POSKO
PENANGGULANGAN
BENCANA
2008
Judul buku:
PETUNJUK PELAKSANAAN
POSKO PENANGGULANGAN BENCANA
Juklak Posko PB PMI ini merupakan acuan yang dipergunakan sebagai standar
penetapan posko PMI di berbagai tingkatan di seluruh Indonesia.
Penyusun:
Palang Merah Indonesia (PMI)
Penerbit:
Palang Merah Indonesia (PMI)
Didukung oleh:
Palang Merah Perancis
Copyright Ó 2008
All right reserved
Cetakan 1, Februari 2008
ISBN : 978-979-3575-26-1
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Penyelenggaraan penanggulangan bencana PMI yang cepat, tepat dan terkoordinasi sesuai
dengan prinsip-prinsip Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah adalah tujuan utama
pelayanan tanggap darurat bencana PMI. Beberapa mekanisme penanganan bencana telah
dibuat sebagai pedoman penyelenggaraan di setiap jenjang PMI. Petunjuk pelaksanaan
pengelolaan posko penanggulangan bencana PMI ini merupakan penjelasan lebih lanjut dari
isi Protap tanggap darurat bencana PMI dalam pengorganisasian Tanggap Darurat Bencana.
Juklak ini berisikan petunjuk tata cara pelaksanaan sesuai dengan fungsi masing-masing yang
telah ditetapkan dalam Protap secara terkoordinir sehingga tindakan yang dilakukan dapat
mencapai sasaran yang maksimal secara berdayaguna dan berhasil guna. Beberapa hal yang
tertuang di dalam juklak ini antara lain jenis, fungsi dan tugas posko; persyaratan standar
posko PB (Penanggulangan Bencana)PMI; struktur organisasi dan mekanisme kerja dan
anggaran posko.
Kita bersama menyadari dalam operasi tanggap darurat bencana di lapangan sampai saat ini,
koordinasi serta pengelolaan informasi menjadi hambatan yang selalu ditemui. Sampai saat
ini kita telah mempunyai produk kebijakan penanggulangan bencana, penyiapan sumber
daya manusia melalui pelatihan berstandar serta perlengkapannya. Perangkat operasional
tersebut kesemuanya membutuhkan tempat pengendalian operasi untuk menjamin
efektifitas kinerja secara terstruktur yang disebut Posko.
Buku ini diharapkan menjadi pedoman penyelenggaraan posko di setiap jenjang PMI sehingga
koordinasi serta pengelolaan informasi terkait penanggulangan bencana dapat berjalan
dengan efektif dan terstruktur guna menunjang operasional di lapangan.
Kami menyadari bahwa Juklak Pengelolaan Posko Penanggulangan Bencana ini jauh dari
sempurna sehingga dibutuhkan masukan dan saran dari semua pihak sebagai bahan
penyempurnaan. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan Juklak ini, semoga Juklak Pengelolaan Posko PB ini dapat menjadi acuan yang
baik bagi PMI dalam upaya peningkatan kapasitas PMI dalam hal penanggulangan bencana.
IYANG D. SUKANDAR
i
Daftar Isi
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Umum 1
B. Maksud dan Tujuan 1
C. Dasar 2
D. Pengertian Pokok 2
iii
iii
Daftar Isi
B. Mekanisme Kerja 10
1. Posko PB PMI Pusat 10
2. Posko PB PMI Daerah 10
3. Posko PB PMI Cabang 11
4. Posko PB Darurat Lapangan 11
BAB VI PENUTUP 15
iv
iv
Pendahuluan
BAB
I PENDAHULUAN
A. Umum
Suksesnya kegiatan operasi penanggulangan bencana sangat tergantung pada
kemampuan menerapkan pengetahuan manajemen bencana. Jika prinsip-prinsip
manajemen bencana dapat diaplikasikan dengan baik, tentu perangkat pengendali
operasi menjadi hal yang prinsip dan mutlak diperlukan. Pengendalian operasi yang
efektif dan terstruktur merefleksikan kinerja yang baik dan untuk dapat mencapai hal
tersebut perlu adanya tempat pengendalian operasi yang disebut Posko.
PMI sesuai dengan mandatnya, dituntut harus mampu menyediakan pelayanan kepada
masyarakat korban bencana secara efektif dan efisien serta sesuai dengan Prinsip-
prinsip Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Untuk mencapai penyediaan
pelayanan yang efektif dan efisien, telah banyak usaha yang dilakukan seperti penyiapan
sumber daya manusia yang berkualitas, peralatan yang standar, manual atau guideline
yang jelas, demikian pula beberapa Protap telah diberlakukan.
Yang kurang mendapat perhatian PMI adalah ide pembentukan Posko PMI. Hingga sejauh
ini hanya satu atau dua PMI Daerah yang telah mengelola posko yang beroperasi 24 jam.
Bagi PMI Daerah dan PMI Cabang yang belum memiliki posko, hal tersebut disebabkan
oleh keterbatasan dana operasional. Sedangkan beberapa PMI Daerah yang memiliki
cukup dana belum memahami pentingnya keberadaan Posko di tingkat PMI Daerah dan
PMI Cabang.
Untuk hal tersebut, PMI Pusat memandang perlu menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) Posko Penanggulangan Bencana (PB) PMI yang selanjutnya diharapkan mampu
menjadikan panduan bagi PMI Daerah dan PMI Cabang dalam mendirikan posko, baik
posko untuk menunjang usaha kesiapsiagaan maupun posko tanggap darurat.
Dengan diterbitkannya Juklak Posko PB PMI ini, PMI Daerah dan PMI Cabang memiliki
kesamaan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan standar posko PB PMI dan
bagaimana mengoperasikannya secara efektif dan efisien.
2. Tujuan
Juklak Posko PB PMI bertujuan untuk mambantu personil Posko dalam memahami
tugas pokok dan fungsi serta mampu mengelola Posko standar PMI dengan baik.
1
1
Pendahuluan
B. Dasar
1. Undang-Undang no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
2. KEPPRES RI no. 25 tahun 1950 tentang Pengesahan dan Pengakuan atas pendirian
Perhimpunan Palang Merah Indonesia.
3. KEPPRES RI no. 246 tahun 1963 tentang Perhimpunan Palang Merah Indonesia dan
Tugas Pokok PMI.
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI.
5. Pokok-pokok Kebijakan dan Rencana Strategis PMI tahun 2004 - 2009.
6. Program kerja PMI.
C. Pengertian Umum
1. Posko adalah ruang pusat pengendalian kegiatan yang dilaksanakan PMI dalam
penyebaran informasi kepada masyarakat dan Pemerintah.
2. Posko Penanggulangan Bencana (PB) adalah ruang pusat pengendalian kegiatan
penanggulangan bencana yang meliputi kegiatan merencanakan,
mengkoordinasikan dan pemantauan (monitoring).
3. Posko Darurat Lapangan adalah pusat pengendalian kegiatan operasional tanggap
darurat di lokasi bencana.
2
Jenis, Fungsi dan Tugas Posko
BAB
II JENIS, FUNGSI DAN TUGAS POSKO
A. Jenis
Jika dilihat dari aspek tingkatan penanganan bencana oleh PMI dan kebutuhan dalam
melaksanakan kegiatan Penanggulangan Bencana, maka Posko dibagi menjadi 4 jenis
yaitu:
1. Posko PB PMI Pusat
2. Posko PB PMI Daerah
3. Posko PB PMI Cabang
4. Posko PB Darurat Lapangan
3
Jenis, Fungsi dan Tugas Posko
Catatan:
Penetapan Posko PB darurat lapangan disesuaikan dengan kebutuhan, apabila
tidak dibutuhkan maka Posko PB PMI Cabang sekaligus berfungsi sebagai posko
pengendali kegiatan di lapangan.
4
Persyaratan Standar Posko PB PMI
BAB
III PERSYARATAN STANDAR POSKO PB PMI
A. Persyaratan Fisik
1. Posko PB PMI Pusat, Daerah dan Cabang terletak pada bagian bangunan kantor
masing-masing.
2. Ukuran ideal ruangan Posko PB PMI Pusat adalah 10 x 15 m, Posko PB PMI Daerah 5 x 10
m, Posko PB PMI Cabang 5 x 10 m.
3. Ruangan/bangunan layak untuk ditempati, aman, cukup ventilasi, mudah diakses,
tersedia penerangan listrik, dll.
4. Tersedia kamar istirahat untuk regu jaga.
5. Tersedia lapangan parkir.
6. Khusus untuk posko PB darurat lapangan dapat mempergunakan tenda pleton atau
memanfaatkan bangunan yang masih layak dihuni.
1
5
5
Persyaratan Standar Posko PB PMI
Catatan:
Peralatan yang dibutuhkan harus berdasarkan kebutuhan di lapangan.
Pemenuhan persyaratan fisik disesuaikan dengan kapasitas setempat.
6
Persyaratan Standar Posko PB PMI
C. Kegiatan Posko PB
Ditinjau dari aspek kegiatan, fungsi posko PB dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Dalam situasi normal
a. Mencari, menerima, mengolah dan menyebarkan informasi yang berkaitan
dengan upaya-upaya pengurangan risiko.
b. Menyelenggarakan administrasi posko meliputi pencatatan, perencanaan dan
pelaporan.
c. Menyelenggarakan pengecekan perlengkapan pendukung posko dan
perlengkapan operasional agar senantiasa siap pakai.
2. Dalam masa tanggap darurat
a. Posko PB PMI Pusat melaksanakan dukungan kegiatan operasi posko PB PMI
Daerah seperti pengumpulan data, hasil asesmen dan hal-hal yang perlu
didukung oleh PMI Pusat.
b. Posko PB PMI Daerah mengkoordinasikan kegiatan posko PB PMI Cabang seperti
pengumpulan data, hasil asesmen dan hal-hal yang perlu didukung oleh PMI
Daerah dan PMI Pusat.
c. Posko PB PMI Cabang menyelenggarakan kegiatan operasi tanggap darurat sesuai
dengan Rencana Operasional (Renops) tanggap darurat yang telah ditetapkan.
d. Membangun komunikasi antar posko PB PMI.
D. Personil Posko PB
Yang dimaksud dengan personil posko PB adalah KSR/TSR/SATGANA PMI yang secara
khusus ditunjuk untuk melaksanakan tugas jaga di posko.
1. Persyaratan Personil Posko
a. Pada saat situasi normal personil posko adalah anggota KSR/TSR dan dalam
situasi bencana dilaksanakan oleh Satgana.
b. Telah mengikuti orientasi pengelolaan posko.
c. Memiliki ketrampilan berkomunikasi yang baik.
d. Menguasai komputer minimal Word dan Excel.
e. Mampu mengoperasionalkan radio komunikasi.
f. Memiliki disiplin, loyalitas dan integritas yang tinggi.
g. Khusus untuk personil posko di lapangan sangat diharapkan memenuhi
persyaratan dimaksud, jika tidak memungkinkan dapat menunjuk relawan, staf
atau pengurus yang telah berpengalaman mengendalikan operasi atau terlibat
dalam operasi tanggap darurat.
7
8
Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja
BAB
IV STRUKTUR ORGANISASI DAN
MEKANISME KERJA
A. STRUKTUR ORGANISASI
1. Posko PB PMI Pusat
a. Penanggung jawab : Sekretaris jenderal
b. Kordinator operasional : Kepala divisi PB
c. Wakil : Ka.Sub.Div Respon
d. Petugas posko PB yang terdiri dari:
1) Seksi administrasi dan pelaporan
2) Seksi informasi dan komunikasi
e. Personil posko PB minimal berjumlah : 4 orang
9
Persyaratan Standar Posko PB PMI
B. MEKANISME KERJA
I. Posko PB PMI Pusat
a. Informasi bencana yang diterima oleh personil posko diolah dan dikaji yang
dipimpin oleh kordinator posko.
b. Informasi yang masuk ke posko berupa informasi kejadian bencana di daerah.
c. Informasi yang diterima dapat berupa laporan bencana yang memerlukan dan
atau tidak memerlukan bantuan.
d. Informasi relevan yang diterima oleh posko harus diteruskan kepada Pelaksana
Harian secara berkala atau atas permintaan.
e. Informasi yang sampai pada Pelaksana Harian selanjutnya dipelajari dan
Pelaksana Harian segera menugaskan koordinator posko untuk menindaklanjuti
informasi yang dimaksud.
f. Informasi yang bersifat darurat dan memerlukan bantuan Posko PMI Pusat,
maka Sekretaris Jenderal (Sekjen) selaku Pelaksana Harian menyiapkan
kebijakan yang perlu ditetapkan.
g. Informasi dimaksud pada point f diatas disampaikan kepada penanggung jawab
posko dalam hal ini Sekjen dan dilaporkan ke Ketua Umum PMI dengan tembusan
ke seluruh kepala divisi terkait.
h. Jika informasi tersebut bersifat laporan kejadian bencana yang tidak
memerlukan intervensi PMI Pusat, maka PMI Pusat berkewajiban memantau
perkembangan di lapangan.
i. Pelaksanaan operasi diputuskan oleh Pelaksana Harian dan disampaikan kepada
penanggung jawab posko.
10
Persyaratan Standar Posko PB PMI
11
11
12
Anggaran Posko PB
BAB
V
II ANGGARAN POSKO PB
Yang dimaksud dengan anggaran posko PB adalah anggaran yang mencakup dana rutin dan
dana operasional.
1. Belanja rutin terdiri dari insentif petugas posko, pemeliharaan peralatan, pengadaan
ATK.
2. Belanja operasional terdiri dari mobilisasi personil, pengadaan peralatan, logistik dan
transportasi.
3. Sumber dana:
a. Dana yang dialokasi untuk operasional penanggulangan bencana.
b. Sponsorship.
c. Bantuan yang tidak mengikat.
13
13
14
BAB
VI
II PENUTUP
Juklak posko PB PMI ini merupakan acuan yang dipergunakan sebagai standar
penetapan posko PMI di berbagai tingkatan di seluruh Indonesia.
15
15
Dalam melakukan kegiatan dan
pelayanan, PMI berpegang pada Tujuh
Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah, yaitu:
1. KEMANUSIAAN 4. KEMANDIRIAN
Gerakan Palang Merah dan Bulan Gerakan bersifat mandiri. Setiap
Sabit Merah (Gerakan) lahir dari Perhimpunan Nasional sekalipun
keinginan untuk memberikan merupakan pendukung bagi
pertolongan kepada korban yang pemerintah di bidang
terluka dalam pertempuran kemanusiaan dan harus menaati
tanpa membeda-bedakan peraturan hukum yang berlaku di
mereka dan untuk mencegah negara masing-masing, namun
serta mengatasi penderitaan Gerakan bersifat otonom dan
sesama manusia yang terjadi di harus menjaga tindakannya agar
mana pun. Tujuannya ialah sejalan dengan Prinsip Dasar
melindungi jiwa dan kesehatan Gerakan.
serta menjamin penghormatan
terhadap umat manusia. 5. KESUKARELAAN
Gerakan menumbuhkan saling Gerakan memberi bantuan atas
pengertian, persahabatan, dasar sukarela tanpa unsur
kerjasama dan perdamaian abadi keinginan untuk mencari
antarsesama manusia. keuntungan apapun.
2. KESAMAAN 6. KESATUAN
Gerakan memberi bantuan Didalam satu negara hanya boleh
kepada orang yang menderita ada satu Perhimpunan Nasional
tanpa membeda-bedakan dan hanya boleh memilih salah
mereka berdasarkan satu lambang yang digunakan:
kebangsaan, ras, agama, tingkat Palang Merah atau Bulan Sabit
sosial atau pandangan politik. Merah. Gerakan bersifat terbuka
Tujuannya semata-mata ialah dan melaksanakan tugas
mengurangi penderitaan orang kemanusiaan di seluruh wilayah
per orang sesuai dengan negara yang bersangkutan.
kebutuhannya dengan
mendahulukan keadaan yang
7. KESEMESTAAN
paling parah.
Gerakan bersifat semesta.
Artinya, Gerakan hadir di seluruh
3. KENETRALAN dunia. Setiap Perhimpunan
Gerakan tidak memihak atau Nasional mempunyai status yang
melibatkan diri dalam sederajat, serta memiliki hak &
pertentangan politik, ras, agama tanggung jawab yang sama dalam
atau ideologi. membantu satu sama lain.