Bab 6 Anum
Bab 6 Anum
Persamaan differensial berhubungan dengan turunan parsil dari suatu fungsi terhadap
beberapa variabel bebas. Sebagai contoh Persamaan Laplace untuk menentukan distribusi
temperatur, T pada suatu lempeng benda padat seperti logam yang dinyatakan sebagai:
2T 2T
0 (6.1.1)
x 2 y 2
2T 2T 2T T T
A B C D
x , y ,T , ,
0 (6.1.2)
x 2
xy y 2
x y
Parabolik, jika B2 - 4 AC = 0 ;
Persamaan (6.1.1) merupakan contoh persamaan diferensial eliptik. Persamaan ini disebut
2T 2T
2T Txx Tyy 0 (6.2.1)
x 2 y 2
Persamaan (6.1.3) dipergunakan untuk mencari distribusi temperatur T suatu plat pada
kondisi tunak (steady state). Persamaan (6.1.3) diselesaikan dengan menggunakan 4 kondisi
batas (boundary condition) temperatur, yaitu 2 kondisi batas temperatur pada x = 0 dan x =
konsentrasi zat, persamaan ini dapat dipakai dalam persoalan difusi. Pada persamaan
Laplace, kita asumsi bahwa tidak ada panas yang dihasilkan didalam plat atau tidak ada
panas yang dikeluarkan dari plat. Jika ada panas yang dihasilkan, maka perlu ditambahkan
2T 2T 1
Q ( x , y) (6.2.2)
x 2
y 2
k
Persamaan eliptik banyak diselesaikan menggunakan metoda beda hingga. Turunan pada
persamaan eliptik didekati dengan aproksimasi turunan kedua biasanya digunakan central
difference approximation. Anggaplah distribusi temperatur suatu plat persegi empat akan
ditentukan pada kondisi steady – state. Plat dibagi menjadi beberapa bagian kecil persegi
yj+1
yj
y
yj-1
yj-2
xi-2 xi-1 xi xi+1 xi+2 xi+3
2T 2T
0 (6.3.1)
x 2 y 2
Turunan kedua diaproksimasi pada titik (xi, yi) dengan central difference approximation
T xi 1 , y j 2T xi , y j T xi 1 , y j
x 2
T xi , y j 1 2T x , y T x , y
i j i j 1
0
y 2
(6.3.1)
(6.3.2)
Contoh 1 :
Plat baja tipis berukuran 10 cm x 20 cm. Pada salah satu sisi 20 cm ditetapkan temperatur =
100 oC, sedangkan pada sisi lainnya temperatur ditetapkan = 0 oC. Berapakah temperatur
pada titik-titik bagian dalam (interior point) ? Untuk baja, k = 0.16 cal/sec.cm2.C/cm.
2 2
T + T =0
x2 y2
T(x,0) = 0, T(x,10) = 0,
10 T=0
T=0 T = 100
T = 0 x
T=0
20
Jika dipilih h = 5 cm, maka notasi grid ditampilkan pada gambar 6.3.3. Dengan
1/52 (0 + 0 + T2 + 0 - 4 T1) = 0 ,
Sistim persamaan ini dapat diselesaikan dengan metoda gauss elimination atau metoda
analitis menghasilkan :
00 00 00
00 T1 T2 T3 1000
00 00 00
Sistim persamaan linear dapat diselesaikan dengan iterasi Gauss-Seidel jika memenuhi
persyaratan koefisien diagonal dominan. Diagonal dominan berarti bahwa besarnya
koefisien pada diagonal lebih besar atau sama dengan jumlah koefisien lain pada pada baris
yang sama. Metoda Liebmann adalah tehnique iterasi yang dipakai pada persamaan Laplace.
Contoh 2 :
- 4 T1 + T2 = 0,
T1 - 4 T2 + T3 = 0,
T2 - 4 T3 = - 100 .
Sistim persamaan ini disusun kedalam bentuk baru dengan menyelesaikan setiap persamaan
T1 = T2 / 4 ,
T2 = (T1 + T3) / 4 ,
T3 = (T2 + 100) / 4 .
Perhitungan dimulai dengan memisalkan harga T1, T2, dan T3 dan menghitung harga T1, T2,
dan T3 yang baru. Perhitungan diulangi sampai diperoleh hasil yang konvergen. Hasil iterasi
ditampilkan pada Tabel 3. Hasil iterasi ini adalah T1 = 1.786, T2 = 7.143, dan T3 = 26.786.
Metoda finite difference untuk persamaan Laplace dapat diaplikasikan untuk persamaan
Poisson. Sebagai contoh persamaan untuk analisa torsi pada suatu batang persegi empat
2 + 2 = 0
(6.5.1)
=0
Gaya tangensial sebanding dengan turunan parsil untuk batang yang diputar dengan luas
penampang yang konstan. Ingin dicari pada luas penampang dengan ukuran 6 x 8 inchi.
Luas penampang dibagi menjadi 12 kotak kecil sebagaimana yang ditampilkan pada
Gambar 6.5.1.
6 in
2in
2 in
11 12
31 23
2 + 2 = 0
didapat persamaan :
1
2
[ i+1, j + i -1, j + i, j+1 + i, j -1 - 4 i, j ] + 2= 0 (6.5.2)
h
0 + 0 + 12 + 21 - 4 11 + 8 = 0 .
11 + 0 + 0 + 22 - 4 12 + 8 = 0 .
0 + 11 + 22 + 31 - 4 21 + 8 = 0 .
(6.5.3)
21 + 12 + 0 + 32 - 4 22 + 8 = 0 .
0 + 21 + 32 + 0 - 4 31 + 8 = 0 .
31 + 22 + 0 + 0 - 4 32 + 8 = 0 .
Dengan pertimbangan simetris, 11 = 12 = 31 = 32 dan 21 = 22, sehinga hanya dua
21 - 3 11 + 8 = 0, (6.5.3)
2 11 - 3 21 + 8 = 0, (6.5.4)
2T 2T
0 pada R
x 2 y 2
T = g (x,y) = x – 2y pada S
Dimana S adalah siku dengan titik sudut (0,0), (6,6), (6,0) dan (0,6).
2T 2T
0 pada R
x 2 y 2
T(0,y) = 0, 0y1
T(x,0) = 0, 0x2
T(x,1) = x, 0x2
2T 2T
xy (x - 2) (y - 2)
x 2
y 2
2C 2C
0
x 2 y 2
C(0,y) = 0,5
C(5,y) = 1,0
C(x,0) = 0,5
C(x,4) = 1,0
Dan h = 1.