Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Kecamatan Trenggalek adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Trenggalek, Provinsi
Jawa Timur, Indonesia. Wilayah ini terletak di bagian tenggara Kabupaten Trenggalek.
Wilayah ini memiliki ciri khas geografis berupa perbukitan dan pegunungan yang
memengaruhi iklim dan kondisi tanah di daerah tersebut. Secara administratif, kecamatan ini
terdiri dari beberapa desa dan kelurahan yang memiliki potensi sumber daya alam dan budaya
yang beragam. Trenggalek juga dikenal sebagai daerah yang memiliki potensi pariwisata
yang menarik, terutama karena keindahan alamnya dan keberagaman budayanya.

Gambar 1
Peta Kabupaten Trenggalek

Kecamatan Trenggalek terdiri dari 5 kelurahan dan 8desa dan berpenduduk 64.851 jiwa,
terdiri dari 31.672 jiwa penduduk laki-laki dan 33.179 jiwa penduduk perempuan. Kecamatan
Trenggalek memiliki luas wilayah sebesar 61,16 km2.

10
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagaian besar responden pekerjaanya
adalah sebagai ibu rumah tangga (IRT) yang berjumlah 53 orang (85,5%) sedangkan yang
pekerjaanya sebagai guru 1 orang (1,6%), pegawai bank 1 orang (1,6%) kemudian bekerja
sebagai karyawan sebanyak 6 orang (9,7%) dan yang mempunyai usaha 1 orang (1,6%).
Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden pekerjaanya hanya
ibu rumah tangga (IRT) dan yang bekerja 32 adalah suaminya jadi penghasilannya hanya
bergantung dari suami. Sedangkan responden yang bekerja membantu suami untuk
memenuhi kebutuhan ekonominya hanya sedikit.

Tabel 4.5
Pendapatan Responden Perbulan

No Pendapatan Jumlah Responden Persentase%


1. Diatas Rp. 3.000.000 1 1.6
2. Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 24 38.7
3. Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 30 48.4
4. Dibawah Rp. 1.000.000 7 11.3
total 62 100
Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2022
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pendapatan responden per/bulan lebih
dominan pada kisaran Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 (48,4%), sedangkan yang
pendapatannya Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 (38,7%), diatas Rp. 3.000.000 (1,6%) dan
dibawah Rp. 1.000.000 (11,3%). Status ekonomi secara tidak langsung juga berpengaruh
terhadap status gizi anak. Sebagai contoh, dalam keluarga yang status ekonominya baik bisa
mendapatkan pelayanan umum yang lebih baik juga, yaitu pendidikan, pelayanan kesehatan
dan sebagainya. Dengan adanya fasilitas-fasilitas tersebut keluarga dengan status ekonomi
yang baik akan berdampak positif terhadap status gizi anak (Bishwakarma and Vanneman
2011). Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa tingkat pendapatan responden tergolong
masih rendah bahkan ada keluarga yang pengeluarannya lebih besar daripada pendapatan.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dan
dokumen dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Faktor Penyebab Stunting
Stunting merupakan suatu keadaan dimana anak gagal tumbuh berdasarkan umur tinggi
badan berada dibawah minus dua standar deviasi (<2SD) dari tabel status gizi WHO Child
growth standard (Kemenkes RI 2018). Dalam penelitian ini terdapat 2 faktor dari 6 variabel
yang merupakan determinan kejadian stunting pada balita di Kecamatan trenggalek setelah
melakukan uji analisis faktor yaitu faktor pendidikan dan faktor ekonomi.
1.Faktor Pendidikan
Faktor pertama yang menjadi penyebab kejadian stunting pada balita adalah faktor
pendidikan dimana memiliki angka eigenvalue sebesar 2,856 dan mempunyai pengaruh
sebesar 47,595% dari total, artinya bahwa faktor ini mampu menjelaskan 39 sebesar 47,595%
dari keseluruhan variabel manifest Faktor ini merupakan faktor terbesar yang menjadi
penyebab kejadian stunting pada balita di Kecamatan Trenggalek.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis faktor-faktor
determinan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Trenggalek, dapat disimpulkan faktor
determinan kejadian stunting terdapat 2 faktor yaitu faktor pendidikan dan faktor ekonomi.
Faktor pertama yang menjadi penyebab kejadian stunting pada balita adalah faktor
pendidikan dimana memiliki angka eigenvalue sebesar 2,858 dan mempunyai pengaruh
sebesar 47,595% dari total, artinya bahwa faktor ini mampu menjelaskan sebesar 47,595%
dari keseluruhan variabel manifest. Faktor ini merupakan faktor terbesar yang menjadi
penyebab kejadian stunting pada balita di Kecamatan Trenggalek. Faktor yang kedua setelah
pendidikan yaitu faktor ekonomi dimana memiliki angka eigenvalue sebesar 1,082 dan
mempunyai pengaruh sebesar 18,033% dari varibel total, yang artinya bahwa faktor ini
mampu menjelaskan sebesar 18,033% dari keseluruhan variabel manifest. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan berperan sangat penting dalam hal percepatan
penuruan stunting oleh karena itu perlu adanya edukasi untuk memberikan pengetahuan
kepada orang tua terutama ibu dalam pemenuhan gizi untuk keluarganya untuk mencegah
kejadian stunting pada anak. Kemudian status sosial ekonomi sebagai strategi kontrol dalam
pencegahan stunting juga perlu ditingkatkan. Pada dasarnya stunting disebabkan pada
kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang terjadi selama masa periode 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) yaitu dari janin hingga anak berusia 24 bulan. Oleh karena itu
pendidikan dan pengetahuan ibu terkait pemenuhan asupan nutrisi pada anak sangatlah
penting, demikian pula dengan status ekonomi yang baik dapat memenuhi kebutuhan gizi
anak dengan baik.

Saran
Faktor yang mempunyai pengaruh terbesar dalam penelitian ini adalah faktor pendidikan
yang mempunyai signifikasi paling besar mengenai penyebab terjadinya stunting, oleh karena
itu perlu dilakukan upaya pencegahan stunting dengan melakukan penyuluhan atau membuat
suatu komunitas pada remaja dimana di dalamnya memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai stunting, mencegah perkawinan usia anak dan meningkatkan capaian tingkat
pendidikan. Kemudian faktor kedua yaitu faktor ekonomi, daerah penelitian ini cenderung
memiliki tingkat pendapatan yang rendah oleh karena itu perlu adanya peningkatan status
ekonomi sebagai strategi kontrol pencegahan stunting.
17

Anda mungkin juga menyukai