Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

INISIASI PERENCANAAN ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI


DATA WAREHOUSE PT. TELKOM INDONESIA
DENGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE

Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah APSIE

oleh :
Adhityarismawan Mooduto – 1115103004
Dwika Anggraeni – 1115103009
Yasir Basyara H – 1115103003
Astrit Alfianti - 1115104010

Dosen Pembimbing : Hari Supriadi, S.T., M.Kom.

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2018
PENDAHULUAN

A. Objek / Profile Perusahaan


Sejarah PT Telekomunikasi Indonesia

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. adalah penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan


terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan layanan InfoComm, telepon tidak bergerak kabel
(fixed wireline) dan telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), layanan telepon seluler, data
dan internet, serta jaringan dan interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui anak
perusahaan.

Visi

Menjadi Perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication,


Information, Media, Edutainment dan Services (“TIMES”) di kawasan regional.

Misi

• Menyediakan layanan TIMES yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.
• Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia.

TELKOM akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik dengan


mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif,
serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis.

Kegiatan Usaha

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah


menyelenggarakan jaringan dan layanan telekomunikasi, informatika serta optimalisasi sumber
daya Perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, Perusahaan menjalankan kegiatan usaha
yang meliputi:

Usaha Utama

• Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan,


memasarkan atau menjual/menyewakan dan memelihara jaringan telekomunikasi dan
informatika dalam arti yang seluas-luasnya dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Merencanakan, mengembangkan, menyediakan, memasarkan atau menjual dan
meningkatkan layanan jasa telekomunikasi dan informatika dalam arti yang seluas-luasnya
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Usaha Penunjang

• Menyediakan layanan transaksi pembayaran dan pengiriman uang melalui jaringan


telekomunikasi dan informatika.
• Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya yang dimiliki
Perusahaan, antara lain pemanfaatan aset tetap dan aset bergerak, fasilitas sistem informasi,
fasilitas pendidikan dan pelatihan dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan.

Pemasaran Produk

Pemasaran produk saat ini dilakukan dengan membundle atau memaketkan produknya dari
beberapa gabungan layanan, yaitu internet, IPTV, dan Telepon (Triple Play). Di sini produk
dibangun berdasarkan kerangka strategi “more for less”, dimana pelanggan mendapatkan
keuntungan lebih dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya layanan satuan
(tanpa dibundle/paket). Telkom juga menawarkan paket-paket tambahan yang sangat menarik bagi
para konsumennya, mulai dari layanan musik, seamless wireless, dan smart home. Dari segi
promosi untuk produk indihome sendiri dilakukan dengan cara memasang iklan, penjualan dari
pintu ke pintu, diskusi terbuka, pameran, demo produk, dan juga melalui social media.

Strategi Perusahaan

1. Mengoptimalkan layanan POTS dan memperkuat infrastruktur broadband.


2. Mengkonsolidasikan dan mengembangkan bisnis sambungan telepon nirkabel tidak
bergerak/Fixed Wireless Access (“FWA”) serta mengelola portofolio nirkabel.
3. Mengintegrasikan Solusi Ekosistem Telkom Group.
4. Berinvestasi di layanan Teknologi Informasi (TI).
5. Berinvestasi di bisnis media dan edutainment.
6. Berinvestasi pada peluang bisnis wholesale dan internasional yang strategis.
7. Berinvestasi pada peluang domestik yang strategis dengan mengoptimalkan penggunaan
aset yang dimiliki.
8. Mengintegrasikan Next Generation Network(“NGN”) dan Operational support
system,Business support system, Customer support system and Enterprise relations
management(“OBCE”).
9. Menyelaraskan struktur bisnis dengan pengelolaan portofolio.
10. Melakukan transformasi budaya Perusahaan.
B. Struktur Organisasi
C. Deskripsi Pekerjaan

Pada tahun 2012 Telkom telah melakukan beberapa perubahan menyangkut pembagian tugas dan
wewenang Direksi, sebagai berikut:

1. Mengalihkan tugas dan wewenang penanganan bisnis di segmenwholesale dan


internasional, dari semula di bawah Direktur Enterprise & Wholesale (“EWS”) menjadi di
bawah Direktur Compliance & Risk Management (“CRM”). Dengan demikian Direktur
EWS dapat lebih fokus pada pengembangan segmen bisnis enterprise.
2. Menambah tugas dan wewenang Direktur CRM untuk menangani segmen bisnis wholesale
dan internasional, selain tugas dan wewenangnya sebagai Direktur CRM.
3. Menyesuaikan tugas dan wewenang Direktur IT, Solution & Strategic Portfolio (“ITSSP”)
agar lebih fokus pada upaya inovasi dan pengembangan portofolio bisnis, dengan
mengalihkan sebagian aktivitas Direktorat ITSSP, khususnya yang terkait dengan
pengelolaan dan pendayagunaan IT dan tarif, menjadi di bawah Direktorat Network &
Solution (“NWS”).
4. Menambah tugas dan wewenang Direktur NWS untuk menangani pengelolaan dan
pendayagunaan IT serta service operation & management, untuk mendukung upaya
pengembangan bisnis yang sudah berjalan (established).

Selain itu, untuk membangun sinergi yang lebih efektif di lingkungan Telkom Group, Kami
membentuk struktur Dewan Eksekutif beranggotakan empat Direktur Utama dari Entitas Anak.
Dewan Eksekutif menjalankan tugas advisoryterkait dengan formulasi strategi, perencanaan,
penetapan kebijakan serta pemantauan kinerja, untuk masing-masing lini bisnis yaitu bisnis
seluler, bisnis internasional, bisnis IME dan bisnis menara telekomunikasi.
D. Faktor SWOT

• Kekuatan (Strength)
a) Memiliki kekuatan finansial yang besar. Hal ini memudahkan Telkom untuk
melakukan investasi peralatan telekomunikasi yang mahal. Selain itu, mereka
juga telah memiliki jaringan dan infrastruktur yang luas mencakup segenap
wilayah tanah air sehingga memudahkan untuk melakukan ekspansi dan penetrasi
pasar.
b) Memiliki saluran customer service yang cukup lengkap seperti melalui telepon,
social media, dan juga aplikasi pada perangkat android dan ios. Tentu saja
tersedia 24 Jam.
c) Selain deretan produk utama (triple play), terdapat pula berbagai layanan
tambahan yang dapat pelanggan pesan sesuai permintaan. Seperti layanan
Berlangganan lagi, seamless wireless, dan juga smarthome.
d) IndiHome meraih penghargaan dalam Indonesia Best Brand Award 2016 yang
diselenggarakan oleh SWA, Metro TV, dan MARS Research Specialist.
IndiHome menjadi merek terbaik kategori Internet Broadband dengan Brand
Value (nilai merek) di tahun 2016 sebesar 46.6, Top of Mind Advertising (iklan
yang paling diingat konsumen) sebesar 44.2, Top of Mind Brand (merek yang
paling diingat konsumen) sebesar 39.1, Brand Share (merek yang paling sering
digunakan konsumen 3 bulan terakhir) sebesar 34.7 dan Tingkat Kepuasan
Konsumen sebesar 84.8 (Dari 100).
• Kelemahan (Weakness)
a) Kualitas pelayanan terhadap pelanggan masih harus ditingkatkan. Masih banyak
keluhan pelanggan terkait pembayaran, gangguan, konten, dll.
b) Adanya kebijakan FUP (Fair Usage Policy) yaitu pembatasan penggunaan
internet ketika telah mencapai batas tertentu.
c) Produk hanya dapat dibeli secara paket. Tidak bisa dibeli satuan. Misalkan
pelanggan hanya ingin berlangganan telepon rumah atau IPTV atau internet saja.
d) Kebijakan yang secara sepihak berhak untuk mengubah konten dan harga.
Pelanggan sering kaget dengan perubahan tiba-tiba yang ada dan hal ini kadang
tidak di sosialisasikan.
• Peluang (Opportunity)
a) Permintaan masyarakat yang tinggi akan akses internet merupakan pasar yang
sangat potensial.
b) Selain itu jumlah penduduk Indonesia yang besar, dan baru sedikit yang telah
memiliki akses broadband internet, tentu merupakan peluang pasar yang sangat
baik bagi pertumbuhan bisnis layanan Indihome.
• Ancaman (Threats)
a) Masyarakat semakin menuntut mobilitas dan fleksibilitas dari alat komunikasinya,
internet rumah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
b) Kondisi persaingan akan menjadi semakin ketat, para operator bertarung untuk
mendapatkan pelanggan-pelanggan yang jumlahnya makin kecil.
c) Tidak ada jaminan bahwa situasi politik di Indonesia akan stabil atau Pemerintah
akan menerapkan kebijakan ekonomi yang kondusif untuk mempertahankan
pertumbuhan ekonomi atau yang tidak berdampak negatif terhadap kondisi
regulasi telekomunikasi pada saat ini.
d) Jaringan Indihome, khususnya jaringan akses kabel , dapat menghadapi potensi
ancaman keamanan, seperti pencurian atau vandalisme yang dapat berdampak
pada hasil usahanya.
E. Matriks Analisis SWOT

Dari hasil analisa SWOT sebelumnya maka dapat dihasilkan beberapa strategi yang dapat
digunakan/terapkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia.

Strategi tersebut akan digambarkan dalam Matriks analisa SWOT berikut:

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)


Peluang Strategi SO Strategi WO
(Opportunity) • Mempercepat • Hapus Kebijakan FUP
pengembanganjaringan • Layanan dapat dijual
akses serat optic di satuan sehingga
seluruh Indonesia masyarakat memiliki
• Menggunakan fleksibilitas untuk
Achievment sebagai memilih layanan yang
salah satu penarik ingin digunakan, tentu
minat masyarakat saja dengan harga yang
lebih mahal
dibandingkan harga
satuan dengan membeli
paket/bundling
Ancaman Strategi ST Strategi WT
(Threat) • Buat standar/tetapkan • Meningkatkan pelayanan
standar keamanan terhadap pelanggan
untuk pemasangan dengan memperbaiki
kabel serat optic sumber daya yang ada
• Perluasan produk dan juga menetapkan
• Menyesuaikan harga standar yang baik dimana
dengan para pesaing orientasinya kepada
yang sudah ada atau kepuasan pelanggan.
menyesuaikan layanan • Memberikan
& kualitasnya. pemberitahuan/sosialisasi
sebelumnya jika terjadi
perubahan terhadap
harga/konten produk.
F. Hasil Analisis SWOT
Berdasarkan hasil perhitungan SW dan OT maka selanjutnya akan disajikan matriks dalam
penentuan strategi yang digunakan PT. Telkom yaitu sebagai berikut :

Berdasarkan hasil analisis matriks faktor eksternal yang telah diuraikan pada tabel maka
diperoleh bobot dan rating sebesar 2,46 dan ini berarti pada posisi cukup baik, hal ini dapat
dikatakan bahwa peluang yang dimiliki PT. Telkom lebih besar jika dibandingkan ancaman yang
dihadapi yang lebih kecil dalam pemasaran jasa internet. Dimana hasil analisis faktor internal
(IFAS) dan faktor eksternal pada perusahaan PT. Telkom, akan ditentukan strategi yang digunakan
oleh PT. Telkom namun sebelumnya akan dilakukan perhitungan SW yaitu:

S = 2,219 (0,730 + 0,500 + 0,500 + 0,489)

W = 0,853 (0,309 + 0,171 + 0,168 + 0,205)

S – W = 2,219 – 0,853 = 1,366

Kemudian akan disajikan perhitungan OT yaitu sebagai berikut :

O = 1,492 (0,790 + 0,702)

T = 0,973 (0,339 + 0,187 + 0,245 + 0,202)

OT = 1,492 – 0,973 = 0,529


PEMBAHASAN

Seiring dengan ketatnya persaingan bisnis, para eksekutif dituntut untuk mengambil
langkah-langkah strategis yang tepat dalam mempertahankan eksistensinya. Keadaan ini
membuat keberadaan sistem pendukung pengambilan keputusan dalam perusahaan menjadi
sangat krusial. Sistem yang tidak didukung data yang memadai dapat menggiring perusahaan
mengambil keputusan–keputusan yang salah dan berakibat fatal bagi kelangsungan bisnisnya.
Data yang valid, konsisten, serta merepresentasikan data historis perusahaan sangat
diperlukan sebagai acuan dasar dalam menentukan kebijakan strategis.

Sejak tahun 1980an, muncul berbagai aplikasi pengelola data operasional perusahaan.
Namun kemudian disadari bahwa yang sebenarnya dibutuhkan adalah informasi, bukan
sekedar data. Hal ini memicu hadirnya teknologi data warehouse (DWH), sehingga kebutuhan
akan data historis dan terintegrasi dapat dipenuhi. DWH merupakan struktur arsitektural yang
mendukung pengelolaan data yang subject-oriented, terintegrasi, time-variant, non-volatile
dan berisi data summary maupun detil[2].

Pembangunan DWH merupakan pekerjaan besar dan tidak mudah. Terlalu banyak masalah
integrasi dan konsolidasi data diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan terhadap perusahaan.
Baik dalam membangun struktur teknologi informasi yang baru maupun dalam melakukan
perbaikan terhadap sistem yang sudah ada, perspektif perusahaan sangat dibutuhkan. Untuk
itu dibutuhkan suatu metodologi yang mampu mendefinisikan dengan jelas arsitektur
perusahaan sehingga rencana implementasi DWH dapat selaras dengan kebutuhan bisnis.
Enterprise Architecture Planning (EAP) merupakan salah satu metodologi dalam
menggambarkan perusahaan secara holistik dan komprehensif. EAP mendefinisikan arsitektur
penggunaan informasi dalam mendukung bisnis dan perencanaan implementasinya dalam
perusahaan.
A. Data Warehouse dan EAP
1. Data Warehouse

Data warehouse adalah kumpulan data dari berbagai sumber yang ditempatkan menjadi
satu dalam tempat penyimpanan berukuran besar lalu diproses menjadi bentuk penyimpanan
multidimensional dan didesain untuk querying dan reporting. Menurut Bill Inmon[2], data
yang disimpan di dalam DWH ini memiliki empat karakteristik, yaitu:

1. Subject oriented
DWH didesain untuk menganalisa data berdasarkan subyek-subyek tertentu, bukan pada
proses atau fungsi aplikasi tertentu.

2. Integrated
DWH dapat menyimpan data-data yang berasal dari sumber-sumber yang terpisah ke dalam
suatu format yang konsisten dan saling terintegrasi satu dengan lainnya.

3. Time variant
DWH menyimpan data yang bersifat historis.

4. Non-volatile
Data pada DWH tidak di-update secara real time tetapi di refresh dari sistem operasional
secara reguler.

Istilah-istilah yang berkaitan dengan DWH:

1. Data Mart
Adalah suatu bagian pada data warehouse yang mendukung pembuatan laporan dan analisa
data pada suatu unit, bagian atau operasi pada suatu perusahaan.

2. On-Line Analytical Processing (OLAP)


Merupakan suatu pemrosesan database yang menggunakan tabel fakta dan dimensi untuk
dapat menampilkan berbagai macam bentuk laporan, analisis, query dari data yang
berukuran besar.

3. On-Line Transaction Processing (OLTP)


Merupakan suatu pemrosesan yang menyimpan data mengenai kegiatan operasional transaksi
sehari-hari.
4. Dimension Table
Tabel yang berisikan kategori dengan ringkasan data detail yang dapat dilaporkan. Seperti
laporan laba pada tabel fakta dapat dilaporkan sebagai dimensi waktu (yang berupa
perbulan, perkwartal dan pertahun).

5. Fact Table
Merupakan tabel yang umumnya mengandung angka dan data history dimana key (kunci)
yang dihasilkan sangat unik, karena key tersebut terdiri dari foreign key (kunci asing) yang
merupakan primary key (kunci utama) dari beberapa dimension table yang berhubungan.

2. EAP

Perencanaan arsitektur enterprise adalah proses pendefinisian arsitektur dalam penggunaan


informasi untuk mendukung bisnis dan rencana untuk mengimplementasikan arsitektur
tersebut[4]. Definisi ini mengandung tiga kata kunci:

1. Pendefinisian
Ini berarti melakukan pendefinisian arsitektur sistem bukan merancang sistem tersebut.
Arsitek enterprise mendefinisikan arsitektur, sedangkan perancangan sistem merupakan
tanggung jawab perancang.

2. Arsitektur
Arsitektur merujuk ke tiga arsitektur yang didefinisikan, yaitu: arsitektur data, arsitektur
aplikasi, dan arsitektur teknologi.

3. Rencana
Arsitektur mendefinisikan apa yang diperlukan dan rencana mendefinisikan kapan
mengimplementasikannya.
Gambar 1. Komponen dan Lapisan EAP

Gambar 1 mengilutrasikan empat lapisan dan tujuh komponen utama dalam EAP. Empat
lapisan dan tujuh komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut[4]:

1. Lapisan 1 (di mana kita memulainya)


a. Inisiasi perencanaan: mempersiapkan pelaksanaan proyek EAP (seperti: membuat
rencana kerja, memastikan komitmen manajemen, dan lain-lain).
2. Lapisan 2 (di mana kita sekarang)
a. Pemodelan bisnis: menghimpun pengetahuan mengenai bisnis dan informasi yang
digunakan dalam melangsungkan bisnis.
b. Sistem dan teknologi saat ini: mendefinisikan sistem dan teknologi yang ada saat ini
sebagai dasar untuk rencana migrasi jangka panjang
3. Lapisan 3 (di mana kita ingin berada di masa mendatang)
a. Arsitektur data: mendefinisikan jenis data utama yang dibutuhkan untuk melangsungkan
bisnis
b. Arsitektur aplikasi: mendefinisikan jenis aplikasi utama yang dibutuhkan untuk
mengelola data dan mendukung fungsi bisnis
c. Arsitektur teknologi: mendefinisikan platform teknologi yang dibutuhkan untuk
menyediakan lingkungan untuk aplikasi yang mengelola data dan mendukung fungsi
bisnis
4. Lapisan 4 (bagaimana kita mencapainya)
a. Rencana implementasi: menentukan tahapan implementasi aplikasi, jadwal
implementasi, dan mengajukan jalur yang jelas untuk bermigrasi dari posisi kita saat
ini ke posisi yang diinginkan di masa mendatang.

B. Metodologi Penelitian
Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Pengumpulan Data
- Pemodelan Bisnis: menganalisa visi dan misi perusahaan, rantai nilai, serta proses bisnis
yang didukung DWH.
- Analisa Kondisi Saat Ini
2. Analisa dan Perencanaan Enterprise Arsitektur
Menyusun model tingkat tinggi arsitektur DWH sekaligus rencana untuk
mengimplementasikannya.

C. Pemodelan Bisnis

Gambar 2. Rantai nilai Perusahaan.


D. Sistem dan Teknologi Saat Ini

Redundansi dan Penggunaan Data

Masih terdapat redundansi pada beberapa data di DWH PT. TELKOM, yaitu data yang berada
di beberapa kantor regional. Namun sebagian besar data sudah distandardkan di kantor pusat.

Utilisasi

Keberadaan DWH bagi PT. TELKOM memiliki peranan penting sebagai penyedia informasi
untuk evaluasi proses bisnis. Informasi yang dihasilkan dapat berupa evaluasi kinerja, analisa
operasional dan sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan.

Keusangan Teknologi

Pada kantor regional tertentu masih ditemukan kendala yang berkaitan dengan jaringan
komunikasi.

Integrasi dan Bagi Pakai Data

DWH di PT. TELKOM telah mengalami evolusi selama bertahun-tahun. Pada pengembangan
awalnya, data regional diolah secara parsial di masing-masing kantor regional kemudian
diolah ulang di kantor pusat. Hal ini menyebabkan data berulang (redundansi) dan
ketidaksinkronan antara data regional dengan data gabungan di kantor pusat. Sampai dengan
saat ini, sebagian besar data telah distandardkan di kantor pusat, sehingga kendala redundansi
dan integrasi dapat diminimalisir.
E. Arsitektur Sistem

1. Arsitektur Aplikasi

DWH di PT. TELKOM dikembangkan untuk menghasilkan informasi komprehensif yang


dapat diakses oleh seluruh bagian perusahaan yang dapat digunakan untuk mendukung proses
analisa dan pelaporan yang mencakup area bisnis CRM & Marketing, Service & Network, dan
Billing. Adapun proses yang paling terkait dengan DWH adalah proses berikut:

1. Marketing Offer & Customer Relationship Management


a. Marketing & Offer Management
b. Customer Relationship Management
2. Operation Support
a. Maintenance Management
b. Research Development Management
c. Construction Management

Skema aplikasi konseptual yang diajukan dan hirarkinya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. Skema Aplikasi


2. Arsitektur Data
Identifikasi Dimensi
Dimensi diperoleh dari identifikasi atribut penting yang melekat pada data. Kandidat dimensi
adalah sebagai berikut:
• Product,
• Location,
• Time,
• Operator, dan
• Line Category

Identifikasi Tabel Fakta


Tabel fakta diperoleh dari identifikasi informasi dan aplikasi apa yang diharapkan dapat
disediakan oleh DWH. Dari hasil analisa tersebut, didapat table-table fakta sebagai berikut:
➢ Fact tabel Sales; Dimensi terkait: Location, Product, Linecat
➢ Fact tabel Keluhan; Dimensi terkait: Location, Time, Linecat
➢ Fact tabel Payment; Dimensi terkait: Time, Product, Linecat
➢ Fact tabel Revenue; Dimensi terkait: Time, Location, Product, Linecat
➢ Fact tabel Gangguan; Dimensi terkait: Location, Time, Linecat
➢ Fact tabel Kampanye; Dimensi terkait: Time, Product
➢ Fact tabel Pelanggan ; Dimensi terkait: Location, Product, Linecat
➢ Fact tabel Service_order; Dimensi terkait: Time, Location, Product, Linecat
➢ Fact tabel Service_usage; Dimensi terkait: Location, Product, Time, Operator
➢ Fact tabel Traffic; Dimensi terkait: Location, Product, Linecat, Time, Operator
Gambar 4. memperlihatkan schema semua fact tabel dengan dimensi-dimensinya.
3. Arsitektur Teknologi
Setelah melakukaan identifikasi arsitektur data dan arsitektur aplikkasi, langkah
selanjutnya yakni mengusulkan pengembangan arsitektur teknologi yang dimiliki guna
meningkatkan kinerja sistem, seperti gaambar di bawah ini:

Gambar 5 Arsitektur Teknologi Jaringan


F. Rencana Implementasi
Rencana peneraapan merupakan rencana terakhir untuk suksessnya pembuatan suatu
sistem informasi yanng dipersiapkan untuk mengimplementasikan arsitektur enterprise. Rencana
arsitektur enterprise yang akan diimplementasikan didasarkan pada model bisnis yang telah
didefinisikaan sebelumnya kedalam aplikasi. Untuk langkah pertama yang dilakukan adalah
menyusun uruutan/prioritas penerapan sistem berdasarkan arsitektur aplikasi yang telah disusun
sebelumnya, sehingga dari sini dapat dilihat bahwa arsitektuur enterprise yang akan
diimplementasikan adalah penerapan berdasarkan urutan arsitektur aplikasi yang telah dihasilkan,
dengan terlebih dahulu mengimplementasikan inisiasi perencanaan, model bisnis, dan arsitektur
data yang telah didefinisikan.

Gambar 6 Rencana Implemetasi


PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pendekatan EAP menyediakan pendefinisian menyeluruh dari perusahaan dan


kebutuhannya akan DWH. Dengan demikian rencana pengembangan dapat selaras dengan
tujuan perusahaan, sehingga proses perancangan DWH menjadi lebih sistematis dan efektif.
2. Aktivitas perancangan DWH menjadi lebih mudah jika didasarkan pada hasil analisa
kebutuhan, terutama dalam identifikasi data yang perlu disediakan yang kemudian akan
menjadi fact tabel. Pada penelitian ini dihasilkan beberapa fact tabel baru, yaitu: kampanye,
service_order, service_usage, dan keluhan pelanggan.
B. Saran
Sebagai acuan pembuatan EAP selanjutnya, maka disampaikan beberapa saran,
sebagai berikut :

1. Komitmen dari pimpinan harus fokus dan konsisten pada pengembangan sistem informasi
ini agar tujuan organisasi semakin cepat dicapai dan sesuai harapan dan model arsitektur
enterprise yang telah dihasilkan dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mencapai
sasaran strategis organisasi, selain itu dapat dijadikan pedoman agar arah kebijakan
pengembangan menjadi terukur dengan jelas.
2. Pemilihan aplikasi berikutnya harus tepat dan mendukung fungsi bisnis organisasi sehingga
manfaat yang akan dihasilkan optimal.
3. Pembangunan dan pengembangan aplikasi disarankan bertahap dan sesuai dengan rencana
urutan implementasi yang telah disusun dan dibangun menggunakan perangkat lunak Open
Source guna mereduksi biaya lisensi yang cukup tinggi.
4. Sosialisasi pembangunan atau pengembangan sistem informasi harus dilakukan kepada
setiap unit organisasi dapat memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat bagi
pengembangan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Inmon, W.H., Zachman, J., Geigre, J. G. (1997). Data Stores, Data Warehousing and
The Zachman Framework, McGraw-Hill.
[2] Inmon, W.H. (2005). Building the Data warehouse, Fourth Edition, Wiley.
[3] Ponniah, P., ( 2001). Data Warehousing Fundamentals: A Comprehensive Guide for IT
Professionals, John Wiley & Sons, Inc.
[4] Spewak, Steven H., Steven C. Hill (1992). Enterprise Architecture Planning:
Developing a Blueprint for Data, Applications, and Technology, John Wiley & Sons,
Inc.

Anda mungkin juga menyukai