Anda di halaman 1dari 32

1.

,METODE SINTIFIK

2.METODE INQUIRI/DISCOVERY LEARNING


( PERMEN 103/2014
TERPISAH,PERMENDIKBUD 22 2016
DIGABUNG)

3.METODE PEMBELAJARAN BERBASIS


MASALAH

4.METODE PEMBELAJARAN BERBASIS


PROYEKSlide 23

METODE-METODE
PEMBELAJARAN 5.PEMBELAJARAN KOOPERATIF
KURIKULUM 2013

6. PEMBELAJARANSl BERBASIS TEXS


• Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi
tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (scientific
appoach) dalam pembelajaran didalamnya
mencakup komponen:
• mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
• Komponen-komponen tersebut seyogyanya
dapat dimunculkan dalam setiap praktik
pembelajaran, tetapi bukanlah sebuah siklus
pembelajaran.

MAMANACHDIYAT 2
• 1.METODE SAINTIFIK
• Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
telah mengisyaratkan tentang perlunya proses
pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-
kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah.
• Upaya penerapan Pendekatan saintifik atau
ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering
disebut—sebut sebagai ciri khas dan menjadi
kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum
2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari dan
dielaborasi lebih Ianjut.

MAMANACHDIYAT 3
• 1.METODE SAINTIFIK
• Adalah Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang
disajikan dengan
• a. Mengamati
• Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan
proses pembelajaran (meaningfull learning).
• Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik
senang dan tertantang,dan mudah pelaksanaannya.
• Kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan
matang, biaya dan tenaga relatif banyak, danjika tidak
terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.

MAMANACHDIYAT 4
• Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.
• Sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi.
• Dengan metode observasi peserta didik
menemukan fakta bahwa ada hubungan
antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.

MAMANACHDIYAT 5
• Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-iangkah seperti berikut ini.
1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan Iingkup
objek yang akan diobservasi
3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu
diobservasi, baik primer maupun sekunder
4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan
dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah
dan Iancar
6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil
observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera,
tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

MAMANACHDIYAT 6
• Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan
peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan
berikut ini.
1. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang
diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
2. Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas
subjek, objek, atau situasi yang diobservasi.
3. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek, atau situasi
yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu
dilakukan.
4. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik
sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan
prosedur pengamatan.
5. Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak
dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana
membuat catatan atas perlehan observasi.

MAMANACHDIYAT 7
b. Menanya
• Guru yang efektif mampu menginspirasi
peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuannya.
• Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula
dia membimbing atau memandu peserta
didiknya belajar dengan baik.
• Ketika guru menjawab pertanyaan peserta
didiknya, ketika itu pula dia mendorong
asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan
pembelajar yang baik.
MAMANACHDIYAT 8
• Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata,
pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal.
• Istilah "pertanyaan" tidak selalu dalam bentuk ”kalimat tanya",
melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkan tanggapan verbal.
• Fungsi bertanya
1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta
didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
2. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar,
serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
4. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan
pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.

MAMANACHDIYAT 9
• 5.Membangkitkan keterampilan peserta didik
dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan
memberi jawaban secara Iogis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
• 6.Mendorong partisipasipeserta didik dalam
berdiskusi, berargumen, mengembangkan ke-
mampuan berpikir, dan menarik simpulan.
• 7.Membangun sikap keterbukaan untuk saling
memberi dan menerima pendapat atau gagasan,
memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
• 8.Membiasakan peserta didik berpikir spontan
dan cepat, serta sigap dalam merespon persoaIan
yang tiba-tiba muncul.

MAMANACHDIYAT 10
• 9. Melatih kesantunan dalam berbicara dan
membangkitkan kemampuan berempati satu sama
lain.
• 10. Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir
ulang.
• 11. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan
kognitif.
• 12. Merangsang proses interaksi Kriteria pertanyaan
yang baik
• 13. Singkat danjelas
• 14. Menginspirasijawaban
• 15. Memiliki focus
• 16. Bersifat probing atau divergen.
• 17. Bersifat validatif atau penguatan

MAMANACHDIYAT 11
• C. Menalar
• Istilah "menalar" dalam kerangka proses pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
Kurikulum 20l3 untuk menggambarkan bahwa guru
dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
• Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru.
• Penalaran adalah proses berfikir yang Iogis dan
sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.
• Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah,
meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak
bermanfaat.
MAMANACHDIYAT 12
• d. Mencoba
• Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau
otentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi
atau substansi yang sesuai.
• Pada mata pelajaran IPA, misa|nya,peserta didik
harus memahami konsep-konsep IPA dan
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
• Peserta didik pun harus memiliki keterampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan
metode iimiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari.

MAMANACHDIYAT 13
• Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan
untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
• Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
1. Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi
dasar menurut tuntutan kurikulum
2. Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang
tersedia dan harus disediakan
3. Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil
eksperimen sebelumnya
4. Melakukan dan mengamati percobaan
5. Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan
menyajikan data
6. Menarik simpulan atas hasil percobaan; dan
7. Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil
percobaan
MAMANACHDIYAT 14
• Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:
1. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang
akan dilaksanakan murid
2. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan
3. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
4. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan
kegiatan murid
5. Guru membicarakan masaiah yanga akan yang akan
dijadikan eksperimen
6. Membagi kertas kerja kepada murid
7. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru,
dan
8. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan
mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusi kan secara
klasikal.
MAMANACHDIYAT 15
2. INQUIRY/DISCOVERY LEARNING

1. Pengertian Inquiry/Discovery Learning


Kendati sama-sama mengatur proses pembelajaran, Peraturan Men-
teri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 103 Tahun
2014 berbeda dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 dalam hal
penyebutan metode pembelajaran inquiry dan discovery. Pada Permen-
dikbud Nomor 103 Tahun 2014 keduanya disebutkan secara eksplisit
terpisah, Discovery Learning dan Inquiry Learning. Namun dalam Per-
mendikbud Nomor 22 Tahun 2016, keduanya disebut secara bersama-an
sebagai berikut:
"Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpa-du
(tematik antar-matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis
penyingkapan/penelitian(discovery/inquiry learning)."
2 . Prinsip-Prinsip Inquiry/Discovery Learning

Inquiry/Discovery Learning memiliki prinsip-prinsip


pembelajaran
sebagai berikut:
a. Semua aktivitas pembelajaran harus difokuskan pada cara
me-manfaatkan kecakapan mengolah informasi dan
menerapkan ha-silnya. Dewasa ini, setiap hari siswa
mendapat berbagai macam informasi. Oleh karena itu, siswa
perlu dibimbing dalam cara memilih dan mengolah yang
ada untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan secara logis
rasional yang didukung oleh fakta-fakta atau data.
b. Siswa dipandang sebagai pusat proses pembelajaran. Semua kom-
ponen sistemik seperti guru, sumber belajar, teknologi, dan se-
bagainya dipersiapkan untuk menciptakan pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan siswa. Inilah yang sering disebut sebagai pem-
belajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning).

c. Di samping sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, guru


juga bertindak sebagai pembelajar yang mencari informasi lebih
banyak terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat
memancing pertanyaan-pertanyaan siswa yang potensial untuk
ditindaklanjuti dengan penyelidikan. Untuk itu, guru sebaiknya
juga bertindak sebagai pembelajar yang selalu berusaha memper-
luas dan meng-update wawasannya dengan banyak membaca.
3. PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM-BASED
LEARNING)

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada awalnya dipergunakan
pada Program Studi Kedokteran di Mc Master University Canada (seki-
tar tahun 1960). PBM dipraktikkan pada mahasiswa kedokteran yang
sedang praktik, yang dituntut untuk bisa membantu dan menemukan
solusi untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi masya-
rakat secara langsung. Pola belajar ini menjadikan mahasiswa tergerak
untuk belajar, melakukan kajian, diskusi dan curah pendapat untuk
dapat menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Selanjutnya pola
belajar ini diikuti oleh berbagai program studi di Amerika, Eropa, Asia
dan Australia dengan kajian terhadap masalah sesuai dengan studinya
masing-masing.
. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah

(1) belajar aktif secara self-directed learning;

(2) belajar secara integrated;

(3) belajar secara keseluruhan;

(4) belajar untuk memahami;

(5) belajar un-tuk memecahkan masalah;

(6) belajar berdasar masalah;

(7) peran guru sebagai fasilitator; dan

(8) penilaian berdasarkan solusi yang ditawarkan untuk


penyelesaian masalah.
Tujuan Pembelajaran Berbais Masalah
(1) menjadikan siswa aktif dalam belajar; (2) meningkatkan
kemampu-an dalam mengkonstruksi pengetahuan; (3)
menghindari miskonsepsi; (4) meningkatkan
kemampuan/keterampilan pemecahan masalah; (4)
membiasakan untuk meneraplcan pengetahuan, sikap dan
keterampil-an yang dimiliki untuk memecahkan masalah
praktis dalam kehidupan sehari-hari; (5) mengembangkan
empati; dan (6) meningkatkan keterampilan intelektual, sosial
dan personal siswa, misalnya membaca, mendengar pendapat
orang lain, bertanya, menjelaskan, memilih, merumuskan,
mengkaji, merancang, memecahkan masalah, menyepakati,
membagi tugas, berargumentasi, bekerjasama, dan sebagainya.
kelebihan dalam hal: (1) menjadikan pembelajaran berpusat pada
siswa; (2) mendorong siswa untuk mengembangkan diri secara
holistik/menyeluruh yaitu melatih kemandirian, kemampuan bekerja
dalam kelompok, dan menanggapi tantangan dalam menyelesaikan
suatu permasalahan; (3) meningkat-kan kemampuan komunikasi; (4)
mengembangkan kemampuan berinteraksi sosial; (5) mendorong siswa
untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam; (6)
mengembangkan keterampilan siswa dalam pemecahan masalah; dan
(7) meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar.
4. PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT-BASED
LEARNING)

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek


Proyek adalah tugas yang kompleks, berdasarkan tema yang menan-
tang, yang melibatkan siswa dalam mendesain, memecahkan masalah,
mengambil keputusan, atau kegiatan investigasi; memberikan kesem-
patan kepada siswa untuk bekerja dalam periode waktu yang telah di~
jadwalkan dalam menghasilkan produk (Thomas, Mergendoller, and
Michaelson, 1999).
Bentuk aktivitas proyek terdiri dari
(1) Proyek produksi yang melibatkan penciptaan seperti
buletin, video, program radio, poster, lapor-an tertulis,
esai, foto, surat-surat, buku panduan, brosur,,jadwal
perjalanan, dan sebagainya;
(2) Proyek kinerja seperti pementas-an, presentasi lisan,
pertunjukan teater, pameran makanan atau fashion
show;
(3) Proyek organisasi seperti pembentukan klub, kelompok
disku-si, atau program-mitra percakapan.
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran pada Pembelajaran Berbasis
Proyek.
a. Pembelajaran berpusat pada siswa yang menggunakan tugas-tugas proyek
pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
b. Tugas Proyek menekankan pada kegiatan penyelesaian proyek ber-
dasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pem-belajaran.
c. Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu
kompetensi dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi da-sar dalam
suatu mata pelajaran, atau gabungan beberapa kompetensi dasar antar mata
pelajaran. Oleh karena itu, tugas proyek dalam satu semester dibolehkan
hanya satu penugasan dalam suatu mata pela-jaran..
a. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan meng- hasilkan produk
nyata. Produk tersebut selanjutnya dikomunikasi-kan untuk mendapat tanggapan dan
umpan balik untuk perbaikan produk.
e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam
fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan ta-tap muka dapat dilakukan di
awal pada langkah penentuan proyek dan di akhir pembelajaran pada penyusunan
laporan dan presentasi/ publikasi hasilj^royek, serta evaluasi proses dan hasil
proyek
Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut.
a. Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam
pembelajaran;
b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
proyek;
c. Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek
yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau
jasa;
d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan ssiwa
dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan
tugas/proyek; dan
e. Meningkatkan kolaborasi siswa khususnya pada
Pembelajaran Berbasis Proyek yang bersifat kelompok.
5. PEMBELAJARAN KOOPERATIF

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Kooperatif mempunyai arti "bersifat kerja sama" atau "bersedia
membantu" (Depdiknas, 2008).
Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil (umumnya terdiri dari 4-5
orang siswa) dengan keang-gotaan yang heterogen (tingkat kemampuan,
jenis kelamin, dan suku/ras berbeda) (Arends, 2012). Dalam menyelesaikan
tugas kelompok,setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk
memahami suatu bahan pembelajaran. Oleh karena itu,
Pembelajaran Kooperatif perlu dikembangkan karena pada saat
penerapan Pembelajaran Kooperatif siswa berlatih berbagai keterampilan
kooperatif (keterampilan sosial) sesuai dengan tuntutan kompetensi pada
Kurikulum 2013 yaitu kompetensi sikap sosial, selain kompetensi sikap
spiritual, pengetahu-an, dan keterampilan.
6. PEMBELAJARAN BERBASISTEKS (TEXT-BASED INSTRUCTION/
GENRE-BASED INSTRUCTION)

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Teks


Pembelajaran Berbasis Teks merupakan pembelajaran yang berori-
entasi pada kemampuan siswa untuk menyusun teks.

Metode pembela- jaran ini mendasarkan diri pada pemodelan teks


dan analisis terhadap fitur-fiturnya secara eksplisit serta fokus pada
hubungan antara teks dan konteks penggunaannya.

Perancangan unit-unit pembelajarannya megarahkan siswa agar


mampu memahami dan memproduksi teks ik lisan maupun tulis dalam
berbagai konteks. Untuk itu siswa perlu memahami fungsi sosial,
struktur, dan fitur kebahasaan teks.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Teks
Pembelajaran Berbasis Teks bertujuan untuk mempersiapkan
siswamemasuki dunia nyata penggunaan bahasa dengan
memfokuskan pada bagaimana bahasa digunakan untuk mencapai
berbagai macam tujuan, misalnya membuat laporan eksperimen,
bercerita, atau menjelaskan se-suatu.
Selain itu, Pembelajaran Berbasis Teks juga bertujuan agar
siswa dapat memahami ilmu pengetahuan melalui teks yang
disajikan sesuai dengan tujuan sosial tertentu dan memahami
perkembangan mentalnya untuk menyelesaikan masalah
kehidupan nyata dengan berpikir kritis.
manfaat antara lain:

(1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas;

(2) meningkatkan rasa harga diri;

(3) memperbaiki sikap terhadap mata pelajaran, guru, dan


sekolah;

(4) memperbaiki kehadir-an;

(5) saling memahami adanya perbedaan individu;

(6) mengurangi konflik antar pribadi; (7) mengurangi sikap


apatis; (8) memperdalam pemahaman; (9) meningkatkan
motivasi; (10) meningkatkan hasil bel-ajar; dan (11) memperbesar
retensi.

Anda mungkin juga menyukai