Anda di halaman 1dari 3

Tabel 4.

2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di wilayah kerja Puskesmas Limboto, Kabupaten


Gorontalo

Pekerjaan Frekuensi Presentasi (%)


IRT 90 88,2
Swasta 8 7,8
Honorer/ PNS 3 2,9
Lainya 1 1
Total 102 100

Hasil analisis univariat pada tabel 4.2 menunjukkan distribusi frekuensi pekerjaan ibu balita
yaitu sebanyak 88,2% ibu rumah tangga, 7,8% bekerja sebagai swasta, 2,9% bekerja sebagai
honorer/PNS, 1% bekerja sebagai lainya,.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di wilayah kerja Puskesmas Limboto, Kabupaten
Gorontalo

Pekerjaan Frekuensi Presentasi (%)


Tidak bekerja 91 89,2
Bekerja 11 10,8
Total 102 100
Untuk analisis bivariat pekerjaan ibu dalam penelitian ini dikategorikan menjadi
dua, yaitu tidak bekerja dan bekerja. Pada tabel 4.3 diketahui bahwa sebanyak 89,2% (91)
ibu balita tidak bekerja dan sisanya 10,8% (11) ibu bekerja

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Ekonomi di wilayah kerja Puskesmas Limboto, Kabupaten

Status ekonomi Frekuensi Presentasi (%)


Dibawah UMP 72 70,6
Diatas UMP 30 29,4
Total 102 100
Gambaran status ekonomi keluarga balita di wilayah kerja Puskesmas Limboto,
Kabupaten Gorontalo dibagi menjadi 2, yaitu dibawah UMP (< Rp 2.030.000) sebesar
70,6%, dan diatas UMP (> Rp 2.030.000) sebesar 29,4 %.

Tabel 4.5 Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Stunting di wilayah
kerja Puskesmas Limboto, Kabupaten Gorontalo
Status Status gizi Total P
pekerjaan stunting Tidak stunting
N % N % N % 0,004
Tidak 50 54,9 41 4,1 91 100
bekerja
Bekerja 1 9,1 10 90,9 11 100
Total 51 50 51 50 102 100

Hasil uji statistik diperoleh nilai p < 0,05, yang berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara ibu yang tidak bekerja dengan kejadian stunting pada balita.11
Pekerjaan ibu berkaitan dengan pola asuh anak dan status ekonomi keluarga. Ibu
yang bekerja di luar rumah dapat menyebabkan anak tidak terawat, sebab anak balita
sangat bergantung pada pengasuhnya atau anggota keluarga yang lain.17 Namun, di lain
pihak ibu yang bekerja dapat membantu pemasukan keluarga, karena pekerjaan
merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pangan.19
Kejadian balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Limboto, Kabupaten
Gorontalo lebih banyak terjadi pada ibu yang tidak bekerja dapat disebabkan karena
status ekonomi keluarga pada ibu yang tidak bekerja ini cenderung rendah. Maka dari itu,
meskipun ibu balita yang tidak bekerja lebih mempunyai banyak waktu di rumah untuk
mengasuh anaknya, namun bila tidak diikuti dengan status ekonomi yang baik untuk
mendukung kebutuhan balita, hal tersebut belum tentu bisa berpengaruh baik terhadap
status gizi balita.

Tabel 4.5 Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Stunting di wilayah
kerja Puskesmas Limboto, Kabupaten Gorontalo
Status Status gizi Total P
pekerjaan stunting Tidak stunting
N % N % N % 0,004
Tidak 50 54,9 41 4,1 91 100
bekerja
Bekerja 1 9,1 10 90,9 11 100
Total 51 50 51 50 102 100

Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara
status ekonomi keluarga dengan kejadia stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Limboto, Kabupaten Gorontalo (p value < 0,05). Penelitian senada juga menyebutkan
status ekonomi rumah tangga juga memiliki efek yang signifikan terhadap kejadian
malnutrisi kronis pada anak di Ethiopia.21 Hal yang sama juga diungkapkan dalam
penelitian Astari, Nasoetion, dan Dwiriani.18 Secara statistik, pendapatan keluarga
yang dihitung menggunakan pendekatan pengeluaran per kapita per bulan, pada
kelompok anak normal lebih tinggi secara nyata (p < 0,05) dibandingkan dengan
pendapatan keluarga pada kelompok anak stunting. Penelitian lain juga menyatakan
bahwa status ekonomi keluarga yang rendah di Maluku Utara berhubungan signifikan
dengan kejadian stunting dan severe stunting pada balita usia 0 – 59 bulan.20

Status ekonomi secara tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi anak.
Sebagai contoh, keluarga dengan status ekonomi baik bisa mendapatkan pelayanan
umum yang lebih baik juga, yaitu pendidikan, pelayanan kesehatan, aksesibilitas jalan,
dan sebagainya. Melalui fasilitas-fasilitas tersebut keluarga dengan status ekonomi baik
akan berdampak positif terhadap status gizi anak.24 Hal ini menunjukkan perbaikan
kecil dalam status sosial ekonomi memiliki dampak penting pada kesehatan anak

Anda mungkin juga menyukai