Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan subsektor peternakan merupakan salah satu bagian yang
tidak bisa dipisahkan dari pembangunan pertanian, yang pada umumnya bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, memperluas
lapangan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan gizi protein hewani yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Peningkatan perekonomian akan diikuti dengan
meningkatnya permintaan produk ternak seperti daging, telur dan susu. Oleh
karena itu produksinya harus ditingkatkan melalui manajemen pemeliharaan yang
baik dan penyediaan pakan yang berkualitas tinggi serta penanganan kesehatan
ternak yang harus dilakukan secara rutin.
Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan, yang
berfungsi untuk mempertahankan hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi dan
produksi. Kebutuhan biaya untuk pakan yang paling tinggi yakni 60 – 70% dari
total biaya produksi (Suminar, 2011), sehingga pakan menjadi bagian paling
terpeting untuk dipelajari. Oleh karena itu, dengan adanya kegiatan Praktik Kerja
Lapang (PKL) ini mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang pakan ternak.
PKL merupakan suatu kegiatan implementasi secara sistematis dan
sinkron antara program pendidikan dengan program penguasaan keahlian yang
diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung di dunia kerja untuk mencapai
tingkat keahlian tertentu. Selain itu, PKL dapat meningkatkan kompetensi
mahasiswa dalam bidang pakan ternak. Kegiatan PKL dilaksanakan selama 2
bulan yang bertempat di PD. Sarana Satwa II di Desa Menteng Sari, Kecamatan
Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur dan Balai Inseminasi Buatan Lembang di
Desa Kayu Ambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan
Propinsi Jawa Barat.

1
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan PKL
Tujuan dalam kegiatan PKL di PD Sarana Satwa II dan BIB Lembang
adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses produksi pakan di PD. Sarana Satwa II Cianjur dan
Balai Inseminasi Buatan Lembang.
2. Untuk mengasah kemampuan mahasiswa dalam bidang pengolahan pakan
ternak ruminansia dan non-ruminansia.

1.2.2 Kegunaan PKL


Kegiatan PKL ini memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Mendapatkan pengalaman dan meningkatkan keterampilan kerja baik secara
tim maupun individu dari usaha komoditas ternak unggas dan ternak
ruminansia pada lokasi praktik kerja ditinjau dari berbagai aspek.
2. Meningkatkan keterampilan bersosialisasi dengan masyarakat dalam usaha
peternakan.

1.3 Waktu dan Lokasi PKL


Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang dilaksanakan selama 2 bulan yang
bertempat di PD Sarana Satwa II dari tanggal 5 September 2018 sampai 5 Oktober
2018 dan di Balai Inseminasi Buatan Lembang dari tanggal 9 Oktober 2018
sampai 7 November 2018.

2
BAB II
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN TERNAK

KOMODITI I. TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN TERNAK NON


RUMINANSIA

2.1 Keadaan Umum Lokasi


2.1.1 Sejarah Perusahaan
Perusahaan Daerah (PD) Sarana Satwa merupakan salah satu peternakan
ayam yang berada di Kabupaten Cianjur, propinsi Jawa Barat. Pada tahun 1984,
PD. Sarana Satwa didirikan oleh seorang wirausahawan berdarah Tionghoa. Pada
awalnya jenis ayam yang dipelihara adalah ayam tipe pedaging atau broiler.
Namun pada awal tahun 2000-an PD. Sarana Satwa mulai memelihara tipe ayam
petelur jenis Isa Brown dengan jumlah kandang 15 unit. Tahun 2014 mulai
dibangun kandang ayam petelur berbahan dasar beton. Sistem pemeliharaan yang
ada di PD Sarana Satwa dimulai dari penyediaan bibit DOC, ayam pullet, ayam
layer, serta ayam yang akan diafkir.
PD. Sarana Satwa memiliki 3 lokasi peternakan yang masih berada dalam
wilayah Kabupaten Cianjur yaitu 2 peternakan yang berlokasi di Ciseupan dan
Jebrod yang dikhususkan untuk penyediaan DOC sampai ayam pullet, sedangkan
pemeliharaan ayam layer hingga afkir di peternakan PD. Sarana Satwa II yang
berlokasi di Desa Mentengsari, Kecamatan Cikalong Kulong. Selama kegiatan
PKL penulis hanya berada di salah satu lokasi yaitu di PD. Sarana Satwa II.
PD. Sarana Satwa II memiliki struktur organisasi yang bertujuan untuk
mengelola usaha peternakan ayam layer tersebut sehingga dapat memberi
keuntungan bagi pemilik perusahaan. Adapun struktur organisasi PD. Sarana
Satwa II sebagai berikut:

3
PEMILIK

MANAGER ADMISTRASI

BAGIAN GUDANG
GUDANG TELUR
PRODUKSI/LAPANGAN PAKAN

PEMASARAN/
MANDOR MANDOR
PENJUALAN

KARYAWAN KARYAWAN
KARYAWAN
GUDANG GUDANG
KANDANG/VAKSINATOR
PAKAN TELUR

Gambar 1. Struktur organisasi PD Sarana Satwa II


Keterangan :
1. Pemilik perusahaan bertugas menyusun program kerja mengontrol jalannya
kerja.
2. Manajer perusahaan bertugas menjalankan program kerja yang telah disusun
oleh kepala perusahaan serta turut mengontrol program kerja yang di
kerjakan.
3. Administrasi bertugas mencatat semua output dan input yang terjadi
perusahaan.
4. Bagian pengawas kandang bertugas untuk mengawasi pekerjaan di setiap
kandang.
5. Bagian gudang pakan berfungsi untuk menyusun dan mencampurkan pakan
serta mengatur pemberian pakan.
6. Bagian gudang telur berfungsi untuk mengatur stok telur dalam gudang.
7. Mandor sebagai petugas yang mengawasi langsung pada tempat dan kandang
yang telah di tentukan.

4
8. Bagian penjualan bertugas untuk memasarkan telur ayam dan ayam yang
telah diafkir.
9. Bagian kesehatan bertugas dalam penanganan kesehatan ayam yang meliputi
pencegahan,penanganan dan pengobatan penyakit ayam.
10. Vaksinator bertugas melakukan pencegahan penyakit melalui vaksinasi sesuai
program vaksinasi dari petugas kesehatan.
11. Karyawan kandang,gudang pakan dan gudang telur bertugas menjalankan
pekerjaan sesuai dengan program yang telah di tetapkan.

2.1.2 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menunjang pelaksanaan
kegiatan suatu usaha. Jumlah tenaga kerja yang ada di PD. Sarana Satwa II 56
dengan rincian seperti pada Tabel berikut.
Tabel 1. Jumlah tenaga kerja PD. Sarana Satwa II
No Jabatan Jumlah (orang)
1 Pemilik perusahaan 1
2 Administrasi 2
3 Manager 1
4 Mandor kandang 3
5 Karyawan 45
5 Keamanan 4
Jumlah 56
Sumber : Administrasi PD. Sarana Satwa II, 2018.
PD. Sarana Satwa II memberi jaminan sosial kepada pengawas dan karyawan
berupa gaji bulanan yaitu untuk pengawas atau mandor Rp 2.100.000,00/bulan
sedangkan untuk karyawan kandang Rp 1.500.000,00/minggu. Sedangkan Hen-
Day Production di atas 80% maka pengawas dan karyawan mendapat tambahan
bonus sebesar Rp. 100.000,00/hasil produksi harian.

5
2.1.3 Fungsi Sosial
PD. Sarana Satwa II membantu memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar maupun dari luar daerah. Selain itu, PD. Sarana Satwa II juga memberikan
peluang bagi pelajar maupun mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan di
bidang manajemen pemeliharaan ayam petelur melalui kegiatan magang dalam
kurun waktu tertentu.

2.1.4 Kondisi Fisik dan Non Fisik


a. Kondisi Fisik
PD. Sarana Satwa II berlokasi di Desa Menteng Sari, Kecamatan Cikalong
Kulon, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Untuk mendukung kemajuan usaha
adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PD Sarana Satwa II untuk
memperlancar manajemen pemeliharaan ayam layer berupa kandang ayam
berjumlah 28 unit yang terbagi menjadi 13 kandang berbahan dasar beton dan 15
kandang berbahan dasar kayu, 1 gudang pakan, 1 gudang telur, 1 ruang kantor, 5
mobil truk, 1 unit mesin pencampur pakan, 1 mobil forklift, 13 mesin pemberi
pakan untuk kandang berbahan dasar beton, dan penginapan bagi karyawan.
PD Sarana Satwa berada di Desa Menteng Sari, kecamatan Cikalong Kulon,
Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dengan batas-batas wilayahnya sebagai
berikut:
1. Sebelah Utara: berbatas dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta
2. Sebelah Barat: berbatas dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.
3. Sebelah Selatan: berbatas dengan Samudra Indonesia.
4. Sebelah Timur: berbatas dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Garut.
b. Kondisi Non Fisik
Topografi wilayah Kabupaten Cianjur dibagi menjadi Cianjur Utara dan
Cianjur Tengah. Cianjur Utara yang merupakan daratan tinggi di kaki gunung
Gede yang meliputi daerah puncak dan Cipanas. Ketinggian daerah puncak 1.450
meter di atas permukaan laut. Sedangkan Cianjur Tengah merupakan daerah
berbukit-bukit.

6
2.1.5 Populasi Ternak
Populasi ternak ayam petelur awal bulan September di Perusahaan Daerah
Sarana Satwa adalah 189.173 ekor. Selama kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL)
populasi ini telah mengalami penurunan pada akhir bulan September menjadi
175.356 ekor (Tabel 2). Penurunan jumlah populasi ini dikarenakan adanya faktor
mortalitas dan masa afkir (dijual).
Tingkat mortalitas ayam layer pada bulan September 2018 adalah 0,59%,
hal ini sesuai dengan pendapat Nurcholis, dkk (2009), menyatakan bahwa angka
mortalitas di Indonesia pada fase bertelur antara 0,03-0,5% per bulan. Tingkat
mortalitas yang masih diambang normal ini disebabkan karena sistem
pemeliharaan yang baik.
Tabel 2 . Populasi ayam layer di PD. Sarana Satwa II Cianjur
Populasi Populasi Umur
No Kandang
Awal(Ekor) Akhir(Ekor) (Minggu)
1 B3 14580 14501 15+4
2 I8 dan C3 25169 25065 22+0
3 I4 12611 12510 28+5
4 E15,E1,F14,B1 dan H6 23976 23787 38+5
5 I3 12415 12342 44+6
6 C1,I2 dan I1 30652 30379 50+3
7 H5,E2,E5,C2,H4,E4 dan E7 27280 27083 54+6
8 H1 dan H2 5612 5603 67+2
9 I7 11976 11928 70+5
10 I6 12209 12158 73+0
11 B2 11045 0 (Diafkir) 93+4
12 E9,E3 dan H2B 1648 0 (Diafkir) 94+4
13 Jumlah 189173 175356
Sumber: PD. Sarana Satwa II, 2018.

Strain ayam layer yang dipelihara di PD. Sarana Satwa II adalah ISA Brown,
yang memiliki ciri-ciri warna bulu cokelat, ringan, paruh berwarna kekuningan,
memiliki tipe dwiguna serta mempunyai bobot badan awal 1,5–2 kg (Rasyaf,
2008).

7
2.2 Pelaksanaan Kegiatan
2.2.1 Pengolahan Pakan Konsentrat/Komplit Ternak Non Ruminansia
Pengolahan pakan ternak ayam petelur di PD. Sarana Satwa II dilakukan
menggunakan mesin pengolah pakan otomatis yang dirancang antara mesin giling
dan mesin pencampur yang menjadi satu lay out produksi. Mesin otomatis ini
ditempatkan dalam gudang bahan baku yang terdiri dari tiga bagian bak yaitu bak
penghisap bahan baku dalam bentuk bijian (jagung utuh), butiran kasar (bungkil
kedelai, gandum) dan bahan baku pakan yang halus (feed additive dan feed
suplement). Pakan yang dibuat di PD. Sarana Satwa II terdiri atas pakan ayam
fase grower, prelayer dan layer. Proses pengolahan pakan meliputi :

1. Persiapan Bahan Baku


a. Jenis Bahan
Jenis bahan baku yang digunakan di PD. Sarana Satwa II untuk produksi
pakan dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

8
Tabel 3. Jenis bahan baku, asal, harga dan fungsi

No Bahan Baku Asal Harga(Rp/Kg) Fungsi

1 Jagung Lokal 5.100 Sumber Energi


2 Jagung Grit Impor 3.425 Sumber Energi
3 Dedak Padi Lokal 3.300 Sumber Energi
4 Biskuit Lokal 2.900 Sumber Energi
5 Gandum Impor 4.500 Sumber Protein
6 Crude Palm Oil (CPO) Lokal 7.500 Sumber Energi
7 Full Fatty Soya (FFS) Impor 7.300 Sumber Protein
8 Corn Gluten Meal (CGM) Impor 9.700 Sumber Protein
9 Soybean Meal (SBM) Impor 6.700 Sumber Protein
10 Meat & Bone Meal (MBM) Impor 6.650 Sumber Protein
11 DL-Methionine Impor 42.000 Sumber Protein
12 L-Lysine Impor 22.000 Sumber Protein
13 Sodium Impor 5.500 Sumber Mineral
14 Tepung Batu Lokal 300 Sumber Mineral
15 Tepung Kerang Lokal 800 Sumber Mineral
16 Garam Lokal 2.600 Sumber Mineral
17 Monocalcium Fosfat (MCP) Impor 5.750 Sumber Mineral
18 Biofos Impor 9.251 Sumber Mineral
Bone Mineral Density
19 Impor 81.000 Sumber Mineral
(BMD)
20 Mangan Impor 13.750 Feed Additive
21 Zinc Impor 25.850 Feed Additive
22 Ferrous Sulfat Impor 7.150 Feed Additive
23 Abtorsel Impor 299.000 Feed Additive
24 Masamix Impor 54.125 Feed Additive
25 Premix Hts Impor 50.500 Feed Additive
26 Premix Kws Impor 54.125 Feed Additive
27 Xinacol Impor 50.000 Feed Additive
28 Canthaplus Impor 970.000 Feed Additive
Sumber : PD. Sarana Satwa II (2018)

9
b. Proses Pengadaan Bahan Baku
Proses pengadaan bahan baku dilakukan oleh pihak PD. Sarana Satwa II
dengan melakukan survei bahan baku dan penetapan harga yang telah disepakati
antara tim survei dengan penjual.
Penerimaan semua bahan baku melalui beberapa tahap yaitu:
1. Bahan baku diterima di tempat.
2. Pemeriksaan kualitas bahan melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar
air dengan menggunakan Grain Moinsture Meter untuk bahan baku jagung.
3. Penimbangan bahan baku bersama truk sekaligus langsung dilakukan
pembongkaran dan kemudian dilakukan penimbangan kembali truk kosong.
4. Dilakukan pengangkutan untuk simpan dalam gudang penyimpanan bahan
baku.
5. Dilakukan transaksi/pembayaran sesuai dengan jumlah total penimbangan
masing-masing bahan baku.
Adapun alur atau proses penerimaan bahan baku di PD.Sarana Satwa Cianjur
adalah :
Gudang penyimpanan
Supplier Koordinator pakan bahan baku

Tolak Uji kualitas Terima

Gambar 2. Alur/proses penerimaan bahan baku di Cianjur

c. Kontrol Kualitas
PD. Sarana Satwa II melakukan pengontrolan kualitas dilakukan mulai dari
penerimaan bahan baku sampai pada proses penyimpanan pakan jadi. Salah satu
metode kontrol kualitas yang dilakukan di PD. Sarana Satwa II adalah uji kuliatas
pakan secara kimia yang dilakukan di laboratorium yang dilakukan untuk
formulasi pakan yang akan diproses lebih lanjut menjadi pakan jadi. Sedangkan

10
pada saat penerimaan bahan baku hanya dilakukan pemeriksaan fisik dan kadar
air.
Proses pemeriksaan bahan baku secara fisik dilakukan dengan cara melihat
adanya pertumbuhan jamur, benda asing yang tercampur dengan bahan baku dan
mencium bahan baku tersebut untuk mengetahui aromanya segar atau bau tengik.
Menurut Kushartono (2000), menyatakan bahwa penentuan kualitas bahan baku
pakan secara Organoleptik dilakukan menggunakan panca indera yang meliputi
4M, yakni: melihat tampilan fisik, meraba (lembab, kering, halus, kasar dan
panas), mencium (segar, tengik dan asam.) dan merasakan (asin.dan tawar).
Sedangkan pengujian kadar air pada bahan baku pakan biji – bijian khusunya
jagung, dilakukan menggunakan alat Grains Moisture Meter. Kadar air bahan
baku yang biasa diterima di PD. Sarana Satwa II yaitu berkisar antara 14 –19%.
Hal ini dilakukan karena bahan baku tersebut sangat dibutuhkan untuk produksi
pakan. Bahan baku dengan kadar air yang tinggi tersebut tidak disimpan terlalu
lama dan segera digunakan agar tidak rusak dan terbuang akibat tumbuhnya
jamur. Berkaitan dengan kadar air, hal ini tidak sesuai dengan Purwanto (2011)
menyatakan bahwa penyimpanan dalam bentuk biji-bijian berkadar air relative
rendah yaitu 12 - 14% dan pada suhu kamar, akan sangat membantu mengurangi
resiko kerusakan kimia/biologi dan mikrobiologi.
PD. Sarana Satwa II tidak menggunakan sistem FIFO (First In First Out)
yang artinya bahan baku pakan yang pertama kali masuk akan digunakan terlebih
dahulu karena penggunaan bahan baku tersebut tergantung pada kandungan kadar
airnya. Sedangkan penyimpanan bahan baku pakan di PD. Sarana Satwa tidak
semuanya menggunakan pallet, karena ketersediaan pallet yang masih kurang.
Sehingga bahan baku seperti jagung yang kadar airnya 14% sering rusak dan
tumbuh jamur. Untuk menghindari timbulnya mikroorganisme pengganggu
selama penyimpanan perlu adanya tindakan pencegahan yaitu; menjaga
kebersihan gudang, bahan pakan jangan disimpan terlalu lama, hindari kemasan
yang rusak, perhatikan kadar air bahan (tidak >13%), pemakaian bahan sistem
FIFO dan bahan baku diletakan di atas pallet (Kushartono, 2002).

11
2. Formulasi Konsentrat/Pakan K omplit
Hasil formulasi pakan komplit di PD. Sarana Satwa II berdasarkan fase ayam
petelur sebagai berikut:
1. Formulasi pakan ayam petelur fase grower
Tabel 4. Formulasi pakan ayam petelur fase grower
Level Jumlah Harga EM PK SK LK Ca P
Bahan Baku
(%) (Kg) Rp/Kg Total (kkal/kg) (%) (%) (%) (%) (%)
Jagung 21,69 173,60 5.100 885.360 748,37 1,87 0,43 0,43 0,00 0,02
Jagung Grit 24,99 200,00 3.425 685.000 862,18 2,15 0,50 0,50 0,00 0,02
Dedak Padi 11,50 92,00 3.300 303.600 206,92 0,92 1,38 0,05 0,01 0,02
Biskuit 2,50 20,00 2.900 58.000 77,47 - - - 0,00 0,01
Gandum 2,50 20,00 4.500 90.000 77,97 0,37 - - 0,00 0,00
Crude Palm
1,00 8,00 7.500 60.000 89,97 - - - - -
Oil (CPO)
Corn Gluten
2,50 20,00 9.700 194.000 97,46 1,50 0,02 0,10 - -
Meal (CGM)
Soybean Meal
25,99 208,00 6.700 1.393.600 686,14 11,44 - - 0,08 0,18
(SBM)
Meat & Bone
4,00 32,00 6.650 212.800 87,57 2,02 - - 0,42 0,20
Meal (MBM)
Lisin 0,05 0,40 22.000 8.800 2,06 0,05 - - - -
Tepung Batu 1,00 8,00 300 2.400 - - - - 0,38 -
Garam 0,02 0,16 2.600 416 - - - - 0,00 -
Biofos 0,73 5,84 9.251 54.026 - - - - 0,13 0,16
Bmd 0,04 0,30 81.000 24.300 - - - - - -
Premix HTS 1,50 12,00 50.500 606.000 - - - - - -
Jumlah 100,00 800,30 4.578.301 2.936,11 20,31 2,34 1,08 1,04 0,63
Sumber : PD. Sarana Satwa II (2018)

12
2. Formulasi pakan ayam petelur fase pre-layer
Tabel 5. Formulasi pakan ayam petelur fase pre-layer
Level Jumlah Harga EM PK SK LK Ca P
Bahan Baku
(%) (Kg) Rp/Kg Total (kkal/kg) (%) (%) (%) (%) (%)
Jagung 37,99 304,00 5.100 1.550.400 1.310,61 3,27 0,76 0,76 0,01 0,04
Dedak padi 25,99 208,00 3.300 686.400 467,86 2,08 3,12 0,10 0,03 0,05
Biskuit 6,25 50,00 2.900 145.000 193,69 - - - 0,00 0,02
Gandum 2,50 20,00 4.500 90.000 77,98 0,37 - - 0,00 0,00
CGM (corn gluten
2,50 20,00 9.700 194.000 97,47 1,50 0,02 0,10 - -
meal)
CPO (crude palm
1,50 12,00 7.500 90.000 134,96 - - - - -
oil
SBM (soybean
17,19 137,60 6.700 921.920 453,94 7,57 - - 0,05 0,12
meal)
Meat & bone meal
2,50 20,00 6.650 133.000 54,73 1,26 - - 0,26 0,13
(MBM)
Metionin 0,03 0,24 42.000 10.080 1,51 0,02 - - - -
Lisin 0,12 0,96 22.000 21.120 4,94 0,11 - - - -
Sodium 0,10 0,80 5.500 4.400 - - - - - -
Tepung batu 1,65 13,20 300 3.960 - - - - 0,63 -
Garam 0,22 1,80 2.600 4.680 - - - - 0,00 -
Biofos 0,92 7,36 9.251 68.087 - - - - 0,17 0,20
BMD 0,03 0,28 81.000 22.680 - - - - 0,00 -
Masamix 0,50 4,00 54.125 216.500
Jumlah 100,00 800,24 4.162.227 2.797,69 16,18 3,90 0,96 1,15 0,56
Sumber : PD. Sarana Satwa II (2018)

13
3. Formulasi pakan ayam petelur fase layer
Tabel 6. Formulasi pakan ayam petelur fase layer
Level Jumlah Harga EM PK SK LK Ca P
Bahan Baku
(%) (Kg) Rp/Kg Total (kkal/kg) (%) (%) (%) (%) (%)
Jagung 40,18 321,76 5100 1.640.976 1.386,34 3,46 0,80 0,80 0,01 0,04
Dedak padi 9,99 80,00 3300 264.000 179,84 0,80 1,20 0,04 0,01 0,02
Biskuit 6,24 50,00 2900 145.000 193,58 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02
Gandum 2,50 20,00 4500 90.000 77,93 0,37 0,00 0,00 0,00 0,00
CPO (crude palm oil 1,50 12,00 7500 90.000 134,88 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Full Fatty Soya
2,00 16,00 7300 116.800 66,94 0,76 0,10 0,36 0,00 0,01
(FFS)
CGM (corn gluten
2,50 20,00 9700 194.000 97,41 1,50 0,02 0,10 0,00 0,00
meal)
SBM (soybean
21,48 172,00 6700 1.152.400 567,09 9,45 0,00 0,00 0,06 0,15
meal)
Meat & bone meal
4,00 32,00 6650 212.800 87,52 2,01 0,00 0,00 0,42 0,20
(MBM)
Metionin 0,07 0,60 42000 25.200 3,76 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00
Lisin 0,08 0,64 22000 14.080 3,29 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00
Sodium 0,12 1,00 5500 5.500 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Tepung batu 5,00 40,00 300 12.000 0,00 0,00 0,00 0,00 1,90 0,00
tepung kerang 2,92 23,36 800 18.688 0,00 0,00 0,00 0,00 1,11 0,00
Garam 0,18 1,44 2600 3.744 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
MCP (monocalcium
0,15 1,20 5750 6.900 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,03
fosfat)
Biofos 0,50 4,00 9251 37.004 0,00 0,00 0,00 0,00 0,09 0,11
BMD (bone mineral
0,03 0,28 81000 22.680 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
density)
Mangan 0,00 0,04 13750 550 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Zinc 0,01 0,07 25850 1.810 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Ferrous sulfat 0,01 0,06 7150 429 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Abtorsel 0,01 0,08 299000 23.920 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Premix KWS 0,50 4,00 54125 216.500 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Xinacol 0,01 0,12 50000 6.000 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Canthaplus 0,01 0,07 970000 67.900 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 100,00 800,72 4.368.881 2798,58 18,47 2,13 1,30 3,64 0,59

Sumber : PD. Sarana Satwa II (2018)

14
Suprijatno, dkk (2005) menyatakan bahwa proses pembuatan pakan ternak
perlu diperhatikan kandungan nutriennya. Pertumbuhan ayam dan produksi telur
akan menurun serta ayam mudah terserang penyakit apabila kandungan nutrisinya
kurang maka (Anggorodi, 1985). Perbandingan kandungan nutrisi yang terdapat
di PD. Sarana Satwa II dan kandungan nutrisi sesuai SNI dan ISA Nutrition
Management Guide dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Standar kebutuhan nutrisi pakan ayam petelur per fase


Fase Sumber EM Pk Sk Lk Ca P
Ayam (min) (min) (maks) (maks) (%) (%)
kkal/kg % % %
Grower SNI 2006 2.600 15,0 7,0 7,0 0,90-1,20 0,6-1,0
Di Lapangan 2.936,11 20,31 2,34 1,08 1,04 0,63
Prelayer ISA nutrition 2.750 17,5 7,0 7,0 1,00 0,47
management
guide (2010)
Di Lapangan 2.797,69 16,8 3,90 0,96 1,15 0,56
Layer SNI 2006 2.650 16,0 7,0 7,0 3,25-4,25 0,6-1,0
Di Lapangan 2.798,58 18,47 2,13 1,30 3,64 0,59

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa komposisi nutrisi pakan di lapangan


melebihi standar kebutuhan nutrisi berdasarkan SNI yang telah ditentukan. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar ternak ayam petelur mendapat nutrisi yang baik
untuk produktivitas telur setiap hari. Selain itu, perbedaan pada komposisi nutrisi
ini disebabkan oleh bahan baku penyusun pakan yang berbeda.

3. Proses Pembuatan Konsentrat/Pakan Komplit


a. Pembuatan Pakan Mash
Proses pembuatan pakan komplit di PD. Sarana Satwa II menggunakan
kombinasi antara mesin giling dan mesin pencampur serta pengaturannya
otomatis terhadap jumlah bahan baku makro dan waktu campur yang ditandai
dengan lampu indikator pada mesin. Jumlah bahan pakan yang dibutuhkan dalam
1 kali pencampuran adalah 800 kg dan waktu pencampuran adalah 4 menit.

15
Prosedur pencampuran bahan pakan menggunakan kombinasi antara mesin
giling dan mesin pencampur adalah sebagai berikut:
 Memastikan mesin pakan (giling dan pencampur) dalam kondisi baik.
 Melakukan penimbangan bahan baku mikro sesuai formula, sedangkan bahan
baku makro (jagung, bungkil kedelai dan gandum) tidak melakukan
penimbangan karena sudah diatur secara otomatis yang ditandai dengan
lampu idikator.
 Menghidupkan mesin pakan untuk memulai proses produksi pakan.
 Memasukan semua bahan baku ke dalam bak penampung yang berbeda
(bahan baku mikro, bahan baku makro biji-bijian dan bahan baku makro
butiran).
 Bahan baku mikro langsung ke bagian pencampuran sedangkan bahan baku
makro berupa bungkil kedelai, gandum dan jagung melalui proses
penggilingan dan kemudian bahan baku mikro dan makro akan dicampur.
 Pencampuran dilakukan selama 4 menit yang ditandai dengan lampu
indikator.
 Setelah pencampuran, pada bagian corong pengeluaran pakan diletakkan
karung berkapasitas 50 kg diatas timbangan digital berkapasitas 150 kg.
 Kemudian, karung yang telah terisi pakan dijahit.
 Pakan disimpan di gudang yang dialas dengan palet untuk selanjutnya
didistribusikan ke kandang menggunakan forklift dan truk.
Peralatan pengolahan pakan konsentrat yang terdapat di PD. Sarana Satwa,
yaitu sebagai berikut:
 Mesin Produksi Otomatis
Mesin produksi merupakan alat produksi pakan yang telah dirangkai antara
mesin giling dan pencampur yang menjadi satu lay out produksi. Mesin ini
memiliki dua fungsi yaitu digunakan untuk melakukan penggilingan bahan baku
makro dan secara otomatis dialirkan ke bagian mesin pencampur untuk
menggabungkan dengan bahan baku mikro untuk proses pencampuran.

16
 Timbangan
Timbangan merupakan alat yang digunakan untuk menimbang bahan baku
dan pakan jadi pada saat pengemasan. Timbangan yang dimiliki berjumlah 3 unit
yakni 2 buah timbangan digital kapasitas 150 Kg dan 1 buah timbangan digital
kapasitas 50 Kg.
 Sekop
Sekop digunakan untuk mengumpulkan bahan pakan yang tercecer untuk
memasukan pakan ke dalam karung ataupun pada tempat pemasukan bahan baku.
Sekop yang dimiliki berjumlah jumlah 2 buah.
 Mesin Jahit
Mesin jahit digunakan untuk menjahit karung dalam proses pengemasan.
Mesin jahit berjumlah 1 buah yang ditempatkan pada tempat pengemasan pakan.
 Kereta dorong
Kereta dorong digunakan untuk mengambil bahan baku dari tempat
penyimpanan menuju tempat proses produksi. Kereta dorong yang dimiliki oleh
perusahaan berjumlah 1 buah.
 Karung
Karung digunakan untuk mengemas pakan yang sudah jadi setelah proses
pencampuran. Karung yang dimiliki untuk pengemasan berkapasitas 50 Kg.
 Forklift
Forklift digunakan untuk mengangkut bahan baku dari tempat penyimpanan
menuju ke tempat produksi pakan dan mengangkut pakan jadi ke tempat
penyimpanan sementara selama proses produksi berlangsung dan juga
mendistribusikan pakan ke kandang terdekat. Forklift yang dimiliki perusahaan
berjumlah 1 unit.
 Serokan
Serokan digunakan untuk mengurangi dan menambahkan bahan baku pakan
saat melakukan penimbangan. Serokan yang digunakan merupakan alat bantu
yang dibuat sendiri menggunakan bahan plastik.
 Palet
Palet digunakan untuk mengalas bahan baku dan pakan jadi.

17
b. Proses produksi pakan pelet
Selain pakan mash, PD. Sarana Satwa II juga memproduksi pakan komplit
berbentuk pellet sebagai uji coba pada salah satu kandang. Pakan pellet dibuat
dari pakan mash yang telah diformulasi untuk ayam fase layer.
Prosedur pembuatan pelet, sebagai berikut :
 Pakan dalam bentuk mash diantarkan oleh karyawan.
 Memastikan mesin pellet dapat berfungsi dengan baik dan kemudian
menghidupkan mesin.
 Memasukkan pakan ke dalam mesin pellet, untuk proses peleting.
 Melakukan pendinginan selama 6 – 12 jam, dengan cara ditebarkan di atas
lantai.
 Memasukkan pakan pelet dalam karung dengan kapasitas 50 kg.

4. Pengemasan dan Penyimpanan Konsentrat/Pakan Komplit


Pakan mash yang sudah diproduksi langsung dikemasan dalam karung
dengan kapasitas 50 kg dan dijahit menggunakan mesin jahit. Sedangkan untuk
pakan pelet tidak dijahit. Pakan tersebut langsung diangkut menggunakan truck
untuk didistribusikan ke kandang ayam petelur.

2.3 Kegiatan Lain Yang Dilakukan Di PD. Sarana Satwa IIAyam Petelur
1. Pemberian pakan dan air minum
Pemberian pakan yang dilakukan oleh PD. Sarana Satwa IIsebanyak 2 kali
sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB dan sore pukul 13.00 WIB, hal ini sesuai
dengan Nurcholis, dkk (2009) yang menyatakan bahwa untuk menghindari pakan
tumpah, pemberian pakan diatur sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan serta
dilakukan 2-3 kali sehari).
Selama praktik berlangsung penulis hanya fokus pada 2 kandang yaitu
kandang B1 dan I8, hal ini bertujuan agar memudahkan penulis dalam melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan. Kebutuhan rata-rata
pakan di kandang B1 adalah 1485,71 kg dan kandang I8 adalah 1157,14 kg
sedangkan pemberian air minum secara ad-libitum (selalu tersedia). Pemberian

18
pakan dilakukan dengan menggunakan mesin yang kemudian diratakan dengan
menggunakan serokan (alat untuk perata pakan), hal ini menghindari agar tidak
terjadi penumpukan pakan dan akan dikonsumsi ternak sama banyak. Ada pula
pemberian pakan secara manual dengan cara pakan ditaburkan di dalam tempat
pakan kemudian diratakan dengan menggunakan alat perata pakan.

2. Pengaturan Pencahayaan
Pencahayaan yang dilakukan di PD. Sarana Satwa II selama 16 jam yang
terbagi menjadi 12 jam pada siang hari dan 4 jam pada malam hari. Tindakan ini
dilakukan untuk mengontrol produktifitas dan dewasa kelamin ayam petelur
dengan mengamati jengger ayam, apabila jenggernya masih kecil dengan warna
merah yang kurang terang maka ayam dipindahkan ke posisi kandang baterai
yang paling atas sehingga lebih banyak mendapatkan cahaya. Menurut Raharjdo
(2016), ayam petelur membutuhkan pencahayaan selama 16 jam untuk
mempertahankan produksi telur. Kekurangan pencahayaan akan menyebabkan
produksi telur berkurang bahkan bisa sampai berhenti dan mengalami kerontokan
pada bulu ayam. Menurut Frandson et al. (2009), kuantitas cahaya juga ikut
mempengaruhi kematangan seksual.
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan PKL di PD. Sarana Satwa II
bahwa pengaturan pencahayaan ini mempengaruhi penampilan jengger menjadi
lebih besar dan berwarna merah terang serta produksi telur meningkat ketika ayam
dipindahkan ke posisi kandang baterai bagian atas dibandingkan dengan ayam
yang ditempatkan pada posisi kandang baterai bagian bawah.

3. Penerimaan Ayam Fase Grower


Penerimaan ayam di PD. Sarana Satwa II dilakukan pada fase grower. Ayam
fase grower merupakan ayam yang usianya 5-10 minggu, tipe kandang yang
digunakan dapat berupa kandang liter, namun disarankan menggunakan kandang
tipe baterai yang terbuat dari bahan kawat atau bambu agar pertumbuhan ayam
lebih seragam (Rahardjo, 2016). Kandang baterai adalah kandang yang
menampung satu ekor ayam didalamnya, berebentuk berjajar dan dipisahkan dari

19
ayam lainnya (Rahardjo, 2016). Ayam fase grower yang diterima di PD. Sarana
Satwa II ditempatkan pada kandang baterai yang masing-masing kandang berisi 2-
3 ekor ayam.

4. Pengafkiran Ayam Petelur


Pengafkiran ayam dilakukan pada ayam betina petelur dengan produksi telur
rendah sekitar 20 - 25% pada usia sekitar 96 minggu (Gillespie and Flanders,
2010). Pengafkiran ayam petelur di PD. Sarana Satwa II dilakukan pada umur
ayam 90 minggu serta pada ayam yang tidak lagi menguntungkan dari segi
produksinya meskipun umurnya belum mencapai 90 minggu. Pengafkiran ini pada
ayam yang produksi telurnya menurun dilakukan untuk mengurangi biaya pakan
sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian.
Pengafkiran ayam dilakukan dengan cara melihat postur tubuh pada ayam
afkir. Apabila ayam afkir terdapat bengkak pada pantat dan posturnya lebih kecil
maka akan dipisahkan ke kandang lain. Ayam yang telah lolos seleksi akan
langsung ditimbang dengan cara diikat sesuai jumlah pemesanan konsumen
kemudian dicatat beratnya. Selanjutnya dilakukan pembayaran sesuai data
penimbangan ayam afkir. Pengafkiran ayam dilakukan 1-2 bulan sekali
tergantung pada umur ayam serta dilihat dari produksinya.

5. Penanganan Kesehatan Ternak


Vaksinasi merupakan tindakan memasukan bibit penyakit yang sudah
dimatikan atau dilemahkan ke dalam tubuh hewan sehat yang bertujuan untuk
memacu atau merangsang antibodi sehingga ternak dapat bertahan terhadap
penyakit. Vaksinasi yang di lakukan di PD sarana satwa adalah vaksin ND IB live
dan ND AI kill. Vaksinasi merupakan proses memasukkan mikroorganisme
penyebab penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh hewan. Di dalam tubuh
hewan, mikroorganisme yang dimasukkan tidak menimbulkan bahaya penyakit
melainkan dapat merangsang pembentukan zat-zat kekebalan (antibodi) terhadap
agen penyakit tersebut (Tizard, 1988). Jenis vaksin yang diberikan ayam layer
sama, namun aplikasinya berbeda-beda sesuai dengan umur ayam agar

20
mempermudah petugas vaksin dalam pemberian vaksin sehingga tidak
membutuhkan banyak alat. Menurut Murtidjo (1992) yang menyatakan bahwa
untuk pemberian vaksin perlu diperhatikan dari jenis vaksin yang diberikan,
dimana untuk vaksin jenis vaksin aktif pemberiannya dapat melalui air minum,
spray, suntikan, tetes mata, tetes hidung maupun mulut sedangkan untuk vaksin
inaktif pemberiannya hanya melalui suntikan. PD. Sarana Satwa IImemiliki
program vaksinasi seperti pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Program vaksinasi di PD. Sarana Satwa IIII


Minggu ke Jenis vaksin
16 minggu ND IB EDS Kill + Mas Clone
17 minggu Coryza III
18 minggu AI Kill / ND AI
19 minggu Mas Clone
22 minggu ND IB Kill + ND IB Live
28 minggu ND+IB (live)
38 minggu AI (kill), ND +IB lived
48 minggu ND +IB lived
58 minggu ND +IB lived
68 minggu ND + IB lived
80 minggu ND + IB lived
Sumber : PD Sarana Satwa (2017)
Prosedur vaksinasi ND IB kill pada ternak ayam di PD. Sarana Satwa II
sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan seperti spuit otomatis merk socorex,
sarung tangan dan vaksin ND IB.
2. Kemudian vaksin dihomogenkan dengan cara dikocok dengan gerakan
angka 8 lalu socorex disambungkan pada botol vaksin dan atur dosis
pemberian 0.5 ml/ekor
3. Vaksinasi dilakukan melalui injeksi intramuscular pada otot paha.
Ternak ayam yang divaksin yakni berumur 22 minggu.

21
6. Pemasaran Telur
Pemasaran yang dilakukan di PD. Sarana Satwa II dilakukan dengan 2 cara
yaitu pemasaran secara langsung dan tidak langsung. Pemasaran secara langsung
dilakukan di gudang telur dan pemasaran tidak langsung yang dilakukan
berdasarkan pemesanan dari berbagai konsumen. Konsumen yang melakukan
pemesanan berasal dari luar daerah Kabupaten Cianjur seperti Sukabumi,
Yogyakarta, Bogor, Bekasi dan Karawang. Harga jual telur yang ada di PD.
Sarana Satwa II berbeda dilihat dari warna kerabang telur. Telur baik dan
berwarna coklat Rp. 22.000/Kg, sedangkan telur baik dan berwarna putih Rp.
19.000/Kg. Telur dalam kondisi kerabang retak dimasukan kedalam plastik yang
berukuran 1 liter yang dkemudian di jual dengan harga Rp. 12.500/kantong.

7. Hen Day
Hen-Day Production adalah cara menghitung produksi telur harian,
perhitungannya adalah jumlah telur dibagi jumlah ayam saat itu dan dikali 100%.
Perhitungan Han Day Production dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
JT
HD= JA x 100%

Keterangan :
HD = Hen-Day hari ini
JT = jumlah produksi telur hari ini
JA = jumlah ayam hari ini
Salah satu contoh Hen-Day production di PD. Sarana Satwa II di kandang B1
pada tanggal 7 September 2018 yaitu:
11027
maka, HD= 12176x 100% = 90,56%

Hasil perhitungan Hen-Day ini merupakan hasil perhitungan pada kandang


ayam B1 yang berumur 38 minggu dengan presentasi 90,56%. Tujuan perhitungan
Hen-Day adalah untuk mengetahui tingkat produksi telur harian dengan
membandingkan produksi hari sebelumnya guna untuk mengetahui perkembangan
produksi ayam serta mengetahui tingkat mortalitas ayam dalam sehari
(Sudarmono, 2003).

22
KOMODITI II. TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN TERNAK
RUMINANSIA DI BIB LEMBANG

2.4 Keadaan Umum Lokasi


2.4.1 Sejarah Perusahaan
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, adalah Balai Inseminasi Buatan
pertama didirikan di Indonesia. BIB Lembang merupakan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) yang dikelola oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Pertanian.
Balai ini dibangun pada tahun 1.975, dan diresmikan oleh Menteri Pertanian Prof.
DR. Ir. Toyib Hadiwidjaya dan Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Mr. Hon B
Talboys, sebagai Balai Inseminasi Buatan (BIB) pertama di Indonesia dan
diresmikan pada tanggal 3 April tahun 1.976.
Tugas pokok BIB Lembang yaitu melaksanakan produksi dan pemasaran
semen beku benih unggul ternak serta pengembangan IB. Dalam perkembangan
BIB Lembang sejak berdiri sampai sekarang, telah memproduksi semen beku
unggul lebih dari 31.423.000 dosis yang telah disebarkan ke daerah - daerah
pelaksana IB di Indonesia. Struktur organisasi di BIB Lembang, sebagai berikut
KEPALA BALAI
Ir. Tri Hasri, MP
Kasubag Tata Usaha
Drh. Ida Zahidah Irfan, M.Si

Seksi Pelayanan Teknik Seksi Pelayanan Produksi Seksi Pelayanan Teknik Jasa
Pemeliharaan Ternak Semen Produksi
Yudi Parwoto, S.Pt Ir. H. Supraptono Lina Widiawaty, S.Pt, MS

KELOMPOK FUNGSIONAL

Medik Veteriner, Paramedik


Veteriner, Pewngawas Bibit
Ternak dan Pengawas Mutu Pakan

Gambar 3. Struktur organisasi BIB Lembang

23
Keterangan :
1. Kepala balai dan bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan yang
dilkakukan di instansi tersebut.
2. Kasubag tata usaha, untuk mengwasi segala kegiatan menyangkut tata usaha.
beberapa seksi yaitu
3. Seksi pelayanan teknik pemeliharaan ternak, untuk mengatasi segala kegiatan
pemeliharaan ternak yang ada di BIB Lembang.
4. Seksi pelayanan teknologi produksi semen, untuk mengawasi segala kegiatan
uji kualitas dan produksi semen
5. Seksi pelayanan teknik jasa produksi, untuk mengawasi segala kegiatan jasa
produksi yaitu, perhitungan dan distribusi semen.
6. Kelompok jabatan fungsional, untuk mengawasi bibit ternak yang akan masuk
ke BIB Lembang.
7. Pengawas mutu pakan yang bertugas mengawasi semua pakan baik hijauan,
konsentrat serta pakan tambahan berupa tauge, yang akan diberikan pada
ternak.

2.4.2 Ketenagakerjaan
Saat ini BIB Lembang didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 82
orang terdiri atas pejabat struktural dan fungsional. Karakteristik personalianya
adalah:
1. Jumlah pegawai 82 orang; terdiri atas PNS/CPNS (72 orang), Tenaga
Honorer (delapan orang), dan Tenaga Harian (dua orang).
2. Berdasarkan Pendidikan; terdiri atas Magister/S2 (tiga orang), Dokter
Hewan (enam orang), Sarjana Peternakan (enam orang), D3 (empat orang)
dan lulusan SLTA/SLTP/SD (63 orang).
3. Pejabat Struktural lima orang; terdiri atas Kepala Balai (satu orang), dan
Kepala Seksi/Subbagian (empat orang).
4. Pejabat Fungsional 35 orang; terdiri atas Wasbitnak (23 orang), Medik dan
Paramedik (delapan orang), dan Wastukan (empat orang).

24
2.4.3 Kondisi Fisik dan Non Fisik Lokasi
a. Kondisi Fisik
BIB Lembang memiliki luasa lahan ± sekitar 22,82 ha. Kantor, laboratorium
dan kandang seluas 3,02 ha, lahan penggembalaan/line bull seluas 1,9 ha, kebun
rumput gajah yang berada di kompleks BIB Lembang 1,4 ha, Bukanagara 2 ha,
Desa Cikareumbi 5,24 ha, kebun pojok 4,27 ha, dan Kosomalang 5,39 ha.
Bangunan yang terdapat di BIB Lembang terdiri dari 6 buah ruang perkantoran, 1
buah laboratorium, perpustakaan dan ruang pertemuan, 2 unit guest house, 1 buah
gudang hay, 8 unit kandang sapi dan kerbau, 2 unit kandang kambing dan domba
dan1 unit kandang karantina.
BIB Lembang juga mempunyai kebun koleksi seluas 600 m2. Beberapa
peralatan yang terdapat di BIB Lembang diantaranya, 3 buah truk, 2 buah pick
up, 2 buah mesin chopper, 2 buah hand tractor, 1 buah big tractor dan 1 buah
mesin pencetak hay.
b. Kondisi Non Fisik
BIB lembang merupakan berbagai macam kebijakan atau surat keputusan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan produksi barang/jasa serta piagam
penghargaan sebagai bentuk prestasi yang diperoleh antara lain: Piala-piala Abdi
Bakti Tani 2003 dan 2010, Piala Satlak PI sangat handal terbaik I, Wilayah Bebas
dari Korupsi (WBK) sejak tahun 2009 s/d 2015 dan UPT dengan kinerja sangat
baik.

2.4.4 Populasi ternak


Populasi bull secara keseluruhan yang terdapat di BIB Lembang sebanyak
194 ekor. Ruminansia besar: Sapi limousine 48 ekor, FH 18 ekor, Brahman 15
ekor, pansundan 2 ekor, Madura 6 ekor, Simmental 52 ekor, angus 9 ekor, ongole
16 ekor, Aceh 3 ekor, kerbau lumpur 1 ekor, kerbau sungai 4 ekor. Ruminansia
kecil: kambing PE 8 ekor, saanen 4 ekor, boer 3 ekor, domba garut 1 ekor dan
domba ekor gemuk 4 ekor. Populasi ternak dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

25
Tabel 9. Populasi ternak berdasarkan bangsa dan tipe
Jumlah Tipe
No Bangsa Ruminansia Besar
(Ekor)
1 Limousine 46 Potong
Firiesin Holstein (FH) 18 Perah
Brahman 15 Potong
Pasundan 2 Potong
Simmental 52 Potong
Angus 9 Potong
Ongole 16 Potong
Aceh 3 Potong
Kerbau lumpur 1 Potong
Kerbau sungai 4 Potong
Total 166
2 Bangsa Ruminansia Kecil
Peranakan Etawa 8 Perah
Saanen 4 Perah
Boer 3 Potong
Total 15
3 Domba garut 1 Potong dan aduan
Domba ekor gemuk 4 Potong dan woll
Total 5
Sumber: BIB Lembang, 2018.

2.5 Pelaksanaan Kegiatan


2.5.1 Konsentrat Ruminansia dan Penyimpanan Di Gudang Pakan
Untuk pakan konsentrat di BIB Lembang tidak melakukan pengolahan
tetapi pakan konsentrat dibeli secara komersil dalam bentuk pellet dari PT.
Charoen Pokphand Indonesia berdasarkan formulasi pakan konsentrat yang
disusun oleh tim pengawas mutu pakan Balai Inseminasi Buatan Lembang dan
analisis proksimat dilakukan di Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan
(BPMSP). Selain pengujian secara kimia BIB Lembang juga melakukan

26
pengendalian mutu pada saat penerimaan konsentrat yang diantarkan oleh
perusahaan ke gudang pakan. Kriteria yang dilihat adalah warna, aroma dan
bentuk.
Pakan konsentrat BIB Lembang sebagai pakan konsentrat sumber energi
dengan protein kasar 16-18%. Konsentrat dibagi menjadi 2 yaitu sumber energi
yang mengandung protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar <18% dan
sebagai sumber protein mengandung protein kasar lebih dari 20% dalam bahan
kering (Kamal, 1998). Bahan–bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan
konsentrat sapi pejantan adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, mollases, bungkil
kelapa, pecahan gandum, canola, kalsium, fosfor, vitamin, trace mineral, dan anti
oksidan dengan hasil analisis sebagai berikut:
Tabel 10. Kandungan Nutrisi Pakan Konsentrat Sapi Pejantan
Komposisi Nutrisi Jumlah
Kadar Air Max 14,0%
Protein 16,0 – 18,0%
Lemak Min 3,0%
Serat Max 15,0%
Abu Max 10,0%
Kalsium Min 0,6 – 0,7%
Fosfor Min 0,5 – 0,6%
TDN 60 – 75%
Sumber: Pakan Konsentrat Sapi Pejantan (Ksp7 Cp 563b)

Pengendalian mutu lainnya adalah penyimpanan konsentrat yang dilakukan di


BIB Lembang yaitu konsentrat disimpan di gudang penyimpanan dengan
beralaskan pallet dengan tujuan agar konsentrat tidak langsung berinteraksi
dengan lantai sehingga terhindar dari serangga dan hewan pengerat. Gudang
berfungsi untuk melindungi bahan pakan dari hewan pengerat, serangga serta
terlindung dari kerusakan (Priyambodo, 2007).
Sistem penggunaan konsentrat di BIB Lembang yaitu first in first out (FIFO)
yaitu bahan yang pertama kali masuk dan akan digunakan terlebih dahulu. Sistem
penyimpanan ini dilakukan dengan tujuan agar tidak menyimpan pakan terlalu
lama yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dari pakan tersebut. Hal di atas
seperti yang dikemukakan oleh Hall, (1970) yang menyatakan bahwa

27
penyimpanan yang baik seharusnya tidak terlalu lama, sehingga kualitas/mutu
pakan akan tetap terjaga.

2.6 Pengolahan Hijauan Makanan ternak


1. Jenis Hijauan Makanan Ternak
Ada beberapa jenis hijauan makanan ternak yang dibudidayakan di Balai
Inseminasi Buatan Lembang adalah :

a. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)


Rumput gajah (Pennisetum purpureum) berasal dari Afrika, tanaman ini
diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1962. Rumput gajah merupakan pakan
hijauan utama untuk ternak yang memegang peranan penting dalam suatu usaha,
karena rumput gajah mengandung hampir semua zat yang diperlukan ternak
(Mihran, 2008). Kandungan nutrient rumput gajah terdiri atas: bahan kering (BK)
19,9%; protein kasar (PK) 10,2%; lemak kasar (LK) 1,6%; serat kasar (SK)
34,2%; abu 11,7%; dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 42,3% (Rukmana,
2005). Menurut Ella (2002) menyatakan bahwa produksi rumput gajah segar
adalah 20 – 30 ton/Ha/Tahun.

b. Rumput Gajah Mini (Pennisetum Purpureum Cv. Mott)


Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv.Mott) merupakan jenis rumput
unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi
serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Di Indonesia
produksi bahan kering rumput gajah mini adalah 43,58 ton/ha/tahun dengan jarak
tanam 50 x 100 cm dan 34,28 ton/ha/tahun dengan jarak tanam 50 x 75 cm (Siriat
et al, 2014).

c. Rumput Afrika/Rumput Star Grass (Cynodon Plectostachyus)


Rumput star grass berasal dari Afrika Timur, bahan penanaman adalah pols dan
stolon. dapat hidup pada semua jenis tanah (ringan, sedang dan berat). Ketinggian
yang cocok dalah dataran rendah. Curah hujan adalah 500-800 mm/tahun. Rumput

28
ini tumbuh tegak dan menjalar; pada bagian stolonnya tumbuh rapat dengan tanah
dan pada buku stolonnya tumbuh akar yang kuat, sehingga rumput ini tahan injak
dan renggut. African star grass dapat berproduksi sebanyak 47,0 - 55,6
ton/ha/tahun, dengan pemberian 150 atau 300 kg nitrogen/ha/tahun dan interval
pemanenan selama 21 hari (Miller et al., 2010). Kandungan nutrien African star
grass adalah 32% bahan kering; 3,4% abu; 0,6% lemak kasar; 9,6% serat kasar;
15,4% BETN; dan 2,8% protein kasar (Hartadi et al., 1997).

d. Indigofera sp.
Indigofera sp. Merupakan salah satu tanaman pakan ternak yang memiliki
kandungan nutrisi dan produksi yang tinggi serta sangat toleran terhadap kondisi
tanah kering, genangan air, tanah berkadar garam tinggi (saline) dan tanah masam.
Menurut Akbarillah et al. (2002) Indigofera sp. memiliki produktivitas dan
kandungan nutrisi yang tinggi sebagai hijauan pakan ternak. Tepung daun
Indigofera sp.mengandung PK sebesar 27,9%, SK sebesar 15,25%, Ca 0,22%, P
0,18%. Disamping itu pula mengandung xanthophyll dan karotenoid seperti yang
terdapat pada jagung kuning yang memberikan warna kuning pada kuning telur.

2. Budidaya Hijauan Makanan Ternak


Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia. Balai
Inseminasi Buatan Lembang memiliki ternak yang keseluruhan merupakan ternak
ruminansia, sehingga memerlukan hijauan yang cukup setiap harinya. Hijauan
utama yang diberikan pada ternak adalah rumput gajah. Rumput utama yang
selalu digunakan yaitu rumput gajah (Pennisetum purpureum). Alasan digunakan
rumput gajah yaitu karna kandungan nutrisi yang dimiliki rumput gajah dapat
mencukupi kebutuhan ternak dengan palatabilitas yang tinggi, serta rumput gajah
bernili gizi tinggi (Soegiri et al., 1982).
Penanaman rumput di BIB Lembang dimulai dari :
a) Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan menjelang atau pada awal musim hujan. Tanah
dibajak atau dicangkul dan diratakan (penggemburan). Setelah penggemburan,

29
dibuat lubang tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm (biasanya selebar mata
cangkul) kedalamannya sekitar 20-25 cm dan dilakukan penanaman.
b) Penanaman
Bahan tanam yang digunakan adalah stek batang dengan ukuran 20-30 cm,
sehingga terdapat 2 sampai 3 buku (ruas) setiap stek. Stek ditanam miring dengan
posisi 30-40 derajat dengan 1-2 buku masuk ke dalam tanah dan satu buku di atas
permukan tanah. Satu lubang tanam ditanami 4-6 stek dengan jarak tanam 1 x 1
m. Hal ini disesuaikan dengan ukuran traktor yang digunakan untuk pemanenan
rumput gajah.
c) Proses Pemeliharaan
Proses pemeliharaan rumput meliputi: penyiraman, dan pemupukan. Rumput
disiram menggunakan air biasa pasca penanaman, penyiraman rumput gajah
menggunakan air hasil campuran feses dengar air yang diangkut kemudian
disiram pada setiap rumpun. Frekuensi penyiraman menggunakan air yang
dicampur dengan feses 1 kali dalam seminggu, air biasa 2 kali dalam seminggu.
Pemberian pupuk anorganik (urea) untuk 1 Ha yaitu 100 kg pada umur 14-17 hari,
dan jika pertumbuhan lambat, diberikan pula pupuk KCL (kalium clorida)
sebanyak 50 kg 1-2 kali dalam setahun.
Kebutuhan pupuk untuk pemeliharaan rumput di BIB Lembang dapat
dihitung sebagai berikut :
1. Jarak tanam :1x1m
2. Jumlah rumpun/1 m2 : 4 rumpun, total rumpun/ha : 40.000
3. Luas lahan 17,9 ha = 716.000 rumpun
4. Pupuk urea/ha : 100 kg, Total pupuk = 1.790 kg.
5. Pupuk KCL : 50 kg/ha, Total KCL = 895 kg
d) Pemanenan Rumput Gajah
Panen pertama rumput gajah dilakukan pada umur 90 hari, sedangkan panen
berikutnya pada umur 56 hari sekali. Tinggi pemotongan di atas permukaan tanah
kira-kira 10-15 cm. Dalam 1 rumpun dapat menghasilkan bobot 12 kg rumput
segar, Produksi hijauan mencapai 480 ton rumput segar per Ha/tahun. Peremajaan
tanaman tua dilakukan setelah 4 tahun untuk diganti dengan tanaman yang baru.

30
Manajemen pemeliharaan kebun rumput gajah ini perlu perhatian yang intens agar
produksinya stabil serta kualitasnya tetap terjaga.

3. Pengolahan Hijauan Makanan Ternak


Pengolahan hijauan ternak di BIB Lembang meliputi :
a) Proses Pembuatan Hay
Hijauan yang digunakan untuk pembuatan hay adalah rumput afrika yang
terdapat di padang penggembalaan milik BIB Lembang. Rumput afrika yang telah
dipanen kemudian dijemur di lapangan selama 4 hari hingga kadar air turun
menjadi 12%. Penentuan kadar air yang dilakukan di BIB lembang dengan cara
melihat secara fisik (bentuk kering dan warna coklat). Hal ini sesuai dengan
pendapat Hermana (1991) yang menyatakan bahwa selama angin terjadi
perubahan fisik seperti perubahan warna menjadi kecoklatan, penurunan nilai gizi
aroma rasa dan kadar air. Karena kadar air yang tinggi pada bahan pakan dapat
mendukung pertumbuhan jamur (Suparjo, 2010).
Hay yang sudah selesai dijemur harus segera disimpan ke dalam gudang
penyimpanan. Hal ini dikarenakan apabila hay sudah selesai dijemur dan
diletakkan pada ruangan terbuka akan sangat mudah berjamur dan akan membuat
kualitas Hay tersebut menurun, Nas (1985) yang menyatakan bahwa sangat sulit
untuk menghindari tumbuhnya jamur pada pembuatan hay yang dibiarkan di
udara terbuka tanpa ditambah dengan fungisida karena jamur akan mudah tumbuh
setelah dijemur.

b) Pencacahan Rumput Gajah


Pencacahan rumput gajah yang dilakukan di BIB Lembang menggunakan
mesin chopper dengan total pencacahan 10,23 ton/hari dengan frekuensi
pencacahan 2 kali sehari dengan ukuran pencacahan 3 sampai 5 cm. Tujuan
dengan melakukan pencacahan rumput gajah untuk memacu ternak
mengkonsumsi pakan secara berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan boot
badan secara cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartadisastra (1997),

31
Pencacahan rumput gajah perlu dilakukan untuk memperkecil ukuran sehingga
mempermudah ternak untuk mengkonsumsi.

c) Pembuatan Tauge Kacang Hijau


Tauge merupakan perkecambahan dari kacang hijau yang mengandung
vitamin dan mineral (Aditya, 2010). Kandungan gizi pada kecambah per 100
gram yaitu energi 50%, protein 5,7%, lemak 0,1%, karbohidrat 10%, kalsium
32%, fosfor 96%, serat 0,7%, besi 1,1%, vitamin B1 0,13%, kalsium 32%,
vitamin C 41%, vitamin E dan mineral (Wirakusuman, 2002). Kandungan
antioksidan vitamin E dapat mencegah penyakit bermacam-macam serta mampu
mempertahankan fertilisasi pada individu jantan (Astawan, 2007).
Pembuatan tauge kacang hijau di BIB Lembang dilakukan selama 3 hari
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Kacang hijau ditimbang sebanyak 25 kg kemudian ditempatkan dalam
wadah/baskom lalu dibersihkan dengan air bersih hingga air cucian menjadi
bening.
2. Setelah bersih, kacang hijau direndam dengan air panas bersuhu 70 - 80OC
sebanyak 2-3 cm diatas permukaan kacang hijau kemudian dibiarkan selama 8
jam.
3. Setelah perendaman, kacang hijau dibagi ke dalam 8 wadah yang telah
dilubangi untuk selanjutnya dilakukan penyiraman selama 2 jam sekali
mengunakan air dingin
Kacang hijau yang digunakan setiap kali pembuatan sebanyak 1 karung
dengan kapasitas 25 kg/ karung. Kacang hijau didapatkan dari kegiatan pengadaan
oleh BIB Lembang yang merupakan kacang hijau lokal. Pembuatan tauge kacang
hijau dilakukan setiap hari agar selalu tersedia sebagai suplemen yang dicampur
dalam ransum.

32
2.7 Kegiatan Lain Yang Dilakukan Di Balai Inseminasi Buatan Lembang
1. Pemberian Pakan dan Air Minum
Pemberian pakan di BIB Lembang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan oleh standar operasional prosedur. Pakan pertama yang diberikan
adalah hay, kemudian dilanjutkan dengan pemberian konsentrat dan tauge.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian pakan hijauan. Hal ini sesuai dengan
Siregar (2003) yang menyatakan bahwa pemberian pakan hijauan dilakukan
sekitar 2 jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan dilakukan
pemberian secara bertahap minimal 4 kali dalam sehari semalam. Pemberian
pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar ternak beradaptasi dengan pakan
tersebut kemudian ditambah hingga jumlah pakan sesuai dengan kebutuhan serta
pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Proses pemberian pakan
menggunakan alat seperti gerobak dorong, gayung takaran 1 Kg, bakul takaran 25
– 30 Kg dan kendaraan truck. Kebutuhan dari masing-masing pakan tersebut
adalah :
 Untuk ternak sapi dan kerbau
1. Hay 1 kg/ekor/hari
2. Tauge 0,5 kg/ekor/hari
3. Konsentrat 4 kg/ekor/hari
4. Hijauan segar 45 – 60 kg/ekor/hari
 Untuk ternak kambing dan domba
1. Konsentrat 1 kg/ekor/hari
2. Hijauan 8 kg/ekor/hari
3. Tauge 100 gram/ekor/hari, diberikan apabila ada rekomendasi dari tim
medik.

2. Penampungan Semen
Penampungan semen merupakan tahapan awal dalam proses pembuatan
semen beku. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah tata cara
penampungan dan penanganannya saat proses penampungan berlangsung,
sehingga kualitas semen tetap terjaga sampai semen dilakukan proses hingga

33
menjadi semen beku. Volume semen sapi yang di BIB Lembang berkisar antara 5-
9 ml/ejakulasi. Hal ini sesuai dengan Hafez (2000) yang menyatakan bahwa
volume semen sapi berkisar antara 5-8 ml/ejakulasi. Proses penampungan semen
di BIB Lembang telah dijadwalkan dari senin – jumat. Setiap ternak sapi pejantan
dijadwalkan 2 kali penampungan semen dalam seminggu. Ternak sapi yang akan
ditampung semennya harus dalam keadaan bersih yang telah dimandikan terutama
bagian preputiumnya, hal ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi benda
asing atau mikroorganisme pada saat proses penampungan semen berlangsung.
Salah satu hal yang harus diperhatikan yaitu ketersediaan air panas pada saat
proses penampungan berlangsung, di BIB Lembang menggunakan water heater
untuk menyiapkan air hangat dalam proses penampungan semen, atau digunakan
termos apabila terjadi masalah di water heater. Temperatur air yang digunakan
adalah berkisar antara 40 – 42oc. Karena sewaktu penampungan semen, suhu di
dalam vagina buatan harus berkisar 40 – 53oc (Macmilan et al, 1991).
Proses penampungan semen dapat dilakukan seb agai berikut :
 Mempersiapkan teaser/pemancing di tempat penampungan
 Mengarahkan pejantan yang akan ditampung pada teaser/pemancing sehingga
pejantan tersebut menaiki teaser/pemancing hingga 2 - 3 kali. Untuk
memastikan puncak libido bull/pejantan.
 Collector/penampung memposisikan diri siap untuk menampung semen
dengan kaki kiri sejajar dengan kaki kanan dan telah mengenakan safety
shoes.
 Collector memegang bagian prepotium dan mengarahkan ujung penis pada
bibir Artificial Vagina (AV) yang telah disiapkan pada tubuh bagian belakang
teaser.
 Collector harus menjaga AV agar tetap berada pada posisi semula sehingga
terjadi dorongan dari pejantan hingga ejakulasi.
 Mengamati hasil semen yang ditampung dengan melihat warna, volume dan
kekentalan. Kemudian dilakukan pencatatan pada software (komputer) dan
buku recording.

34
 Memberikan label sesuai kode pejantan, lalu ditutup dengan kertas
alumunium foil.
 Semen tersebut diantarkan ke laboratorium untuk proses selanjutnya.
Proses penampungan semen di BIB Lembang menggunakan vagina buatan.
Vagina buatan merupakan salah satu alat yang dirancang menyerupai vagina
ternak betina sesungguhnya. Metode vagina buatan ini lebih efektif digunakan
untuk ternak yang memiliki bobot badan yang besar dan semen yang dihasilkan
juga maksimal. Metode penampungan ini merupakan modifikasi dari kawin alam,
sapi jantan dibiarkan untuk menaiki pemancing yang dapat berupa ternak sapi
betina, jantan dan dummy cow. Penggunaan vagina buatan dapat mengurangi
kerugian dibandingkan menggunakan metode lain yang cenderung rumit dan
mahal (Toelihere, 1985). Vagina buatan yang digunakan harus dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum penampungan. Persiapan vagina buatan dapat dilakukan
sebagai berikut:
 Memasang corong karet pada ujung tabung/selongsong vagina buatan
kemudian diikat dengan pita. Untuk ternak sapi panjang AV adalah 30 cm
sedangkan ternak kerbau, kambing dan domba adalah 15 cm.
 Memasang tabung penampung semen berskala, untuk ternak sapi 15 ml dan
ternak kebau, kambing dan domba 10 ml. Kemudian diikat dengan pita.
 Memasang tabung pelindung (protector) pada tabung gelas penampung yang
digunakan sebagai pelindung semen dari sinar matahari langsung dan
benturan pada saat proses penampungan semen.
 Kemudian dibungkus lagi dengan plastik berwarna hitam yang bertujuan
untuk melindungi semen dari sinar matahari secara lansung. Kemudian diikat
dengan pita.
 Memasukan air panas atau hangat dengan suhu 40 - 420c sampai memenuhi
tabung kemudian tutup.
 Meniup lubang kran (pentil) sampai karet inerliner mengembang kemudian
diolesi vaselin secukupnya, penggunaan vaseline bertujuan sebagai pelicin.

35
 Mengecek kembali termperatur suhu vagina buatan sebelum dilakukan
penampungan, apabila airnya sudah dingin maka harus diganti lagi dengan air
panas atau hangat.
 Vagina buatan siap digunakan untuk digunakan.

3. Penanganan semen segar di laboratorium


Penanganan semen segar dilakukan di BIB Lembang setiap hari pada saat
penampungan semen. Untuk mengetahui jumlah semen beku yang diproduksi
maka dilakukan pemeriksaan secara makroskopis (warna, volume dan konsistensi
semen), pemeriksaan secara mikroskopis (gerakan masa spermatozoa dengan
menggunakan mikroskop) serta pemeriksaan konsentrasi (untuk mengetahui
jumlah semen didalam setiap cc dengan menggunakan Spektrofotometer). Adapun
tahapan selanjutnya yang dilakukan di BIB Lembang yaitu:
a) Pengenceran Semen dilakukan mengunakan bahan pengencer yang terdapat
di BIB Lembang yaitu kuning telur untuk ternak sapi dan andromed sebagai
bahan pengencer untuk ternak kambing dan domba. Setelah semen
diencerkan kemudian disimpan dalam mesin Cool Top dengan tujuan untuk
menyesuaikan spermatozoa dengan pengencer agar dapat bertahan hidup
ketika dibekukan. Pada Cool Top disimpan selama 4 jam dengan suhu 50C.
b) Printing Straw diproduksi dengan perbedaan warna straw pada berbagai
bangsa ternak pejantan. Jumlah straw yang akan dicetak sebanyak volume
total semen dibagi 0,25 cc (volume straw) setelah itu dilakukan pengecekan
printing.
Tabel 11. Printing Straw
No Bangsa Sapi Warna straw
1 Bali Merah
2 Ongole Biru muda
3 FH Abu-abu
4 Brahman Biru tua
5 Simental Transparan
6 Limosin Merah muda
7 Brangus Hijau tua
8 Angus Salmon
9 Domba Kuning muda

Sumber: BIB Lembang, 2018

36
c) Filling dan Sealing adalah proses pengisian semen yang telah diencerkan ke
dalam mini straw (0,25cc) kemudian menyumbat ujungnya dengan
menggunakan alat yang bekerja secara otomatis (mesin filling dan sealing).
Proses pengemasan semen ini dilakukan di bagian Cool Top sehingga suhu
tetap terjaga.
d) Racking merupakan tahap dimana straw yang telah terisi semen dihitung
menggunakan rack besi khusus yang dimiliki BIB Lembang. Proses
perhitungan ini dilakukan dalam mesin Cool Top dengan suhu 50C. Setiap
kode pejantan diambil 2 buah straw lalu diikat dengan karet yang akan
digunakan untuk pemeriksaan Post Thawing Motility.
e) Freezing dilakukan dalam mesin Digit Cool yang telah diatur otomatis
menggunakan komputer untuk mengalirkan N2 cair. Straw yang disusun
dalam rack dimasukkan ke dalam mesin dan ditumpuk sebanyak 10 rack,
dengan tujuani untuk memudahkan perhitungan. Mesin ditutup selama 10
menit dengan suhu -190 oC dan tekanan 3 atm.
f) Penyimpanan dalam Container dilakukan dengan cara semen beku
dimasukkan dalam goblet sesuai kode straw dan dicelupkan dalam nitrogen
cair yang berada di container. Sebelum semen beku siap dipasarkan,
dilakukan pemeriksaan kembali yang dinamakan Post Thawing Motility.
g) Pemeriksaan Post Thawing Motility (PTM) diamati menggunakan
mikroskop. Pemeriksaan PTM yang memenuhi syarat adalah presentase
spermatozoa yang motil minimal 40%.

4. Distribusi semen beku


Jasa produksi merupakan bagian terpenting yang terdapat di BIB Lembang
dalam pendistribusian straw. Penyimpanan dan pengangkutan semen beku diawali
dengan straw ditempatkan terlebih dahulu kedalam tabung-tabung plastik pendek
(goblet) sebelum disimpan dalam container yang sudah berisi nitrogen cair
(Toelihere, 1981). BIB Lembang memiliki tiga cara pendistribusian semen beku,
yaitu:

37
a. Distribusi DIPA (Subsidi)
Semen beku yang didistribusikan melalui DIPA ditetapkan setiap awal tahun.
Semen beku didistribusikan berdasarkan surat permintaan dari masing-masing
provinsi kepada Ditjetnak.
b. Distribusi melalui Mitra Kerja Opsional
Mitra kerja Opsional merupakan pihak swasta yang berbadan hukum (PT, CV,
Koperasi) dan melakukan kerjasama dalam mendistribusikan semen beku dan
telah ditetapkan oleh Ditjetnak. Distribusi melalui Mitra Kerja Opsional ini
umumnya dilakukan pada daerah-daerah yang kegiatan IB nya sudah dilakukan
secara intensif dan swadana.
c. Penjualan Langsung
Peternak yang akan membeli semen beku di BIB Lembang diharuskan datang
membawa surat rekomendasi dari dinas peternakan.

5. Perawatan Ternak
Ada beberapa hal yang dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Lembang
mengenai perawatan ternak yaitu sebagai berikut :
a. Sanitasi Kandang dan Ternak
 Sanitasi Kandang
Sanitasi kandang ternak merupakan suatu proses untuk menghindari ternak
dari penyakit dan juga kotoran yang menempel terutama pada bagian preputium
sapi yang akan ditampung spermanya. Sehingga sperma tidak tercampur dengan
benda asing lainnya. BIB Lembang membersihkan kandang ternak mereka setiap
hari pada pukul 06.00-07.30 WIB. Sanitasi kandang dilakukan menggunakan sikat
lantai, sapu lidi, sekop, baskom dan air. Kotoran ternak dikeluarkan dari kandang
dengan cara disekop terlebih dahulu dalam baskom kemudian disikat sambil
disiram dengan air hingga terlihat bersih dan juga dicuci bagian dinding kandang
apabila ada kotoran yang menempel. Menurut Ako (2013) menyatakan bahwa
parasit dan kuman-kuman penyakit selalu hidup di tempat yang kotor.

38
 Perawatan Tubuh Ternak
Perawatan tubuh ternak di BIB Lembang dilakukan setiap hari yaitu dengan
memandikan ternak. Menurut Sugeng (2003) menyatakan bahwa ternak sapi perlu
dimandikan pada pagi hari karena biasanya pada malam hari ternak sapi penuh
dengan kotoran yang menempel pada tubuhnya. Cara memandikan ternak yakni
diawali dengan membasahi tubuh ternak sehingga kotoron yang menempel bisa
menjadi lunak dan mudah rontok, selanjutnya dilakukan menyikat secara vertikal
ke bawah sambil diikuti dengan air yang mengalir agar kotoran yang menempel
pada bagian tubuh ternak bisa menjadi bersih. Kemudian dilakukan penyemprotan
lagi agar ternak bisa lebih bersih. Karena parasit dan kuman-kuman penyakit
selalu hidup di tempat yang kotor (Ako, 2013).

b. Exercise
Salah satu faktor yang paling penting untuk pengembangan sapi yang baik
adalah latihan (exercise). Latihan diluar ruangan sepanjang tahun adalah salah
satu hal penting dalam membuat sapi jantan tetap dalam kondisi kejantanan yang
prima dan galak, serta dalam kondisi alami. Metode yang paling baik dan paling
awal adalah memberikan latihan pada daerah penggembalaan yang berumput
(Ensminger, 1989). Jumlah latihan yang diberikan akan berbeda antara masing-
masing organisasi Inseminasi Buatan (IB) (Mitchel, 2004). Metode exercise di
BIB lembang dilakukan pada padang penggembalaan yang terdapat rumput Afrika
(Cynodon Plectostchyus) dan lama waktu exercisenya adalah 24 jam.

c. Perendaman Kuku Ternak (Dipping)


Perawatan kuku ternak sapi pejantan di BIB Lembang salah satunya adalah
perendaman kuku. Proses ini dilakukan berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.
Perendaman kuku atau dipping bertujuan untuk membersihkan kuku terna sapi
dari kotoran yang masuk ke dalam celah kuku ternak. Dipping yang dilakukan
menggunakan kupri sulfat yang berbentuk tepung yang akan dilarutkan dalam air
dan kemudian ternak dikeluarkan dari kandang menuju tempat perendaman kuku.
Lamanya perendaman kuku ternak sapi adalah selama 15 menit.

39
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktik kerja lapang di PD. Sarana Satwa IIdan BIB Lembang
selama kurang lebih dua bulan dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses produksi pakan di PD. Sarana Satwa II meliputi penerimaan bahan
baku, penyimpanan bahan baku, proses pembuatan pakan mash dan pelet.
2. Pakan komplit yang diproduksi di PD. Sarana Satwa II berdasarkan pada fase
ternak ayam petelur meliputi fase grower, prelayer dan layer. Pakan yang
diproduksi tersebut digunakan untuk kebutuhan sendiri oleh perusahaan.
3. Pengolahan konsentrat di BIB Lembang tidak dilakukan karena pakan
konsentrat dibeli secara komersil dari PT. Charoen Pokphand Indonesia,
namun formulasi pakan konsentrat dari pihak BIB Lembang.
4. Hijauan yang digunakan sebagai pakan ternak di BIB Lembang merupakan
hasil budidaya sendiri. Pengolahan hijauan di BIB Lembang meliputi
pencacahan hijauan, pembuatan hay dan pembuatan tauge kacang hijau.

3.2 Saran
Berdasarkan kegiatan PKL selama 2 bulan dapat disarakan kepada :

1. Pihak PD. Saran Satwa II untuk menyediakan penginapan yang layak bagi
karyawan.
2. Pihak PD. Saran Satwa II untuk menyediakan palet yang lebih banyak untuk
penyimpanan bahan pakan sehingga tidak mudah rusak.

40
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, D.W. 2010. Pengaruh Penggunaan Bahan Pakan Konsentrat Sumber


Protein Terhadap Konsumsi Pakan. Pertambahan Boobot Badan dan
Konversi Pakan Pada Domba Ekor Gemuk. Skripsi Sarjana Peternakan.
Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya, Malang.

Akbarillah, T., D. Kaharuddin dan Kusisiyah. 2002. Kajian Tepung Daun


Indigofera Sebagai Suplemen Pakan Terhadap Produksi dan Kualitas
Telur. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu.
Bengkulu.

Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Kemajuan Mutakhir.


Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta

Astawan, M. 2007. Sehat Dengan Makanan Berkhasiat. Buku Kompas. Jakarta

Ako, A. 2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. Bogor: Penerbit IPB Press.

Ella, A. 2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Jenis Rumput dan
Leguminosa Pakan Yang Ditanam Pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.
Ensminger, M.E. and R.O. Parkers 1986. Sheep and Goats Science. Fith Ed. The
Interstate. Printers & Publisher. Inc. Danvile. Illinois.
Frandson, R.W. Wilke, W.L. Fails, A.D. 2009. Anatomy and Physiology of Farm
Animals: 7th Edition. Wiley-Blackwell. Iowa. 421-423

Gillespie, J.R., and Flanders, F.B. 2010. Modern Livestock and Poultry
Production. 8th edition. Delmar Cengage Learning.

Hafez, E. S. E. 2000. Semen Evaluation in Reproduction in Farm Animals, 7th


edition. Lippincott Wiliams and Wilkins. Maryland, USA
Hall, D. W. 1970. Drying and Storage of Agricultural Crops. The Avi Pub. Co.
inc., Westport, Connectocurt.

Hartadi, H. S., Reksohadiprodjo, A. D., dan Tillman. 1997. Komposisi Bahan


Pakan Untuk Indonesia. Gadja Mada University Press, Yogyakarta.

Hermana. 1991. Iradiasi Pangan : Mengawetkan dan Meningkatkan Keamanan


Pangan. Instut Teknologi Bandung. Bandung (Terjemahan).

ISA Nutrition Management Guide. 2010. Standar Kebutuhan Nutrisi Ayam


Petelur (Pre-Layer).

41
Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Laboratorium Makanan
ternak, Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak


Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta

Kushartono, B. 2000. Penentuan Kualitas Bahan Baku dengan Cara


Organoleptik. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti, Pusat Penelitian
Peternakan hal 217-223.

Kushartono, B. 2002. Manajemen Pengelolaan Pakan. Bogor: balai Penelitian


Ternak.

Macmilan, K. L., V. K. Taufa, D. R. Barnes and A. M. Day. 1991. Plasma


Progesterone Concentration in Heifers and Cow Treated With a New
Intravaginal Device. Anim. Repord. Sci 26:25-40.

Mitchel, J. R and G. A. Doak., 2004. The Artificial Insemination and Embryo


Transfer of Dairy and Beef Cattle (Including Information Pertaining ti
Goats, Sheep, Horses, Swine, and Other animals). Ninth Edition, Upper
Saddle River, New Jersey.

Mihrani. 2008. Evaluasi Penyuluhan Penggunaan Bokashi Kotoran Sapi


Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Gajah. Jurnal Agrisistem.
4(1): Hal 18- 27.
Miller, R.C., French, D.L., McDonald, D.C., and Jennings, P.G. 2010. Yield and
Nutritive Value of African Star Grass and Tifton Grass Pastures on
Commercial Dairy Farms in Jamaica. www.jddb.gov.jm diakses pada
tanggal 11 Agustus 2019.

Murtidjo, B. A. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Yogyakarta:


Kanisius. Hal: 110.

Nash, M. J. 1985. Crop Conservation and Storage in Cool Temperate Climate.


2nd Edition. Oxford : Pergamon Press.

Nurcholis., D.Hastuti, B.Sutiono. 2009. Tatalaksana pemeliharaan ayam ras


petelur periode layer di popular farm desa Kuncen kecamatan Mijen kota
Semarang. Jurnal Ilmu – ilmu Pertanian. 5 (2): 38 – 49.

Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Edisi 1. Global Pustaka


Utama. Yogyakarta.

42
Purwanto, E. 2011. Laporan Akhir Praktikum Pengemasan, Penyimpanan dan
Penggudangan. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Andalas. Padang.

Raharjdo, Y. 2016. Beternak Ayam Petelur. Bandung. Nuansa Cendekia

Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penerbit Penebar


Swadaya.

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggulan Hijauan Makanan Ternak. Kanisisus.


Yogyakarta.

Siregar, S. B. 2003. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siriat J, Tarigan A, Simanihuruk, K. 2014. Produksi dan Nilai Nutrisi Rumput


Gajah Kerdil (Pennisetum purpureum cv. Mott) Pada Jarak Berbeda Di
Dua Kabupaten di Sumatera Utara. Sei Putih (Indonesia): Lokasi
Penelitian Kambing Potong. (unpublished).

SNI. 2006. Pakan Ayam Ras Petelur Dara (Layer Grower)

SNI. 2016. Pakan Ayam Ras Petelur Fase Layer

Soegiri, H. dan S. Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan


Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Direktorat
Jendral Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta

Sudarmono, A. S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Jakarta:


Penerbit Kanisius. Hal: 22; 49; 64-82.

Sugeng, Y.B. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suminar, D. R. 2011. Jenis hijauan pakan pada peternakan kambing rakyat di


desa Cigobang, KecamatanPasaleman, KabupatenCirebon, Propinsi Jawa
Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimia. Analisis Proksimat dan
Analisis Serat. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi

Suprijatno, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartosudjono. 2005. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Toelihere. 1981. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Cetakan keenam. Angkasa.


Bandung. pp. 97

43
Toelihere. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Cetakan Ke-V. Angkasa.
Bandung. Pp. 186

Tizard, I. 1988. An Introduction to Veterinary Immunology. Penerjemah : P.


Masduki dan S. Hardjosworo. Pengantar Immunologi Veteriner.
Universitas Airlangga. Surabaya. 197 hal.

Wirakusuman, E. 2002. Buah Dan Sayur Untuk Terapi. Jakarta: Penebar Swadaya

44
LAMPIRAN

1. Dokumentasi kegiatan PKL di PD. Sarana Satwa II

Pemberian Pakan
Perataan Pakan Air Minum

Seleksi Ayam Pengafkiran Ayam Pemberian Vitamin

Penerimaan Ayam Vaksin Ayam Penerimaan bahan baku

Pemasukan Bahan Pakan Pencampuran Pakan Pengemasan Pakan

Produksi Pellet Pendinginan Pellet Penyimpanan di Palet

45
2. Dokumentasi kegiatan PKL di BIB Lembang

Pemberian pakan hijauan Pemberian tauge dan Pemberian pakan di


konsentrat ternak kambing

Pembuatan hay Pengemasan hay Pembuatan tauge

Pemanenan rumput Perlakuan exercise


Pencacahan rumput

Perendaman kuku Sanitasi ternak Sanitasi kandang

Penampungan semen sapi Penampungan semen


domba dan kambing Pemeriksaan semen

46

Anda mungkin juga menyukai