“UAS”
Disusun Oleh:
19720251005
PROGRAM PASCASARJANA
Yang menjadi tujuan utama dalam pendidikan vokasi adalah membangun Delapan Kompetensi
Lulusan, yakni : [2]
Kemampuan berkomunikasi
Berpikir Kritis dan Kreatif
Informasi / Literasi Digital
Keterampilan Pertanyaan / Penalaran
Keterampilan Interpersonal
Literasi Multikultural / Multilingual
Pemecahan Masalah
Keterampilan Teknologi
Yang sangat mendekati dengan kedelapan kriteria Model Pendidikan Vokasi yang efektif dan
efisien yaitu metode pembelajaran ‘studi kasus’.
Dalam persiapan dosen harus memilih kasus yang sesuai dan menganalisis secara rinci
terhadap kasus yang akan dipecahkan. Menentukan prosedur pemecahan masalah, bila
dikehendaki disertai pula dengan alternatif pemecahan masalahnya
Dosen membagi kelas menjadi pasangan-pasangan atau berkelompok, dosen menjelaskan
tujuan pembelajaran, dosen menjelaskan skenario studi kasus dan dosen memberikan
sebuah kasus.
Setelah itu mahasiswa akan mendiskusikan suatu kasus yang diberikan oleh dosennya
didalam kelompoknya. Dosen memberikan arahan dan petunjuk ketika kelompok
mengalami kesulitan atau diskusinya menyimpang dari tujuan pembelajaran yang akan
dicapai
Kemudian setiap pasangan atau kelompok akan membuat rangkuman mengenai suatu
kasus dengan lengkap dan mengarah pada pemecahan masalah.
Ketika waktu diskusi atau pemecahan masalah telah berakhir, setiap pasangan atau
kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi mereka kepada kelas.
Dosen akan menilai hasil diskusi mereka, yang dinilai oleh dosen adalah bagaimana sikap
siswa dalam mengembangkan pola pikirnya, bagaimana cara mereka mengemukakan
pendapat saat melakukan diskusi dalam kelompok, dan bagaiman cara mereka
memecahkan suatu masalah. Dosen merangkum dan membuat kesimpulan tentang
alternative pemecahan masalah yang paling tepat sesuai skenario kasus dikaitkan dengan
tujuan pembelajaran.
8. Untuk mengatasi beberapa permasalahan yang ada pada metode pembelajaran studi kasus,
penulis memberikan beberapa solusi seperti berikut :
Tempat duduk harus diatur melingkar atau berbentuk tapal kuda supaya peserta diskusi
dapat saling berhadapan sehingga terjadi komunikasi yang lancar.
Setiap siswa peserta diskusi harus memahami masalah yang harus didiskusikan,
untuk itu guru sebagai fasilitator dikelas harus terlebih dahulu menjelaskan kasus yang
akan didiskusikan dan garis besar arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran.
Kasus yang didiskusikan harus cukup sulit dan menarik perhatian siswa karena berkaitan
dengan kehidupan mereka, sehingga mahasiswa terdorong untuk menyelesaikannya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, & Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi. 2016. Panduan Penyusunan Teknologi Pembelajaran Pendidikan Tinggi
Vokasi. Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Jakarta. 111 hal.