Anda di halaman 1dari 55

PENDEKATAN MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN

Prinsip-prinsip pembelajaran :
1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. Darigurusebagaisatu-satunyasumberbelajarmenjadibelajarberbasis
aneka sumber belajar;
3. Daripendekatantekstualmenujuprosessebagaipenguatanpenggunaan
pendekatan ilmiah;
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasis kompetensi;
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal
menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi
dimensi;
7. Daripembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
9. Pembelajaran yangmengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. Pembelajaranyangmenerapkannilai-nilaidenganmemberiketeladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo
mangun karso),dan mengembangkan kreativitaspeserta didik
dalamproses pembelajaran (tutwurihandayani);
11. Pembelajaran yangberlangsung di rumah di sekolah,
dandimasyarakat;
12. Pembelajaranyangmenerapkanprinsipbahwasiapasajaadalahguru,
siapa saja adalah peserta didik, dan dimana saja adalahkelas;
13. Pemanfaatanteknologiinformasidankomunikasiuntukmeningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuanatasperbedaanindividualdanlatarbelakangbudaya.
1. Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Kurikulum 2013 mewajibkan guru untuk melaksanakan pembelajaran


dengan menggunakan pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang
mengadopsi langkah-langkah saintifik dalam membangun pengetahuan
melalui metode ilmiah. Pendekatan ini menekankan pada proses
pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi pembelajaran melalui
kegiatan sebagai berikut:

a. Mengamati (Observing)

Kegiatan mengamati kegiatan awal dalam proses


Melatih
kesabaran, pembelajaran, yakni mengenal objek
ketelitian, menggunakan alat indera, misalnya dengan
kesungguhan
dan mencari membaca, mendengar, menyimak, melihat
informasi atau mengamati fenomena, dengan tujuan untuk
mengidentifikasi dan menemukan masalah guna
mendorong konstruksi berfikirmemecahkan suatu masalah dan
menciptakan ide-ide baru dari sesuatu yang di amatinya. Mengamati
mengutamakan dan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful
learning). Mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan
mengamati dalam rangka pembelajaran ini bisaanya memerlukan
waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga yang
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna
serta tujuan pembelajaran.

Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu


peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan
fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan
materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
1) Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru :
(a) Menentukan objek apa yang akan diobservasi,
(b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek
yang akan di observasi,
(c) Menentukan secara jelas dataapa yang perlu diobservasi,
baik primer maupun sekunder,
(d) Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi,
(e) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan
untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar,
(f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil
observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape
recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

2) Pelaksanaan Observasi :
(a) Observasi berstruktur: Pada observasi berstruktur dalam
rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau
situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah
direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan
guru.
(b) Observasi tidak berstruktur: Pada observasi yang tidak
berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak
ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang harus
diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta
didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam
memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang
diobservasi.

3) Prinsip-prinsip Observasi :
(a) Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang
diobservasi untuk kepentingan pembelajaran. Banyak atau
sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek,
atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen
subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit
kegiatan obervasi itu dilakukan.
(b) Sebelum observasi dilaksanakan, guru dan peserta didik
sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur
pengamatan.
(c) Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak
dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat
catatan atas perolehan observasi.
(d) Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika
peserta didik dan guru melengkapi diri dengan dengan alat-
alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti: tape recorder,
untuk merekam pembicaraan; kamera, untuk merekam objek
atau kegiatan secara visual; film atau video, untuk merekam
kegiatan objek atau secara audio-visual; alat-alat lain sesuai
dengan keperluan.

Saat ini butir (d) di atas dapat memanfaatkan kemajuan


teknologi hand-phone, sehingga tidak banyak memerlukan
jumlah peralatan yang beragam.

(e) Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam
melakukan observasi, dapat berupa
Membangun pengetahuan Faktual,
konseptual, prosedural, dan daftar cek (checklist), skala rentang
berfikir metakognitif
(rating scale), catatan
Melatih kreatifitas dan rasa ingin anekdotal (anecdotal record),
tahu membentuk pikiran kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan catatan berkala, dan alat
belajar sepanjang hayat
mekanikal (mechanical device).

b. Menanya (Questioning)

Kegiatan menanya dilakukan agar peserta didik dapat membangun


pengetahuannya secara faktual, konseptual, dan prosedural, tentang
suatu hukum teori, hingga berpikir metakognitif.Melalui kegiatan
bertanya dikembangkan kreativitas dan rasa ingin tahu, serta
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk critical
minds. Proses menanya dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi atau
kerja kelompok.

Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari


apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk


meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.

Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik.

1) Fungsi Bertanya :
(a) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta
didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran;
(b) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif
belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk
dirinya sendiri;
(c) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya;
(d) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan,
dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan;
(e) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis,
sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar;
(f) Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi,
berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan
menarik simpulan;
(g) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan
menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata,
serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok; Membisaakan peserta didik berpikir spontan
dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-
tiba muncul; dan
(h) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan
kemampuan berempati satu sama lain.

2) Kriteria Pertanyaan yang Baik :


(a) Singkat dan jelas;
(b) Menginspirasi jawaban;
(c) Memiliki fokus;
(d) Bersifat probing atau divergen;
(e) Bersifat validatif atau penguatan;
(f) Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang;
(g) Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif;
(h) Merangsang proses interaksi.

c. Mengumpulkan informasi/mencoba (Experimenting)

Mengembangkan sikap Mengumpulkan informasi/mencoba


jujur, teliti, kemampuan merupakan aktivitas yang dilakukan
berfikir sistematis
oleh peserta didik untuk menemukan
Mengembangkan jawaban atas pertanyaan yang
keterampilan
berkomunikasi dan
mengembangkan
kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat.
telah dirumuskan sebelumnya. Selain itu juga kegiatan tersebut dapat
melatih peserta didik untuk mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleran, dan kemampuan berpikir sistematis.

1) Kegiatan Belajar
(a) melakukan eksperimen
(b) membaca sumber lain selain buku teks
(c) mengamati objek/ kejadian/ aktivitas
(d) wawancara dengan nara sumber

2) Mencoba(Experimenting) untuk Mengumpulkan Informasi :


Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta
didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk
materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA,
misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus
memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan
metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya sehari-hari

3) Aktivitas Pembelajaran Metode Eksperimen :


(a) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar
menurut tuntutan kurikulum;
(b) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang
tersedia dan harus disediakan;
(c) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil
eksperimen sebelumnya;
(d) melakukan dan mengamati percobaan;
(e) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan
menyajikan data;
(f) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan
(g) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

4) Kegiatan Pembelajaran Eksperimen yang Efektif :


(a) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan murid
(b) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan
(c) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
(d) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan
murid
(e) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan
eksperimen
(f) Membagi kertas kerja kepada murid
(g) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru,
(h) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan
mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara
klasikal.

d. Mengasosiasi (Associating)

Menemukan keterkaitan Mengasosiasi dilakukan untuk


antar informasi menemukan hubungan atau
Mengembangkan sikap keterkaitan satu informasi dengan
jujur, teliti, disiplin, taat informasi lainnya, menemukan
aturan, kerja keras. pola keterkaitan informasi tersebut.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas antara lain
menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori,
menyimpulkan, dan memprediksi/ mengestimasi. Mengembangkan
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif
dalam menyimpulkan.

1) Kegiatan Belajar Mengasosiasi :


(a) Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas
dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil
dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi.
(b) Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan ke dalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan
(c) Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan berbagai
peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah
tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan
pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu
dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

2) Teori Asosiasi :
(a) Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil
secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik
dengan peserta didik.
(b) Pola interaksi itu dilakukan melalui Stimulus dan Respons
(S-R). Teori ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimen
Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi.
(c) Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih khusus lagi
proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau
inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba.
(d) Thorndike mengemukakan berapa hukum dalam proses
pembelajaran : (1) Hukum Efek; (2) Hukum Latihan; (3)
Hukum Kesiapan

3) Hukum Efek (The Law of Effect) :


(a) Hukum efek (The Law of Effect), dimana intensitas hubungan
antara stimulus (S) dan respon (R) selama proses
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari
hubungan yang terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu
dirasa menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan
mengalami penguatan. Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R
dirasa tidak menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan
melemah.
(b) Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang
menyenangkan) jauh lebih besar dalam memperkuat perilaku
peserta didik dibandingkan efek punishment (akibat yang
tidak menyenangkan) dalam memperlemah perilakunya. Ini
bermakna bahwa reward akan meningkatkan perilaku peserta
didik, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau
menghilangkan perilakunya.

4) Hukum Latihan (The Law of Exercise) :


Hukum latihan (The Law of Exercise). Thorndike. berpendapat
bahwa ada dua latihan.
(a) Pertama, Law of Use yaitu hubungan antara S-R akan
semakin kuat jika sering digunakan atau berulang-ulang.
(b) Kedua, Law of Disuse, yaitu hubungan antara S-R akan
semakin melemah jika tidak dilatih atau dilakukan berulang-
ulang.Menurut Thorndike, perilaku dapat dibentuk dengan
menggunakan penguatan (reinforcement). Memang, latihan
berulang tetap dapat diberikan, tetapi yang terpenting adalah
individu menyadari konsekuensi perilakunya.

5) Hukum Kesiapan (The Law of Readiness) :


(a) Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut
Thorndike, pada prinsipnya apakah sesuatu itu akan
menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari
tergantung pada kesiapan belajar individunya.
(b) Dalam proses pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika
peserta dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka
mereka akan merasa puas.
(c) Sebaliknya, jika pesert didik dalam keadaan tidak siap dan
belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan merasa tidak
puas bahkan mengalami frustrasi.

e. Mengomunikasikan (Communicating)
Melatih penyampaian
Komunikasi
pengetahuan, keterampilan dan
aplikasinya dengan sikap jujur, merupakan sarana untuk
teliti, toleransi, dan menghargai menyampaikan hasil
otang lain.kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan konseptualisasi dalam
pendapat dengan singkat dan bentuk lisan, tulisan,
jelas, dan mengembangkan
gambar/sketsa, diagram, atau
kemampuan berbahasa yang
baik dan benar. grafik. Kegiatan ini dilakukan agar
peserta didik mampu
mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan
penerapannya dengan memiliki sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.
1) Kegiatan Belajar :
Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
2) Langkah Pembelajaran :
Kegiatan Pendahuluan
(a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran;
(b) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
(c) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai;
(d) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus.

Kegiatan Inti

(a) Mengamati
(b). Menanyakan
(c). Eksperimen/eksplorasi/mengumpulkan data
(d). Mengasosiasi
(e). Mengomunikasi

Kegiatan Penutup

(a) Menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik


peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
(b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
(c) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya
Kegiatan di atas sering disingkat menjadi 5 M dan dilaksanakan
pada saat kegiatan inti dalam proses pembelajaran dan
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran yang berbeda
antara yang satu dengan lainnya. Kegiatan 5 M ini bukan
rangkaian kegiatan sakral yang harus dilaksanakan semuanya
dalam satu kali pertemuan. Guru dapat memfokuskan pada “M”
mana yang akan dibelajarkan, sesuai dengan kompetensi yang
harus dicapai peserta didik.

2. Model Pembelajaran :

Dalam lampiran Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang


Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa,
model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery
learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry
learning. Berikut penjelasan ke-empat model tersebut.

a. Model Discovery Learning.

Gambar 2.5 menggambarkan bahan model Discovery Learning,ini


memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari tahu
tentang suatu permasalahan dan menemukan solusinya berdasarkan
kepada hasil pengolahan informasi yang dicari dan dikumpulkannya
sendiri, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan baru yang
dapat digunakannya dalam memecahkan persoalan yang relevan.
Gambar 2-5. Contoh Discovery learning

Sintak/tahapan model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :

1) Stimulation (memberi stimulus); guru memberikan stimulan,


untuk diamati peserta didik agar mendapat pengalaman belajar
mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca,
mengamati situasi atau melihat gambar.
2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah) merupakan
kegiatan peserta didik dalam menemukan permasalahan apa saja
yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik
diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan
merumuskan masalah.
3) Data Collecting (mengumpulkan data); mencari dan
mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk
menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan
ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta
membisaakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan
berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif
mengalami kegagalan.
4) Data Processing (mengolah data); peserta didik mencoba dan
mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk
diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga
akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
5) Verification (memverifikasi); peserta didik mengecek kebenaran
atau keabsahan hasil pengolahan data melalui berbagai kegiatan,
atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media,
serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
6) Generalization (menyimpulkan); Peserta didik digiring untuk
menggeneralisasikan hasil kesimpulannya pada suatu kejadian
atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat
melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

b. Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk


belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan
sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan
dipelajarinya.

Problem Based Learning untuk pemecahan masalah yang komplek,


problem-problem nyata dengan menggunakan pendekataan studi
kasus. Peserta didik melakukan penelitian dan menetapan solusi
untuk pemecahan masalah. (Bernie Trilling dan Charles Fadel, 2009:

111), seperti terlihat pada Gambar 2.6.


Gambar 2.6. Contoh Problem Based Learning

TujuanPembelajaran PBL untuk meningkatkan kemampuan dalam


menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata,
pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOT’s) yakni
pengembangan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan
masalah dan secara aktif mengembangkan keinginan dalam belajar
dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman
and Schmidt).

Sintak/tahapan model Problem Based Learning dari Bransford and


Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi masalah. Tahap ini untuk memfokuskan


peserta didik mengamatimasalah yang menjadi objek
pembelajaran.
2) Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan
menyeleksi informasi-informasi yang relevan. Kegiatan dimana
peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau
menanya) terhadap masalah yang dikaji.
3) Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-
alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang, Pada
tahap ini peserta didik melakukan percobaan untuk memperoleh
data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang
dikaji.
4) Melakukan tindakan strategis. Peserta didik mengasosiasi data
yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari
berbagai sumber.
5) Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi
yang dilakukan. Setelah peserta didik mendapat jawaban
terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan
dievaluasi.

c. Project Based Learning (PjBL)

Gambar 2.6 menggambarkan model Problem Based


Learningpembelajaran yang bertujuan untuk pembelajaran yang
memfokuskan padapermasalahan kompleks yang diperlukan peserta
didik untuk memahami pembelajaran melalui investigasi,
berkolaborasi dan bereksperimen dalam membuat suatu proyek, serta
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Project
Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team work,
keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik
level tinggi/ taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada
abad 21 (Cole dan Wasburn Moses, 2010).
GAMBAR 2-7. Contoh modelProject Based Learning

Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based Learning,


meliputi:

1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek(Start with the


Essential Question). Tahap ini sebagai langkah awal agar
peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang
muncul dari fenomena yang ada.
2) Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata
menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan
proyek bisa melalui percobaan.
3) Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah
proyek(Create a Schedule). Penjadwalan sangat penting agar
proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan
sesuai dengan target.
4) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek(Monitor the
Students and the Progress of the Project). Guru melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek.
Peserta didik mengevaluasiproyek yang sedang dikerjakan.
5) Menguji hasil(Assess the Outcome). Fakta dan data percobaan
atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari
berbagai sumber.
6) Mengevaluasi kegiatan/pengalaman(Evaluate the Experience).
Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasikegiatan sebagai acuan
perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama
atau mata pelajaran lain.

d. Model Inquiry Learning

Dalam Gambar 2.8 terlihat contoh Inquiry Learning yaitu model


pembelajaran Inkuiri yang merupakan suatu kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk
mencari dan meyelidiki secara sistemik, kritis, logis, dan analisis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya.

Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam


proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting
waktu yang singkat (Joice danWells, 2003).

Tujuan Pembelajaran Inquiry untuk mengembangkan kemampuan


berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai bagian dari proses
mental.
Gambar 2-8. Contoh model Inguiry Learning

Sintak/tahap model inkuiri terbimbing meliputi:


1) Orientasi masalah;
2) Pengumpulan data dan verifikasi;
3) Pengumpulan data melalui eksperimen;
4) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
5) Analisis proses inkuiri.

Sintak/tahap model inkuiri Sains (Biology)


1) Menentukan area investigasi termasuk metodologi yang akan
digunakan
2) Menstrukturkan problem/masalah
3) Mengidentifikasi problem-problem yang kemungkinan terjadi
dalam proses investigasi
4) Menyelesaikan kesulitan/masalah dengan melakukan desain ulang,
mengumpulkan dan mengorganisir data dengan cara lain dan
sebagainya.

e. ModelLesson Study
Gambar 2.9 menggambarkan contoh model Lesson Studyyaitumodel
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual learning untukmembangun learning
community, ada tiga tahapan lesson study :

Gambar 2-9. Contoh ModelLesson Study

1) Perencanaan (plan)
2) Pelaksanaan (do) dan Observasi
3) Refleksi (see)

Sintak/ tahapanpelaksanaan Lesson Study :


1) Membentuk kelompok lesson study; merekrut anggota
kelompok, menyusun komitmen tentang tugas-tugas yang harus
dilakukan, menyusun jadwal pertemuan, dan membuat aturan-
aturan kelompok
2) Memfokuskan lesson study; menentukan dan menyepakati tema
permasalahan, merumuskan fokus permasalahan atau tujuan
utama pemecahan masalah, dan memilih subbidang studi, topik
dan unit pelajaran
3) Menyusun rencana pembelajaran; apa yang saat ini dipahami
oleh siswa tentang topik ini?, apa yang kita inginkan dari siswa
untuk dipahami pada akhir pembelajaran?, rentetan pertanyaan
dan pengalaman apa yang akan mendorong para siswa untuk
berpindah dari pemahaman awal menuju pemahaman yang
diinginkan?, bagaimana para siswa akan menjawab pertanyaan
dan aktivitas apa yang dilakukan siswa pada pembelajaran
tersebut? Apakah terdapat masalah dan miskonsepsi yang akan
muncul? Bagaimana guru akan menggunakan ide dan
miskonsepsi untuk meningkaTKan pembelajaran tersebut?, apa
yang akan membuat pembelajaran ini mampu memotivasi dan
bermakna bagi siswa?, dan apakah diperlukan bukti tentang
belajar siswa, motivasi siswa, perilaku siswa yang perlu
dikumpulkan, yang nantinya dapat didiskusikan dalam kegiatan
refleksi? Bagaimanakah format pengumpulan data yang
diperlukan?
4) Melaksanakan pembelajaran di kelas dan mengamatinya
(observasi); guru yang ditunjuk mengimplementasikan rencana
pembelajaran, guru lain dan pakar sebagai observer, dan
dokumentasi
5) Refleksi dan menganalisis pembelajaran yang telah
dilaksanakan; refleksi dari guru pelaksana pembelajaran,
tanggapan umum dari observer/pengamat, presentasi dan diskusi
tentang hasil pengolahan data dari pengamat, dan tanggapan dan
saran dari ahli/pakar
6) Merencanakan pembelajaran tahap selanjutnya; Apa yang
berguna atau nilai tambah apa tentang pelaksanaan lesson study
yang telah dikerjakan bersama?, apakah lesson study
membimbing kita untuk berpikir dengan cara baru tentang
praktek pembelajaran sehari-hari?, apakah lesson study
membantu mengembangkan pengetahuan kita tentang materi
pelajaran serta pengetahuan tentang pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan siswa?, apakah pelaksanaan lesson study
menarik bagi kita dalam meningkatkan keprofesionalan kita?,
apakah pelaksanaan lesson study yang dilakukan secara
kolaboratif/bersama-sama merupakan suatu kerja yang produktif
dan suportif?, sudahkah kita membuat kemajuan pembelajaran
secara menyeluruh melalui pelaksanaan lesson study?, apakah
semua anggota kelompok kita merasa terlibat dan berguna?, dan
apakah pihak yang bukan peserta kelompok memperoleh
informasi atau manfaat dari hasil pelaksanaan kegiatan lesson
study kita? (lewis, 2002).

Sintak/ tahapan pelaksanaan lesson study (model robinson) :


1) Pemilihan topik lesson study
2) Melakukan reviuw silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan
pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari
materi yang ada dalam buku pelajaran. Selanjutnya bekerja
dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.
3) Setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran
menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya,
sementara kelompok lain memberi masukan, sampai akhirnya
diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.
4) Guru yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan masukan-
masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.
5) Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana
pembelajarannya di depan semua anggota kelompok lesson
study untuk mendapatkan balikan.
6) Guru yang ditunjuk tersebut memperbaiki kembali secara lebih
detail rencana pembelajaran dan mengirimkan pada semua guru
anggota kelompok, agar mereka tahu bagaimana pembelajaran
akan dilaksanakan di kelas.
7) Para guru dapat mempelajari kembali tentang rencana
pembelajaran tersebut dan mempertimbangkannya dari berbagai
aspek pengalaman pembelajaran yang mereka miliki, khususnya
difokuskan pada hal-hal yang penting seperti : hal-hal yang akan
dilakukan guru, pemahaman siswa, proses pemecahan oleh
murid, dan kemungkinan yang akan terjadi dalam implementasi
pembelajarannya.
8) Guru yang ditunjuk tersebut melaksanakan rencana
pembelajaran di kelas, sementara guru yang lain bersama
dosen/pakar mengamati sesuai dengan tugas masing-masing
untuk memberi masukan pada guru. Pertemuan refleksi segera
dilakukan secepatnya setelah kegiatan pelaksanaan
pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer,
dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang
keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan
pembelajaran, jika mereka mengulangnya di kelas masing-
masing atau untuk topik yang berbeda.

a. Model Pembelajaran Production Based Training/ Production


Based Education Training
Model inimerupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu
pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman
belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri
mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan
evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan
pasca produksi.

Tujuan penggunaan model pembelajaran PBT/PBET adalah untuk


menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang
berkaitan dengan kompetensi teknis serta kemampuan kerjasama
(berkolaborasi) sesuai tuntutan organisasi kerja.

Sintaks/tahapan model pembelajaran Production Based Trainning


meliputi:
1) Merencanakan produk;
2) Melaksanakan proses produksi;
3) Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
4) Mengembangkan rencana pemasaran.
(Diadaptasi dari Ganefri; 2013; G. Y. Jenkins, Hospitality 2005).

b. Model Pembelajaran Teaching Faktory


Pembelajaran teaching faktory adalah model pembelajaran di SMK
berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang
berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi
di industri. Pelaksanaan teaching faktory menuntut keterlibatan mutlak
pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil
pendidikan di SMK. Pelaksanaan teaching faktory (TEFA) juga harus
melibaTKan pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholders dalam
pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.

Pelaksanaanteaching faktory sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK


terbagi atas 4 model , dan dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK
yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktek kerja industri
yaitu pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal
sebagai experience based training atau enterprise based training.
2) Model Kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan
berbasis kompetensi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran
yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan
keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan. Pada metode ini, penilaian peserta didik
dirancang sehingga dapat memastikan bahwa setiap peserta didik
telah mencapai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
pada setiap unit kompetensi yang ditempuh.
3) Model ketiga Production Based Education and Training(PBET)
merupakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi.
Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat
dan dipastikan keterampilannya dengan memberikan pengetahuan
pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industri dan
masyarakat).
4) Model keempat, Teaching faktory adalah konsep pembelajaran
berbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan
industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan
kebutuhan pasar.

Tujuan Pembelajaran Teaching Faktory


1) Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja, dan wirausaha;
2) Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan
kompetensinya.
3) Menumbuhkan kreativitas siswa melalui learning by doing.
4) Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
5) Memperluas cakupan kesempatan rekruttmen bagi lulusan SMK
6) Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga
kerja, serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang
aktual, dll
7) memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih
keterampilannya sehingga dapat membuat keputusan tentang karier
yang akan dipilih.

Tujuan yang selaras tentang pembelajaran teaching faktory (Sema E.


Alptekin, Reza Pouraghabagher, Patricia McQuaid, and Dan Waldorf;
2001) adalah:
1) Menyiapkan lulusan yang lebih profesional melalui pemberian
konsep manufaktur moderen sehingga secara efektif dapat
berkompetitif di industri.
2) MeningkaTKan pelaksanaan kurikulum SMK yang berfokus pada
konsep manufaktur moderen.
3) Menunjukan solusi yang layak pada dinamika teknologi dari usaha
yang terpadu
4) Menerima transfer teknologi dan informasi dari industri pasangan
terutama pada aktivitas peserta didik dan guru saat pembelajaran.

Sintak/tahapan pembelajaran Teaching Faktory


Pembelajaran teaching faktory dapat menggunakan sintaksis
PBET/PBT atau dapat juga menggunakan sintaksis yang diterapkan di
California Polytechnic at San Luis Obispo USA ( Sema E. Alptekin:
2001) dengan langkah-langkah:
1) Merancang produk
2) Membuat prototype
3) Memvalidasi dan memverifikasi prototype
4) Membuat produk masal
Berdasarkan hasil penelitian, Dadang Hidayat (2011) mengembangkan
langkah-langkah pembelajaran Teaching Faktory sebagai berikut :
1) Menerima Order
2) Menganalisis order
3) Menyatakan Kesiapan mengerjakan order
4) Mengerjakan order
5) Mengevaluasi produk
6) Menyerahkan order

3. Metode Pembelajaran

Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk


melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri
dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam
melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik
dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan


oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode
mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

Beberapa metode mengajar antara lain :

a. Metode Ceramah (Preaching Method)

Gambar 2-10. contoh metode ceramahcentered


Gambar 2.10 terlihat contoh metode ceramah yaitu sebuah metode
mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara
lisan kepada siswa secara klasikal, peserta didik mengikuti secara
pasif. (Muhibbin Syah,2000). Metode ceramah dapat dikatakan
sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi
kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya
beli dan paham siswa.

1) Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :


a) Membuat siswa pasif
b) Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c) Mengandung daya kritis siswa (Daradjat, 1985)
d) Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi
rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat
lebih besar menerimanya.
e) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak
didik.
f) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-
kata).
g) Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah,
2000)

2) Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :


a) Guru mudah menguasai kelas.
b) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d) Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

b. Metode diskusi ( Discussion method )


Pada Gambar 2.11. terlihat contoh metode Diskusi yang merupakan
suatu kecakapan atau pembaha-san terarah tentang suatu topik,
masalah atau isu yang menarik perhatian semua peserta didik.
pembahasan dapat diarah-kan pada klarifikasi (penjelasan) suatu isu
atau masalah, menghimpun ide dan pendapat, merancang kegiatan,
atau memecahkan masalah. Kegiatan diskusi dapat dilaksanakan
dalam kelompok atau klasikal.

Gambar 2.11. Contoh metode Diskusi

Metode ini dapat merangsang peserta didik untuk lebih kreatif dalam
memberi gagasan/ide, melatih membisaakan bertukar pikiran dalam
mengatasi masalah, dan melatih peserta didik untuk mengemukakan
pendapat secara verbal.

Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi


adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan
memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga
disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi
bersama (socialized recitation).

1) Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar-mengajar


untuk
a) Mendorong siswa berpikir kritis.
b) Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara
bebas.
c) Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk
memecahkan masalah bersama.
d) Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif
jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan
pertimbangan yang seksama.

2) Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :


a) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan
dengan berbagai jalan
b) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga
dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c) Membisaakan anak didik untuk mendengarkan pendapat
orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan
membisaakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
3) Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a) Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas,
dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara, dan
bisaanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

c. Metode demontrasi ( Demonstration method )

Pada Gambar 2.12. terlihat contoh metode Demonstrasi adalah


metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. (Muhibbin Syah,
2000).

Gambar 2.12. Contoh metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk


memperlihaTKan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Demonstrasi merupakan suatu presentasi yang dipersiapkan untuk


memperlihaTKan suatu perilaku atau prosedur. Presentasi disertai
dengan penjelasan lisan, alat, ilustrasi dan pertanyaaan.

Dalam kegiatan pembelajaran demonstrasi, peserta didik melakukan


aktivitas demonstrasi dengan menga-lami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajarinya. Dengan metode ini dapat dikurangi
terjadinya verbalisme, pembelajaran lebih menarik, dan peserta didik
memiliki kesempatan membandingkan antara teori dengan
kenyataan.

Tujuan demonstrasi antara lain untuk mengajarkan bagaimana cara


membuat sesuatu atau menggunakan alat/prosedur tertentu dengan
benar, serta membangkiTKan minat peserta didik untuk mencoba.
1) Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah:
a) Perhatian siswa dapat lebih dipusaTKan.
b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari.
c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih
melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
2) Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
a) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya
suatu proses atu kerja suatu benda.
b) Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c) Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan
menghadirkan objek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah,
2000).
3) Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
a) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda
yang akan dipertunjukkan.
b) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang
kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000).

d. Metode ceramah plus pemberian tugas

Gambar 2.13. Contoh metode ceramah plus pemberian tugas


Pada Gambar 2.13. terlihat contoh Metode Ceramah plus yaitu
metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni
metode ceramah yang di gabung dengan metode lainnya.Dalam hal
ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu
:

1) Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).


Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah
dengan tanya jawab dan pemberian tugas.Metode campuran ini
idealnya dilakukan secara tertib, yaitu :
a) Penyampaian materi oleh guru.
b) Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
c) Pemberian tugas kepada siswa.

2) Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)


Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan
pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi
pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi
tugas.
3) Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini adalah merupakan kombinasi antara kegiatan
menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan
dan latihan (drill)

e. Metode resitasi ( Recitation method )


Pada Gambar 2.14.terlihat contoh Metode Resitasi yaitu suatu
metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan
kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Gambar 2-14. Contoh Metode Resitasi

1) Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :


a) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar
sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan
keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan
berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2) Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a) Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak
didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau
bersusah payah mengerjakan sendiri.
b) Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa
pengawasan.
Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan
individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
f. Metode percobaan ( Experimental method )
Pada Gambar 2.15 terlihat contoh Metoda Percobaan

Gambar 2-15. Contoh Metode Percobaan

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada


anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu
proses atau percobaan. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Suatu cara pengelolaan pembelajaran dimana peserta didik


melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini peserta didik
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri
dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang
objek yang dipelajarinya.
Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang
menggunakan alat tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali.
Misalnya di Laboratorium.
1) Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
a) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan
studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat
membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan
sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat
bagi kesejahteraan hidup manusia.
d) Kemandirian pada diri peserta didik, melalui kegiatan
laboratorium dapat menguji kebenaran teori yang di kaji.
e) Kemampuan analisis/kreativitas, ketika akan membuat
simpulan dan laporan hasil praktik mampu mengembangkan
kreativitas dan kemampuan berfikir analisis.
f) Taat azas, kegiatan laboratorium dilakukan sesuai standar
langkah-langkah yang seharusnya dilakukan
g) Pemecahan masalah, menemukan jawaban suatu masalah
melalui pembuktian
h) Mengambil keputusan, didasarkan data hasil praktik mampu
memutuskan rekomendasi sebagai solusi dari permasalahan
2) Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibaTKan tidak setiap anak
didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
b) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak
didik harus menanti untuk melanjuTKan pelajaran.
c) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang
ilmu dan teknologi.
d) Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah
suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu
percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan
itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau
persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir
yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti
kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
3) Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan
percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi
percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan
bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak
membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan
percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
c) Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam
mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu
yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian
kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih,
maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka
disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta
ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu
diperhitungkan oleh guru dalam memilih objek eksperimen
itu.
e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti
masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial
dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat
terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa
diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
4) Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah :
a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan
eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan
dibuktikan melalui eksprimen.
b) Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta
bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen,
hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan
eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi
pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan
yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil
penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi
dengan tes atau tanya jawab.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara


penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses
belajar-mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau
proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk
mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari
suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses
yang dialaminya itu.

5) Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai


berikut :
Kelebihan metode eksperimen :
a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya.
b) Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan
baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaaTKan
untuk kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen :


a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan
teknologi.
b) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan
bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala
mahal.
c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang
diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang
berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng


(2003:81), metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk
pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu
memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan
kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi
kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam
struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam
kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan


keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa
mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang
dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya.
Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan
dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran
yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku
yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar


siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang
ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti
tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan
menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh
selama pembelajaran.

6) Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng


(2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan
percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan
mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang
akan dipelajari.
b) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru
melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati
dan mencatat peristiwa tersebut.
c) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara
berdasarkan hasil pengamatannya.
d) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari
dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui
kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil
percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat
dilaporkan hasilnya.
e) aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan
konsep,hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya.
Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah
dipelajari.
f) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu
konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan
membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman
konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan
secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya.
Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk
menjelaskan, menyebuTKan, memberikan contoh, dan
menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.

g. Metode Karya Wisata


PadaGambar 2.16 terlihat contoh Metode Karya Wisata

Gambar 2-16. Contoh Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang


terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat
laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain
serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
1) Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a) Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang
memanfaaTKan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b) Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di
masyarakat.
c) Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

2) Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :


a) Memerlukan persiapan yang melibaTKan banyak pihak.
b) Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c) Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas
daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya
terabaikan.
d) Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap
gerak-gerik anak didik di lapangan.
e) Biayanya cukup mahal.
f) Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas
kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik,
terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

Kadang-kadang dalam proses belajar-mengajar siswa perlu diajak ke


luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau objek yang lain.
Menurut Roestiyah (2001:85), karya wisata bukan sekedar rekreasi,
tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat
kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat
atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel
mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001:85),teknik karya wisata ini digunakan
karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya
wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung
dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan
milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan
demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya
dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa
melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya,
agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam
waktu yang sama bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
3) Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka
pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan
pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan
teknik, menghubungi pemimpin objek yang akan dikunjungi
untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan
rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan
sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim
utusan,
b) Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan
mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya,
memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama,
mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian
pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan
tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu,
c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan
diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun
laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang
diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata
seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram,
serta alat-alat lain dan sebagainya.

4) Keunggulan teknik karya wisata dapat disimpulkan sebagai


berikut:
a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh para petugas pada objek karya wisata itu,
serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan
mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah,
sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat
khusus atau ketrampilan mereka,
b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara
individu maupun secara kelompok dan dihayati secara
langsung yang akan memperdalam dan memperluas
pengalaman mereka,
c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab,
menemukan sumber informasi yang pertama untuk
memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga
mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya,
atau mencobakan teorinya ke dalam praktek,
d) Dengan objek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh
bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang
terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
e) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara
langsung,
f) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan
praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya,
g) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang
dipelajari sehingga lebih berhasil,
h) memberi kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana
peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi
mutakhir.

Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan


yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini
dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut:
Karya wisata bisaanya dilakukan di luar sekolah, sehingga
mungkin jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu
mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan
biaya yang besar.

Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam


sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana
pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak
terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila
tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan,
kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu
dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun
hal-hal yang berbahaya.

5) Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono


(2004:85) adalah:
a) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat
latihan,
b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan
kerja atau kantor yang akan dikunjungi,
c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.
h. Metode Latihan Keterampilan ( Drill method )

Gambar 2.16. Contoh Metode Latihan Ketrampilan

Dalam Gambar 2.16. terlihat contoh Metode Latihan Keterampilan


adalah suatu metode mengajar, dimana siswa diajak ke tempat
latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat
sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa
manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat
tas dari mute/pernik-pernik.

1) Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :


a) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti
menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan
alat-alat.
b) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam
perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-
tanda/simbol, dan sebagainya.
c) Dapat membentuk kebisaaan dan menambah ketepatan dan
kecepatan pelaksanaan.
2) Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak
didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan
diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c) Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-
ulang merupakan hal yang monoton dan mudah
membosankan.
d) Dapat menimbulkan verbalisme.

i. Metode Mengajar Beregu (Team teaching method)

Gambar 2.17. Contoh Metode Mengajar Beregu

Gambar 2.17. menampilkan contoh Metode Mengajar Beregu adalah


suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang
yang masing-masing mempunyai tugas. Bisaanya salah seorang
pendidik ditunjuk sebagai koordinator. Cara pengujiannya, setiap
pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka
setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team
pendidik tersebut.
j. Metode Mengajar Sesama Teman ( Peer teaching method )

Gambar 2-18. Contoh Metode Peer Teaching

Gambar 2.18. menampilkan contoh Metode Peer Teaching, metode


mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu
oleh temannya sendiri.

k. Metode Pemecahan Masalah (Problem solving method)

Gambar 2-19. Contoh Metode Pemecahan Masalah


Gambar 2.19. menampilkan contoh Metode Pemecahan Masalah.
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya
diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.

l. Metode Perancangan (Projecct method)

Gambar 2.20. Contoh Metode Perancangan

Gambar 2.20. menampilkan contoh Metode Perancangan, yaitu suatu


metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek
yang akan diteliti sebagai objek kajian.

1) Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :


a) Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit
menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b) Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membisaakan
menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan
terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :
a) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara
vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan
metode ini.
b) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan
metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari
guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan
anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber
belajar yang diperlukan.
d) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat
mengaburkan pokok unit yang dibahas.

m. Metode Bagian (Teileren method)


Metode Bagian (Teileren methode) adalah suatu metode mengajar
dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat
kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja
berkaitan dengan masalahnya.

n. Metode Global (Ganze method)


Metode Global (Ganze method)adalah suatu metode mengajar
dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa
meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari
materi tersebut.

o. Metode Simulasi
Metode Simulasi adalah kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan peralatan atau suasana tiruan yang bertujuan agar
peserta didik dapat meningkaTKan penguasaannya terhadap konsep
serta keterampilan dalam bidang yang dipelajarinya, serta mampu
belajar melalui situasi tiruan dengan sistem umpan balik dan
penyempurnaan yang berkelanjutan. Dengan demikian, maka peserta
didik mampu mengembangkan kreativitas, memupuk keberanian dan
percaya diri, memperkaya pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya.

p. Metode Brainstorming

Gambar 2.20. Contoh Metode Brainstorming

Pada Gambar 2.21. menampilkan contoh Metode


Brainstorming,yaitu suatu teknik atau mengajar yang dilaksanakan
oleh guru di dalam kelas, yaitu dengan melontarkan suatu masalah
ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan
pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut
berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai
satiu cara untuk mendapaTKan banyak ide dari sekelompok manusia
dalam waktu yang singkat (Roestiyah 2001: 73).

Tugas guru dalam pelaksanaan metode ini adalah memberikan


masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka
menanggapi, dan guru tidak boleh mengomentari bahwa pendapat
siswa itu benar/ salah, juga tidak perlu disimpulkan, guru hanya
menampung semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua
siswa di dalam kelas mendapat giliran, tidak perlu komentar atau
evaluasi.

Siswa bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan


pendapat, komentar atau bertanya, atau mengemukakan masalah
baru, mereka belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan
bahasa dan kalimat yang baik. Siswa yang kurang aktif perlu
dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif,
dan berani mengemukakan pendapatnya.

Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran yang


menggunakan metode brainstorming :
1) Pemberian informasi dan motivasi

Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar


belakangnya dan mengajak peserta didik aktif untuk
menyumbangkan pemikirannya.

2) Identifikasi

Pada tahap ini peserta didik diundang untuk memberikan


sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran
yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan
kelompok dan peserta hanya boleh bertanya untuk meminta
penjelasan. Hal ini agar kreativitas peserta didik tidak terhambat.

3) Klasifikasi

Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya


mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan
disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/
faktor-faktor lain.

4) Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang
telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya
dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang
sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak
relevan bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa
diminta argumentasinnya.

5) Konklusi (Penyepakatan)

Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba


menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang
disetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan
terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

Keunggulan metode brainstorming


1) Anak-anak berfikir untuk menyatakan pendapat.
2) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.
3) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang
berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru.
4) MeningkaTKan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.
5) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang
sudah pandai atau dari guru.
6) Terjadi persaingan yang sehat.
7) Anak merasa bebas dan gembira.
8) Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan.

Kekurangan metode brainstorming, berbagai kekurangan tersebut


dapat diatasi apabila seorang guru atau pimpinan dalam kelas bisa
membaca situasi dan menguasai kelas dengan baik untuk mencari
solusi. Guru harus bisa menjadi penengah dan mengatur situasi
dalam kelas sebaik mungkin. Caranya yaitu dengan menguasai betul-
betul materi yang akan disampaikan dan membuat perencanaan
proses belajar-mengajar dengan matang.
Metode pembelajaran ini cocok beberapa materi pada mata pelajaran
fisika, misalnya materi tentang energi karena siswa dituntut untuk
berpikir misalnya tentang apa yang ditanyakan gurunya itu siswa
mengerti dan mampu menjelaskannya berdasarkan argumen dan
pengetahuan siswa, sebelum materi tersebut dijelaskan oleh guru,
jadi siswa dituntut untuk mengemukakan gagasan dari pertanyaan
yang diajukan oleh guru.

Memperhatikan model, pendekatan dan metode pembelajaran yang diuraikan di


atas, maka guru dapat menggunakan model-model pembelajaran tertentu seperti
yang disarankan dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Guru dapat juga mengembangkan model pembelajaran khusus yang disesuaikan


dengan situasi, kondisi, dan karakteristik peserta didik, serta disesuaikan dengan
kompetensi yang akan dipelajari peserta didik, atau hanya menggunakan
rangkaian kegiatan pendekatan saintifik, atau menggunakan metode tertentu yang
sesuai dengan tuntutan pembelajaran saintifik.

Guru dapat juga mengembangkan model pembelajaran khusus dengan rangkaian


aktivitas tertentu dan tidak mutlak menganut salah satu model.

Dengan demikian, memungkinkan adanya model baru hasil kreativitas


pengembangan pembelajaran yang diciptakan oleh seorang guru

Anda mungkin juga menyukai