Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di Asia Tenggara memiliki jumlah remaja mencapai 18% - 25% pada seluruh
populasinya. Remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah mereka
yang berada pada masa transisi antara masa kanak – kanak dan dewasa, yaitu pada
usia 10 – 19 tahun. Pada masa remaja setiap individu mengalami proses penyesuaian
yang menimbulkan kecemasan, karena seseorang akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat cepat, dalam ukuran bentuk tubuh, maupun psikologis dan
fungsi sosial (Anwar & Febrianty, 2017). Pertumbuhan fisik dan organ reproduksi
adalah masalah besar yang mereka hadapi terutama pada wanita (PLANO DE
DISCIPLINA - PROF LEONARDO - POLÍTICAS PÚBLICAS, 2019). Proses
kematangan dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ – organ reproduksi mulai
berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul (Sekolah, Negeri, Tahun, &
Kunci, 2019). Salah satu tanda pubertas pada remaja perempuan ditandai dengan
datangnya menstruasi untuk pertama kali (Usia et al., 2018).
Haid atau menstruasi pertama kali yang dialami oleh seorang wanita pada
masa transisi dari anak – anak menuju dewasa biasa disebut dengan menarche.
Menarche merupakan salah satu ciri kedewasaan seorang perempuan. Usai remaja
putri yang mengalami menarche biasanya pada usia 11 – 14 tahun, pada usia tersebut
remaja putri duduk di bangku 5 sampai 6 Sekolah Dasar (PLANO DE DISCIPLINA -
PROF LEONARDO - POLÍTICAS PÚBLICAS, 2019). Sedangkan masa pubertas
pada perempuan juga bisa terjadi mulai dari usia 9 – 12 tahun. Saat seorang
perempuan mengalami menarche, ada sebagian dari mereka merasa takut, gelisah, dan
cemas karena mereka menganggap bahwa keluar darah dari organ intim merupakan
suatu penyakit, tetapi sebagian dari mereka yang mempunyai pengetahuan lebih
tentang menarche akan merasa senang saat mengalaminya karena kejadian tersebut
merupakan tanda bahwa mereka telah masuk masa remaja. Pengetahuan yang kurang
tentang menarche pada remaja putri bisa menimbulkan perasaan negatif seperti
cemas, takut, dan bingung ketika menghadapi menarche (Anwar & Febrianty, 2017).
Sikap yang diambil oleh individu di pengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki.
Dengan pengetahuan yang baik, seorang remaja akan mengambil sikap positif,
dikarenakan remaja tersebut memiliki pemahaman yang baik dan mengetahui apa
yang harus dilakukan (Zaki, Ferusgel, Maya, & Siregar, 2018). Datangnya menarche
pada seorang perempuan tidak bisa ditentukan, karena cepat atau lambatnya
kematangan seksual dan kematangan fisik ditentukan pada kondisi fisik masing-
masing individu. Jika seorang remaja putri memiliki penyakit atau badan yang lemah
dapat memperlambat datangnya menstruasi (Usia et al., 2018). Asupan makanan dan
juga genetik bisa berdampak pada usia menarche yang datang lebih cepat. Faktor
yang berpengaruh pada usia menarche dini adalah tingginya asupan lemak maupun
kalsium dan rendahnya asupan serat (Oliver, 2013). Persepsi remaja perempuan
menjelang menarche atau masuk pada masa menstruasi dapat berupa persepsi positif
ketika diiringi dengan kedewasaan dan persepsi negatif ketika diiringi dengan kondisi
yang membatasi serta mitos menstruasi dan juga ketidaknyamanan (Hidayah & Palila,
2018).
WHO (World Health Organization) pada tahun 2009 mengatakan bahwa lebih
dari separuh penduduk dunia berumur dibawah 25 tahun dan 80% dari mereka tinggal
di Negara berkembang, sedangkan penduduk dunia yang berusa 10 – 24 tahun
besarnya sekitar 30%. Pada tahun 2015, di setiap negara prevalensi early menarche
berbeda – beda di setiap negara, seperti di Kanada sebesar 14,6% anak yang
mengalami menarche dan di China ada 10% anak perempuan mengalami early
menarche. Usia menarche mengalamai percepatan mencapai 0,145 tahun perdekade di
Indonesia (Oliver, 2013). Rata – rata umur remaja wanita mengalami menarche secara
nasional adalah 13 – 14 tahun dengan angka 37,5%, pada usia 11 – 12 tahun terjadi
pada 30 anak di DKI Jakarta, sedangkan di Nusa Tenggara Barat sebesar 12,1%. Rata
– rata pada umur 17 – 18 tahun terjadi pada 8,9% anak – anak di Nusa Tenggara
Timur, dan di Bengkulu 2,0%. Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2010 kelompok
umur pertama kali haid di Provinsi Aceh adalah umur 9-10 tahun 1,1%, 11-12 tahun
19,3%, 13-14 tahun 40,8%, 15-16 tahun 19,1%, 19-18 tahun 2,3% dan 19-20 tahun
0,1% (Anwar & Febrianty, 2017). Di DKI Jakarta sendiri remaja putri berusia 9 – 10
tahun sudah mengalami haid pertama, dan terdapat 1,3% di Maluku dan Papua Barat
terdapat 1,3% remaja perempuan yang baru mendapatkan haid pertama pada usia 19 –
20 tahun (Journal et al., 2019). Hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2010 di 17
provinsi di Indonesia usia 12 tahun yang telah mengalami menarche terdapat 5,2%
(Sekolah et al., 2019). Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2014 menyatakan
bahwa usia menarche responden di Indonesia usia 13 tahun sebanyak 20% dengan
kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun. Pada usia 8 tahun ada beberapa
remaja perempuan di Indonesia yang sudah memulai siklus haid namun dengan
jumlah yang sedikit. Rata – rata usia menarche nasional berkisar 13 – 14 tahun
dengan jumlah 37,5% (Oliver, 2013).
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Bharatwaj, Vijaya, dan Sindu
menyatakan dari 101 responden remaja putri, hanya 33.6% merasa nyaman saat
menghadapi menarche karena memiliki pengetahuan lebih tentang menstruasi, tetapi
ada 61,3% responden tidak memiliki pengetahuan tentang menstruasi. Hasil yang di
dapatkan ada 49,5% responden penelitian merasa panik dan 50,49% merasa depresi
(Hidayah & Palila, 2018). Pengetahuan yang kurang tentang menstruasi menimbulkan
dampak buruk untuk remaja putri yang akan mengalami menarche, maka dari itu
perlunya pemberian informasi tentang menstruasi kepada remaja putri yang akan
masuk pada masa remaja. Informasi tentang menstruasi seharusnya sudah didapatkan
saat duduk di bangku sekolah dasar, tapi pada kenyataannya sekolah dasar di
Indonesia masih belum memberikan informasi atau pembelajaran tambahan tentang
menstruasi. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada tahun 2007
menyatakan bawa tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat
rendah, pengetahaun tentang menstruasi merupakan tanda dari berfungsinya sistem
reproduksi sistem reproduksi wanita pada remaja perempuan hanya 6,5% (Novitasari,
Wardani, & Ariwinanti, 2018).
Sebuah penelitian dilakukan pada 10 responden yaitu pada siswi kelas IV, V,
dan VI pada salah satu sekolah dasar di Kabupaten Ponorogo menunjukkan hasil 8
siswi (80%) belum mengetahui tentang menarche dan belum pernah diberikan
pendidikan tentang menarche, sehingga 2 orang (20%) responden yang sedikit
mengetahui tentang menarche dari saudara dan internet (Usia et al., 2018). Pada
penilitian lain di Sumatera Utara mendapatkan hasil dari 30 responden mayoritas
memilki pengetahuan baik 24 orang (80%) dan minoritas pengetahuan tidak baik 6
orang (20%), dari responden mayoritas memiliki sikap positif 22 orang (73,3%) dan
minoritas sikap negatif 8 orang (26,7%) (Zaki et al., 2018). Sedangkan pada penelitian
berbeda yang dilakukan oleh Lea Masan dan Eka Frelestanty mendapatkan hasil
sangat sedikit responden memiliki pengetahuan baik tentang menarche yaitu
sebanyak 12 orang (15%) dan sebagian besar responden memiliki sikap tidak
mendukung dalam menghadapi menarche yaitu sebanyak 54 orang (67,5%) (265).
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan
sangat mempengaruhi sikap untuk menghadapi perubahan yang terjadi dengan baik.
Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan yang baik cenderung cemas dan bingung
bagaimana cara menghadapi perubahan yang terjadi. Peneliti ingin mengetahui lebih
lanjut dengan melakukan penelitian dan pencarian data mengenai pengaruh dari
pemberian pendidikan kesehatan tentang menstruasi dengan kesiapan siswi Sekolah
Dasar dalam menghadapi menarche.

I.2 Rumusan Masalah


Pada penelitian - penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa lebih banyak anak perempuan yang akan masuk ke dalam tahap
remaja tidak mempunyai pengetahuan tentang menstruasi dengan baik. Kurangnya
pengetahuan tentang menstruasi dapat berakibat pada kesiapan seorang remaja
perempuan dalam menghadapi datangnya menarche, seperti kecemasan, kebingungan,
dan ketakutan. Sebagian besar dari mereka berfikir bahwa menarche adalah suatu
penyakit, karena datangnya menarche pada beberapa individu memiliki ciri – ciri
seperti nyeri pada perut serta kekakuan pada daerah panggul.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, peneliti dapat merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut, adakah pengaruh pendidikan kesehatan dengan
kesiapan menghadapi menarche

I.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap
kesiapan menghadapi menarche pada siswi kelas IV , V dan VI.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui kesiapan siswi dalam menghadapi menarche sebelum
diberikan pendidikan kesehatan tentang menstruasi
b. Untuk mengetahui kesiapan siswi dalam menghadapi menarche setelah
diberikan pendidikan kesehatan tentang menstruasi
c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi
terhadap kesiapan memgahadapi menarche

I.4 Manfaat penelitian


1. Manfaat untuk peneliti
Dapat memperoleh informasi tentang kesiapan anak Sekolah Dasar dalam
menghadapi menarche dan menambah ilmu pengetahuan tentang menstruasi dan
bagaimana cara untuk menggambil sikap yang baik dalam menghadapi suatu
perubahan pada remaja yang masuk pada masa pubertas
2. Manfaat untuk institusi
Penelitian ini nantinya dapat berguna untuk instutisi dan dapat dipergunakan
sebagai bahan baca ataupun pembaharuan penelitian yang sudah ada. Selain itu,
penelitian ini dapat digunakan untuk diteliti kembali ditempat yang berbeda
ataupun dikembangkan lebih baik lagi dengan variabel-variabel lain sesuai dengan
ilmu keperawatan.
3. Manfaat untuk bidang pendidikan
Penelitian ini bermanfaat untuk pemahaman lebih lanjut mengenai pentingnya
memberikan informasi tentang menstruasi pada anak yang akan memasuki masa
pubertas atau akan mengalami menarche. Saat remaja putri yang akan mengalami
menarche mempunyai pengetahuan lebih, akan menguragi kecemasan dan
mengetahui sikap apa yang harus dilaukan dengan baik. Dapat dipergunakan
untuk peningkatan pendidikan atau pembaharuan dari hasil yang didapat dari
penelitian yang telah dilakukan.
4. Manfaat untuk bidang pelayanan keperawatan
Perawat sebagai tenaga kesehatan, dapat memberikan pendidikan kesehatan
tentang menstruasi sedini mungkin di lingkungan sekolah.
Daftar pustaka
Anwar, C., & Febrianty, R. (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Peran Ibu dengan
Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche pada Siswi Kelas 4-6 di SD 3 Peuniti
Kota Banda Aceh. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 3(2), 154.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v3i2.267
Hidayah, N., & Palila, S. (2018). Kesiapan Menghadapi Menarche pada Remaja Putri
Prapubertas Ditinjau dari Kelekatan Aman Anak dan Ibu. Psympathic : Jurnal Ilmiah
Psikologi, 5(1), 107–114. https://doi.org/10.15575/psy.v5i1.2021
Journal, M. M., Hendriani, D., Chifdillah, N. A., Tamara, S. R., Kebidanan, J., Kaltim, P. K.,
… Kaltim, P. K. (2019). PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA
AUDIOVISUAL. 3(1), 24–32.
Novitasari, S., Wardani, H. E., & Ariwinanti, D. (2018). Hubungan pengetahuan tentang
menstruasi dengan kesiapan dalam menghadapi menarche pada siswi SDN Asrikaton 1.
Preventia: The Indonesian Journal of Public Health, 3(2), 2.
Oliver, J. (2013). 済無No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
PLANO DE DISCIPLINA - PROF LEONARDO - POLÍTICAS PÚBLICAS. (2019). No
Tit‫ילי‬le. ペインクリニック学会治療指針2, 5, 1–9. https://doi.org/.1037//0033-
2909.I26.1.78
Sekolah, V. D. I., Negeri, D., Tahun, P., & Kunci, K. (2019). 1 , 2 , 3. 2.
Usia, P., Terhadap, K., Tidur, G., Ibu, P., Pbm, D. I., Peniwati, E., … Balong, K. (2018).
Jurnal Delima Harapan 2018 Jurnal Delima Harapan 2018.
Zaki, M., Ferusgel, A., Maya, D., & Siregar, S. (2018). Excellent Midwifery Journal. 1(2),
85–92.

Anda mungkin juga menyukai