Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi sekarang ini, menyebabkan
banyaknya industri-industri baru yang bermunculan. Disisi lain mesin-mesin industri tersebut
membutuhkan perawatan agar dapat bertahan lama, salah satunya dengan menggunakan
minyak pelumas. Oleh karena itu diperkirakan permintaan minyak pelumas akan meningkat
seiring dengan pertumbuhan industri. Selama ini bahan baku membuat minyak pelumas
didominasi oleh minyak bumi, dimana minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui. Dalam beberapa tahun kedepan, minyak bumi akan tergantikan
oleh sumber daya alam yang dapat diperbarui, misalnya minyak hewani dan minyak nabati.
Industri pelumas kemudian berkembang dangan bertambahnya tipe-tipe pelumas baru,
termasuk yang dibuat dari minyak nabati.Minyak nabati menjadi alternatif karena sifatnya
yang lebih ramah lingkungan dan dapat diperbarui.Hal ini juga mendukung upaya untuk
pelestarian lingkungan, serta mendorong berkembangnya sektor pertanian. Salah satu sumber
minyak nabati yang dikembangkan sebagai bahan baku minyak pelumas adalah minyak jarak.
Karakteristik minyak jarak yang hampir sama dengan minyak pelumas komersial M-SAE 10,
membuat minyak jarak lebih unggul sebagai bahan baku minyak pelumas. Selain itu minyak
jarak juga memiliki kemampuan yang bagus untuk melekat pada permukaan logam dalam
lapisan film yang sangat tipis.
Tanaman jarak dapat tumbuh di berbagai tempat di Indonesia dengan hasil per hektarnya
sebesar 435 kg/ha.Tanaman ini mudah ditanam dengan periode panen yang cukup
singkat.Pohon jarak mulai berbunga setelah 4-5 bulan, dan panen pertama dapat dilakukan
pada bulan ke-6.Setelah masa panen pertama buah jarak dapat dipanen setiap bulannya tanpa
tergantung musim. (Widodo W dan Sumarsi S, 2007)
Produksi biji jarak di Indonesia paling banyak di daerah Jawa Timur. Dari penelitian
yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa untuk lahan seluas 1 ha menghasilkan sekitar 2
sampai 3 ton biji jarak. Minyak jarak atau Castor oil ini mengandung trigliserida asam-asam
lemak, terutama asam ricinoleat, dengan konsentrasi 89,5% berat kering sehinnga sering
disebut trigliserida asam ricinoleat. Kandungan minyak dalam biji jarak sebesar 46-57%,

I-1
sedangkan minyak yang diperoleh dari hasil proses pengepresan sebanyak 45,0-50,6 %.
Castor oil ini secara luas digunakan di berbagai industri, misalnya castor ester( kosmetik),
hydrogenated castor oil(farmasi), haptaldehyde (parfum), alkyd resin ( cat dan tinta), partial
dehydrate castor fatty acid (pelumas). (Prihandana dan Hendroko, 2007)
Di dunia, biji jarak kepyar banyak di tanam di Cina, Pakistan, Paraguay, Prancis, dan
Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri tanaman jarak sudah ditanam sejak zaman penjajahan
Belanda, dan pada zaman penjajahan Jepang, orang Indonesia dipaksa menanam tanaman ini
dan diproduksi sebagai pelumas untuk kebutuhan pelumasan peralatan perang. (Widodo W
dan Sumarsi S, 2007)

I.1.1 Minyak Biopelumas


Definisi biopelumas atau sering disebut biolubricant adalah pelumas yang secara
cepat dapat terdegradasi (biodegradable) dan tidak beracun (nontoxic) bagi manusia dan
lingkungan. Biopelumas dikebangkan dari bahan dasar berupa lemak hewan, minyak
tumbuh-tumbuhan, ataupun ester sintesis. Pelumas berbahan dasar minyak tumbuhan
bersifat biodegradable dan nontoxic, juga bersifat dapat diperbaharui (renewable).

I.1.2 Jarak kepyar


Jarak kepyar (Ricinus communis) merupakan salah satu tanaman potensial penghasil
minyak jarak (Castor oil). Tanaman jarak kepyar termasuk tanaman perdu atau terna,
dengan tinggi tanaman 1-3 m. Tanaman ini berbuah sekali sampai beberapa kali dalam
siklus hidupnya, tergantung varietasnya. Sifat pertumbuhan umumnya indeterminate,
artinya pertumbuhan tanaman tidah berhenti walaupun sudah berbuah.

I.1.3 Minyak jarak (Castor Oil)


Minyak jarak atau dikenal denganCastor Oil merupakan minyak hasil ekstraksi biji
jarak kepyar. Minyak jarak tersebut mengandung trigliserida asam-asam lemak, terutama
asam ricinoleat, dengan konsentrasi 89,5%berat kering, sehingga sering disebut trigliserida
asam ricinoleat. Selain itu juga mengandung asam dihidroksi stearat, linoleat, oleat, dan
stearat. Asam risinoleat adalah asam lemak yang tersusun dari 18 atom karbon, satu ikatan
rangkap (tidak jenuh), dan mempunyai gugus fungsional hidroksil pada atom C ke-12.

I-2
Gugus fungsional ini menyebabkan minyak kastor tetap bertahan dalam bentuk cair pada
suhu tinggi maupun rendah.
(Prihandana dan Hendroko, 2007)

I.2 Produksi Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan dalam industri minyak pelumas ini adalah minyak jarak
yang dihasilkan dari biji tanaman jarak kepyar dengan nama latin Ricinus communis L.
tanaman ini banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Tanaman jarak dapat tumbuh di
berbagai tempat di Indonesia dengan hasil per hektarnya sebesar 435 kg/ha.Tanaman ini
mudah ditanam dengan periode panen yang cukup singkat.Pohon jarak mulai berbunga setelah
4-5 bulan, dan panen pertama dapat dilakukan pada bulan ke-6.Setelah masa panen pertama
buah jarak dapat dipanen setiap bulannya tanpa tergantung musim.
(Widodo W dan Sumarsi S, 2007)
Kandungan minyak dalam biji jarak sebesar 46-57%, sedangkan minyak yang diperoleh
dari hasil proses pengepresan sebanyak 45,0-50,6 % (Prihandana dan Hendroko, 2007). Bila
produksi biji jarak kepyar tahun 2014 yang menurut Badan Pusat Statistik mencapai 1556 ton
maka castor oil yang dihasilkan sekitar 787.34 ton. Berikut ini adalah tabel produksi biji jarak
kepyar pada tahun 2012 sampai 2014.

Tabel II.5.6 Data Produksi Biji Jarak Kepyar tahun 2012-2014


Tahun Produksi (ton) % pertumbuhan
2012 1,612 0
2013 1,583 -0.0180
2014 1,556 -0.0171
Total 4,751 -0.0350
*) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

I-3
Untuk menghitung indeks pertumbuhan setiap tahun menggunakan rumus :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑛 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑛−1
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑛 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑛−1
Misalnya, indeks perumbuhan tahun 2014:
1556 − 1583
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛2014 = = −0.0171
1583

Apabila indeks pertumbuhan produksi di setiap tahun telah dihitung, maka kita dapat
menghitung indeks pertumbuhan rata-rata (i) :
Maka besarnya produksi pada tahun 2017 adalah :
F = P ( 1 + i )n
= 1556 * (1 +(-0.0171))(2017-2012)
= 1555.99 ton/tahun

I-4
Tabel I.2.1 Luas Tanah, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Biji Jarak Kepyar di
Indonesia Tahun 2013
Kabupaten / kota Luas tanah Produksi Produktivitas
(Ha) (ton) (ton/Ha/tahun)
Jawa Timur
Tuban 48 17 0,354
Lamongan 459 238 0,519
Pacitan 500 263 0,526
Blitar 38 13 0,342
Probolinggo 69 62 0,899
Lumajang 785 427 0,544
Bondowoso 10 6 0,600
Situbondo 160 129 0,806
Banyuwangi 225 172 0,764
Pamekasan 215 141 0,656
Sampang 10 9 0,850
total 2.519 1.477 6,860
Nusa Tenggara Barat
Lombok Timur 406 185 0,456
Sumbawa Barat 3 2 0,667
Sumbawa 2002 87 0,439
total 2.411 274 1,562
Total di indonesia 4.930 1.751 8,422
*) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

I.3 Marketing Aspek


Pasar minyak pelumas di Indonesia dari tahun ke tahun cukup tinggi, seiring dengan
perkembangan industri dan otomotif. Namun pelumas yang berasal dari minyak nabati belum
banyak digunakan di Indonesia. Dengan adanya proyek pembangunan pabrik biopelumas
dengan bahan baku minyak nabati diharapkan dapat membantu pelestarian lingkungan dengan
mengurangi pemakaian bahan fosil sebagai bahan utama pembuatan pelumas. Berikut ini
adalah data impor dan ekspor biopelumas di Indonesia.

I-5
Tabel I.3.1 Data Jumlah Impor Biopelumas di Indonesia dari Tahun 2011-2013
Tahun Impor % Pertumbuhan
2011 510561.97 0
2012 403836.01 -0.209
2013 443557.11 0.098
Rata - rata pertumbuhan -0.037
*) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Tabel I.3.2 Data Jumlah Ekspor Biopelumas di Indonesia dari Tahun 2011-2013
Tahun Ekspor (barel) % Pertumbuhan
2011 188381.9 0
2012 310458.1 0.648
2013 173060.6 -0.443
Rata - rata pertumbuhan 0.0685
*) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa impor Biopelumas di Indonesia


mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai 2013 sebesar 3,7%. Sedangkan dalam ekspor
Indonesia mengalami kenaikan sebesar 6,8%. Di Indonesia sendiri konsumsi biopelumas
terbilang masih sedikit. Hal ini karena selama ini pasar pelumas di Indonesia didominasi oleh
pelumas-pelumas berbahan dasar minyak bumi. Berbeda halnya dengan di Indonesia,
kebutuhan pasar biopelumas di dunia saat ini, berdasarkan Transparency Market Research,
mencapai 41,8 milyar gallon. Untuk produksi biopelumas saat ini di eropa, yang mana
merupakan produsen terbesar biopelumas hanya mampu memenuhi 27 % dari kebutuhan
dunia. Sedangkan US hanya mampu memenuhi 15 % dari kebuthan dunia.
Dengan melihat hal tersebut di atas, maka pembuatan biopelumas ini sangat berpotensi
untuk menjawab kebutuhan pasar biopelumas dunia.

I-6
I.4 Prospek
Selama ini bahan baku yang sering digunakan dalam pembuatan minyak pelumas adalah
minyak bumi. Dimana minyak bumi saat ini ketersediannya semakin menipis dan tidak dapat
diperbaruhi. Untuk menekan konsumsi minyak bumi salah satu caranya yaitu dengan
mengembangakan bahan bakar alternatif, salah satunya biopelumas.
Pemilihan bahan baku ini didasarkan atas pertimbangan bahwa minyak jarak merupakan
sumberdaya alam yang dapat diperbarui. Jika luas wilayah perkebunan jarak kepyar di daerah
Jawa Timur mencapai 2519 Ha bisa menghasilkan biji jarak 1477 ton per tahunnya, dan jika
rata-rata kandungan minyak pada biji jarak sebesar 50% maka dalam satu tahun minyak yang
dihasilkan dari biji jarak bisa mencapai 738,5ton per tahun, suatu jumlah yang sangat
berlimpah sehingga perlu usaha-usaha yang memanfaatkannya.

I.5 Penggunaan Produk


Minyak pelumas yang berasal dari bahan baku minyak nabati termasuk dalam organic
ester. Dengan adanya penambahan TMP (Trymethylolpropane) maka minyak nabati tersebut
akan menjadi senyawa polyol ester.
(Bannister, 1996)
Produk utama berupa base oil berasal dari golongan ester, yang kemudian digunakan
sebagai pelumas. Base oil yang digunakan adalah senyawa polyol ester (trimethylolpropane
ester) yang merupakan hasil reaksi antara trymethylolpropane (TMP) dan asam lemak (fatty
acid). Pemilihan ester sebagai bahan pelumas didasarkan pada keunggulannya dibandingkan
dengan mineral lainnya, antara lain:
1. Mempunyai sifat viskositas yang relatif konstan terhadap suhu.
2. Memiliki volatilitas yang rendah.
3. Mempunyai stabilitas terhadap lingkungan suhu tinggi.
4. Tidak korosif terhadap logam.
5. Stabil terhadap terjadinnya hidrolisa dan relatif tidak beracun.
(Anton L. Wartawan,1983)
Kelebihan utama minyak jarak digunakan sebagai pelumas adalah tidak menetes dan
tidak meninggalkan sisa bahan bakar dan tidak larut dalam bensin.Selain itu Castor oil

I-7
viskositasnya berubah relatif kecil terhadap temperature yang rendah (00F), sehingga cocok
digunakan sebagai pelumas alat-alat berat.

I.6 Konsumsi
Pada pendirian pabrik, analisa pasar untuk penentuan kapasitas pabrik sangat penting.
Dengan kapasitas yang ada, dapat ditentukan volume reaktor, perhitungan neraca massa,
neraca panas dan lain-lain. Untuk menentukan kapasitas pabrik diperlukan data-data produksi
dan pemakaian bahan, yang bisa diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS) sehingga nilai
konsumsi produk dapat diketahui.
Kapasitas produksi biopelumas dari biji jarak kepyar ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan biopelumas dalam negeri pada khususnya dan luar negeri pada umumnya. Pada
tabel 1.3.1 dan 1.3.2 dapat diketahui besarnya ekspor dan impor biopelumas di Indonesia
setiap tahun pada range 2011-2013. Ekspor biopelumas lebih besar dibandingkan dengam nilai
impornya, mengindikasikan bahwa kebutuhan dan konsumsi biopelumas di indonesia tidak
terlalu besar sangat jika dibandingkan dengan kebutuhan biopelumas di dunia. Maka
pendirian pabrik biopelumas diharapkan akan dapat membantu pemenuhan permintaan
biopelumas di dunia.

I-8

Anda mungkin juga menyukai