1. Restorasi plastis:
2. Resin Komposit
Resin komposit merupakan resin akrilik yang sudah ditambah dengan
bahan lain, misalnya quartz, untuk membentuk struktur komposit. Resin
komposit juga merupakan restorasi adhesive yang dapat berikatan dengan
jaringan keras gigi melalui dua sistem bonding, yaitu ikatan enamel dan
ikatan dentin.
3. Electric Pulp Test (EPT):
1
STEP 2
b. Resin komposit jenis apakah yang sesuai untuk kasus pada skenario ?
2
STEP 3
Partikel pengisi yang paling sering digunakan untuk jenis ini adalah
quartz. Ukuran rata-rata partikelnya adalah 8-12 µm, sesekali partikel
sebesar 50 µm juga bisa terdapat di dalamnya. Ukuran partikel yang besar
membuat resin komposit jenis ini terlihat kasar. Banyaknya bahan pengisi
umumnya 70-80% berat atau 60-65% volume.
Partikel pengisi yang digunakan untuk resin komposit jenis ini adalah
koloidal silica. Ukuran dari partikelnya adalah 0,04-0,4 µm, jauh lebih
kecil 200-300 kali dibandingkan resin komposit tradisional. Kelemahan
dari resin komposit ini adalah ikatan antara partikel komposit dan
matriksnya lemah sehingga mempermudah pecahnya restorasi.
B. Resin komposit hibrida merupakan tipe resin komposit yang paling sesuai
dengan kasus di skenario. Selain karena kekuatannya, resin komposit
hibrida memiliki permukaan yang halus, lalu juga dapat terhindar dari
stain.
3
2. Indikasi dan kontraindikasi resin komposit
Indikasi:
- Restorasi kavitas kecil dan sedang (misal: karies pada gigi P atau M1
klas I Black)
- Daerah yang akan direstorasi tidak memiliki kontak oklusal yang berat
- Daerah operasi dapat diisolasi saat dilakukan prosedur kerja
- Dapat memperkuat sisa struktur gigi
- Untuk gigi anterior (misal: fraktur pada insisal, restorasi tidak akan
mengganggu estetik karena sewarna dengan gigi)
- Pit dan fissure sealant
- Pasien yang alergi terhadap logam
Kontraindikasi:
- Daerah operasi yang tidak bisa diisolasi
- Daerah yang akan direstorasi memiliki tekanan oklusal berat sehingga
restorasi mudah pecah
- OH buruk
- Lesi proksimal yang sulit dilakukan penumpatan
- Pasien alergi terhadap komposit
- Jaringan gigi yang tersisa tidak mendukung restorasi
- Insidensi karies tinggi
- Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism
4
- Lebih ekonomis dibandingkan dengan pembuatan crown yang
membutuhkan prosedur laboratorium
- Mudah polishingnya
Kekurangan restorasi komposit:
- Memerlukan kemampuan sensitivitas dan ketelitian operator
yang tinggi
- Lebih mahal dibandingkan restorasi plastis lainnya
- Microleakage
- Waktu yang dibutuhkan untuk prosedur kerja lebih banyak
- Menyerap air sehingga harus diisolasi dengan baik, jika
terkontaminasi maka restorasi mudah terlepasi
- Iritatif terhadap pulpa apabila ada komposit yang tidak
terpolimerisasi
- Elastisitas rendah
- Dapat mengalami diskolorisasi setelah pemakaian jangka
panjang
5
b. Isolasi daerah kerja (menggunakan saliva ejector, tampon, dan cotton
roll).
c. Pembersihan gigi dari debris, kalkulus, dll.
d. Preparasi kavitas
Pada saat preparasi kavitas, harus memperhatikan prinsip-prinsip
di bawah ini:
- Convinience : membentuk kavitas sedemikian rupa untuk akses alat
dan bahan.
- Resistence : membentuk kavitas sedemikian rupa agar bahan
tumpatan dan jaringan gigi yang tersisa kuat untuk menahan beban
kunyah.
- Retention : perlu atau tidaknya dibuat bevel. Namun pada karies klas
I Black tidak perlu dibuat bevel.
- Extention for Prevention : perluasan kavitas dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya karies sekunder.
e. Irigasi kavitas, lalu dikeringkan.
f. Pemberian liner/basis menggunakan Ca(OH)2
g. Irigasi, lalu dikeringkan.
h. Pemberian etsa asam menggunakan asam fosfat 30-50% selama 20-30
detik.
i. Irigasi dengan aquadest 20cc, lalu dikeringkan.
j. Setelah dilakukan pengetsaan, enamel akan berwarna putih.
k. Aplikasi bahan bonding menggunakan BIS-GMA
l. Penumpatan resin komposit, dimasukkan selapis demi selapis. Pada
setiap lapisan dilakukan penyinaran selama 15-20 detik.
m. Cek oklusi
n. Pemulasan tumpatan
6
Jika daerah kerja terkontaminasi dengan cairan maka perlekatan bahan
tumpatan dengan enamel dan dentin akan terganggu.
- Kontak oklusal yang normal
- Kemampuan operator
Diperlukan kehati-hatian dan ketelitian yang tinggi dalam melakukan
prosedur restorasi.
- Pemilihan bahan tumpatan yang tepat
- Desain kavitas yang sesuai
Desain kavitas yang baik hendaknya mempertimbangkan segi
retensi, resistensi, convenience, dan extention for prevention. Apabila
keempat hal tersebut terpenuhi, maka karies sekunder sulit sekali
timbul, dan daya tahan restorasi akan menjadi semakin lama. Karies
sekunder biasanya disebabkan oleh preparasi yang tidak memenuhi
kriteria extention for prevention, yaitu pit dan fissure yang dalam
harus diikutsertakan pada preparasi walaupun tidak terkena karies.
Juga kriteria removal of caries, yaitu penghilangan jaringan yang
terinfeksi. Apabila kedua kriteria tersebut tidak terpenuhi maka akan
terjadi karies sekunder.
- Teknik manipulasi bahan restorasi
Cara manipulasi bahan restorasi plastis berbeda-beda untuk tiap
bahan, dengan berbagai ketentuan tertentu. Apabila hal ini tidak
diikuti dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap kekuatan sifat
mekanisnya, ekspansifnya, dan dikhawatirkan akan menyebabkan
mikroporositas yang menjadi penyebab karies sekunder. Pengetahuan
akan teknik manipulasi beserta cara pengaplikasian bahan menjadi
syarat utama dalam keberhasilan restorasi yang dilakukan
- Ketepatan dalam menentukan indikasi
- Teknik polishing dan finishing
Jika hasil polishing dan finishing kasar, maka sisa makanan akan
mudah menumpuk sehingga menjadi asam yang dapat menyebabkan
karies.
7
- Alat yang digunakan harus baik.
Misal: jika alat curing yang digunakan memiliki baterai lemah,
panjang gelombang sinar yang dikeluarkan tidak akan sesuai sehingga
proses pengerasan juga tidak sempurna.
8
STEP 4
Mapping:
Karies
Restorasi
Plastis Rigid
9
STEP 5
STEP 6
MANDIRI
10
STEP 7
PEMBAHASAN
11
- Sistem lain (Dual-activated)
Dual-activated komposit memiliki dua sistem pemicu polimerisasi
yaitu light-activated dan chemically activated. Light-activation digunakan
untuk memicu polimerisasi dan chemical-activation diandalkan untuk
melanjutkan dan melengkapi reaksi setting dari resin komposit.
12
anorganik ditumbuk menjadi ukuran lebih kecil dibandingkan dengan
yang biasa digunakan dalam komposit tradisional.
Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk komposit berkisar 1-5 μm
tetapi penyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel yang luas
ini memungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit
berbahan pengisi partikel kecil umumnya mengandung bahan pengisi
anorganik yang lebih banyak (80 % berat dan 60-65 % volume).
Beberapa bahan pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai
bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung
logam berat.
- Komposit hibrida
Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka
memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik dari pada partikel yang
lebih kecil, sementara mempertahankan sifat partikel kecil tersebut.
Ukuran partikel kacanya kira-kira 0,6- 1,0 mm, berat bahan pengisi antara
75-80% berat. Sesuai namanya ada 2 macam partikel bahan pengisi pada
komposit hybrid. Sebagian besar hibrid yang paling baru pasinya
mengandung silica koloidal dan partikel kaca yang mengandung logam
berat. Silica koloidal jumlahnya 10-20% dari seluruh kandungan pasinya.
Sifat fisik dan mekanis dari sitem ini terletak diantara komposit
konvensional dan komposit partikel kecil, bahan ini lebih baik
dibandingkan bahan pengisi pasi-mikro. Karena permukaannya halus dan
kekuatannya baik, komposit ini banyak digunakan untuk tambalan gigi
depan, termasuk kelas IV. Walaupun sifat mekanis umumnya lebih rendah
dari komposit partikel kecil, komposit hibrida ini juga sering digunakan
untuk tambalan gigi belakang.
13
- Komposit konvensional
Resin komposit konvensionaldisebut juga komposit tradisional atau
komposit makrofiler, karena ukuran partikel pengisinya yang relatif besar.
Bahan pengisi yang sering digunakan adalah quartz dengan ukuran rata-rata
8-12 μm. Komposit ini lebih tahan terhadap abrasi namun memiliki
permukaan yang kasar, dan umumnya bersifat radiolusen. Sifat-sifat mekanik
baik, jarang terjadi fraktur. Permukaan dapat mengikat plak, sukar dipoles.
Mempunyai kecenderungan berubah warna. Indikasi untuk tumpatan dengan
tekanan kunyah besar (kelas IV dan II).
1 Konvensional 8-12 78
. (large particle)
15-35
14
c. Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan fillernya,
yaitu : 7
- Resin komposit flowable
Pada pertengahan tahun 1990, diperkenalkan resin komposit flowable
sebagai bahan tambalan alternatif untuk restorasi kavitas klas V.2 Resin
komposit ini memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,04-1 µm
dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkurang hingga 44-54
%.7 Komposisi filler inorganik yang rendah dan komposisi resin yang lebih
banyak menyebabkan resin komposit tipe ini memiliki daya alir yang sangat
tinggi dan viskositas atau kekentalannya cukup rendah, sehingga dapat
dengan mudah untuk mengisi atau menutupi celah kavitas yang kecil.3,4,5
Resin komposit flowable memiliki modulus elast isitas yang rendah
menyebabkan bahan ini lebih fleksible, penumpatan bahan yang lebih
mudah, cepat, teliti, mudah beradaptasi, sangat mudah dipolish, radiopak,
dan mengandung fluoride serta pengurangan sensitifitas setelah
penumpatan.4 Selain itu, resin komposit flowable dapat membentuk sebuah
lapisan elastis yang dapat mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi.6
Indikasi bahan restorasi ini ditujukan untuk kavitas dengan invasif minimal
seperti restorasi klas I dan klas II dengan tekanan oklusal yang ringan,
restorasi kavitas klas V, juga dapat digunakan sebagai liner.4
15
mekanis yang baik karena memiliki kandungan filler yang tinggi.8,9,10,11,12
Resin komposit packable diindikasikan untuk gigi posterior karena daya
tahannya terhadap tekanan sehingga dapat mengurangi masalah kehilangan
12
kontak. Resin komposit ini diindikasikan untuk restorasi klas I, klas II
dengan luas kavitas yang kecil, dan klas V.10
16
3. Tahapan Preparasi Restorasi Resin Komposit13
- Tahapan Isolasi
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi
saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah
adalah masalah yang harus diatasi sebelum melakukan preparasi. Beberapa
metode tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva
ejector, gulungan kapas atau cotton roll, dan isolator karet atau rubber
dam
- Pembersihan Gigi
Apabila terdapat kotoran seperti debris, plak, atau karang gigi pada
daerah kerja, maka dibersihkan terlebih dahulu.
Tahap preparasi13
a. Membuat outline form pada oklusal gigi mengikuti bentuk pit dan
fissure dengan memperhatikan bentuk resistensi, retensi,
konvenien, dan extention for prevention.
b. Preparasi menggunakan kontra angle high speed dengan bur bulat
sedalam 2-3 mm.
c. Membentuk dinding tegak lurus dengan dasar kavitas
menggunakan bur fissure silindris.
17
g. Irigasi dengan aquadest steril kemudian keringkan dengan cotton
palate
18
permukaan dentin. Larutan tersebut menguap meninggalkan sebuah lapisa
tipis yang berfungsi memberikan proteksi pada pulpa di bawahnya.Selain
liner, perlindungan lain dapat berupa basis. Basis yang dapat digunakan
adalah basis dari kalsium hidroksida, semen ionomer kaca, dan seng
fosfat. Sebagai basis, kalsium hidroksida berbentuk pasta yang terdiri dari
basis dan katalis. Basisnya terdiri dari calcium tungstate, tribasic calcium
phosphate, dan zinc oxide dalam glycol salycilate. Katalisnya terdiri dari
calcium hydroxide, zinc oxide, dan zinc stearate dalam ethylene toluene
sulfonamide. Basis kalsium hidroksida yang diaktivasi dengan sinar
biasanya mengandung calcium hydroxide dan barium sulfate yang
terdispersi dalam resin urethane dimethacrylate. Kalsium hidroksida
sebagai basis mempunyai kekuatan tensile dan kompresi yang rendah
dibandingkan dengan basis dengan kekuatan dan rigiditas yang tinggi.
Karena itulah, kalsium hidroksida tidak diperuntukkan untuk menahan
kekuatan mekanik yang besar, biasanya jika digunakan untuk memberikan
tahanan terhadap tekanan mekanik, harus didukung oleh dentin yang kuat.
Untuk memberikan perlindungan terhadap termis, ketebalan lapisan yang
dianjurka tidak lebih dari 0,5 mm. Keuntungan dari penggunaan kalsium
hidroksida adalah sifat terapeutiknya yang mampu merangsang
pembentukan dentin sekunder. Setelah itu dilakukan irigasi lalu kavitas
dikeringkan.
19
Ulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush
kecil pada permukaan yang telah di etsa . Ditunggu ± 10 detik sambil di
semprot udara ringan di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas)
.Kemudian dilakukan penyinaran selama 20 detik.
Saat ini, pemakaian bahan adhesif pada dentin telah meluas ke seluruh
dunia dan perkembangannya pun bervariasi didasarkan pada tahun
pembuatan, jumlah kemasan dan sistem etsa. Berdasarkan tahun
pembuatan, bahan adhesif dibagi mulai dari generasi I sampai pada
generasi VII.
20
lapisan pada permukaan dentin. Kekuatan ikatan bahan adhesif ini rendah
sampai dengan sedang sampai dengan 20 MPa dan secara signifikan dapat
menurunkan kemungkinan terjadinya celah marginal yang lebih baik
daripada sistem adhesif sebelumnya. Sistem ini memerlukan teknik
pemakaian yang sensitif dan memerlukan keahlian untuk dapat mengontrol
pengetsaan pada enamel dan dentin. Cara pemakaiannya cukup rumit
dengan beberapa botol sediaan bahan dan beberapa langkah-langkah yang
harus dilakukan.
Generasi VII mulai berkembang sekitar tahun 2002, generasi ini juga
dikenal sebagai generasi ”all in one” adhesif, dikatakan demikian karena
pada generasi VII ini bahan etsa, primer dan bonding telah dikombinasikan
dalam satu kemasan saja, sehingga waktu pemakaian bahan adhesif
generasi VII ini menjadi lebih singkat.
21
ada di meja unit dan waktu pemakaian yang lama dikarenakan sistem ini
yang terdiri dari tiga botol dan tidak praktis.
Sistem bahan adhesif lainnya yakni sistem dua botol yang terdiri dari
dua botol bahan yang terpisah yakni satu botol bahan etsa dan satu botol
yang merupakan gabungan antara primer dan bonding. Saat ini, sistem in
merupakan bahan adhesif yang paling banyak digunakan di praktek dokter
gigi. Hal ini dikarenakan sistem ini lebih simpel dan waktu pemakaiannya
lebih cepat. Disamping itu, ikatan yang dihasilkan cukup kuat.
Sistem bahan adhesif terakhir yakni sistem satu botol yang hanya
terdiri satu botol yang merupakan gabungan etsa, primer dan bonding.
Sistem ini merupakan sistem bahan adhesif yang terakhir kali keluar.
Kelebihan sistem ini adalah waktu pemakaian yang lebih cepat dan mudah
pengaplikasiannya dibandingkan dengan sistem bahan adhesif lainnya.
Namun, kekurangan sistem ini adalah kekuatan ikatan yang dihasilkan
lebih rendah.
22
o Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades,
atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide,
anodized aluminium, atau nikel titanium.
o Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs,
berbagai tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point
dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.
o Diamond dan carbide burs
Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin
komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada
permukaan restorasi.
o Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang
abrasive dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area
interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar
sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat
melakukan finishing dan polishing.
o Finishing stips
Digunakan untuk mengkontur dan mem-polish permukaan
proksimal margin gingival untuk membuat kontak interproksimal.
23
Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa
digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam
menggunakan alat ini kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat
memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan plastic strips
dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam
beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan
secara berurutan.
24
25
KESIMPULAN
26
- Dapat bertahan minimal 3 tahun, sekitar 3-10 tahun
- Lebih ekonomis dibandingkan dengan pembuatan crown yang
membutuhkan prosedur laboratorium
- Mudah polishingnya
- Konduktivitas suhu rendah
- Perlekatan mekanik yang baik ke struktur gigi
- Tidak mengandung merkuri atau galvanism
- Menguatkan struktur gigi
Kekurangan restorasi komposit:
- Memerlukan kemampuan dan ketelitian operator yang tinggi
- Relatif mahal dibandingkan restorasi plastis lainnya
- Microleakage
- Waktu yang dibutuhkan untuk prosedur kerja lebih banyak
- Menyerap air sehingga harus diisolasi dengan baik, jika
terkontaminasi maka restorasi mudah terlepasi
- Iritatif terhadap pulpa apabila ada komposit yang tidak
terpolimerisasi
- Elastisitas rendah
- Dapat mengalami diskolorisasi setelah pemakaian jangka panjang
- Membutuhkan teknik yang rumit
- Pengerutan sewaktu polimerisasi
27
- Pemberian etsa asam
- Irigasi dengan aquadest 20cc, lalu dikeringkan.
- Aplikasi bahan bonding
- Penumpatan resin komposit
- Cek oklusi
- Pemulasan
28
DAFTAR PUSTAKA
29
11. Attar N. The effect of finishing and polishing procedures on the
surface roughness of composite resin materials. J Contemp Dent Pract
2007; 8(1):27-35.
12. Leeuailoj C. The art of anterior tooth-colored restoration with resin
composites. Thailand: Chulalongkorn University, 2004: 10-11.
13. Baum L, Phillips RW, Lund MR. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi.
Edisi 3. Alih bahasa: Tarigan R. Jakarta: EGC; 1997.
14. Wilson HJ, Mansfield MA, Heath JR, Spence D. Dental Technology
and Materials for Students.8th Edition. London: Blackwell Scientific
Publication, 1987.
15. Craig RG, Powers JM, Wataha JC. Dental Materials: Properties and
Manipulation.7th Edition. New Delhi: Harcourt (India) Private Limited,
2002: 57-71.
16. Indra YK. Prosedur Penyelesaian dan Pemolesan Untuk Mendapatkan
Tumpatan Resin Komposit yang Ideal. MI Kedokteran Gigi. Jakarta,
2001.
30