PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan PKL
Tujuan dalam kegiatan PKL di PD Sarana Satwa II dan BIB Lembang
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses produksi pakan di PD. Sarana Satwa II Cianjur dan
Balai Inseminasi Buatan Lembang.
2. Untuk mengasah kemampuan mahasiswa dalam bidang pengolahan pakan
ternak ruminansia dan non-ruminansia.
2
BAB II
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN TERNAK
3
PEMILIK
MANAGER ADMISTRASI
BAGIAN GUDANG
GUDANG TELUR
PRODUKSI/LAPANGAN PAKAN
PEMASARAN/
MANDOR MANDOR
PENJUALAN
KARYAWAN KARYAWAN
KARYAWAN
GUDANG GUDANG
KANDANG/VAKSINATOR
PAKAN TELUR
4
8. Bagian penjualan bertugas untuk memasarkan telur ayam dan ayam yang
telah diafkir.
9. Bagian kesehatan bertugas dalam penanganan kesehatan ayam yang meliputi
pencegahan,penanganan dan pengobatan penyakit ayam.
10. Vaksinator bertugas melakukan pencegahan penyakit melalui vaksinasi sesuai
program vaksinasi dari petugas kesehatan.
11. Karyawan kandang,gudang pakan dan gudang telur bertugas menjalankan
pekerjaan sesuai dengan program yang telah di tetapkan.
2.1.2 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menunjang pelaksanaan
kegiatan suatu usaha. Jumlah tenaga kerja yang ada di PD. Sarana Satwa II 56
dengan rincian seperti pada Tabel berikut.
Tabel 1. Jumlah tenaga kerja PD. Sarana Satwa II
No Jabatan Jumlah (orang)
1 Pemilik perusahaan 1
2 Administrasi 2
3 Manager 1
4 Mandor kandang 3
5 Karyawan 45
5 Keamanan 4
Jumlah 56
Sumber : Administrasi PD. Sarana Satwa II, 2018.
PD. Sarana Satwa II memberi jaminan sosial kepada pengawas dan karyawan
berupa gaji bulanan yaitu untuk pengawas atau mandor Rp 2.100.000,00/bulan
sedangkan untuk karyawan kandang Rp 1.500.000,00/minggu. Sedangkan Hen-
Day Production di atas 80% maka pengawas dan karyawan mendapat tambahan
bonus sebesar Rp. 100.000,00/hasil produksi harian.
5
2.1.3 Fungsi Sosial
PD. Sarana Satwa II membantu memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar maupun dari luar daerah. Selain itu, PD. Sarana Satwa II juga memberikan
peluang bagi pelajar maupun mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan di
bidang manajemen pemeliharaan ayam petelur melalui kegiatan magang dalam
kurun waktu tertentu.
6
2.1.5 Populasi Ternak
Populasi ternak ayam petelur awal bulan September di Perusahaan Daerah
Sarana Satwa adalah 189.173 ekor. Selama kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL)
populasi ini telah mengalami penurunan pada akhir bulan September menjadi
175.356 ekor (Tabel 2). Penurunan jumlah populasi ini dikarenakan adanya faktor
mortalitas dan masa afkir (dijual).
Tingkat mortalitas ayam layer pada bulan September 2018 adalah 0,59%,
hal ini sesuai dengan pendapat Nurcholis, dkk (2009), menyatakan bahwa angka
mortalitas di Indonesia pada fase bertelur antara 0,03-0,5% per bulan. Tingkat
mortalitas yang masih diambang normal ini disebabkan karena sistem
pemeliharaan yang baik.
Tabel 2 . Populasi ayam layer di PD. Sarana Satwa II Cianjur
Populasi Populasi Umur
No Kandang
Awal(Ekor) Akhir(Ekor) (Minggu)
1 B3 14580 14501 15+4
2 I8 dan C3 25169 25065 22+0
3 I4 12611 12510 28+5
4 E15,E1,F14,B1 dan H6 23976 23787 38+5
5 I3 12415 12342 44+6
6 C1,I2 dan I1 30652 30379 50+3
7 H5,E2,E5,C2,H4,E4 dan E7 27280 27083 54+6
8 H1 dan H2 5612 5603 67+2
9 I7 11976 11928 70+5
10 I6 12209 12158 73+0
11 B2 11045 0 (Diafkir) 93+4
12 E9,E3 dan H2B 1648 0 (Diafkir) 94+4
13 Jumlah 189173 175356
Sumber: PD. Sarana Satwa II, 2018.
Strain ayam layer yang dipelihara di PD. Sarana Satwa II adalah ISA Brown,
yang memiliki ciri-ciri warna bulu cokelat, ringan, paruh berwarna kekuningan,
memiliki tipe dwiguna serta mempunyai bobot badan awal 1,5–2 kg (Rasyaf,
2008).
7
2.2 Pelaksanaan Kegiatan
2.2.1 Pengolahan Pakan Konsentrat/Komplit Ternak Non Ruminansia
Pengolahan pakan ternak ayam petelur di PD. Sarana Satwa II dilakukan
menggunakan mesin pengolah pakan otomatis yang dirancang antara mesin giling
dan mesin pencampur yang menjadi satu lay out produksi. Mesin otomatis ini
ditempatkan dalam gudang bahan baku yang terdiri dari tiga bagian bak yaitu bak
penghisap bahan baku dalam bentuk bijian (jagung utuh), butiran kasar (bungkil
kedelai, gandum) dan bahan baku pakan yang halus (feed additive dan feed
suplement). Pakan yang dibuat di PD. Sarana Satwa II terdiri atas pakan ayam
fase grower, prelayer dan layer. Proses pengolahan pakan meliputi :
8
Tabel 3. Jenis bahan baku, asal, harga dan fungsi
9
b. Proses Pengadaan Bahan Baku
Proses pengadaan bahan baku dilakukan oleh pihak PD. Sarana Satwa II
dengan melakukan survei bahan baku dan penetapan harga yang telah disepakati
antara tim survei dengan penjual.
Penerimaan semua bahan baku melalui beberapa tahap yaitu:
1. Bahan baku diterima di tempat.
2. Pemeriksaan kualitas bahan melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar
air dengan menggunakan Grain Moinsture Meter untuk bahan baku jagung.
3. Penimbangan bahan baku bersama truk sekaligus langsung dilakukan
pembongkaran dan kemudian dilakukan penimbangan kembali truk kosong.
4. Dilakukan pengangkutan untuk simpan dalam gudang penyimpanan bahan
baku.
5. Dilakukan transaksi/pembayaran sesuai dengan jumlah total penimbangan
masing-masing bahan baku.
Adapun alur atau proses penerimaan bahan baku di PD.Sarana Satwa Cianjur
adalah :
Gudang penyimpanan
Supplier Koordinator pakan bahan baku
c. Kontrol Kualitas
PD. Sarana Satwa II melakukan pengontrolan kualitas dilakukan mulai dari
penerimaan bahan baku sampai pada proses penyimpanan pakan jadi. Salah satu
metode kontrol kualitas yang dilakukan di PD. Sarana Satwa II adalah uji kuliatas
pakan secara kimia yang dilakukan di laboratorium yang dilakukan untuk
formulasi pakan yang akan diproses lebih lanjut menjadi pakan jadi. Sedangkan
10
pada saat penerimaan bahan baku hanya dilakukan pemeriksaan fisik dan kadar
air.
Proses pemeriksaan bahan baku secara fisik dilakukan dengan cara melihat
adanya pertumbuhan jamur, benda asing yang tercampur dengan bahan baku dan
mencium bahan baku tersebut untuk mengetahui aromanya segar atau bau tengik.
Menurut Kushartono (2000), menyatakan bahwa penentuan kualitas bahan baku
pakan secara Organoleptik dilakukan menggunakan panca indera yang meliputi
4M, yakni: melihat tampilan fisik, meraba (lembab, kering, halus, kasar dan
panas), mencium (segar, tengik dan asam.) dan merasakan (asin.dan tawar).
Sedangkan pengujian kadar air pada bahan baku pakan biji – bijian khusunya
jagung, dilakukan menggunakan alat Grains Moisture Meter. Kadar air bahan
baku yang biasa diterima di PD. Sarana Satwa II yaitu berkisar antara 14 –19%.
Hal ini dilakukan karena bahan baku tersebut sangat dibutuhkan untuk produksi
pakan. Bahan baku dengan kadar air yang tinggi tersebut tidak disimpan terlalu
lama dan segera digunakan agar tidak rusak dan terbuang akibat tumbuhnya
jamur. Berkaitan dengan kadar air, hal ini tidak sesuai dengan Purwanto (2011)
menyatakan bahwa penyimpanan dalam bentuk biji-bijian berkadar air relative
rendah yaitu 12 - 14% dan pada suhu kamar, akan sangat membantu mengurangi
resiko kerusakan kimia/biologi dan mikrobiologi.
PD. Sarana Satwa II tidak menggunakan sistem FIFO (First In First Out)
yang artinya bahan baku pakan yang pertama kali masuk akan digunakan terlebih
dahulu karena penggunaan bahan baku tersebut tergantung pada kandungan kadar
airnya. Sedangkan penyimpanan bahan baku pakan di PD. Sarana Satwa tidak
semuanya menggunakan pallet, karena ketersediaan pallet yang masih kurang.
Sehingga bahan baku seperti jagung yang kadar airnya 14% sering rusak dan
tumbuh jamur. Untuk menghindari timbulnya mikroorganisme pengganggu
selama penyimpanan perlu adanya tindakan pencegahan yaitu; menjaga
kebersihan gudang, bahan pakan jangan disimpan terlalu lama, hindari kemasan
yang rusak, perhatikan kadar air bahan (tidak >13%), pemakaian bahan sistem
FIFO dan bahan baku diletakan di atas pallet (Kushartono, 2002).
11
2. Formulasi Konsentrat/Pakan K omplit
Hasil formulasi pakan komplit di PD. Sarana Satwa II berdasarkan fase ayam
petelur sebagai berikut:
1. Formulasi pakan ayam petelur fase grower
Tabel 4. Formulasi pakan ayam petelur fase grower
Level Jumlah Harga EM PK SK LK Ca P
Bahan Baku
(%) (Kg) Rp/Kg Total (kkal/kg) (%) (%) (%) (%) (%)
Jagung 21,69 173,60 5.100 885.360 748,37 1,87 0,43 0,43 0,00 0,02
Jagung Grit 24,99 200,00 3.425 685.000 862,18 2,15 0,50 0,50 0,00 0,02
Dedak Padi 11,50 92,00 3.300 303.600 206,92 0,92 1,38 0,05 0,01 0,02
Biskuit 2,50 20,00 2.900 58.000 77,47 - - - 0,00 0,01
Gandum 2,50 20,00 4.500 90.000 77,97 0,37 - - 0,00 0,00
Crude Palm
1,00 8,00 7.500 60.000 89,97 - - - - -
Oil (CPO)
Corn Gluten
2,50 20,00 9.700 194.000 97,46 1,50 0,02 0,10 - -
Meal (CGM)
Soybean Meal
25,99 208,00 6.700 1.393.600 686,14 11,44 - - 0,08 0,18
(SBM)
Meat & Bone
4,00 32,00 6.650 212.800 87,57 2,02 - - 0,42 0,20
Meal (MBM)
Lisin 0,05 0,40 22.000 8.800 2,06 0,05 - - - -
Tepung Batu 1,00 8,00 300 2.400 - - - - 0,38 -
Garam 0,02 0,16 2.600 416 - - - - 0,00 -
Biofos 0,73 5,84 9.251 54.026 - - - - 0,13 0,16
Bmd 0,04 0,30 81.000 24.300 - - - - - -
Premix HTS 1,50 12,00 50.500 606.000 - - - - - -
Jumlah 100,00 800,30 4.578.301 2.936,11 20,31 2,34 1,08 1,04 0,63
Sumber : PD. Sarana Satwa II (2018)
12
2. Formulasi pakan ayam petelur fase pre-layer
Tabel 5. Formulasi pakan ayam petelur fase pre-layer
Level Jumlah Harga EM PK SK LK Ca P
Bahan Baku
(%) (Kg) Rp/Kg Total (kkal/kg) (%) (%) (%) (%) (%)
Jagung 37,99 304,00 5.100 1.550.400 1.310,61 3,27 0,76 0,76 0,01 0,04
Dedak padi 25,99 208,00 3.300 686.400 467,86 2,08 3,12 0,10 0,03 0,05
Biskuit 6,25 50,00 2.900 145.000 193,69 - - - 0,00 0,02
Gandum 2,50 20,00 4.500 90.000 77,98 0,37 - - 0,00 0,00
CGM (corn gluten
2,50 20,00 9.700 194.000 97,47 1,50 0,02 0,10 - -
meal)
CPO (crude palm
1,50 12,00 7.500 90.000 134,96 - - - - -
oil
SBM (soybean
17,19 137,60 6.700 921.920 453,94 7,57 - - 0,05 0,12
meal)
Meat & bone meal
2,50 20,00 6.650 133.000 54,73 1,26 - - 0,26 0,13
(MBM)
Metionin 0,03 0,24 42.000 10.080 1,51 0,02 - - - -
Lisin 0,12 0,96 22.000 21.120 4,94 0,11 - - - -
Sodium 0,10 0,80 5.500 4.400 - - - - - -
Tepung batu 1,65 13,20 300 3.960 - - - - 0,63 -
Garam 0,22 1,80 2.600 4.680 - - - - 0,00 -
Biofos 0,92 7,36 9.251 68.087 - - - - 0,17 0,20
BMD 0,03 0,28 81.000 22.680 - - - - 0,00 -
Masamix 0,50 4,00 54.125 216.500
Jumlah 100,00 800,24 4.162.227 2.797,69 16,18 3,90 0,96 1,15 0,56
Sumber : PD. Sarana Satwa II (2018)
13
3. Formulasi pakan ayam petelur fase layer
Tabel 6. Formulasi pakan ayam petelur fase layer
Level Jumlah Harga EM PK SK LK Ca P
Bahan Baku
(%) (Kg) Rp/Kg Total (kkal/kg) (%) (%) (%) (%) (%)
Jagung 40,18 321,76 5100 1.640.976 1.386,34 3,46 0,80 0,80 0,01 0,04
Dedak padi 9,99 80,00 3300 264.000 179,84 0,80 1,20 0,04 0,01 0,02
Biskuit 6,24 50,00 2900 145.000 193,58 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02
Gandum 2,50 20,00 4500 90.000 77,93 0,37 0,00 0,00 0,00 0,00
CPO (crude palm oil 1,50 12,00 7500 90.000 134,88 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Full Fatty Soya
2,00 16,00 7300 116.800 66,94 0,76 0,10 0,36 0,00 0,01
(FFS)
CGM (corn gluten
2,50 20,00 9700 194.000 97,41 1,50 0,02 0,10 0,00 0,00
meal)
SBM (soybean
21,48 172,00 6700 1.152.400 567,09 9,45 0,00 0,00 0,06 0,15
meal)
Meat & bone meal
4,00 32,00 6650 212.800 87,52 2,01 0,00 0,00 0,42 0,20
(MBM)
Metionin 0,07 0,60 42000 25.200 3,76 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00
Lisin 0,08 0,64 22000 14.080 3,29 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00
Sodium 0,12 1,00 5500 5.500 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Tepung batu 5,00 40,00 300 12.000 0,00 0,00 0,00 0,00 1,90 0,00
tepung kerang 2,92 23,36 800 18.688 0,00 0,00 0,00 0,00 1,11 0,00
Garam 0,18 1,44 2600 3.744 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
MCP (monocalcium
0,15 1,20 5750 6.900 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,03
fosfat)
Biofos 0,50 4,00 9251 37.004 0,00 0,00 0,00 0,00 0,09 0,11
BMD (bone mineral
0,03 0,28 81000 22.680 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
density)
Mangan 0,00 0,04 13750 550 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Zinc 0,01 0,07 25850 1.810 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Ferrous sulfat 0,01 0,06 7150 429 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Abtorsel 0,01 0,08 299000 23.920 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Premix KWS 0,50 4,00 54125 216.500 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Xinacol 0,01 0,12 50000 6.000 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Canthaplus 0,01 0,07 970000 67.900 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 100,00 800,72 4.368.881 2798,58 18,47 2,13 1,30 3,64 0,59
14
Suprijatno, dkk (2005) menyatakan bahwa proses pembuatan pakan ternak
perlu diperhatikan kandungan nutriennya. Pertumbuhan ayam dan produksi telur
akan menurun serta ayam mudah terserang penyakit apabila kandungan nutrisinya
kurang maka (Anggorodi, 1985). Perbandingan kandungan nutrisi yang terdapat
di PD. Sarana Satwa II dan kandungan nutrisi sesuai SNI dan ISA Nutrition
Management Guide dapat dilihat pada Tabel 7.
15
Prosedur pencampuran bahan pakan menggunakan kombinasi antara mesin
giling dan mesin pencampur adalah sebagai berikut:
Memastikan mesin pakan (giling dan pencampur) dalam kondisi baik.
Melakukan penimbangan bahan baku mikro sesuai formula, sedangkan bahan
baku makro (jagung, bungkil kedelai dan gandum) tidak melakukan
penimbangan karena sudah diatur secara otomatis yang ditandai dengan
lampu idikator.
Menghidupkan mesin pakan untuk memulai proses produksi pakan.
Memasukan semua bahan baku ke dalam bak penampung yang berbeda
(bahan baku mikro, bahan baku makro biji-bijian dan bahan baku makro
butiran).
Bahan baku mikro langsung ke bagian pencampuran sedangkan bahan baku
makro berupa bungkil kedelai, gandum dan jagung melalui proses
penggilingan dan kemudian bahan baku mikro dan makro akan dicampur.
Pencampuran dilakukan selama 4 menit yang ditandai dengan lampu
indikator.
Setelah pencampuran, pada bagian corong pengeluaran pakan diletakkan
karung berkapasitas 50 kg diatas timbangan digital berkapasitas 150 kg.
Kemudian, karung yang telah terisi pakan dijahit.
Pakan disimpan di gudang yang dialas dengan palet untuk selanjutnya
didistribusikan ke kandang menggunakan forklift dan truk.
Peralatan pengolahan pakan konsentrat yang terdapat di PD. Sarana Satwa,
yaitu sebagai berikut:
Mesin Produksi Otomatis
Mesin produksi merupakan alat produksi pakan yang telah dirangkai antara
mesin giling dan pencampur yang menjadi satu lay out produksi. Mesin ini
memiliki dua fungsi yaitu digunakan untuk melakukan penggilingan bahan baku
makro dan secara otomatis dialirkan ke bagian mesin pencampur untuk
menggabungkan dengan bahan baku mikro untuk proses pencampuran.
16
Timbangan
Timbangan merupakan alat yang digunakan untuk menimbang bahan baku
dan pakan jadi pada saat pengemasan. Timbangan yang dimiliki berjumlah 3 unit
yakni 2 buah timbangan digital kapasitas 150 Kg dan 1 buah timbangan digital
kapasitas 50 Kg.
Sekop
Sekop digunakan untuk mengumpulkan bahan pakan yang tercecer untuk
memasukan pakan ke dalam karung ataupun pada tempat pemasukan bahan baku.
Sekop yang dimiliki berjumlah jumlah 2 buah.
Mesin Jahit
Mesin jahit digunakan untuk menjahit karung dalam proses pengemasan.
Mesin jahit berjumlah 1 buah yang ditempatkan pada tempat pengemasan pakan.
Kereta dorong
Kereta dorong digunakan untuk mengambil bahan baku dari tempat
penyimpanan menuju tempat proses produksi. Kereta dorong yang dimiliki oleh
perusahaan berjumlah 1 buah.
Karung
Karung digunakan untuk mengemas pakan yang sudah jadi setelah proses
pencampuran. Karung yang dimiliki untuk pengemasan berkapasitas 50 Kg.
Forklift
Forklift digunakan untuk mengangkut bahan baku dari tempat penyimpanan
menuju ke tempat produksi pakan dan mengangkut pakan jadi ke tempat
penyimpanan sementara selama proses produksi berlangsung dan juga
mendistribusikan pakan ke kandang terdekat. Forklift yang dimiliki perusahaan
berjumlah 1 unit.
Serokan
Serokan digunakan untuk mengurangi dan menambahkan bahan baku pakan
saat melakukan penimbangan. Serokan yang digunakan merupakan alat bantu
yang dibuat sendiri menggunakan bahan plastik.
Palet
Palet digunakan untuk mengalas bahan baku dan pakan jadi.
17
b. Proses produksi pakan pelet
Selain pakan mash, PD. Sarana Satwa II juga memproduksi pakan komplit
berbentuk pellet sebagai uji coba pada salah satu kandang. Pakan pellet dibuat
dari pakan mash yang telah diformulasi untuk ayam fase layer.
Prosedur pembuatan pelet, sebagai berikut :
Pakan dalam bentuk mash diantarkan oleh karyawan.
Memastikan mesin pellet dapat berfungsi dengan baik dan kemudian
menghidupkan mesin.
Memasukkan pakan ke dalam mesin pellet, untuk proses peleting.
Melakukan pendinginan selama 6 – 12 jam, dengan cara ditebarkan di atas
lantai.
Memasukkan pakan pelet dalam karung dengan kapasitas 50 kg.
2.3 Kegiatan Lain Yang Dilakukan Di PD. Sarana Satwa IIAyam Petelur
1. Pemberian pakan dan air minum
Pemberian pakan yang dilakukan oleh PD. Sarana Satwa IIsebanyak 2 kali
sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB dan sore pukul 13.00 WIB, hal ini sesuai
dengan Nurcholis, dkk (2009) yang menyatakan bahwa untuk menghindari pakan
tumpah, pemberian pakan diatur sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan serta
dilakukan 2-3 kali sehari).
Selama praktik berlangsung penulis hanya fokus pada 2 kandang yaitu
kandang B1 dan I8, hal ini bertujuan agar memudahkan penulis dalam melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan. Kebutuhan rata-rata
pakan di kandang B1 adalah 1485,71 kg dan kandang I8 adalah 1157,14 kg
sedangkan pemberian air minum secara ad-libitum (selalu tersedia). Pemberian
18
pakan dilakukan dengan menggunakan mesin yang kemudian diratakan dengan
menggunakan serokan (alat untuk perata pakan), hal ini menghindari agar tidak
terjadi penumpukan pakan dan akan dikonsumsi ternak sama banyak. Ada pula
pemberian pakan secara manual dengan cara pakan ditaburkan di dalam tempat
pakan kemudian diratakan dengan menggunakan alat perata pakan.
2. Pengaturan Pencahayaan
Pencahayaan yang dilakukan di PD. Sarana Satwa II selama 16 jam yang
terbagi menjadi 12 jam pada siang hari dan 4 jam pada malam hari. Tindakan ini
dilakukan untuk mengontrol produktifitas dan dewasa kelamin ayam petelur
dengan mengamati jengger ayam, apabila jenggernya masih kecil dengan warna
merah yang kurang terang maka ayam dipindahkan ke posisi kandang baterai
yang paling atas sehingga lebih banyak mendapatkan cahaya. Menurut Raharjdo
(2016), ayam petelur membutuhkan pencahayaan selama 16 jam untuk
mempertahankan produksi telur. Kekurangan pencahayaan akan menyebabkan
produksi telur berkurang bahkan bisa sampai berhenti dan mengalami kerontokan
pada bulu ayam. Menurut Frandson et al. (2009), kuantitas cahaya juga ikut
mempengaruhi kematangan seksual.
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan PKL di PD. Sarana Satwa II
bahwa pengaturan pencahayaan ini mempengaruhi penampilan jengger menjadi
lebih besar dan berwarna merah terang serta produksi telur meningkat ketika ayam
dipindahkan ke posisi kandang baterai bagian atas dibandingkan dengan ayam
yang ditempatkan pada posisi kandang baterai bagian bawah.
19
ayam lainnya (Rahardjo, 2016). Ayam fase grower yang diterima di PD. Sarana
Satwa II ditempatkan pada kandang baterai yang masing-masing kandang berisi 2-
3 ekor ayam.
20
mempermudah petugas vaksin dalam pemberian vaksin sehingga tidak
membutuhkan banyak alat. Menurut Murtidjo (1992) yang menyatakan bahwa
untuk pemberian vaksin perlu diperhatikan dari jenis vaksin yang diberikan,
dimana untuk vaksin jenis vaksin aktif pemberiannya dapat melalui air minum,
spray, suntikan, tetes mata, tetes hidung maupun mulut sedangkan untuk vaksin
inaktif pemberiannya hanya melalui suntikan. PD. Sarana Satwa IImemiliki
program vaksinasi seperti pada Tabel 8 berikut.
21
6. Pemasaran Telur
Pemasaran yang dilakukan di PD. Sarana Satwa II dilakukan dengan 2 cara
yaitu pemasaran secara langsung dan tidak langsung. Pemasaran secara langsung
dilakukan di gudang telur dan pemasaran tidak langsung yang dilakukan
berdasarkan pemesanan dari berbagai konsumen. Konsumen yang melakukan
pemesanan berasal dari luar daerah Kabupaten Cianjur seperti Sukabumi,
Yogyakarta, Bogor, Bekasi dan Karawang. Harga jual telur yang ada di PD.
Sarana Satwa II berbeda dilihat dari warna kerabang telur. Telur baik dan
berwarna coklat Rp. 22.000/Kg, sedangkan telur baik dan berwarna putih Rp.
19.000/Kg. Telur dalam kondisi kerabang retak dimasukan kedalam plastik yang
berukuran 1 liter yang dkemudian di jual dengan harga Rp. 12.500/kantong.
7. Hen Day
Hen-Day Production adalah cara menghitung produksi telur harian,
perhitungannya adalah jumlah telur dibagi jumlah ayam saat itu dan dikali 100%.
Perhitungan Han Day Production dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
JT
HD= JA x 100%
Keterangan :
HD = Hen-Day hari ini
JT = jumlah produksi telur hari ini
JA = jumlah ayam hari ini
Salah satu contoh Hen-Day production di PD. Sarana Satwa II di kandang B1
pada tanggal 7 September 2018 yaitu:
11027
maka, HD= 12176x 100% = 90,56%
22
KOMODITI II. TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN TERNAK
RUMINANSIA DI BIB LEMBANG
Seksi Pelayanan Teknik Seksi Pelayanan Produksi Seksi Pelayanan Teknik Jasa
Pemeliharaan Ternak Semen Produksi
Yudi Parwoto, S.Pt Ir. H. Supraptono Lina Widiawaty, S.Pt, MS
KELOMPOK FUNGSIONAL
23
Keterangan :
1. Kepala balai dan bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan yang
dilkakukan di instansi tersebut.
2. Kasubag tata usaha, untuk mengwasi segala kegiatan menyangkut tata usaha.
beberapa seksi yaitu
3. Seksi pelayanan teknik pemeliharaan ternak, untuk mengatasi segala kegiatan
pemeliharaan ternak yang ada di BIB Lembang.
4. Seksi pelayanan teknologi produksi semen, untuk mengawasi segala kegiatan
uji kualitas dan produksi semen
5. Seksi pelayanan teknik jasa produksi, untuk mengawasi segala kegiatan jasa
produksi yaitu, perhitungan dan distribusi semen.
6. Kelompok jabatan fungsional, untuk mengawasi bibit ternak yang akan masuk
ke BIB Lembang.
7. Pengawas mutu pakan yang bertugas mengawasi semua pakan baik hijauan,
konsentrat serta pakan tambahan berupa tauge, yang akan diberikan pada
ternak.
2.4.2 Ketenagakerjaan
Saat ini BIB Lembang didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 82
orang terdiri atas pejabat struktural dan fungsional. Karakteristik personalianya
adalah:
1. Jumlah pegawai 82 orang; terdiri atas PNS/CPNS (72 orang), Tenaga
Honorer (delapan orang), dan Tenaga Harian (dua orang).
2. Berdasarkan Pendidikan; terdiri atas Magister/S2 (tiga orang), Dokter
Hewan (enam orang), Sarjana Peternakan (enam orang), D3 (empat orang)
dan lulusan SLTA/SLTP/SD (63 orang).
3. Pejabat Struktural lima orang; terdiri atas Kepala Balai (satu orang), dan
Kepala Seksi/Subbagian (empat orang).
4. Pejabat Fungsional 35 orang; terdiri atas Wasbitnak (23 orang), Medik dan
Paramedik (delapan orang), dan Wastukan (empat orang).
24
2.4.3 Kondisi Fisik dan Non Fisik Lokasi
a. Kondisi Fisik
BIB Lembang memiliki luasa lahan ± sekitar 22,82 ha. Kantor, laboratorium
dan kandang seluas 3,02 ha, lahan penggembalaan/line bull seluas 1,9 ha, kebun
rumput gajah yang berada di kompleks BIB Lembang 1,4 ha, Bukanagara 2 ha,
Desa Cikareumbi 5,24 ha, kebun pojok 4,27 ha, dan Kosomalang 5,39 ha.
Bangunan yang terdapat di BIB Lembang terdiri dari 6 buah ruang perkantoran, 1
buah laboratorium, perpustakaan dan ruang pertemuan, 2 unit guest house, 1 buah
gudang hay, 8 unit kandang sapi dan kerbau, 2 unit kandang kambing dan domba
dan1 unit kandang karantina.
BIB Lembang juga mempunyai kebun koleksi seluas 600 m2. Beberapa
peralatan yang terdapat di BIB Lembang diantaranya, 3 buah truk, 2 buah pick
up, 2 buah mesin chopper, 2 buah hand tractor, 1 buah big tractor dan 1 buah
mesin pencetak hay.
b. Kondisi Non Fisik
BIB lembang merupakan berbagai macam kebijakan atau surat keputusan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan produksi barang/jasa serta piagam
penghargaan sebagai bentuk prestasi yang diperoleh antara lain: Piala-piala Abdi
Bakti Tani 2003 dan 2010, Piala Satlak PI sangat handal terbaik I, Wilayah Bebas
dari Korupsi (WBK) sejak tahun 2009 s/d 2015 dan UPT dengan kinerja sangat
baik.
25
Tabel 9. Populasi ternak berdasarkan bangsa dan tipe
Jumlah Tipe
No Bangsa Ruminansia Besar
(Ekor)
1 Limousine 46 Potong
Firiesin Holstein (FH) 18 Perah
Brahman 15 Potong
Pasundan 2 Potong
Simmental 52 Potong
Angus 9 Potong
Ongole 16 Potong
Aceh 3 Potong
Kerbau lumpur 1 Potong
Kerbau sungai 4 Potong
Total 166
2 Bangsa Ruminansia Kecil
Peranakan Etawa 8 Perah
Saanen 4 Perah
Boer 3 Potong
Total 15
3 Domba garut 1 Potong dan aduan
Domba ekor gemuk 4 Potong dan woll
Total 5
Sumber: BIB Lembang, 2018.
26
pengendalian mutu pada saat penerimaan konsentrat yang diantarkan oleh
perusahaan ke gudang pakan. Kriteria yang dilihat adalah warna, aroma dan
bentuk.
Pakan konsentrat BIB Lembang sebagai pakan konsentrat sumber energi
dengan protein kasar 16-18%. Konsentrat dibagi menjadi 2 yaitu sumber energi
yang mengandung protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar <18% dan
sebagai sumber protein mengandung protein kasar lebih dari 20% dalam bahan
kering (Kamal, 1998). Bahan–bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan
konsentrat sapi pejantan adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, mollases, bungkil
kelapa, pecahan gandum, canola, kalsium, fosfor, vitamin, trace mineral, dan anti
oksidan dengan hasil analisis sebagai berikut:
Tabel 10. Kandungan Nutrisi Pakan Konsentrat Sapi Pejantan
Komposisi Nutrisi Jumlah
Kadar Air Max 14,0%
Protein 16,0 – 18,0%
Lemak Min 3,0%
Serat Max 15,0%
Abu Max 10,0%
Kalsium Min 0,6 – 0,7%
Fosfor Min 0,5 – 0,6%
TDN 60 – 75%
Sumber: Pakan Konsentrat Sapi Pejantan (Ksp7 Cp 563b)
27
penyimpanan yang baik seharusnya tidak terlalu lama, sehingga kualitas/mutu
pakan akan tetap terjaga.
28
ini tumbuh tegak dan menjalar; pada bagian stolonnya tumbuh rapat dengan tanah
dan pada buku stolonnya tumbuh akar yang kuat, sehingga rumput ini tahan injak
dan renggut. African star grass dapat berproduksi sebanyak 47,0 - 55,6
ton/ha/tahun, dengan pemberian 150 atau 300 kg nitrogen/ha/tahun dan interval
pemanenan selama 21 hari (Miller et al., 2010). Kandungan nutrien African star
grass adalah 32% bahan kering; 3,4% abu; 0,6% lemak kasar; 9,6% serat kasar;
15,4% BETN; dan 2,8% protein kasar (Hartadi et al., 1997).
d. Indigofera sp.
Indigofera sp. Merupakan salah satu tanaman pakan ternak yang memiliki
kandungan nutrisi dan produksi yang tinggi serta sangat toleran terhadap kondisi
tanah kering, genangan air, tanah berkadar garam tinggi (saline) dan tanah masam.
Menurut Akbarillah et al. (2002) Indigofera sp. memiliki produktivitas dan
kandungan nutrisi yang tinggi sebagai hijauan pakan ternak. Tepung daun
Indigofera sp.mengandung PK sebesar 27,9%, SK sebesar 15,25%, Ca 0,22%, P
0,18%. Disamping itu pula mengandung xanthophyll dan karotenoid seperti yang
terdapat pada jagung kuning yang memberikan warna kuning pada kuning telur.
29
dibuat lubang tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm (biasanya selebar mata
cangkul) kedalamannya sekitar 20-25 cm dan dilakukan penanaman.
b) Penanaman
Bahan tanam yang digunakan adalah stek batang dengan ukuran 20-30 cm,
sehingga terdapat 2 sampai 3 buku (ruas) setiap stek. Stek ditanam miring dengan
posisi 30-40 derajat dengan 1-2 buku masuk ke dalam tanah dan satu buku di atas
permukan tanah. Satu lubang tanam ditanami 4-6 stek dengan jarak tanam 1 x 1
m. Hal ini disesuaikan dengan ukuran traktor yang digunakan untuk pemanenan
rumput gajah.
c) Proses Pemeliharaan
Proses pemeliharaan rumput meliputi: penyiraman, dan pemupukan. Rumput
disiram menggunakan air biasa pasca penanaman, penyiraman rumput gajah
menggunakan air hasil campuran feses dengar air yang diangkut kemudian
disiram pada setiap rumpun. Frekuensi penyiraman menggunakan air yang
dicampur dengan feses 1 kali dalam seminggu, air biasa 2 kali dalam seminggu.
Pemberian pupuk anorganik (urea) untuk 1 Ha yaitu 100 kg pada umur 14-17 hari,
dan jika pertumbuhan lambat, diberikan pula pupuk KCL (kalium clorida)
sebanyak 50 kg 1-2 kali dalam setahun.
Kebutuhan pupuk untuk pemeliharaan rumput di BIB Lembang dapat
dihitung sebagai berikut :
1. Jarak tanam :1x1m
2. Jumlah rumpun/1 m2 : 4 rumpun, total rumpun/ha : 40.000
3. Luas lahan 17,9 ha = 716.000 rumpun
4. Pupuk urea/ha : 100 kg, Total pupuk = 1.790 kg.
5. Pupuk KCL : 50 kg/ha, Total KCL = 895 kg
d) Pemanenan Rumput Gajah
Panen pertama rumput gajah dilakukan pada umur 90 hari, sedangkan panen
berikutnya pada umur 56 hari sekali. Tinggi pemotongan di atas permukaan tanah
kira-kira 10-15 cm. Dalam 1 rumpun dapat menghasilkan bobot 12 kg rumput
segar, Produksi hijauan mencapai 480 ton rumput segar per Ha/tahun. Peremajaan
tanaman tua dilakukan setelah 4 tahun untuk diganti dengan tanaman yang baru.
30
Manajemen pemeliharaan kebun rumput gajah ini perlu perhatian yang intens agar
produksinya stabil serta kualitasnya tetap terjaga.
31
Pencacahan rumput gajah perlu dilakukan untuk memperkecil ukuran sehingga
mempermudah ternak untuk mengkonsumsi.
32
2.7 Kegiatan Lain Yang Dilakukan Di Balai Inseminasi Buatan Lembang
1. Pemberian Pakan dan Air Minum
Pemberian pakan di BIB Lembang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan oleh standar operasional prosedur. Pakan pertama yang diberikan
adalah hay, kemudian dilanjutkan dengan pemberian konsentrat dan tauge.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian pakan hijauan. Hal ini sesuai dengan
Siregar (2003) yang menyatakan bahwa pemberian pakan hijauan dilakukan
sekitar 2 jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan dilakukan
pemberian secara bertahap minimal 4 kali dalam sehari semalam. Pemberian
pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar ternak beradaptasi dengan pakan
tersebut kemudian ditambah hingga jumlah pakan sesuai dengan kebutuhan serta
pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Proses pemberian pakan
menggunakan alat seperti gerobak dorong, gayung takaran 1 Kg, bakul takaran 25
– 30 Kg dan kendaraan truck. Kebutuhan dari masing-masing pakan tersebut
adalah :
Untuk ternak sapi dan kerbau
1. Hay 1 kg/ekor/hari
2. Tauge 0,5 kg/ekor/hari
3. Konsentrat 4 kg/ekor/hari
4. Hijauan segar 45 – 60 kg/ekor/hari
Untuk ternak kambing dan domba
1. Konsentrat 1 kg/ekor/hari
2. Hijauan 8 kg/ekor/hari
3. Tauge 100 gram/ekor/hari, diberikan apabila ada rekomendasi dari tim
medik.
2. Penampungan Semen
Penampungan semen merupakan tahapan awal dalam proses pembuatan
semen beku. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah tata cara
penampungan dan penanganannya saat proses penampungan berlangsung,
sehingga kualitas semen tetap terjaga sampai semen dilakukan proses hingga
33
menjadi semen beku. Volume semen sapi yang di BIB Lembang berkisar antara 5-
9 ml/ejakulasi. Hal ini sesuai dengan Hafez (2000) yang menyatakan bahwa
volume semen sapi berkisar antara 5-8 ml/ejakulasi. Proses penampungan semen
di BIB Lembang telah dijadwalkan dari senin – jumat. Setiap ternak sapi pejantan
dijadwalkan 2 kali penampungan semen dalam seminggu. Ternak sapi yang akan
ditampung semennya harus dalam keadaan bersih yang telah dimandikan terutama
bagian preputiumnya, hal ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi benda
asing atau mikroorganisme pada saat proses penampungan semen berlangsung.
Salah satu hal yang harus diperhatikan yaitu ketersediaan air panas pada saat
proses penampungan berlangsung, di BIB Lembang menggunakan water heater
untuk menyiapkan air hangat dalam proses penampungan semen, atau digunakan
termos apabila terjadi masalah di water heater. Temperatur air yang digunakan
adalah berkisar antara 40 – 42oc. Karena sewaktu penampungan semen, suhu di
dalam vagina buatan harus berkisar 40 – 53oc (Macmilan et al, 1991).
Proses penampungan semen dapat dilakukan seb agai berikut :
Mempersiapkan teaser/pemancing di tempat penampungan
Mengarahkan pejantan yang akan ditampung pada teaser/pemancing sehingga
pejantan tersebut menaiki teaser/pemancing hingga 2 - 3 kali. Untuk
memastikan puncak libido bull/pejantan.
Collector/penampung memposisikan diri siap untuk menampung semen
dengan kaki kiri sejajar dengan kaki kanan dan telah mengenakan safety
shoes.
Collector memegang bagian prepotium dan mengarahkan ujung penis pada
bibir Artificial Vagina (AV) yang telah disiapkan pada tubuh bagian belakang
teaser.
Collector harus menjaga AV agar tetap berada pada posisi semula sehingga
terjadi dorongan dari pejantan hingga ejakulasi.
Mengamati hasil semen yang ditampung dengan melihat warna, volume dan
kekentalan. Kemudian dilakukan pencatatan pada software (komputer) dan
buku recording.
34
Memberikan label sesuai kode pejantan, lalu ditutup dengan kertas
alumunium foil.
Semen tersebut diantarkan ke laboratorium untuk proses selanjutnya.
Proses penampungan semen di BIB Lembang menggunakan vagina buatan.
Vagina buatan merupakan salah satu alat yang dirancang menyerupai vagina
ternak betina sesungguhnya. Metode vagina buatan ini lebih efektif digunakan
untuk ternak yang memiliki bobot badan yang besar dan semen yang dihasilkan
juga maksimal. Metode penampungan ini merupakan modifikasi dari kawin alam,
sapi jantan dibiarkan untuk menaiki pemancing yang dapat berupa ternak sapi
betina, jantan dan dummy cow. Penggunaan vagina buatan dapat mengurangi
kerugian dibandingkan menggunakan metode lain yang cenderung rumit dan
mahal (Toelihere, 1985). Vagina buatan yang digunakan harus dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum penampungan. Persiapan vagina buatan dapat dilakukan
sebagai berikut:
Memasang corong karet pada ujung tabung/selongsong vagina buatan
kemudian diikat dengan pita. Untuk ternak sapi panjang AV adalah 30 cm
sedangkan ternak kerbau, kambing dan domba adalah 15 cm.
Memasang tabung penampung semen berskala, untuk ternak sapi 15 ml dan
ternak kebau, kambing dan domba 10 ml. Kemudian diikat dengan pita.
Memasang tabung pelindung (protector) pada tabung gelas penampung yang
digunakan sebagai pelindung semen dari sinar matahari langsung dan
benturan pada saat proses penampungan semen.
Kemudian dibungkus lagi dengan plastik berwarna hitam yang bertujuan
untuk melindungi semen dari sinar matahari secara lansung. Kemudian diikat
dengan pita.
Memasukan air panas atau hangat dengan suhu 40 - 420c sampai memenuhi
tabung kemudian tutup.
Meniup lubang kran (pentil) sampai karet inerliner mengembang kemudian
diolesi vaselin secukupnya, penggunaan vaseline bertujuan sebagai pelicin.
35
Mengecek kembali termperatur suhu vagina buatan sebelum dilakukan
penampungan, apabila airnya sudah dingin maka harus diganti lagi dengan air
panas atau hangat.
Vagina buatan siap digunakan untuk digunakan.
36
c) Filling dan Sealing adalah proses pengisian semen yang telah diencerkan ke
dalam mini straw (0,25cc) kemudian menyumbat ujungnya dengan
menggunakan alat yang bekerja secara otomatis (mesin filling dan sealing).
Proses pengemasan semen ini dilakukan di bagian Cool Top sehingga suhu
tetap terjaga.
d) Racking merupakan tahap dimana straw yang telah terisi semen dihitung
menggunakan rack besi khusus yang dimiliki BIB Lembang. Proses
perhitungan ini dilakukan dalam mesin Cool Top dengan suhu 50C. Setiap
kode pejantan diambil 2 buah straw lalu diikat dengan karet yang akan
digunakan untuk pemeriksaan Post Thawing Motility.
e) Freezing dilakukan dalam mesin Digit Cool yang telah diatur otomatis
menggunakan komputer untuk mengalirkan N2 cair. Straw yang disusun
dalam rack dimasukkan ke dalam mesin dan ditumpuk sebanyak 10 rack,
dengan tujuani untuk memudahkan perhitungan. Mesin ditutup selama 10
menit dengan suhu -190 oC dan tekanan 3 atm.
f) Penyimpanan dalam Container dilakukan dengan cara semen beku
dimasukkan dalam goblet sesuai kode straw dan dicelupkan dalam nitrogen
cair yang berada di container. Sebelum semen beku siap dipasarkan,
dilakukan pemeriksaan kembali yang dinamakan Post Thawing Motility.
g) Pemeriksaan Post Thawing Motility (PTM) diamati menggunakan
mikroskop. Pemeriksaan PTM yang memenuhi syarat adalah presentase
spermatozoa yang motil minimal 40%.
37
a. Distribusi DIPA (Subsidi)
Semen beku yang didistribusikan melalui DIPA ditetapkan setiap awal tahun.
Semen beku didistribusikan berdasarkan surat permintaan dari masing-masing
provinsi kepada Ditjetnak.
b. Distribusi melalui Mitra Kerja Opsional
Mitra kerja Opsional merupakan pihak swasta yang berbadan hukum (PT, CV,
Koperasi) dan melakukan kerjasama dalam mendistribusikan semen beku dan
telah ditetapkan oleh Ditjetnak. Distribusi melalui Mitra Kerja Opsional ini
umumnya dilakukan pada daerah-daerah yang kegiatan IB nya sudah dilakukan
secara intensif dan swadana.
c. Penjualan Langsung
Peternak yang akan membeli semen beku di BIB Lembang diharuskan datang
membawa surat rekomendasi dari dinas peternakan.
5. Perawatan Ternak
Ada beberapa hal yang dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Lembang
mengenai perawatan ternak yaitu sebagai berikut :
a. Sanitasi Kandang dan Ternak
Sanitasi Kandang
Sanitasi kandang ternak merupakan suatu proses untuk menghindari ternak
dari penyakit dan juga kotoran yang menempel terutama pada bagian preputium
sapi yang akan ditampung spermanya. Sehingga sperma tidak tercampur dengan
benda asing lainnya. BIB Lembang membersihkan kandang ternak mereka setiap
hari pada pukul 06.00-07.30 WIB. Sanitasi kandang dilakukan menggunakan sikat
lantai, sapu lidi, sekop, baskom dan air. Kotoran ternak dikeluarkan dari kandang
dengan cara disekop terlebih dahulu dalam baskom kemudian disikat sambil
disiram dengan air hingga terlihat bersih dan juga dicuci bagian dinding kandang
apabila ada kotoran yang menempel. Menurut Ako (2013) menyatakan bahwa
parasit dan kuman-kuman penyakit selalu hidup di tempat yang kotor.
38
Perawatan Tubuh Ternak
Perawatan tubuh ternak di BIB Lembang dilakukan setiap hari yaitu dengan
memandikan ternak. Menurut Sugeng (2003) menyatakan bahwa ternak sapi perlu
dimandikan pada pagi hari karena biasanya pada malam hari ternak sapi penuh
dengan kotoran yang menempel pada tubuhnya. Cara memandikan ternak yakni
diawali dengan membasahi tubuh ternak sehingga kotoron yang menempel bisa
menjadi lunak dan mudah rontok, selanjutnya dilakukan menyikat secara vertikal
ke bawah sambil diikuti dengan air yang mengalir agar kotoran yang menempel
pada bagian tubuh ternak bisa menjadi bersih. Kemudian dilakukan penyemprotan
lagi agar ternak bisa lebih bersih. Karena parasit dan kuman-kuman penyakit
selalu hidup di tempat yang kotor (Ako, 2013).
b. Exercise
Salah satu faktor yang paling penting untuk pengembangan sapi yang baik
adalah latihan (exercise). Latihan diluar ruangan sepanjang tahun adalah salah
satu hal penting dalam membuat sapi jantan tetap dalam kondisi kejantanan yang
prima dan galak, serta dalam kondisi alami. Metode yang paling baik dan paling
awal adalah memberikan latihan pada daerah penggembalaan yang berumput
(Ensminger, 1989). Jumlah latihan yang diberikan akan berbeda antara masing-
masing organisasi Inseminasi Buatan (IB) (Mitchel, 2004). Metode exercise di
BIB lembang dilakukan pada padang penggembalaan yang terdapat rumput Afrika
(Cynodon Plectostchyus) dan lama waktu exercisenya adalah 24 jam.
39
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktik kerja lapang di PD. Sarana Satwa IIdan BIB Lembang
selama kurang lebih dua bulan dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses produksi pakan di PD. Sarana Satwa II meliputi penerimaan bahan
baku, penyimpanan bahan baku, proses pembuatan pakan mash dan pelet.
2. Pakan komplit yang diproduksi di PD. Sarana Satwa II berdasarkan pada fase
ternak ayam petelur meliputi fase grower, prelayer dan layer. Pakan yang
diproduksi tersebut digunakan untuk kebutuhan sendiri oleh perusahaan.
3. Pengolahan konsentrat di BIB Lembang tidak dilakukan karena pakan
konsentrat dibeli secara komersil dari PT. Charoen Pokphand Indonesia,
namun formulasi pakan konsentrat dari pihak BIB Lembang.
4. Hijauan yang digunakan sebagai pakan ternak di BIB Lembang merupakan
hasil budidaya sendiri. Pengolahan hijauan di BIB Lembang meliputi
pencacahan hijauan, pembuatan hay dan pembuatan tauge kacang hijau.
3.2 Saran
Berdasarkan kegiatan PKL selama 2 bulan dapat disarakan kepada :
1. Pihak PD. Saran Satwa II untuk menyediakan penginapan yang layak bagi
karyawan.
2. Pihak PD. Saran Satwa II untuk menyediakan palet yang lebih banyak untuk
penyimpanan bahan pakan sehingga tidak mudah rusak.
40
DAFTAR PUSTAKA
Ako, A. 2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. Bogor: Penerbit IPB Press.
Ella, A. 2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Jenis Rumput dan
Leguminosa Pakan Yang Ditanam Pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.
Ensminger, M.E. and R.O. Parkers 1986. Sheep and Goats Science. Fith Ed. The
Interstate. Printers & Publisher. Inc. Danvile. Illinois.
Frandson, R.W. Wilke, W.L. Fails, A.D. 2009. Anatomy and Physiology of Farm
Animals: 7th Edition. Wiley-Blackwell. Iowa. 421-423
Gillespie, J.R., and Flanders, F.B. 2010. Modern Livestock and Poultry
Production. 8th edition. Delmar Cengage Learning.
41
Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Laboratorium Makanan
ternak, Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
42
Purwanto, E. 2011. Laporan Akhir Praktikum Pengemasan, Penyimpanan dan
Penggudangan. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Andalas. Padang.
Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimia. Analisis Proksimat dan
Analisis Serat. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi
43
Toelihere. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Cetakan Ke-V. Angkasa.
Bandung. Pp. 186
Wirakusuman, E. 2002. Buah Dan Sayur Untuk Terapi. Jakarta: Penebar Swadaya
44
LAMPIRAN
Pemberian Pakan
Perataan Pakan Air Minum
45
2. Dokumentasi kegiatan PKL di BIB Lembang
46