Anda di halaman 1dari 20

RANCANGAN DETAILED ENGINEERING DESAIGN PABRIK MINYAK

ATSIRI JAHE

Oleh :
AMANDA AYUN SALSABILA UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

SEAMEO BIOTROP
2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
II. RENCANA PENGEMBANGAN.....................................................................4
A. Target produksi..............................................................................................4
B. Memenuhi persyaratan SNI..........................................................................4
III. KERANGKA DED.......................................................................................6
3.1. Input...........................................................................................................6
3.2. Proses.........................................................................................................8
3.3. Output........................................................................................................9
IV. PENGATURAN SUMBER BAHAN (LAHAN)...........................................10
V. PENGATURAN TATA LETAK PABRIK......................................................13
VI. PRODUK AKHIR.......................................................................................14
A. Minyak atsiri...............................................................................................14
B. Produk turunan............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

i
DAFTAR TABEL
Tabel Nama halaman
1 SNI Minyak Atsiri Jahe..........................................................................................2
2 Sampel Minyak Atsiri Jahe Indonesia dengan Standar Internasional......................4
3 SNI Atsiri Jahe.....................................................................................................14

ii
1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jahe adalah salah satu rempah-rempah yang banyak digunakan untuk
konsumsi dan juga untuk kesehatan. Selain itu, kandungan minyak atsiri jahe
merupakan salah satu peluang bisnis yang dibutuhkan untuk meningkatkan
nilai ekonomis jahe.
Indonesia sendiri merupakan salah satu dari lima besar negara eksportir
jahe di dunia. Ekspor Indonesia akan komoditas jahe rata-rata meningkat
32.75 % per tahun. Data tahun 2002 menunjukkan volume ekspor jahe
mencapai 43.193 ton (BPS 2002). Meskipun volume ekspor jahe cukup tinggi,
sebagian besar ekspor jahe masih dalam bentuk bahan mentah (rimpang jahe
segar) dan setengah jadi (jahe asinan dan jahe kering). Sejauh ini Indonesia
belum bisa memanfaatkan banyak peluang untuk mengekspor minyak jahe.
Ekspor jahe dalam bentuk olahan (minyak jahe, oleoresin jahe) masih sedikit.
Data eksport minyak jahe hanya 0,4% dari total eksport minyak atsiri
Indonesia (Hadipoentyanti, 2005)
Minyak jahe diketahui memiliki berbagai fungsi, diantaranya digunakan
dalam industri kosmetik, makanan, aromaterapi dan farmasi. Oleh karena itu
minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman jahe mempunyai nilai yang cukup
tinggi di pasar dunia. Harga minyak jahe di pasar Eropa asal Cina $ US 65 per
kg dan minyak yang sama asal India $ US 85 per kg (Public Ledger, 2006).
Minyak atsiri yang berasal dari jahe dapat dijadikan salah satu
usaha yang memiliki potensial tinggi karenanya minyak atsiri yang
dihasilkan dari tanaman jahe mempunyai nilai cukup tinggi di pasar
dunia. Harga minyak jahe dalam perdagangan dunia mencapai Rp
500.000–600.000/kg dan Oleoresin Jahe sebesar Rp 110.000,-/kg. Produksi
jahe di Indonesia pun cukup besar yaitu berkisar 216.586.662 kg (Azalia et al
2020)
Minyak atsiri jahe memiliki banyak manfaat. Beberapa manfaat
minyak jahe antara lain: (1) Mengatasi peradangan, (2) Menghilangkan mual
dan muntah, dan (3) Menyuburkan rambut. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa minyak atsiri jahe memiliki kandungan yang
2

cukup kompleks seperti senyawa fenolik (gingerol, zingiberol, sogaol dan


paradol). Senyawa-senyawa ini diketahui mempunyai efek sebagai
antioksidan, anti tumor dan anti proliferasi (Shukla, and Singh 2007).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jahe adalah
dengan pemilihan bibit unggul atau yang bermutu tinggi. Bibit unggul
diharapkan menjadi salah satu jaminan untuk meningkatkan produksi,
produktivitas dan mutu hasil pertanian yang kompetitif, dan berdampak pada
pendapatan dan kesejahteraan petani (Pinem, 2020). Sedangkan bibit unggul
yang dipilih untuk tananam jahe adalah varietas Cimanggu-1. Alasan
pemilihannya dikarenakan varietas Cimanggu-1 dapat menghasilkan produksi
rata-rata 2 kg/rumpun (Putri el al 2016).
Berbagai macam metode penyulingan yang digunakan dalam
penyulingan jahe untuk didapatkan atsirinya diantaranya (1) Metode
Perebusan (2) Metode Pengukusan (3) Metode uap langsung. Untuk skala
kecil yang biasa dilakukan kebanyakan petani, metode pengukusan paling
sering digunakan karena kualitas produk cukup baik, proses cukup efisien,
dan biaya peralatan tidak terlalu tinggi. Metode uap langsung lebih efisien
daripada metode lain sehingga ideal untuk skala besar.
Badan Standar Nasional (BSN) sudah menerapkan
beberapa persyaratan syarat mutu minyak atsiri berdasarkan acuan
Internasional Classification of Standard (ICS) dan kesepakatan antara pihak
baik pemerintah maupun pihak swasta. Syarat mutu minyak jahe terdapat
pada SNI 16-1312-1998 Tentang minyak Jahe.
Tabel 1 SNI Minyak Atsiri Jahe

No Jenis Uji Satuan Persyaratan


1 Berat jenis, (25ºC) - 0,8720 – 0,8890
2 Indeks bias, (25ºC) 1,4853 – 1,4920
3 Putaran optic - (-32º) – (-14º)
4 Bilangan asam mg KOH/g Maks, 2
5 Bilangan ester mg KOH/g Maks. 15
6 Bilangan ester setelah Asetilasi mg KOH/g Maks. 90
7 Minyak lemah - Negative
8 Sidik jari (khromatografi gas) - Sesuai standar
3

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan rancangan pabrik minyak atsiri akar wangi
yaitu sebagai berikut:

1. Menganalisis rencana yang harus dipersiapkan dalam pembuatan pabrik


minyak atsiri jahe.
2. Menganalisis kerangka Detailed Engineering Design (DED) proses
pembuatan pabrik minyak atsiri jahe
3. Menganalisis pengaturan sumber bahan rencana pembuatan pabrik minyak
atsiri jahe.
4. Menganalisis pengaturan tata letak pabrik rencana pembuatan pabrik
minyak atsiri jahe.
5. Menganalisis produk akhir yang dihasilkan dalam rencana pembuatan
pabrik minyak atsiri jahe.
4

II. RENCANA PENGEMBANGAN


A. Target produksi
Target produksi adalah ukuran produktivitas yang dinyatakan dengan
presentase. Target produksi berbanding lurus dengan kapasitas produksi,
sehingga semakin tinggi target produksi yang akan dicapai maka kapasitas
produksi harus semakin besar. Perusahaan dapat menghitung target produksi
dengan menghitung presentase dari jumlah produksi yang dihasilkan
dibandingkan dengan target produksi yang ingin dicapai. Sementara target
produksi dalam hal ini adalah 100kg/bulan.

B. Memenuhi persyaratan SNI


Salah satu masalah terbesar bagi industri minyak jahe Indonesia adalah
minyak jahe Indonesia tidak dapat memenuhi persyaratan kualitas yang
ditetapkan oleh standar internasional. Dari semua parameter mutu yang
ditentukan, ternyata nilai putaran optik minyak sangat berbeda dengan standar
yang berlaku, dimana besaran putaran optik yang dikehendaki bernilai negatif
(−), sementara statistik yang diperoleh dari ketiga sampel minyak jahe berikut
(termasuk diantaranya jahe dari Jawa Tengah) bernilai positif (+) (Ma’mun,
2006).

Tabel 2 Sampel Minyak Atsiri Jahe Indonesia dengan Standar Internasional

Karakteristik Minyak Jahe Standar


Jawa Lampung Eksportir Internasional
Tengah ISO 7355
Berat Jenis 0.8965 0.8959 0.8916 0.870-0.890
Indeks Bias 1.4890 1.4878 1.4868 1.480-1.490
Putaran Optik + 12° 40’ +10° 30’ (-20°) – (-
45°)
Kelarutan dalam Larut 1:7 Larut 1:5 Larut 1:5 Larut 1:4
Etanol 90%
Bilangan Asam 2.40 2.82 2.16 2.00-5.00
Bilangan Ester 10.20 16.85 20.45 10-40

Rendahnya konsentrasi zingiberene dalam minyak jahe Indonesia


disebabkan oleh proses pemurnian tradisional di mana zingiberene mengalami
degradasi termal. Zingiberene adalah senyawa termostabil. (Agarwal, 2001).
Proses destilasi konvensional untuk membuat minyak jahe membutuhkan
5

waktu antara 10-18 jam. Proses ini meningkatkan resiko terjadinya degradasi
thermal pada zingiberene. Seiring dengan panjangnya waktu yang dibutuhkan
untuk proses destilasi juga meningkatkan energi untuk pemanasan. Apalagi
sekarang sebagian besar penyulingan minyak atsiri memakai bahan bakar
minyak tanah yang harganya sudah sedemikian tinggi sehingga proses menjadi
kurang ekonomis (Kurniasari et al, 2013)
Alternatif proses produksi minyak atsiri jahe yang tepat diperlukan untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Alternatif proses tersebut harus mampu
mengekstrak minyak jahe dengan cepat sehingga meminimalkan penggunaan
energi dan memiliki kontrol terhadap temperatur mengingat minyak jahe
memiliki kandungan senyawa zingiberene yang bersifat thermolabil. Oleh
kareta itu, bila senyawa zingiberene tidak terdegradasi selama proses ekstraksi
maka diperoleh kandungan zingiberene yang tinggi dalam minyak jahe.
Kandungan zingiberene yang lebih tinggi dibandingkan kandungan camphene
dan curcumene akan menyebabkan minyak jahe memiliki nilai putar optik
negatif (Kurniasari et al, 2013).
Alternatif proses produksi minyak jahe yang ditawarkan adalah proses
produksi minyak jahe menggunakan teknologi Microwave Assisted Extraction
(MAE). MAE adalah teknik untuk mengekstrak bahan terlarut dalam bahan
tanaman dengan bantuan energi gelombang mikro. Teknologi ini cocok untuk
mengambil senyawa yang bersifat thermolabil karena memiliki kontrol suhu
yang lebih baik daripada proses pemanasan konvensional. Selain kontrol suhu
yang lebih baik, MAE juga memiliki beberapa keunggulan lain, termasuk
diantaranya adalah waktu ekstraksi yang lebih singkat, konsumsi energi dan
pelarut yang lebih sedikit, hasil yang lebih tinggi, akurasi dan presisi yang
lebih tinggi, adanya proses pengadukan yang meningkatkan fenomena
perpindahan massa, dan pengaturan peralatan yang menggabungkan fitur
sohklet dan keunggulan dari mikrowave.
6

III. KERANGKA DED

→ →
INPUT PROSES OUTPUT
↑ ↓

1. Pemeliharaan
lanjutan dengan
1. Spesifikasi produk
perawatan pasca
utama yaitu
panen
1. Luas pabrik minyak atsiri,
2. Pemanenan dan
2. Jenis tanaman parfum dan
perlakuan dengan
akar wangi bibit aromaterapi
mengambil akar
unggul 2. Data rendemen
3. Penyulingan modern
3. Jarak tanam 60 1,5% dengan
dengan teknik uap
x 40 cm, lubang tuntutan mutu SNI
dan peralatan
tanaman 3. Volume
pendukung yang
4. Pemeliharaan permintaan
modern
dengan minyak atsiri 100
4. Rendemen jahe
menyiram, kg/bulan
1,5% dan mutu SNI
memupuk, dan 4. Peralatan yang
SNI 16-1312-1998
membersihkan digunakan sudah
5. Pengemasan dengan
rumput liar. modern dalam
jerigen food grade
mengelola, proses
6. Pengangkutan
dan hasil.
dengan pick up
III.1. Input
1. Kebutuhan jahe : 500 kg/hari dengan jarak tanam : 60 cm x 40 cm =
2.400 tanaman / Ha, Umur panen : 4 bulan, produktifitas : 200
g/rumpun.
2. Kebutuhan 4 bulan : 500 kg/hari x 4 (20 hari) = 40.000 kg/rumpun
3. Jumlah rumpun yang dibutuhkan : (40.000 kg : 0,2 kg) = 8.000
4. Luas lahan = 8.000 rumpun : 2.400 rumpun/ha = 3,3 ha
5. Luasan panen/hari = 500 kg : 0,2 kg/rumpun = 2.500 rumpun
6. Kebutuhan minyak atsiri : 100 kg/bulan, 100 kg : 1,5 kg / hari = 66
hari kerja.
7. Pemeliharaan.
a. Penyiangan Gulma
7

Sampai tanaman berumur 6 - 7 bulan, gulma banyak tumbuh,


sehingga penyiangan perlu dilakukan secara intensif bersih.
Penyiangan setelah umur 4 bulan perlu dilakukan dengan hati-hati
agar tidak merusak akar yang dapat menyebabkan masuknya bibit
penyakit. Untuk mengurangi intensitas penyiangan dapat
digunakan mulsa tebal dari jerami atau sekam
b. Penyulaman
penyulaman tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1 –
1,5 bulan setelah tanam dengan menggunakan benih cadangan
yang telah dipilih dan ditabur.
c. Pembubunan
Pembumbunan mulai dilakukan ketika rumpun dengan 4 - 5
anakan telah terbentuk, sehingga rimpang selalu tertutup tanah.
Selain itu, dengan pembumbunan, drainase akan selalu terjaga.
d. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan.
Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh
serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum). Sampai saat ini
belum ada metode pengendalian yang memadai, kecuali dengan
menerapkan tindakan-tindakan untuk mencegah masuknya bibit
penyakit, seperti penggunaan lahan sehat, penggunaan benih sehat,
perlakuan benih sehat (antibiotik), menghindari perlukaan
(penggunaan abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa
tanaman dan gulma, pembuatan saluran irigasi supaya tidak ada air
menggenang dan aliran air tidak melalui petak sehat (sanitasi), inspeksi
kebun secara rutin. Tanaman yang terserang layu bakteri segera dicabut
dan dibakar untuk menghindari meluasnya serangan OPT. Hama yang
cukup signifikan adalah lalat rimpang Mimergralla coeruleifrons
(Diptera, Micropezidae) dan 7 Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae),
kutu perisai (Aspidiella hartii) yang menyerang rimpang mulai dari
pertanaman dan menyebabkan penampilan rimpang kurang baik serta
bercak daun yang disebabkan oleh cendawan (Phyllosticta sp.).
8

Serangan penyakit ini apabila terjadi pada tanaman muda (sebelum 6


bulan) akan menyebabkan penurunan produksi yang cukup signifikan.
Tindakan mencegah perluasan penyakit ini dengan menyemprotkan
fungisida segera setelah terlihat ada serangan (diulang setiap minggu
sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi secara rutin.
III.2. Proses
1. Pemeliharaan lanjutan dengan perawatan pasca panen
Perawatan tanaman jahe pasca panen meliputi
 Pembersihan rimpang dari kotoran, tanah dan mikroorganisme
yang tidak diinginkan melalui pencucian air bersih.
 Sortasi dan perajangan rimpang sesuai ukuran dan kualitas yang
diinginkan.
 Pengeringan rimpang dengan alat penirisan atau hembusan angin
untuk mengurangi kadar air dan mencegah pembusukan.
 Pengemasan rimpang dalam kemasan yang bersih, kering dan
kedap udara.
 Penyimpanan rimpang di tempat yang kering dan sejuk, hindari
tempat lembab dan terkena sinar matahari langsung.
2. Pemanenan dan perlakuan dengan mengambil akar
Setelah memanen jahem akar jahe dapat diambil dan diolah menjadi
berbagai produk seperti minuman jahe atau bahan masakan lainnya.
Untuk pengolahannya dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
seperti pengeringan atau pengolahan dengan direbus terlebih dahulu.
3. Penyulingan modern dengan teknik uap dan peralatan pendukung
yang modern
Penggunakan penyulingan Teknik uap dan peralatan pendukung yang
modern dapat menguntungkan dalam segi penghematan biaya
produksi. Karena dengan peralatan yang modern proses penyulingan
yang dilakukan akan lebih singkat jika dibandingkan dengan proses
penyulingan konvensional.
4. Rendemen jahe 1,5% dan mutu SNI 16-1312-1998
9

Standar nasional untuk rendemen minyak atsiri jahe adalah 1,5% dan
mutu minyak atsiri jahe ditetapkan pada SNI 16-13-12-1918.
5. Pengemasan dengan jerigen food grade
Pengemasan hasil penyulingan minyak atsiri jahe tidak dapat
dilakukan sembarangan, dikarenakan jika dilakukan secara
sembarangan maka ditakutkan akan menurunkan mutu minyak atsiri.
Hal ini disebabkan karena minyak atsiri sangat mudah teroksidasi dan
mudah terpengaruh oleh Cahaya, suhu dan kelembaban. Oleh
karenanya pengemasan minyak atsiri jahe harus dilakukan dengan
baik dan benar agar kualitasnya tetap terjaga yaitu dengan
menggunakan jerigen yang food grade.
6. Pengangkutan dengan pick up
Proses pengangkutan minyak atsiri juga tidak dapat dilakukan
sembarangan dan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan pada minyak
atsiri tersebut. Salah satu cara menghindari terjadinya kerusakan pada
minyak atsiri adalah dengan menghindari terjadinya goncangan pada
saat pengangkutan.

III.3. Output
1. Spesifikasi produk utama yaitu minyak atsiri, parfum dan aromaterapi
2. Data rendemen 1,5% dengan tuntutan mutu SNI 16-1312-1998
3. Volume permintaan minyak atsiri 100 kg/bulan
4. Peralatan yang digunakan sudah modern dalam mengelola, proses dan
hasil.
10

IV. PENGATURAN SUMBER BAHAN (LAHAN)


Hal yang tidak kala penting dalam perencanaan pembangunan sebuah pabrik
minyak atsiri adalah dimana sumber bahan tersebut didapatkan. Menururt (Eddy
Herjanto. 2007) dalam mendapatkan lokasi suatu perusahaan/pabrik yang tepat,
perlu untuk memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan kegiatan usaha
perusahaan. Faktor-faktor itu antara lain sebagai berikut:

a. Letak pasar
Kedekatan dengan pasar memungkinkan organisasi untuk memberikan
layanan yang lebih baik kepada pelanggan, dan seringkali menghemat
biaya pengiriman. Dari kedua keuntungan tersebut, memberikan pelayanan
yang lebih baik biasanya lebih penting. Selain itu, lokasi supplier juga
perlu diperhatikan, karena semakin jauh jarak supplier maka semakin
tinggi biaya transportasi dan distribusi barang.
b. Letak sumber bahan baku
Ketersediaan bahan baku yang dekat dengan lokasi pabrik sangat
menguntungkan bagi perusahaan karena biaya yang dikeluarkan dalam
pengadaan bahan baku dapat ditekan karena biaya transportasi yang lebih
rendah
c. Ketersediaan tenaga kerja
Ketersediaan tenaga kerja, baik tenaga terdidik maupun tenaga terlatih
yang cukup banyak merupakan faktor terpenting. Dalam menentukan
lokasi usaha, harus diperhatikan besarnya kebutuhan tenaga kerja, baik
pekerja terampil, terlatih maupun tidak terampil. Untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan, kemungkinan ketersediaan personel ini harus
diperhatikan.
d. Ketersediaan tenaga listrik
Bagi perusahaan, ketersediaan listrik di lokasi usaha yang prospektif
merupakan hal yang mutlak harus dilakukan, terkadang ada beberapa
wilayah yang masih belum terjangkau oleh PLN. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa faktor ketersediaan tenaga listrik merupakan faktor yang
harus diperhatikan.
e. Ketersediaan air
11

Ketersediaan air bersih sangat diperlukan bagi kehidupan manusia,


termasuk bagi perusahaan, terutama perusahaan yang membutuhkan air
sebagai bahan baku produknya.
f. Fasilitas pengangkutan
Fasilitas transportasi yang merupakan alat atau alat transportasi yang
tersedia dalam pelaksanaan proses transportasi, misalnya dalam hal
transportasi darat, harus tersedia alat transportasi seperti: Bus, Truk, Sedan
dan lain-lain yang sesuai dengan kemungkinan volume atau jumlah
penumpang yang dapat diangkut. Selain itu, fasilitas yang akan digunakan
atau dilewati oleh pengangkut dalam menjalankan fungsinya untuk
mengangkut barang atau penumpang dari satu tempat ke tempat lain yang
telah ditentukan untuk transportasi darat seperti; Jalan, jembatan, terminal dan
lain-lain, harus tersedia dengan baik, untuk kelancaran transportasi termasuk
untuk keperluan bongkar muat barang atau bongkar muat dan jemput
penumpang.

g. Fasilitas perumahan, pendidikan, perbelanjaan, dan telekomunikasi


h. Pelayanan kesehatan, keamanan, dan pencegahan kebakaran
i. Pelayanan kesehatan merupakan hal yang harus diperhatikan dalam
memilih lokasi usaha, hal ini berguna untuk terciptanya penanggulangan
kecelakaan kerja yang cepat dan mudah dijangkau. Jasa keamanan juga
harus diperhatikan, mengingat aset perusahaan yang tidak sedikit. Risiko
kebakaran pabrik tidak dapat dihilangkan, namun dapat diminimalisir,
salah satunya dengan alat pemadam kebakaran dan layanan pemadam
kebakaran yang memadai yang disediakan oleh pemerintah.
j. Peraturan pemerintah setempat
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah memiliki andil dalam
pengembangan sebuah bisnis. Ini karena pemerintah mengatur jam kerja
maksimum, upah minimum, usia kerja minimum dan termasuk pajak, yang
semuanya mempengaruhi operasi perusahaan secara keseluruhan.
k. Sikap masyarakat
Kesediaan masyarakat di suatu daerah untuk menerima segala
konsekuensi, baik konsekuensi positif maupun konsekuensi negatif dari
12

berdirinya tempat usaha di daerah tersebut, merupakan syarat dapat atau


tidaknya usaha tersebut didirikan di daerah tersebut.
l. Biaya dari tanah dan bangunan
Harga tanah dan sewa bangunan di perkotaan lebih mahal daripada di
pedesaan. Oleh karena itu, ketersediaan lahan yang luas dengan harga
yang ekonomis perlu diperhatikan dalam memilih lokasi usaha jika di
kemudian hari pemilik usaha memiliki rencana untuk melakukan ekspansi.
m. Luas tempat parkir
Tempat parkir dengan luas yang memadai membuat pertimbangan lain
dalam memilih lokasi usaha. Namun, luas atau tidaknya tempat parkir
ditentukan berdasarkan jenis kegiatan usaha. Tempat parkir biasanya
dibangun saat mendirikan usaha sehingga tidak terlalu menjadi faktor
penentu dalam memilih lokasi usaha.
n. Saluran pembuangan
Setiap perusahaan produksi akan menghasilkan limbah, baik limbah padat
ataupun limbah cair. Limbah tersebut harus diproses terlebih dahulu sebelum
aman untuk dibuang. Penanganan limbah yang baik akan menjamin
kenyamanan lingkungan dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu dibutuhkan
saluran pembuangan yang memadai.

o. Kemungkinan perluasan
Kebanyakan investor dalam memilih lokasi usaha di suatu daerah akan
melihat dari segi kemungkinan apakah lokasi tersebut memungkinkan untuk
perluasan atau tidak. Jika di sekililing lokasi usaha sudah penuh, sedangkan
perusahaan memerlukan perluasan pabrik, maka alternatif yang bisa ditempuh
adalah dengan membangun gedung yang bertingkat. Hal tersebut tentu akan
menyulitkan jalannya proses produksi.

p. Lebar jalan.
Lebar jalan sangat menentukan bagi kelancaran transportasi bahan baku
maupun barang jadi, semakin lebar jalan yang ada, semakin menguntungkan
bagi pemilik usaha.
13

V. PENGATURAN TATA LETAK PABRIK


Dalam dunia industri, tata letak pabrik dan penempatan fasilitas dan peralatan
produksi merupakan salah satu industri yang berperan penting dalam
meningkatkan produktivitas perusahaan. Tata letak pabrik adalah fondasi penting
industri. Tata letak pabrik atau tata letak fasilitas didefinisikan sebagai prosedur
pengorganisasian peralatan pabrik untuk mendukung kelancaran proses produksi
dan jarak yang ditempuh oleh material di area produksi mempengaruhi lintasan
produksi dan waktu penyelesaian (Adisia et al 2020).

Tata letak fasilitas dan penanganan material merupakan salah satu area yang
dapat mempengaruhi kinerja industri. Tata letak yang tidak tepat dapat
mengakibatkan waktu transfer material yang tidak efisien karena jarak yang jauh
antar stasiun. Kegiatan di sektor ini harus diatur dan dirancang untuk menciptakan
kegiatan yang saling mendukung berdasarkan aliran material dan hubungan timbal
balik aktivitas. Tata letak yang baik adalah tata letak yang memanfaatkan ruang
proses secara efisien untuk meningkatkan kualitas ruang dan mengurangi biaya
penanganan material (Adisia et al 2020).

Pintu Bak penampung Boiler Mesin


masuk bahan Destilasi

Bak air

kantor Toilet
Ruang Produksi

Tempat
Limbah Mushola

Pintu
Gudang Genset keluar
14

VI. PRODUK AKHIR


A. Minyak atsiri
Hal yang paling diharapkan dalam rencana pembangunan pabrik
minyak atsiri tentunya adalah minyak atsiri itu sendiri.
Syarat mutu minyak jahe terdapat pada SNI 16-1312-1998 Tentang
minyak Jahe
Tabel 3 SNI Atsiri Jahe

No Jenis Uji Satuan Persyaratan


1 Berat jenis, (25ºC) - 0,8720 – 0,8890
2 Indeks bias, (25ºC) 1,4853 – 1,4920
3 Putaran optic - (-32º) – (-14º)
4 Bilangan asam mg KOH/g Maks, 2
5 Bilangan ester mg KOH/g Maks. 15
6 Bilangan ester setelah Asetilasi mg KOH/g Maks. 90
7 Minyak lemah - Negative
8 Sidik jari (khromatografi gas) - Sesuai standar

B. Produk turunan
Minyak essensial dapat dimanfaatkan dengan berbagai macam cara
1. Diffuser
Diffuser alat khusus yang digunakan untuk menyemprotkan minyak
essential jahe ke seluruh ruangan. Atau dapat juga mengencerkan
konsentrasi minyak jahe dengan air atau dengan mengkombinasikan
dengan minyak essential lainnya.
2. Inhlasi uap
Minyak jahe dapat dapat menggunakan untuk uap wajah atau uap hidung.
Cara pakai minyak jahe adalah dengan menggunakan semangkuk air
hangat lalu campurkan dengan minyak jahe. Pusatkan uapnya ke hidung
untuk melancarkan saluran pernapasan.
3. Semprotan
Minyak jahe dapat diguankaan sebagai pengganti semprotan pengharum
ruangan. Berdasarkan rekomendasi dari National Association for Holistic
Aromatherapy (NAHA), gunakan 10-15 tetes minyak jahe lalu campurkan
dengan air. Kocok dan semprotan atau spray minyak jahe siap digunakan.
4. Minyak oles
15

Gunakan minyak esensial jahe ke kulit dengan cara mengoleskannya tipis-


tipis dan merata.
16

DAFTAR PUSTAKA
Adiasa, I., Suarantalla, R., Rafi, M. S., & Hermanto, K. 2020. Perancangan Ulang
Tata Letak Fasilitas Pabrik Di CV. Apindo Brother Sukses Menggunakan
Metode Systematic Layout Planning (SLP). Performa: Media Ilmiah
Teknik Industri, 19(2).
Agarwal,N., 2001. Insect growth inhibition, antifeedant and antifungal activity of
compounds isolated/derived from Zingiber officinale Roscoe (ginger)
rhizomes. NCBI
Azalia, A., Suroso, E., Hidayati, S., & Joen, D. A. Z. 2020. Model penyulingan
minyak atsiri jahe merah berbasis produksi bersih. JTUR, 2(2), 238-249.
Guenther, E., 1952. The essential Oils Volume 5. D. Van Nostrand Company Inc.
New York. 420 pp.
Hadipoentyanti, E. 2005. Prospek Pengembangan Tanaman Penghasil Minyak
Atsiri Baru dan Potensi Pasar. Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik
Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo
Kurniasari, L., Hartati, I., & Ratnani, R. D. 2013. Kajian ekstraksi minyak jahe
menggunakan microwave assisted extraction (mae). Majalah Ilmiah
Momentum, 4(2).
Leelapornpisid, P., Wickett, R. R., Chansakaow, S., & Wongwattananukul, N.
2015. Potential of native Thai aromatic plant extracts in antiwrinkle body
creams.
Ma’mun. 2006. Karakteristik Minyak Atsiri Dari Famili Zingibereceae Dalam
Perdagangan. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika
Pinem, L. J. 2020. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam
Memilih Bibit Kelapa Sawit. Agriprimatech, 3(2), 53-61.
Publick Ledger. 2006. Daily Market Price. Agra Informa Ltd. Kent,UK.
Putri, C. R., Kusumaningrum, H. P., & Kusdiyantini, E. 2016. Keragaman Genetik
Jahe (Zingiber officinale Roscoe) menggunakan Teknik Penanda
Molekuler Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Jurnal
Akademika Biologi, 5(2), 87-97.
17

Shukla, Y., Singh, M. 2007. Cance Preventive Properties of Ginger : A Brief


Review. J. Food Chem Toxicol, Vol. 45, No. 5, hh. 683- 690.

Anda mungkin juga menyukai