah
akan menerapkan kebijakan ekonomi yang kondusif untuk mempertahankan
pertumbuhan ekonomi atau yang tidak berdampak negatif terhadap kondisi
regulasi telekomunikasi pada saat ini.
d) Jaringan Indihome, khususnya jaringan akses kabel , dapat menghadapi potensi
ancaman keamanan, seperti pencurian atau vandalisme yang dapat berdampak
pada hasil usahanya.
E. Matriks Analisis SWOT
Dari hasil analisa SWOT sebelumnya maka dapat dihasilkan beberapa strategi yang dapat
digunakan/terapkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis matriks faktor eksternal yang telah diuraikan pada tabel maka
diperoleh bobot dan rating sebesar 2,46 dan ini berarti pada posisi cukup baik, hal ini dapat
dikatakan bahwa peluang yang dimiliki PT. Telkom lebih besar jika dibandingkan ancaman yang
dihadapi yang lebih kecil dalam pemasaran jasa internet. Dimana hasil analisis faktor internal
(IFAS) dan faktor eksternal pada perusahaan PT. Telkom, akan ditentukan strategi yang digunakan
oleh PT. Telkom namun sebelumnya akan dilakukan perhitungan SW yaitu:
Seiring dengan ketatnya persaingan bisnis, para eksekutif dituntut untuk mengambil
langkah-langkah strategis yang tepat dalam mempertahankan eksistensinya. Keadaan ini
membuat keberadaan sistem pendukung pengambilan keputusan dalam perusahaan menjadi
sangat krusial. Sistem yang tidak didukung data yang memadai dapat menggiring perusahaan
mengambil keputusan–keputusan yang salah dan berakibat fatal bagi kelangsungan bisnisnya.
Data yang valid, konsisten, serta merepresentasikan data historis perusahaan sangat
diperlukan sebagai acuan dasar dalam menentukan kebijakan strategis.
Sejak tahun 1980an, muncul berbagai aplikasi pengelola data operasional perusahaan.
Namun kemudian disadari bahwa yang sebenarnya dibutuhkan adalah informasi, bukan
sekedar data. Hal ini memicu hadirnya teknologi data warehouse (DWH), sehingga kebutuhan
akan data historis dan terintegrasi dapat dipenuhi. DWH merupakan struktur arsitektural yang
mendukung pengelolaan data yang subject-oriented, terintegrasi, time-variant, non-volatile
dan berisi data summary maupun detil[2].
Pembangunan DWH merupakan pekerjaan besar dan tidak mudah. Terlalu banyak masalah
integrasi dan konsolidasi data diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan terhadap perusahaan.
Baik dalam membangun struktur teknologi informasi yang baru maupun dalam melakukan
perbaikan terhadap sistem yang sudah ada, perspektif perusahaan sangat dibutuhkan. Untuk
itu dibutuhkan suatu metodologi yang mampu mendefinisikan dengan jelas arsitektur
perusahaan sehingga rencana implementasi DWH dapat selaras dengan kebutuhan bisnis.
Enterprise Architecture Planning (EAP) merupakan salah satu metodologi dalam
menggambarkan perusahaan secara holistik dan komprehensif. EAP mendefinisikan arsitektur
penggunaan informasi dalam mendukung bisnis dan perencanaan implementasinya dalam
perusahaan.
A. Data Warehouse dan EAP
1. Data Warehouse
Data warehouse adalah kumpulan data dari berbagai sumber yang ditempatkan menjadi
satu dalam tempat penyimpanan berukuran besar lalu diproses menjadi bentuk penyimpanan
multidimensional dan didesain untuk querying dan reporting. Menurut Bill Inmon[2], data
yang disimpan di dalam DWH ini memiliki empat karakteristik, yaitu:
1. Subject oriented
DWH didesain untuk menganalisa data berdasarkan subyek-subyek tertentu, bukan pada
proses atau fungsi aplikasi tertentu.
2. Integrated
DWH dapat menyimpan data-data yang berasal dari sumber-sumber yang terpisah ke dalam
suatu format yang konsisten dan saling terintegrasi satu dengan lainnya.
3. Time variant
DWH menyimpan data yang bersifat historis.
4. Non-volatile
Data pada DWH tidak di-update secara real time tetapi di refresh dari sistem operasional
secara reguler.
1. Data Mart
Adalah suatu bagian pada data warehouse yang mendukung pembuatan laporan dan analisa
data pada suatu unit, bagian atau operasi pada suatu perusahaan.
5. Fact Table
Merupakan tabel yang umumnya mengandung angka dan data history dimana key (kunci)
yang dihasilkan sangat unik, karena key tersebut terdiri dari foreign key (kunci asing) yang
merupakan primary key (kunci utama) dari beberapa dimension table yang berhubungan.
2. EAP
1. Pendefinisian
Ini berarti melakukan pendefinisian arsitektur sistem bukan merancang sistem tersebut.
Arsitek enterprise mendefinisikan arsitektur, sedangkan perancangan sistem merupakan
tanggung jawab perancang.
2. Arsitektur
Arsitektur merujuk ke tiga arsitektur yang didefinisikan, yaitu: arsitektur data, arsitektur
aplikasi, dan arsitektur teknologi.
3. Rencana
Arsitektur mendefinisikan apa yang diperlukan dan rencana mendefinisikan kapan
mengimplementasikannya.
Gambar 1. Komponen dan Lapisan EAP
Gambar 1 mengilutrasikan empat lapisan dan tujuh komponen utama dalam EAP. Empat
lapisan dan tujuh komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut[4]:
B. Metodologi Penelitian
Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Pengumpulan Data
- Pemodelan Bisnis: menganalisa visi dan misi perusahaan, rantai nilai, serta proses bisnis
yang didukung DWH.
- Analisa Kondisi Saat Ini
2. Analisa dan Perencanaan Enterprise Arsitektur
Menyusun model tingkat tinggi arsitektur DWH sekaligus rencana untuk
mengimplementasikannya.
C. Pemodelan Bisnis
Masih terdapat redundansi pada beberapa data di DWH PT. TELKOM, yaitu data yang berada
di beberapa kantor regional. Namun sebagian besar data sudah distandardkan di kantor pusat.
Utilisasi
Keberadaan DWH bagi PT. TELKOM memiliki peranan penting sebagai penyedia informasi
untuk evaluasi proses bisnis. Informasi yang dihasilkan dapat berupa evaluasi kinerja, analisa
operasional dan sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan.
Keusangan Teknologi
Pada kantor regional tertentu masih ditemukan kendala yang berkaitan dengan jaringan
komunikasi.
DWH di PT. TELKOM telah mengalami evolusi selama bertahun-tahun. Pada pengembangan
awalnya, data regional diolah secara parsial di masing-masing kantor regional kemudian
diolah ulang di kantor pusat. Hal ini menyebabkan data berulang (redundansi) dan
ketidaksinkronan antara data regional dengan data gabungan di kantor pusat. Sampai dengan
saat ini, sebagian besar data telah distandardkan di kantor pusat, sehingga kendala redundansi
dan integrasi dapat diminimalisir.
E. Arsitektur Sistem
1. Arsitektur Aplikasi
Skema aplikasi konseptual yang diajukan dan hirarkinya dapat dilihat pada gambar berikut:
A. Kesimpulan
1. Komitmen dari pimpinan harus fokus dan konsisten pada pengembangan sistem informasi
ini agar tujuan organisasi semakin cepat dicapai dan sesuai harapan dan model arsitektur
enterprise yang telah dihasilkan dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mencapai
sasaran strategis organisasi, selain itu dapat dijadikan pedoman agar arah kebijakan
pengembangan menjadi terukur dengan jelas.
2. Pemilihan aplikasi berikutnya harus tepat dan mendukung fungsi bisnis organisasi sehingga
manfaat yang akan dihasilkan optimal.
3. Pembangunan dan pengembangan aplikasi disarankan bertahap dan sesuai dengan rencana
urutan implementasi yang telah disusun dan dibangun menggunakan perangkat lunak Open
Source guna mereduksi biaya lisensi yang cukup tinggi.
4. Sosialisasi pembangunan atau pengembangan sistem informasi harus dilakukan kepada
setiap unit organisasi dapat memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat bagi
pengembangan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Inmon, W.H., Zachman, J., Geigre, J. G. (1997). Data Stores, Data Warehousing and
The Zachman Framework, McGraw-Hill.
[2] Inmon, W.H. (2005). Building the Data warehouse, Fourth Edition, Wiley.
[3] Ponniah, P., ( 2001). Data Warehousing Fundamentals: A Comprehensive Guide for IT
Professionals, John Wiley & Sons, Inc.
[4] Spewak, Steven H., Steven C. Hill (1992). Enterprise Architecture Planning:
Developing a Blueprint for Data, Applications, and Technology, John Wiley & Sons,
Inc.