Anda di halaman 1dari 29

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Model Pembelajaran Discovery Learning

Model penemuan (Discovery) adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka

dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud

adanya perubahan perilaku. Karena pada model Discovery menitikberatkan pada

aktifitas siswa dalam belajar (Sari, 2015).

Menurut Cahyo (2013) Metode pembelajaran berbasis penemuan atau

Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran

sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum

diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Dalam

pembelajaran discovery (penemuan), kegiatan atau pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-

prinsip melalui roses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa

melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan menjelaskan, menarik

kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Model Pembelajaran Discovery berusaha meletakkan dasar dan

mengembangkan cara berpikir ilmiah, peserta didik ditempatkan sebagai subjek

8
9

yang belajar, peranan guru dalam model pembelajaran Discovery adalah

pembimbing belajar dan fasilitator belajar (Budiningsih, 2012).

Dalam model Discovery Learning, guru berperan sebagai pembimbing

dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,

sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan

belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini tentu mengubah kegiatan

belajar mengajar yang semula teacher oriented menjadi student oriented. Oleh

karena itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk menjadi seorang problem

solver, seorang saintis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery

Learning, bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk

melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,

mengategorikan, menganalisis, mengintegrasikan ( Cahyo, 2013).

Menurut Bell (dalam Cahyo, 2013) beberapa tujuan spesifik pembelajaran

dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

1) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif

dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak

siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan

2) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola

dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan

(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.

3) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan

menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat

dalam menemukan.
10

4) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja

bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengarkan dan

menggunakan ide-ide orang lain.

5) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-

keterampilan, konsep-konsep dan prinsip- prinsip yang dipelajari melalui

6) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberpa

kasus, Iebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam

situasi belajar yang baru.

Tabel Sintaks Pembelajaran Penemuan adaptasi dari kemdikbud, dalam

Ratumanan (2015).

Fase Deskripsi

1. Stimulasi/pemberian - Hadapkan peserta didik pada kondisi


yang menunjukan adanya masalah, teka-
rangsangan
teki, atau kontrasiksi/pertentangan.
- Dorong peserta didik agar tertantang
melakukan eksplorasi.

2. Pertanyaan/identifikasi - Berikan kesempatan pada peserta didik


untuk mengidentifikasi masalah yang
masalah
relevan dengan materi pembelajaran.

3. Pengumpulan Data - Peserta didik mengumpulkan informasi


yang relevan dari berbagai sumber.
- Peserta didik melakukan prosedur kerja
tertentu atau melakukan ujian coba.

4. Pengolahan Data - Data yang diperoleh direduksi,


diklasifikasikan, ditabulasi, dianalisis.
11

5. Verifikasi (pembuktian) - Hasil pengolahan data diperiksa kembali


oleh peserta didik secara cermat.

6. Generalisasi - mengacu pada hasil verifikasi dilakukan


generalisasi.
(menyimpulkan )

Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran Discovery Learning

sebagai berikut(Roestiyah, 1985):

a. Keunggulan

1. Model ini mampu membantu peserta didik untuk mengembangkan;

memperbanyak kesiapan; serta penguasan keterampilan proses kognitif/

pengenalanpeserta didik.

2. Peserta didik memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat

pribadi/individual sehingga dapat kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa

peserta didik tersebut.

3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para peserta didik.

4. Mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang

dan maju sesuai dengan kemampuanya masing-masing.

5. Mampu mengarahkan carapeserta didik belajar, sehingga lebih memiliki

motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

6. Membantu peserta didik untuk memperkuat dan menambah kepercayaan

pada diri sendiri dengan ketermpilan penemuan sendiri

7. Berpusat pada peserta didik tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman

belajar saja; membantu bila diperlukan.


12

b. Kelemahan

1. Pada peserta didik harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara

belajar ini. Peserta didik harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui

keadaan sekitarnya dengan baik.

2. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.

3. Bagi guru danpeserta didik yang sudah biasa dengan perencanaan dan

pengajaran tradisional mungkin akan kecewa bila diganti dengan teknik

penemuan.

4. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu

mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan

perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagipeserta didik.

5. Teknik ini mungkin memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.

2. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang

terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk

menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep

yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap

suatu penemuan/flasifikasi. Dengan kata lain keterampilan ini dapat digunakan

sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep/prinsip/teori.

Konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan

memantapkan pemahaman tentang keterampilan proses tersebut (Trianto, 2013).


13

Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental tertentu yang

digunakan dalam penemuan fakta dan konsep yang terhimpun dalam suatu disiplin

ilmu tertentu. Keterampilan-keterampilan proses mendasar antara lain

keterampilan mengobservasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari

hubungan ruang/waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian/eksperimen,

mengendalikan variabel, menginterpretasikan atau menafsirkan data, menyusun

kesimpulan sementara (inferensi), meramalkan (memprediksi), menerapkan

(mengaplikasi), dan mengkomunikasikan (Hanifah, 2016).

Keterampilan proses sains (KPS) terdiri dari dua bagian, yakni

keterampilan proses sains (KPS) dasar dan keterampilan proses sains (KPS)

terintegrasi. Keterampilan proses sains (KPS) dasar terdiri dari mengamati,

mengkomunikasikan, mengklasifikasikan, mengukur secara metris,

menginferensi, dan memprediksi. Sedangkan keterampilan proses sains (KPS)

terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat sebuah tabel dari data,

membuat grafik, mendeskripsikan hubungan antar variabel, Mengambil dan

memproses data, mendesain penyelidikan, dan melalukan penyelidikan.

Keterampilan proses sains (KPS) dasar yaitu:

1) Mengamati/mengobservasi, Mengobservasi merupakan keterampilan proses

sains yang paling mendasar, mengobservasi sebuah benda atau zat berarti

mengeksplorasi seluruh sifat-sifatnya. Benda-benda yang kita amati bisa

memiliki berbagai macam sifat seperti warna, tekstur, aroma, bentuk, berat,

volume, dan suhu. Benda-benda tersebut mungkin bisa menghasilkan suara

dengan atau tanpa memberikan perlakuan pada benda tersebut.


14

2) Mengkomunikasikan, Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang jelas,

akurat, dan tidak ambigu dan menggunakan keterampilan yang perlu

dikembangkan dan dipraktikkan.Sebagai seorang guru, kita berusaha untuk

memberikan pengaruh positif melalui kata-kata yang ditulis atau diucapkan.

3) Mengklasifikasi, Mengklasifikasi adalah proses yang digunakan oleh ilmuwan

untuk menjadikan benda-benda dan peristiwa-peristiwa tersusun dengan baik.

Sistem klasifikasi digunakan dalam sains dan disiplin ilmu yang lain untuk

mengidentifikasi benda-benda, tempat-tempat, gagasan-gagasan atau peristiwa-

peristiwa dan untuk menunjukkan kesamaan, perbedaan, serta hubungan antara

benda, tempat-tempat, gagasan-gagasan dan peristiwa-peristiwa tersebut.

4) Mengukur secara metris, Mengukur adalah cara terkuantifikasikannya sebuah

pengamatan. Keterampilan yang dibutuhkan tidak hanya ketepatan dalam

memilih dan menggunakan alat ukurnya, tetapi juga melakukan penghitungan-

penghitungan menggunakan instrumen tersebut. Pengukuran akan menambah

ketepatan pada hasil pengamatan, pengklasifikasian, dan pengkomunikasian.

5) Menginferensi, Menginferensi adalah menggunakan logika untuk membuat

asumsi-asumsi dari apa yang kita amati dan tanyakan. Kemampuan peserta

didik dalam membedakan antara mengobservasi danmenginferensi merupakan

hal yang amat penting dan mendasar.

6) Memprediksi, Prediksi adalah sebuah ramalan atas apa yang akan teramati pada

masa yang akan datang. Kemampuan untuk membuat prediksi tentang suatu

benda atau peristiwa membantu kita untuk menentukan perilaku yang sesuai

pada lingkungan kita. Memprediksi sangat terkait dengan mengamati,


15

menginferensi, dan mengklasifikasi sebuah keterkaitan yang menakjubkan

keterampilan yang satu bergantung kepada keterampilan yang lain.

Sedangkan Keterampilan proses sains (KPS) terintegrasi yaitu:

1) Mengidentifikasi variabel, Variabel adalah ciri dari sebuah benda atau peristiwa

yang bisa berubah dan memiliki jumlah yang berbeda-beda desain eksperimen

mengandung sebuah variabel bebas , sebuah variabel terikat dan

beberapa variabel kontrol

a) Variabel Bebas adalah variabel yang akan diuji. Variabel ini merupakan

variabel yang dimanipulasi atau diubah oleh orang yang melakukan

eksperimen.Sebagai contoh, jika seseorang ingin menyelidiki ketertarikan

kupu-kupu terhadap bunga berwarna kuning maka warna bunga adalah variabel

bebas.

b) Variabel Terikat adalah perubahan yang diukur.Perubahan variabel ini

tergantung pada variabel bebas.Sebagai contoh dalam penyelidikan tentang

ketertarikan kupu-kupu terhadapwarna bunga, maka variabel bebasnya adalah

jumlah kupu-kupu yang hinggap di bunga warna kuning.

c) Variabel control, Sebuah eksperimen yang baik adalah hanya mengukur

pengaruh dari sebuah variabel.Oleh karena itu, variabel yang berubah hanyalah

variabel bebas dan variabel terikat. Faktor-faktor lain dapat berubah harus

dijaga agar tetap tidak berubah atau dikontrol.

2) Membuat sebuah tabel dari data, Meskipun tidak ada aturan baku dalam

membuat sebuah tabel data, tetapi terdapat konvensi atau kesepakatan tidak

tertulis terkait dengan pola penataan data tersebut yang memfasilitasi


16

komunikasi antara penulis dan pembaca. Sebagai contoh, saat membuat tabel

data, variabel bebas dicatat dalam kolom sebelah kiri sedangkan variabel

terikat dicatat dalam kolom sebelah kanan.

3) Membuat grafik, Terdapat tiga tahap dalam membuat grafik garis, yakni: (1)

memberikan label ”x” dan ”y” pada kedua sumbu, (2) menentukan skala

interval untuk setiap sumbu, dan (3) memplot pasangan data sebagai sebuah

titik pada grafik.

4) Mendeskripsikan hubungan antarvariabel, Grafik merupakan alat komunikasi,

dan grafik merupakan alat yang sangat bermanfaat dalam sains yang paling

mudah diterima oleh peserta didik.

5) Mengambil dan memproses data, Terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan ketika peserta didik mengambil dan memproses data yaitu

keterampilan mengukur, melengkapi grafik dengan judul, dan melakukan

investigasi secara cermat.

6) Mendesain penyelidikan, Sebuah penyelidikan dapat didefinisikan sebagai

suatu susunan kondisi-kondisi yang terencana untuk menghasilkan data yang

akan mendukung ataupun tidak mendukung hipotesis. Penyelidikan menjadi

semakin terarah dan dapat dilakukan jika variabel bebas dan variabel terikat

dinyatakan secara jelas dalam hipotesis.

7) Melakukan eksperimen, Melakukan eksperimen merupakan aktivitas yang

menggunakan seluruh keterampilan proses sains (KPS) yang telah dipaparkan

sebelumnya. Sebuah eksperimen bisa diawali dari sebuah pertanyaan.Dari

sinilah langkah-langkah untuk menjawab pertanyaan yang mencakup


17

mengidentifikasi variabel, memformulasikan hipotesis, mengidentifikasi

faktor-faktor yang harus dijaga tetap konstan, membuat definisi operasional,

mendesain sebuah penyelidikan, melakukan percobaan ulang, mengumpulkan

data, dan menginterpretasi data (Rezba,1995).

Beberapa indikator kegiatan peserta didik dalam setiap tahap keterampilan

proses sains, Menurut (Tawil dan Liliasari, 2014).

1) Mengobservasi/mengamati

a) Menggunakan sebanyak mungkin indera

b) Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan

2) Mengklasifikasikan

a) Mencatat setiap pengamatan secara terpisah

b) Mencari perbedaan/persamaan

c) Mengontraskan ciri-ciri

d) Membandingkan

e) Mencari dasar pengelompokan atau penggolongan

f) Menghubungkan hasil-hasil pengamatan

3) Menafsirkan/menginterpretasi

a) Menghubungkan hasil-hasil pengamatan

b) Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan

c) Menyimpulkan

4) Meramalkan/memprediksi

a) Menggunakan pola-pola hasil pengamatan


18

b) Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum

diamati

5) Berkomunikasi

a) Mengubah bentuk penyajian

b) Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau

pengamatan dengan grafik atau tabel diagram

c) Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis

d) Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian

e) Membaca grafik atau tabel atau diagram

f) Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa

6) Mengajukan Pertanyaan

a) Bertanya apa, bagaimana dan mengapa

b) Bertanya untuk meminta penjelasan

c) Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis

7) Mengajukan Hipotesis

a) Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu

kejadian

b) Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diujin kebenarannya dengan

memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah

atau dengan memperoleh bukti

8) Merencanakan Percobaan

a) Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan

b) Menentukan variabel/ faktor tertentu


19

c) Menentukan apa yang diukur, diamati, dicatat

d) Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja

9) Menggunakan Alat/ Bahan/Sumber

a) Memakai alat/bahan/sumber

b) Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan/sumber

10) Menerapkan Konsep/prinsip

a) Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

b) Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang

sedang terjadi

11) Melaksanakan Percobaan

Melakukan percobaan sesuai langkah-lankah percobaan yang sudah

direncanakan.

Muhammad dalam Trianto (2014) tujuan melatih keterampilan proses

dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena dalam melatihkan ini

siswa dipicu untuk berpartisipasi secara aktif dan efisien dalam belajar.

b. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan produk,

proses, maupun keterampilan kinerjanya.

c. Menemukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat mendefinisikan

secara benar untuk mencegah terjadinya miskonsepsi.

d. Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang diperpanjang

karena dengan latihan keterampilan proses, siswa sendiri yang berusaha

mencari dan menemukan konsep tersebut.


20

e. Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataan dalam

kehidupan bermasyarakat.

f. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam

masyarajat, karena siswa telah dilatih keterampilan dan berpikir logis dalam

memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan

belajar dan menjadi indikator keberhasilan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran. Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa

berupa keterampilan, nilai kognitif dan sikap setelah siswa mengalami proses

belajar (Ilmiwan, 2013)

Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar. Hasil

belajar pada sasarannya dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu pengetahuan

dan keterampilan. Pengetahuan dibedakan menjadi empat macam, yaitu

pengetahuan tentang fakta-fakta, pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan

konsep, dan keterampilan untuk berinteraksi (Suprihatiningrum, 2017).

Tes Hasil Belajar (THB) adalah salah satu alat ukur yang paling banyak di

gunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar

mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu proses pendidikan. Alat ukur

lainnya yang penggunaannya sangat terbatas antar lain pedoman wawancara,

pedoman observasu, angket, skala sikap, dan daftar isian. Kesemua alat ukur ini

mempunyai peranan tersendiri namun alat ukur yang satu dengan yang lain dapat

saling mendukung dalam pengukuran hasil belajar (Asmawi, 2005).


21

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom (dalam Gunawan, 2012) kedalam

tiga ranah atau domain yaitu:

a. Hasil Belajar Ranah Kognitif

1) Mengingat (Remember) :Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali

pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja

didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan

dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna

(meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving).

2) Memahami/mengerti (Understand) : Memahami/mengerti berkaitan dengan

membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan

komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas

mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing).

3) Menerapkan (Apply):Menerapkan menunjuk pada proses kognitif

memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan

percobaan atau menyelesaikan permasalahan.

4) Menganalisis (Analyze) : Menganalisis merupakan memecahkan suatu

permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan

mencari keterkaitan dari tiaptiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana

keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.

5) Mengevaluasi (Evaluate) :Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif

memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada.

Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan

konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa.
22

6) Menciptakan (Create) :Menciptakan mengarah pada proses kognitif

meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan

yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru

dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang

berbeda dari sebelumnya.

b. Hasil Belajar Ranah Afektif

1) Menerima (Receiving): Meliputi kepekaan dalam menerima rangsangan

(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk gagasan,

masalah, situasi, materi ataupun kejadian-kejadian tertentu.

2) mengontrol dan menyeleksi informasi yang tidak bermanfaat.

3) Merespons (Responding): Merespons adalah reaksi yang diberikan oleh

seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup

ketetapan reaksi, kedalaman perasaan, kepuasan merespon, dan tanggung

jawab dalam memberikan respon terhadap stimulus dari luar yang datang

pada dirinya.

4) Menilai (Valuing): Kemampuan menilai berkenaan dengan nilai atau

kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima oleh peserta didik.

5) Mengorganisasi (organizing): Kemampuan mengorganiasasi yakni

kemampuan mengembangkan nilai-nilai ke dalam suatu sistem termasuk

hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain, serta pemantapan dan prioritas

nilai yang telah dimilikinya.


23

6) Internalisai nilai (characterization by value): Internalisasi nilai yakni

keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

c. Hasil Belajar Ranah Psikomotor

1) Imitasi (mengamati dan meniru perilaku seseorang yang menjadi model):

Imitasi lebih berorientasi pada gerakan-gerakan motorik atau gerak tubuh

dalam melakukan suatu keterampilan.

2) Manipulasi: Kemampuan untuk melakukan tindakan/kegiatan tertentu

dengan mengingat atau mengikuti instruksi.

3) Ketepatan: Kemampuan untuk melakukan sesuatu keterampilan dengan

tingkat kebenaran yang tinggi.

4) Artikulasi: Mengkoordinasi dan mengadaptasi rangkaian kegaiatan untuk

mencapai harmonisasi dan konsistensi internal.

5) Naturalisasi: Mempraktikan performans tingkat tinggi sampai menjadi

alami (natural), dengan tanpa perlu memikirkannya.

Menurut Munadi (2008) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

proses hasil belajar :

a. Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam

keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya,

semuanya akan membantu dalam proses hasil belajar. Peserta didik yang

kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada dibawah


24

peserta didik yang tidak kekurangan gizi. Demikian juga, kondisi saraf pengontrol

kesadaran dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Misalnya, seseorang

yang minum minuman keras akan kesulitan untuk melakukan proses belajar,

karena saraf pengentrol kesadarannya terganggu.

2) Faktor Psikologis

Faktor kedua dari faktor internal adalah faktor psikologis. Setiap manusia atau

anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda,

terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan

ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing. Beberapa

faktor psikologis yang dapat diuraikan diantaranya meliputi intelegensi, pehatian,

minat dan bakat, motif dan motivasi, kognitif dan daya nalar. b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.Faktor-faktor ini

diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar

yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum,

sarana dan fasilitas, dan guru. Berbicara kurikulum berarti berbicara mengenai

komponen-komponennya (tujuan, bahan atau program serta evaluasi), kiranya

jelas faktor-faktor ini besar pengaruhnya pada proses dan hasil belajar.

4. Tinjauan Umum Materi Pokok Usaha dan Pesawat Sederhana dalam


kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar
3.3 Menjelaskan konsep usaha, pesawat sederhana, dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari, termasuk kerja otot pada struktur rangka manusia.


25

4.3 Menyajikan hasil penyelidikan atau pemecahan masalah tentang manfaat

penggunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator
Hasil Belajar Kognitif
3.3.1 Menjelaskan Konsep Usaha
3.3.2 Memberi contoh usaha dalam kehidupan sehari-hari
3.3.3 Menghitung besar usaha dan jarak benda yang dikenai usaha

3.3.4 Mengidentifikasi jenis-jenis pesawat sederhana


3.3.5 Menghitung keuntungan mekanik pesawat sederhana
3.3.6 Menjelaskan Penggunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-
hari
3.3.7 Menguraikan penerapan prinsip kerja pesawat sederhana pada system
gerak
Keterampilan Proses Sains

Tabel 2.2 Indikator keterampilan proses sains


Sub Topik Keterampilan Proses Sains
Usaha 4.3.1 Mengamati perpindahan balok, dan sudut pada tali
yang ditarik
4.3.2 Mengajukan rumusan masalah tentang besarnya
usaha
4.3.3 Merancang percobaan usaha pada bidang datar
4.3.4 Melakukan percobaan usaha pada bidang datar
4.3.5 Mengolah data percobaan usaha pada bidang datar
4.3.6 Mengkomunikasikan data-data hasil pengamatan
Katrol 4.3.7 Mengamati gaya kuasa pada katrol tetap, katrol
bebas dan katrol majemuk
4.3.8 Mengajukan rumusan masalah tentang gaya kuasa
pada katrol tetap, katrol bebas dan katrol majemuk
4.3.9 Merancang percobaan katrol tetap, katrol bebas dan
katrol majemuk
4.3.10 Melakukan percobaan katrol tetap, katrol bebas dan
katrol majemuk
4.3.11 Mengolah data percobaan katrol tetap, katrol bebas
dan katrol majemuk
4.3.12 Mengkomunikasikan data-data hasil pengamatan
Bidang miring 4.3.13 Mengamati gaya kuasa pada bidang miring dan
26

dan pengungkit pengungkit


4.3.14 Mengajukan rumusan masalah tentang gaya kuasa
pada bidang miring dan pengungkit
4.3.15 Merancang percobaan pada bidang miring dan
pengungkit
4.3.16 Melakukan percobaan pada bidang miring dan
pengungkit
4.3.17 Mengolah data percobaan pada bidang miring dan
pengungkit
4.3.18 Mengkomunikasikan data-data hasil pengamatan.
Prinsip kerja 4.3.19 Mengamati letak beban pada lengan
pesawat 4.3.20 Mengajukan rumusan masalah tentang berat yang
sederhana pada dirasakan oleh otot
sistem gerak pada 4.3.21 Merancang percobaan pada lengan sebagai
manusis pengungkit
4.3.22 Melakukan percobaan pada lengan sebagai
pengungkit
4.3.23 Mengolah data percobaan pada lengan sebagai
pengungkit
4.3.24 Mengkomunikasikan data-data hasil pengamatan

Tabel 2.3 Pengorganisasian Tatap Muka Pada Materi Pokok Usaha dan pesawat
Sederhana dalam Kehidupan Sehari-hari
Tatap Muka Materi Alokasi Waktu Jam
Ke- Pelajaran (JP)
1  Usaha 3JP
(3×40 menit)
 Pesawat Sederhana 2 JP
2 a. Katrol
(2×40 menit)
b. Roda berporos
 Pesawat Sederhana 3JP
3 a. Bidang miring
(3×40 menit)
b. Pengungkit
 Prinsip kerja pesawat 2 JP
4 sederhana pada sistem gerak
(2×40 menit)
manusia

a. Usaha

Usaha merupakan perpindahan energi oleh gaya sehingga benda berpindah.

Besarnya usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus W= F·Δs. Satuan dari
27

usaha adalah joule. Semakin besar gaya yang digunakan untuk memindahkan

benda, semakin besar pula usaha yang dilakukan. Semakin besar perpindahan

benda, semakin besar pula usaha yang dilakukan. Berdasarkan pernyataan tersebut

dapat disimpulkan bahwa besarnya usaha (W) ditentukan oleh besar

gaya yang diberikan pada benda (F) dan besar perpindahannya (Δs). Secara

matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

W= F∙ Δs
keterangan:
W = usaha (joule)
F = gaya (newton)
Δs = perpindahan (meter)
b. Pesawat Sederhana

1) Jenis-jenis pesawat sederhana


a) Katrol

Katrol adalah pesawat sederhana berupa roda beralur yang terhubung

dengan tali dan digunakan untuk memudahkan dalam melakukan kerja karena

katrol dapat mengubah arah gaya ketika menarik atau mengangkat beban.

Contoh penggunaan katrol ialah pada sumur.

Terdapat beberapa jenis katrol dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Jenis-jenis katrol


Sumber : Kemendikbud 2017
28

b) Roda Berporos

Kamu tentunya sudah tidak asing lagi dengan sepeda, bahkan sebagian

besar di antara kamu pasti pernah menggunakannya. Roda gigi (gear) dan ban

pada sepeda adalah salah satu contoh pesawat sederhana yang tergolong roda

berporos. Roda gigi berfungsi sebagai pusat pengatur gerak roda sepeda yang

terhubung langsung dengan roda sepeda, sedangkan roda sepeda menerapkan

prinsip roda berporos untuk mempercepat gaya saat melakukan perjalanan.

Gambar 2.2 menunjukkan roda gigi pada sepeda motor sebagai contoh roda

berporos.Selain roda sepeda, contoh penerapan pesawat sederhana jenis roda

berporos adalah pada kursi roda, mobil, dan sepatu roda

Gambar 2.2 Roda berporos


Sumber : Kemendikbud 2017

c) Bidang Miring

Bidang miring merupakan bidang datar yang diletakkan miring atau

membentuk sudut tertentu sehingga dapat memperkecil gaya kuasa. Contoh

penerapan bidang miring adalah tangga, sekrup, dan pisau.

Perhatikan Gambar 2.3! Keuntungan mekanis bidang miring dapat dihitung

sebagai berikut.
KM = Gaya Beban(FB)
Gaya Kuasa (FK)
29

Gambar 2.3 Benda di bidang miring


Sumber : Kemendikbud 2017

Karena segi tiga yang besar sebangun dengan segitga yang kecil, maka :
FB =
FK ℎ

Sehingga KM bidang miring = ℎ

Keterangan :
KM = keuntungan mekanis

FB = gaya beban

FK = gaya kuasa

l = panjang bidang miring

h = tinggi bidang miring

d) Pengungkit

Pengungkit merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang paling

banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh alat-alat yang

merupakan pengungkit antara lain gunting, linggis, jungkat-jungkit, pembuka

botol, pemecah biji kenari, sekop, koper, pinset, dan sebagainya. Tabel 2.4

menunjukkan berbagai jenis pengungkit yang dikelompokkan berdasarkan

variasi letak titik tumpu, lengan kuasa, dan lengan beban.


30

Gambar 2.4 Posisi lengan kuasa dan lengan beban


Sumber : Kemendikbud 2017

Pengungkit dapat memudahkan usaha dengan cara menggandakan gaya kuasa

dan mengubah arah gaya. Agar kita dapat mengetahui besar gaya yang

dilipatgandakan oleh pengungkit maka kita harus menghitung keuntungan

mekanisnya. Cara menghitung keuntungan mekanisnya adalah dengan

membagi panjang lengan kuasa dengan panjang lengan beban. Panjang lengan

kuasa adalah jarak dari tumpuan sampai titik bekerjanya gaya kuasa. Panjang

lengan beban adalah jarak dari tumpuan sampai dengan titik bekerjanya gaya

beban. Agar kamu mudah memahaminya, perhatikan Gambar 2.4! Karena

syarat kesetimbangan tuas

adalah FB × LB = FK × LK
dan KM = FB = maka KMtuas Lk
FK LB

dengan :

KM = keuntungan mekanis

FB = gaya beban

FK = gaya kuasa

LK = lengan kuasa

LB = lengan beban
31

Tabel 2.4 Jenis pengungkit yang dikelompokkan berdasarkan letak titik tumpu,
lengan kuasa dan lengan beban

Jenis Pengungkit Penerapan dalam Konsep pengungkit


kehidupan sehari-hari

Jenis Pertama

Jenis kedua

Jenis Ketiga

Sumber : Kemendikbud 2017

c. Prinsip kerja pesawat sederhana pada sistem gerak manusia

Selain pada peralatan yang biasa kamu gunakan pada kehidupan sehari-hari

tersebut, prinsip pesawat sederhana juga ada yang berlaku pada struktur otot dan

rangka manusia. Pada saat mengangkat barbel telapak tangan yang menggenggam

barbel berperan sebagai gaya beban, titik tumpu berada pada siku (sendi di antara

lengan atas dan lengan bawah), dan kuasanya adalah lengan


32

bawah. Titik tumpu berada di antara lengan beban dan kuasa, oleh karena itu

lengan disebut sebagai pesawat sederhana pengungkit jenis ketiga.

Gambar 2.5 (a) Seseorang mengangkat barbel, (b) Posisi lengan kuasa, lengan beban,
dan penumpu pada tangan saat mengangkat barbell, Sumber : Kemendikbud 2017

Prinsip pengungkit juga dapat digunakan untuk menganalisis pola gerak tubuh

pada saat bermain bulutangkis seperti pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Prinsip kerja pesawat sederhana pada saat bermain bulu tangkis
Sumber : Kemendikbud 2017
33

B. Kerangka Pikir

Semua proses pembelajaran terdapat tujuan yang hendak dicapai, hal ini

untuk memfokuskan pembelajaran dan juga sebagai batasan yang jelas dalam

dalam pembelajaran. Tujuan utama dalam proses pembelajaran adalah terjadinya

perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah terjadinya pembelajaran. Dalam

penelitian ini perubahan yang dilihat adalah keterampilan peoses sains dan hasil

belajar peserta didik dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan IPA.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan

proses sains dan hasil belajar peserta didik yaitu dengan menerapkan model

pembelajaran model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran

Discovery Learning adalah salah satu pilihan yang dapat digunakan untuk

mempelajari materi usaha dan pesawat sederhana karena melalui model

Discovery Learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, sebagaimana

pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar

sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini tentu mengubah kegiatan belajar

mengajar.

Model pembelajaran Discovery Learning digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar dengan baik maka diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses

sains dan hasil belajar IPA peserta didik. Pada penelitian ini digunakan model

konvensional sebagai pembanding hasil belajar peserta didik. Secara sederhana

kerangka pikir dapat digambarkan dalam bentuk bagan alur kerangka pikir sebagai

berikut.
34

Rendahnya keterampilan proses sains


peserta didik

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Discovery Learning Konvensional

Model Discovery Learning Model Pembelajaran


Kelebihan Langsung Kelebihan
1. Membantu peserta didik untuk 1. Pendidik lebih aktif
penguasaan keterampilan proses dibandingkan dengan peserta
kognitif didik.
2. Peserta didik memperoleh 2. Waktu yang di butuhkan tidak
pengetahuan bersifat sangat terlalu banyak.
pribadi. 3. Ceramah lebih mudah
3. Dapat membangkitkan digunakan.
kegairahan belajar peserta didik 4. Pendidik dapat mengontrol
4. Memberikan kesempatan siswa dengan mudah karena
kepada peserta didik untuk sepenuhnya kelas merupakan
berkembang dengan tanggung jawab pendidik.
kemampuannya masing-masing.
5. Mampu mengarahkan cara
belajar peserta didik.
6. Membantu peserta didik
memperkuat dan menambah
kepercyaan pada diri sendiri
7. Berpusat pada peserta didik
tidak pada pendidik.

Keterampilan Proses Sains peserta didik


lebih tinggi menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning

Gambar 2.8 Bagan Alur Kerangka Pikir Keterampilan Proses Sains


35

Rendahnya hasil belajar peserta didik

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Discovery Learning Konvensional

Model Discovery Learning Model Pembelajaran


Kelebihan Langsung Kelebihan
8. Membantu peserta didik untuk 5. Pendidik lebih aktif
penguasaan keterampilan proses dibandingkan dengan peserta
kognitif didik.
9. Peserta didik memperoleh 6. Waktu yang di butuhkan tidak
pengetahuan bersifat sangat terlalu banyak.
pribadi. 7. Ceramah lebih mudah
10. Dapat membangkitkan digunakan.
kegairahan belajar peserta didik 8. Pendidik dapat mengontrol
11. Memberikan kesempatan siswa dengan mudah karena
kepada peserta didik untuk sepenuhnya kelas merupakan
berkembang dengan tanggung jawab pendidik.
kemampuannya masing-masing.
12. Mampu mengarahkan cara
belajar peserta didik.
13. Membantu peserta didik
memperkuat dan menambah
kepercyaan pada diri sendiri
14. Berpusat pada peserta didik
tidak pada pendidik.

Hasil Belajar peserta didik lebih tinggi


menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning

Gambar 2.9 Bagan Alur Kerangka Pikir Hasil Belajar


36

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah

dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

1. Ada pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap

keterampilan proses sains peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Bangkala

pada materi pokok usaha dan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Ada pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar

peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Bangkala pada materi pokok usaha

dan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai