Anda di halaman 1dari 4

Judul : Hutan Karet Menjelma Jadi Hunian

Sumber : Kompas, Senin, 3 September 2018

Diketik ulang oleh : 17050724010

Pondok indah telah bermetamorfosis. Pemukiman yang pada 1970-an


masih jauh dari pusat kota, kini menjadi hunian elite di tengah kota dengan
harga selangit. Hanya satu yang bertahan di pondok indah, keindahan dan
keasrian lingkungannya. Dian Dewi Purmasari.

Pohon trembesi tua yang besar dan kokoh menghalangai terik matahari
saat menelusuri jalan. Metro duta niaga, pondok indah, jakarta selatan, kamis
(30/8/2018). Deretan pohon mahoni tua menaungi kiri-kanan jalan. Cericit
burung di ranting phon sesekali terdengar.

Irmajanti Muliadi (72) masih ingat saat pertama kali pindah kepondok
indah pada 1977. Saat itu, pondok indah sangat sepi dan jauh dari pusat kota.
Namun, pesona lingkungan yang hijau, asri, dengan jalan dan trotoar yang
tertata, membuat irmajanti dan suami jatuh hati pada sebuah kavling di jalan
duta permai III. Meski sebelumnya dia melihat kavling di permata hijau- yang
secara geografis, kala itu, lebih dekat dengan pusat kota seperti Harmoni dan
Monas- pilihan irmajanti jatuh ke pondok indah yang lebih asri.

“Saat itu, harga tanah di pondok indah masih RP. 30,000,-/m2. Kami
juga masih bisa mencicil hingga 18 bulan, jadi ambil tanah kavling di pondok
indah,” ujar irmajanti, jumat (31/8).

Saat pindah tahun 1977, rumahnya belum sepenuhnya jadi. Untuk


berjaga-jaga dari ancaman maling, suaminya mengaitkan daun pintu dengan
tali rafia dan kaleng minuman bersoda. Jika ada orang mencoba pintu dari luar,
terutama malam hari, yang terdengar pertama kali adalah nyaring suara
kaleng.

Irmajanti juga menunjukan foto dirinya dengan latar belakang hutan


karet, tahun 1976. “Ular juga sering masuk kerumah tahu-tahu ada sisik ular
tertinggal di sofa, di lantai. Mungkin karena saat itu masih di kelilingi hutan
karet,” ujarnya.

Pengalaman serupa dialami Stanny Mangunsong(75) yang pindah ke


pondok indah tahun 1982. Ia masih merasakan sekitar rumahnya di kelilingi
hutan karet. Awal-awal pindah, stanny juga kerap menemukan ular masuk ke
dalam rumahnya.

Stanny dulu tinggal di Jalan Anyer, sekitar Tugu Proklamasi, memilih


pindah ke Pondok Indah karena kualitas lingkungan yang lebih baik.

Saat itu suami Stanny ditawari mengambil kavling dengan kemudahan


berupa sistem cicilan. “Suami saya di tawari langsung oleh pak Ciputra untuk
mengambil kavling disini karena dia karyawan Ancol. Saya sendiri membantu
keuangan keluarga dengan menjahit pakaian.”

Pengamat tata kota Nirwono Joga tak heran jika orang orang kaya di
Jakarta kala itu melirik Pondok Indah. Sebab, lingkungannya sangat sehat,
terlihat dari lingkungan yang hijau dan air yang bersih. Kawasan ini semakin
menjual karena kontur tanah berbukit-bukit. Nirwono menyebut kawasan itu
bisa menjadi contoh hunian ideal yang mengedepankan konsep hijau di tengah
kota.

“Dari hutan dan tegalan, Ciputra mengembangkan kawasan menjadi


kompleks permukiman elite seperti di Menteng dan Kebayoran Baru.
Permukiman dengan banyak taman dan ruang terbuka hijau sebagai paru-paru
kota,” kata Nirwono.

Tahun 1970-an pengembangan juga ketat menerapkan aturan. Pemilik


lahan tidak boleh menutup seluruh tanah milik mereka dengan bangunan.
Mereka harus menyisakan ruang untuk halaman dan kebun atau taman di sisi
belakang.

Warga juga tidak boleh membangun rumah lantai 2 di bagian depan.


Loteng atau lantai 2 hanya diperbolehkan mulai di sisi tengah bangunan.
Secara geografis, Pondok Indah menghubungkan Blok M dan Ciputat,
Tanggerang Selatan.

Karena hijau dan strategisnya Pondok Indah, hingga kini pengusaha


properti sekaligus konseptor awal Pondok Indah, Ciputra, masih tinggal disana.

Lapangan golf

Disekitar RW 014 pondok indah suasana asri kental terasa. Bahkan,


salah satu kompleks super mewah berada di tengah lapangan golf Pondok
Indah. Rumah di kompleks ini berukuran sangat besar dengan pemandangan
langsung menghadap lapangan golf.

Lapangan golf menjadi satu penanda yang membuat kawasan ini tetap
hijau, asri, dan nyaman. Lapangan seluas 54,5 hektar ada sejak tahun 1976.

Lapangan ini pernah digunakan untuk kejuaraan dunia golf tahun 1983.
Di Asian Games 2018, lapangan golf Pondok Indah dipilih jadi arena
pertandingan golf. Pengelola panen pujian dari sejumlah negara, seperti
Thailand, Bhutan, India dan Singapura. Pujian itu terkait kualitas lapangan golf.

Direktur operasional PT Pondok Indah Padang Golf Budi Kosasih


mengatan, awalnya, lapangan golf dibuat untuk memfasilitasi warga Pondok
Indah. Selain itu, latar belakang pendiri memang hobi bermain golf. Hingga kini
lapangan golf Pondok Indah termasuk lapangan berkelas
internasional(championship curse).

Pajak Mahal

Dari hutan karet, Pondok Indah menjadi permukiman elite dan pusat
bisnis di Jakarta Selatan. Ini berdampak pada meningkatnya harga tanah. Jika
pada tahun 1970-an, harga tanah di pondok indah Rp. 30,000,-/m2, kini
mencapai Rp. 40,000,000,-/m2.

Nilai jual obyek pajak(NJOP) di Pondok Indah pun diatas


Rp.23,000,000/m2 akibatnya, tarif pajak bumi dan bangunan(PBB) melonjak.
Hal itu membani penghuninya, terutama yang berusia lanjut.
Akhirnya, mereka menjual rumah/menyewakannya. Jika ini terus
dibiarkan, nirwono memprediksi, Pondok Indah berubah dari kawasan hunian
jadi kawasan bisnis dan komersial.

Irmajanti dan Stanny berharap, kawasan ini tetap menjadi pondok yang
indah. Tempat menikmati usia senja di tempat yang asri dan nyaman.

Anda mungkin juga menyukai