Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan dalam dunia pendidikan seperti yang dialami sekarang ini
menuntut adanya peningkatan dalam proses pembelajaran mengemukakan
tuntutan bangsa Indonesia terkait penyiapan sumber daya manusia unggul,
diantaranya adalah anak membutuhkan pikiran, komunikasi verbal dan tulis,
team work, kreativitas, keterampilan meneliti, dan problem solving untuk
bersaing dan tumbuh dengan baik di masa depan. Dalam menghadapi abad 21
peserta didik dituntut dapat mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata. Selain itu, reformasi pendidikan mendorong supaya
pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna (meaningful learning) bukan
sekedar hafalan (rote learning). Proses pembelajaran peserta didik harus
mampu membangun pengalaman belajar peserta didik berdasarkan apa yang
peserta didik lakukan selama pembelajaran. Maka dari itu perlu adanya refleksi
setelah pembelajaran yang dilakukan agar peserta didik dapat belajar lebih baik
lagi.
Salah satunya dengan mengembangkan reflective thinking pada diri
peserta didik. Reflective thinking penting karena dapat melatih peserta didik
untuk berusaha menghubungkan pengetahuan yang diperoleh untuk
menyelesaikan suatu permasalahan dengan pengetahuan lamanya dan
disempurnakan dengan penggunaan metode case presentaton yang memusatkan
diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajari suatu kasus.
Pada metode ini peserta diberikan suatu kasus yang berkaitan dengan bidang
ilmu di program studi, kemudian peserta diminta untuk mempresentasikan hasil
dari sintesanya mengenai pemecahan kasus yang diberikan.
Dari latar belakang tersebut penyusun tertarik mengambil judul makalah
yaitu mengenai reflecting learning dan case presentation yang dapat digunakan
sebagi bahan pembelajaran.

1
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari reflecting learning dan case presentation.
2. Untuk mengetahui prinsip kegiatan dari reflecting learning dan case
presentation
3. Untuk mengetahui contoh kasus dari reflecting learning dan case
presentation
4. Untuk mengetahui bentuk evaluasi dari reflecting learning dan case
presentation

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI REFLECTING LEARNING DAN CASE


PRESENTATION
1. DEFINISI REFLECTING LEARNING
Pembelajaran Refleksi merupakan proses mental yang
menerapkan kegiatan pembelajaran dengan mengaktifkan peserta
untuk menggunakan pemikiran yang kritis (critical thinking) untuk
menguji informasi yang didapat, bertanya tentang kebenarannya dan
menyimpulkan berdasarkan ide-ide yg dihasilkannya.
Proses yang dilakukan secara berkesinambungan
mengarahkan individu untuk mampu membuat alternatif pemecahan
dan kesimpulan akhir, sehingga memiliki pemahaman yg lebih
baik. Tanpa refleksi bembelajaran menjadi berakhir,sedangkan
pengelolaan cara berfikir yg dalam memerlukan proses pembelajaran.
Pembelajaran yang efektif mensyaratkan waktu bagi peserta
untuk selalu berfikir. Peserta perlu merefleksikan apa yang mereka
pelajari dengan mengevaluasi proses berfikir yang digunakan dalam
menentukan strategi kerja yang terbaik. Kemudian menerapkan
pengetahuan yang didapat dari proses pembelajaran sebagai
pendekatan yang akan digunakan pada pembelajaran selanjutnya.
Proses berfikir yang terus menerus tentang apa yang ditemukan dan
dikerjakan merupakan proses yang membangkitkan kreatifitas untuk
selalu melakukan perubahan dan inovasi, sportifitas untuk menilai
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki.
Proses pembelajaran refleksi ini merupakan salah satu metode
pembelajaran untuk meningkatkan kinerja, sehingga proses
pembelajaran refleksi tidak hanya digunakan pada proses pendidikan
dan pelatihan tetapi digunakan juga di lapangan baik di rumah sakit,
puskesmas dan praktek mandiri sebagai proses pembelajaran yang
berkesinambungan. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

3
836/2005 telah menetapkan Kebijakan Pengembangan Manajemen
Kinerja Klinik Perawat dan Bidan, pada keputusan tersebut proses
pembelajaran refleksi merupakan metoda untuk meningkatkan kinerja
Perawat dan Bidan, khususnya dalam menganalisa dan mengambil
keputusan untuk melakukan pelayanan kepada pasiennya sesuai
standar.
2. DEFINISI CASE PRESENTATION (PRESENTASI KASUS)
Metode ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek
tertentu yang mempelajari suatu kasus. Pada metode ini peserta
diberikan suatu kasus yang berkaitan dengan bidang ilmu di program
studi, kemudian peserta diminta untuk mempresentasikan hasil dari
sintesanya mengenai pemecahan kasus yang diberikan.
Presentasi kasus merupakan kegiatan pembelajaran di klinik yang
sering dilakukan di ruang diskusi. Pada kegiatan ini, mahasiswa
mempresentasikan kasus pasiaen yang dijumpai selama melakukan
kegiatan di poli rawat jalan, UGD maupun rawat inap. Mahasiswa
membuat catatan status pasien sesuai dengan format catatan medis
pasien untuk RS pendidikan.
Presentasi kasus disebut suatu kegiatan pembelajaran yang
melibatkan seluruh peserta didik dalam satu kelas besar dan setiap
kelompok tutorial secara bergiliran mempresentasikan hasil kerja
kelompok tutornya dalam memecahkan masalah / kasus yang
didapatkan oleh kelompok tersebut.Presentasi dilakukan oleh seorang
wakil kelompok yang ditunjuk sebagai juru bicara dan waktu
presentasi dialokasikan 15 – 20 menit untuk setiap kelompok.Jumlah
presentasi disesuaikan dengan jumlah / macam dari seluruh masalah /
kasus yang diberikan kepada setiap kelompok.Diskusi terbuka
dilakukan setelah presentasi, dengan teknik penyelenggaraan
disesuaikan dengan waktu, kondisi, dan keragaman masalah yang
dipresentasikan.
Kegiatan ini dipimpin oleh satu orang / lebih Pimpinan dan
Sekretaris Kegiatan (mahasiswa) yang telah dipilih / ditentukan

4
sebelumnya, disesuaikan dengan keragaman dan jumlah masalah yang
dipresentasikan (satu atau beberapa sesi). Setiap Tutor diharapkan
hadir mendampingi kelompok Tutorialnya, walaupun inti kegiatan
presentasi kasus ini lebih berupa kegiatan: dari – oleh – untuk
mahasiswa . Pada akhir kegiatan dapat dimintakan pendapat dari para
Tutor. Penanggungjawab kegiatan adalah pembuat modul.Waktu
kegiatan dialokasikan pada hari Jumat dengan lama kegiatan
disesuaikan (Hermas, 2015).

2.2 PRINSIP KEGIATAN


1. PRINSIP KEGIATAN REFLECTING LEARNING
Proses refleksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah
satu cara yang sering digunakan dalam praktik klinik kesehatan adalah
menggunakan analisa kasus nyata (critical incident). Dengan critical
incident ini individu dapat melakukan pembelajaran yang nyata dari
kasus yang ada dan telah diberikan pelayanan langsung. Sehingga
dapat dilakukan pembelajaran dalam setiap tindakan yang telah
dilakukan, diantaranya;
1. Apakah anamnesa/pemeriksaan yang dilakukan sudah lengkap dan
tepat ?
2. Apakah diagnosa yang dirumuskan sudah tepat sesuai kondisi
klien?
3. Apakah tindakan yang dilakukan sudah sesuai dan efektif?
4. Apakah penanganan yang dilakukan menyelesaikan masalah yang
ada?
5. Bagaimana kondisi klien setelah diberikan tindakan?
6. Bagaimana respon klien/ kepuasan klien?
7. Proses refleksi dengan menganalisa kasus ini membandingkan dan
menginvestigasi dengan dasar standar pelayanan, kajian teori dan
bukti penelitian /evidence based practice.

5
Kesuksesan proses refleksi dengan menggunakan analisa kasus
nyata dengan kejadian yang kritis (critical
incident), akan mempengaruhi individu untuk mampu :
1. Mengembangkan opini-opini nya
2. Melihat kemungkinan kemungkinan yang terjadi
3. Melatih ketajaman berfikir
4. Menjadi kreatif
5. Keuntungan/ Dampak lain
6. eningkatkan therapeutic kepada individu
7. Meningkatkan Komunikasi yang baik & empati diantara koleha
8. Critical thinking merupakan hal penting dalam praktek profesional

2. PRINSIP KEGIATAN CASE PRESENTATION


Prinsip-prinsip yang dilakukan :
1. Harus direncanakan dengan teliti dengan pasien, surat ijin,
pemilihan lokasi, perumusan tujuan informasi dan lain-lain.
2. Pasien harus diberi kesempatan untuk mengekspresikan
kebutuhannya.
3. Adanya hak pasien untuk prifasi dan rahasia informasi tentang
dirinya.
4. Adanya evaluasi tentang pelaksanaan nursing clinic.

2.3 CONTOH KASUS / TINDAKAN


1. CONTOH KASUS/ TINDAKAN REFLECTING LEARNING
Contoh refleksi, dari hasil observasi yang telah dilakukan dengan
cara pembelajaran secara berkelompok yaitu diskusi antar kelompok,
hanya siswa yang dikategorikan tingkat kemampuannya tinggi yang
aktif dan berpartisipasi pada saat dilakukan diskusi sementara siswa
yang lain tidak memperhatikan dan tidak ikut berpartisipasi dalam
pembelajaran. Hasil observasi terhadap proses pembahasan hasil
asesmen diperoleh data bahwa siswa kurang aktif berinteraksi terhadap
materi pelajaran, dengan temannya dan terhadap guru. Hasil analisis

6
kompetensinya masih rendah belum mencapai tujuan minimal. Respon
siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran secara optimal dalam waktu
singkat, tidak tertarik untuk belajar secara berkelompok karena mereka
mengantuk dan tidak mendapat kesempatan untuk berpikir. Dari semua
data tersebut, maka guru melakukan refleksi. Seperti diskusi kelompok
diubah menjadi diskusi perorangan, dengan lebih banyak memberikan
atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi dan
memberikan tugas sebelumnya kepada siswa yang mengarah kepada
pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi, kemudian siswa diberi
kesempatan secara bergiliran untuk mengerjakan tugas sekaligus
dinilai secara kualitatif dan kuantitatif, hasil asesmen didiskusikan
kepada siswa sebelum melakukan pembelajaran berikutnya, kegiatan
pembelajaran dirumuskan secara realistis yang mudah diukur. (Tahir,
2011: 93-95).
Jadi, refleksi berarti kegiatan yang dilakukan untuk mengingat
kembali suatu tindakan yang telah dilakukan dalam observasi. Refleksi
mengkaji ulang apa yang telah terjadi atau mempertimbangkan proses,
permasalahan, isu, dan kekurangan yang ada atau yang belum tuntas
dari strategi penelitian yang telah dilakukan. Refleksi menjadi dasar
untuk mengetahui kembali rencana tindakan dengan memperhatikan
variasi perspektif yang mempunyai aspek evaluatif bagi peneliti untuk
mempertimbangkan atau menilai apakah dampak tindakan yang
timbul sudah sesuai dengan yang diinginkan dan membuat
perencanaan kembali. Langkah selanjutnya setelah pelaksanaan
tindakan dan observasi merupakan refleksi hasil pengamatan, melalui
refleksi maka dapat diketahui atau dipahami kelebihan dan kekurangan
yang terjadi dalam penelitian tindakan. (Uno, dkk, 2012: 69).
Kegiatan mengingat, merenungkan, mencermati, dan menganalisis
kembali suatu tindakan yang telah dilakukan dalam observasi
merupakan refleksi yang dalam penalitian tindakan kelas akan
memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam
tindakan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran. Dalam

7
melakukan kegiatan refleksi guru selain berperan sebagai peneliti itu
sendiri juga harus bekerjasama dengan guru yang sama mata pelajaran
namun berbeda kelas atau peneliti dari perguruan tinggi agar refleksi
dapat dilakukan sampai pada tahap pemaknaan tindakan dan situasi
dalam pembelajaran yang ada sehingga dapat memberikan dasar untuk
memperbaiki rencana tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. (
Asrori, 2009: 54)

2. CONTOH KASUS/ TINDAKAN CASE PRESENTATION


Saat mahasiswa melakukan praktik klinik disebuah rumah sakit,
mereka menemukan kasus sebagai bahan presentasi kasus. Presentasi
dilakukan oleh seorang wakil kelompok yang ditunjuk sebagai juru
bicara dan waktu presentasi dialokasikan 15 – 20 menit untuk setiap
kelompok.Jumlah presentasi disesuaikan dengan jumlah / macam dari
seluruh masalah / kasus yang diberikan kepada setiap
kelompok.Diskusi terbuka dilakukan setelah presentasi, dengan teknik
penyelenggaraan disesuaikan dengan waktu, kondisi, dan keragaman
masalah yang dipresentasikan.
Kegiatan ini dipimpin oleh satu orang / lebih Pimpinan dan
Sekretaris Kegiatan (mahasiswa) yang telah dipilih / ditentukan
sebelumnya, disesuaikan dengan keragaman dan jumlah masalah yang
dipresentasikan (satu atau beberapa sesi). Setiap Tutor diharapkan
hadir mendampingi kelompok Tutorialnya, walaupun inti kegiatan
presentasi kasus ini lebih berupa kegiatan: dari – oleh – untuk
mahasiswa . Pada akhir kegiatan dapat dimintakan pendapat dari para
Tutor. Penanggungjawab kegiatan adalah pembuat modul.Waktu
kegiatan dialokasikan pada hari Jumat dengan lama kegiatan
disesuaikan.

2.4 BENTUK EVALUASI YANG DIGUNAKAN/ INSTRUMEN


1. BENTUK EVALUASI REFLECTING LEARNING
a. Merevisi ide maupun praktek dengan cara :

8
Melakukan review, reorganisasi, memperbaiki /menyempurnakan
ide atau praktik untuk update atau pengembangan.
b. Menerima ide baru atau praktik yang baru dengan cara :
Menyeleksi dan mengikuti ide baru atau praktik baru untuk
saling melengkapi.
c. Mengganti ide lama atau praktek lama dengan yang baru :
Mengganti praktik atau ide yang ada saat ini dengan ide-ide atau
praktik baru yang diperkenalkan.

2. BENTUK EVALUASI CASE PRESENTATION


Dilakukan dengan diskusi dan penilaian terhadap pasien,
perilaku dan kemampuan untuk mengatasi masalah, penilaian
terhadap peserta didik serta evaluasi proses dan hasil dari nursing
clinic apakah tujuan yang ditetapkan tercapai atau belum.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pembelajaran Refleksi merupakan proses mental yang menerapkan
kegiatan pembelajaran dengan mengaktifkan peserta untuk menggunakan
pemikiran yang kritis dan Presentasi kasus merupakan kegiatan pembelajaran
di klinik yang sering dilakukan di ruang diskusi. Pada kegiatan ini,
mahasiswa mempresentasikan kasus pasiaen yang dijumpai selama
melakukan kegiatan.
Prinsip dari Proses refleksi dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara, salah satu cara yang sering digunakan dalam praktik klinik kesehatan
adalah menggunakan analisa kasus nyata.
Contoh refleksi, dari hasil observasi yang telah dilakukan dengan cara
pembelajaran secara berkelompok yaitu diskusi antar kelompok, hanya siswa
yang dikategorikan tingkat kemampuannya tinggi yang aktif dan
berpartisipasi pada saat dilakukan diskusi sementara siswa yang lain tidak
memperhatikan dan tidak ikut berpartisipasi dalam pembelajaran dan Saat
mahasiswa melakukan praktik klinik disebuah rumah sakit, mereka
menemukan kasus sebagai bahan presentasi kasus. Presentasi dilakukan oleh
seorang wakil kelompok yang ditunjuk sebagai juru bicara dan waktu
presentasi dialokasikan 15 – 20 menit untuk setiap kelompok.Jumlah
presentasi disesuaikan dengan jumlah / macam dari seluruh masalah / kasus
yang diberikan kepada setiap kelompok.Diskusi terbuka dilakukan setelah
presentasi, dengan teknik penyelenggaraan disesuaikan dengan waktu,
kondisi, dan keragaman masalah yang dipresentasikan.
Bentuk evaluasi yang dilakukan dengan diskusi dan penilaian terhadap
pasien, perilaku dan kemampuan untuk mengatasi masalah, penilaian
terhadap peserta didik serta evaluasi proses dan hasil dari nursing clinic
apakah tujuan yang ditetapkan tercapai atau belum.

10

Anda mungkin juga menyukai