Anda di halaman 1dari 2

Sebuah Sobekan kecil pada Tas Ayah merupakan sebuah cerpen karya Luthfia Zahra

Larosa yang diterbitkan disebuah blog khusus cerpen pada 30 November 2019 lalu. Cerpen ini
bercerita tentang sebuah penyesalan didalam sebuah keluarga, lebih tepatnya penyesalan sang
anak terhadap perlakuannya kepada ayahnya. Alfa merupakan tokoh utama dalam cerita ini. Dia
merupakan seorang gadis berusia 13 tahun, dimana dia selalu mendapatkan bully dari teman-
teman disekolahnya dan menyimpannya sendiri tanpa memberitahukan hal tersebut kepada
siapapun. Alfa hanya hidup bersama ayahya, ibu nya sudah meninggalkan dunia ini terlebih
dahulu. Ayah alfa merupakan seorang yang lembut dan penyayang, tapi sayang, dia adalah orang
yang miskin sehingga tidak dapat menghidupi Alfa dengan layak.

Siang itu Alfa pergi kesekolah dibawah terik matahari yang membuat tubuhnya basah
oleh keringat. Ia terus berlari dipinggir jalan raya agar cepat sampai disekolahnya. Sesampainya
disekolah, seorang teman menanyakan kepadanya apakah dia sudah menyelesaikan pekerjaan
rumahnya, belum sempat ia menjawab, teman satu kelasnya yang lain, berkata bahwa dia tidak
mungkin telah mengerjakan pekerjaan rumah karena dia tidak sanggup untuk membeli pulpen.
Mendengar hal itu, Alfa langsung naik pitam, dia marah kepada teman sekelasnya dan hal itu
malah mebuatnya tambah diperolok-olek oleh teman sekelasnya. Alfa memutuskan untuk pulang
sebelum akhirnya ia dicegat oleh teman sekelasnya yang lain, mereka meminta uang dari Alfa
tapi Alfa mengatakan bahwa ia tidak memiliki uang. Mereka tidak percaya dan langsung
mengambil tas Alfa untuk mencari uang, tapi nihil ternyata Alfa memang tidak memiliki uang.

Sesaat Alfa sampai dirumah, ayah Alfa menyamut kepulangannya dengan gembira, tapi
anaknya sedang dalam keadaan murung. Ayahnya segera bertanya apa yang terjadi sehingga
membuatnya terlihat tidak bahagia, tapi Alfa tidak berkata apapun dan pergi meninggalkan
ayahnya. Saat malam tiba, ayah Alfa mendatangi kamarnya dengan niat menanyakan apa yang
sebenarnya terjadi. Alfa mengatakan bahwa dirinya hanya lelah dan tidak ingin diganggu. Alfa
tidak ingin menceritakan perkara dirinya yang dibully oleh teman-teman sekelasnya kepada
ayahnya. Ayahnya sedih melihat anaknya yang tidak bersemangat tersebut.

Keesokan harinya, Alfa mencongkel celengannya dan mengambil semua uang yang telah
ia tabung selama ini lalu memasukkannya ketas dengan tujuan untuk memperlihatkan kepada
temannya bahwa dia memiliki uang. Sesampai disekolah teman-temannya yang mengganggunya
kemarin kembali meledeknya dengan mengatakan bahwa dia adalah orang miskin. Alfa tidak
mau diam, dia mengatakan bahwa dia memiliki uang didalam tasnya. Merekapun memeriksa tas
Alfa tapi tidak menemukan sepeser uangpun disana. Alfa tidak percaya dan mengambil tasnya
lalu memeriksanya ternyata memang benar tidak ada uang didalamnya. Alfa memeriksa berulang
kali tas tersebut dan menyadari bahwa terdapat robekan yang lumayan besar di ujung bawah
tasnya. Lantas ia sadar, bahwa akibat robekan pada tasnya, uang yang ia masukkan kemungkinan
jatuh di jalanan. Ia pun merasa sangat sedih dan tertekan, pasalnya uang yang hilang tersebut
tidaklah sedikit dan merupakan uang yang ia tabung selama berminggu-minggu. Emosinyapun
semakin tidak stabil semenjak insiden ini. Kemudian Alfa pun akhirnya pulang.

Di rumahnya, emosi Alfa meledak. Ia kemudian membentak ayahnya, memarahi dan


menyalahkan ayahnya atas kejadian ini. Semua karena tas yang ayahnya berikan, tas yang sudah
sobek, tas ayahnya saat masih sekolah. Betapa lapuk dan lusuhnya sudah tas itu. Mendengar hal
itu, tangan keriputnya memegang dadanya. “Ayah belum bisa memberikan apapun untuk..mu..”,
ucapan ayahnya terpotong seketika ayahnya tumbang dari posisinya. Alfa melihat ayahnya
terkulai lemas tak berdaya di lantai dan terkejut. “AYAHHH!”, teriak Alfa histeris. Setelah
memanggil bantuan dan membawa ayahnya ke rumah sakit, ternyata nyawanya tak tertolong
lagi. Disaat itulah Alfa menyesalkan perbuatannya. Memang, Tuhan itu adil. Alfa menyesal,
karena memilih untuk berbohong pada ayahnya secara diam-diam, dan tak pernah menceritakan
masalahnya selama ini pada ayahnya, guru maupun orang lain. Ia justru melukai hati ayahnya,
beberapa detik sebelum ayahnya meninggalkan ia sendiri di dunia, menyusul sang ibu ke alam
sana.

Cerita pendek ini merupakan cerita yang sangat sarat akan makna, bagaimana kita
memperlakukan orang lain, maka kita akan mendapatkan perlakuan yang sama pula. Jangan
sekali-sekali kita menyakiti orang lain, terutama orangtuamu. Karena pada akhirnya, orang yang
baik akan selalu ditolong oleh Tuhan, dan orang yang suka menyakiti, akan mendapatkan
penyesalan atas rasa bersalah sepanjang hayatnya. Tapi sayangnya, didalam cerita ini tidak
disebutkan dengan jelas toko-tokoh yang terlibat, seperti teman-teman sekelas Alfa yang selalu
mengganggunya. Pemiihan kata yang ada juga tidak terlalu bervariasi sehingga bisa membuat
orang bosan membacanya.

Anda mungkin juga menyukai