Anda di halaman 1dari 26

MODAL PADA USAHA MIKRO KECIL MENENGAH

(UMKM) STUDI KASUS PADA SUB AGEN GAS


ELPIJI

MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Dalam Menyelesaikan Tugas dalam Mata Kuliah Teori dan Seminar Akuntansi
Pada Program Studi Sarjana Terapan Akuntansi Keuangan

Oleh :
Shania Eka Nurhadi
NIM : 16 043 102

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


TINGGI POLITEKNIK NEGERI MANADO-JURUSAN
AKUNTANSI PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
AKUNTANSI KEUANGAN
TAHUN 2019
A. Aktifitas Entitas

Mengikuti program pemerintah yang sudah memberlakukan konversi dari


minyak tanah ke gas elpiji untuk segment rumah tangga telah menjadi sebuah
peluang usaha yang menggiurkan bagi sebagian orang yang dapat
memanfaatkan peluang bisnis ini. Mengamati aktifitas dilapangan,
ketersediaan gas elpiji di pangkalan sering kali mengalami kekurangan dan
selalu ludes terjual meskipun pasokan dari agen besar gas elpiji 3 kg rutin
memberikan pasokan.

Menurut beberapa orang yang berjualan gas elpiji 3 Kg, dalam setiap
minggu mereka dipasok hanya sejumlah sekitar 15 tabung saja. Untuk itulah
dalam meyediakan kebutuhan masyarakat seringkali kualahan karena stok
yang terbatas. Artinya, permintaan akan kebutuhan elpiji sudah tidak dapat
dielakkan lagi sehingga berapapun banyaknya penjual atau pengusaha
pangkalan gas elpiji 3kg, tetap saja mereka akan dengan mudah untuk menjual
dagangannya.

1. Syarat dan ijin menjadi pangkalan gas elpiji


Mengikuti Perda di Indonesia, menyatakan bahwa ijin untuk menjadi
sub agen elpiji wajib memiliki sebuah badan usaha yang diakui oleh
hukum untuk melaksanakan kegiatan penyaluran dan penyimpanan
produk gas elpiji kepada pengecer atau kepada konsumen dengan
kapasitas kurang dari 1 ton perharinya.

Syarat-syarat untuk menjadi agen elpiji diantaranya adalah:

a. Mempunyai SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), TDP (Tanda


Daftar Perusahaan), dan Surat Izin Gangguan atau disebut HO
(Hinderordonnantie) yang biasanya dapat diperoleh dari dinas
perizinan di setiap kabupaten/kota tempat domisili.
b. Memiliki surat keterangan kerjasama dengan beberapa agen
penyalur yang ada di daerah bersangkutan.
c. Telah mendapatkan surat ijin dari kelurahan setempat sebagai
rekomendasi bahwa diperbolehkan untuk mendirikan usaha
sebagai agen pangkalan gas elpiji untuk disalurkan kepada
masyarakat.
d. Melampirkan beberapa dokumen pribadi yang sah dan wajib
mematuhi segala kebijakan yang di berlakukan oleh Pertamina atau
distributor pusat.

Pada intinya untuk dapat melaksanakan usaha ini harus


mempersiapkan modal, lahan serta telah mendapatkan surat kerjasama
dengan agen agen yang natinya akan menjadi penyalur dan tentunya
semua ini harus lulus survey dari pusat.Barulah jika perijinan telah
keluar dari dinas setempat maka usaha ini telah resmi sebagai sub agen
elpiji yang valid.

Membuka usaha ini tidaklah harus dalam skala besar. Untuk bisa
menyuplai kebutuhan masyarakat sekitar rumah saja sudah cukup
menjanjikan karena kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi jika kamu
berada di kawasan kota.

2. Peluang Bisnis
Bisnis anda dapat membantu warga sekitar dalam memenuhi
kebutuhan gas elpiji mereka. Jadi, bisnis ini merupakan salah satu
peluang yang cukup menjanjikan. Subagen gas elpiji merupakan turun
dari agen yang merupakan penerima pasokan langsung dari depot gas
Pertamina. Nah, subagenlah yang kemudian mendapatkan pasokan dari
agen untuk dijual dan didistribusikan kepada pengecer atau
warungwarung yang ada di sekitar lokasi sub agen. Usaha menjadi sub
agen cukup menjanjikan karena sistem pendapatannya adalah bagi hasil
dengan agen yang menyalurkan gas tersebut.

3. Persiapan Memulai Bisnis


a. Siapkan tempat di rumah anda untuk meletakkan tumpukan tabung
gas.
b. Carilah informasi agen gas elpiji mana saja yang dapat diajak kerja
sama.
c. Siapkan modal yang ukup sebagai jaminan bahwa agen akan selalu
memberikan pasokan gas kepada anda.
d. Selalu menjaga kualitas tabung dan menjamin bahwa isi tabung gas
elpiji yang kita jual sesuai dengan yang tertera.

4. Strategi Bisnis
a. Bekerja sama dengan warung sekitar untuk membantu menyuplai
gas ke warung mereka.
b. Berikan harga standar sesuai pasaran atau sesuai harga dari agen.
c. Lengkapi tempat usaha dengan tembok yang tinggi dan
perlengkapan keamanan lainnya untuk menghindari tindak
pencurian.
d. Rekrut karyawan untuk membantu mendistribusikan gas ke rumah-
rumah.

5. Hambatan Bisnis
a. Pasokan gas yang sering terlambat mengakibatkan kekosongan stok.
b. Kemungkinan munculnya antrean ketika stok gas sedang kosong dan
menciptakan suasana yang kurang kondusif.
c. Berkurangnya pasokan dari agen karena pasokan dari Pertamina pun
berkurang kepada Agen.

6. Tips Bisnis
a. Jual gas elpiji dengan harga pas sesuai dengan keputusan
pemerintah.
b. Pilihlah tabung gas dengan kondisi yang masih layak pakai. Ini
adalah salah satu cara anda dalam memberikan yang terbaik untuk
pelanggan.

7. Analisis Bisnis
INVESTASI AWAL
Renovasi tempat usaha Rp3.000.000
Pemasangan pagar besi Rp2.000.000
Deposito modal kea gen (untuk 300 Rp5.000.000
gas 3 kg)
Promosi (papan usaha) Rp100.000
Total investasi awal Rp10.100.000

Masa manfaat peralatan adalah 3 tahun (36 bulan) dan memiliki nilai
residu sebsar Rp100.000. Biaya penyusutan per bulan adalah
(Rp10.100.000-Rp100.000):36 = Rp278.000 per bulan.

Asumsi dalam sebulan berhasil menjual 300 tabung gas 3 kg


@Rp14.000. Omzet per bulan 300 dikalikan Rp14.000 sebesar
Rp4.200.000.

BIAYA OPERASIONAL
Upah karyawan penyalur (3 orang Rp900.000
@Rp300.000)
Pembeliaan Gas Rp2.000.000
Biaya tranportasi Rp150.000
Biaya penyusutan peralatan Rp278.000
Total Biaya Operasional Rp3.328.000

B. Definisi dan Pengelompokan Modal


1. PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan
PSAK 1 Tentang Penyajian Laporan keuangan telah disahkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Desember 2013.

PSAK ini merevisi PSAK1 tentang Penyajian Laporan keuangan


yang telah diterbitkan pada tanggal 15 Desember 2009.

Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material.

PENGANTAR PENYESUAIAN

Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan penyesuaian


atas PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan pada tanggal 27
Agustus 2014.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 1

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Pernyataan ini mengatur persyaratan penyajian laporan keuangan,


struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimal isi laporan
keuangan. Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan SAK.
Pernyataan ini tidak berlaku bagi penyusunan dan penyajian laporan
keuangan entitas syariah.

Komponen laporan keuangan lengkap terdiri dari:

a. laporan posisi keuangan pada akhir periode;

b. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode;

c. laporan perubahan ekuitas selama periode;

d. laporan arus kas selama periode;

e. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi


yang signifikan dan informasi penjelasan lain;

(ea) informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya


sebagaimana ditentukan dalam
paragraf 38 dan 38A; dan

f. laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya


ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara
retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya sesuai dengan paragraf 40A-40D.

2. SAK EMKM
Standar ini ditujukan pada usaha yang belum mampu memenuhi
standar akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yang
berlaku sebelumnya. SAK EMKM dirancang lebih sederhana
dibandingkan SAK ETAP.

Sesuai dengan namanya, SAK EMKM dirancang khusus untuk


Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sesuai Undang Undang No 20
Tahun 2008 yang berlaku aktif mulai 1 Januari 2018.

Tujuannya adalah sebagai acuan dalam pembuatan laporan keuangan


yang berisi informasi posisi dan kinerja keuangan.

Informasi tersebut berguna bagi kreditor maupun investor untuk


pengambilan keputusan ekonomi sekaligus pertanggungjawaban
manajemen kepada pemilik usaha.

Setidaknya, ada 3 Laporan Keuangan menurut SAK EMKM:

(a) Laporan posisi keuangan (neraca);

(b) Laporan laba rugi;

(c) Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian.

Disajikan dalam bentuk dua periode/2 tahun (minimum) untuk dapat


dibandingkan satu sama lain.
Kabar baiknya SAK EMKM akan lebih mudah diterapkan bersama Tebi
karena cara kerja Tebi telah dirancang sesuai dengan ketentuan SAK
EMKM dan akan terus berkembang untuk melengkapi beberapa
ketentuan lanjutan.

3. PSAK 21 Modal

Akuntansi Ekuitas

09. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus


dilaporkan sedemikian rupa seingga memberikan informasi mengenai
sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan
perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Pada pokoknya, pengungkapan unsur ekuitas diharapkan secara jelas
mengelompokkan modal disetor, saldo laba, selisih penilaian kembali
aktiva tetap, dan modal sumbangan. Rincian tiap kelompok
diperkenankan, selama tak bertentangan dengan Pernyataan ini.

Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT

10. Akuntansi untuk ekuitas Badan Usaha bukan PT harus dilaporkan


sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha
tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus untuk
industri yang bersangkutan, misalnya Koperasi.

Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT

11. Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan akun
Tambahan Modal Disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal
dari sumbangan dapat disaji-kan sebagai bagian dari tambahan modal
disetor.

Unsur Penambahan Modal Disetor PT

12. Akun Tambahan Modal Disetor terdiri dari berbagai macam unsur
penambah modal, seperti; agio saham, tambahan modal dari perolehan
kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari pada jumlah yang
diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham
yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan
pada saat perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal
disetor dan lain sebagainya. Akun Tambahan Modal Disetor tidak boleh
didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar
biasa .

Pencatatan Penambahan Modal Dlsetor PT

13. Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan:

a) Jumlah uang yang diterima.

b) Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata. Untuk


jenis saham yang diatur dalam bentuk Rupiah dalam akta pendirian,
setoran saham tunai dalam bentuk mata uang asing dinilai dengan
kurs berlaku tanggal setoran.

Untuk jenis saham yang diatur dalam mata uang asing dalam akta
pendiriannya, setoran tunai baik Rupiah atau mata uang asing lain
harus dikonversi ke mata uang asing dalam akta pendirian sesuai
kurs resmi yang berlaku pada tanggal setoran, kecuali akta pendirian
atau keputusan Pemerintah menentukan kurs tetap. Selisih kurs mata
uang asing yang timbul sehubungan dengan transaksi modal, harus
dibukukan sebagai bagian dari modal dalam akun Selisih Kurs atas
Modal Disetor dan bukan merupakan unsur laba rugi.

c) Besarnya tagihan yang timbul atau hutang yang dikonversi


menjadi modal.
d) Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga
wajar saham, yaitu harga pasar tanggal transaksi untuk PT yang
sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai wajar yang disepakati
Rapat Umum Pemegang Saham untuk saham yang tidak ada harga
pasarnya.

e) Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima.

f) Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai


wajar aktiva bukan kas yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal
transaksi yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya
terdaftar di Bursa Efek, atau nilai kesepakatan Dewan Komisaris dan
penyetor bentuk barang.

Pencatatan Pengurangan Modal Disetor PT

14. Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:

a) jumlah uang yang dibayarkan; atau

b) besarnya hutang yang timbul; atau

c) nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan.

15. Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan.


Bila jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar
dari pada nilai nominalnya, selisih yang terjadi dibukukan pada akun
Agio Saham.

16. Bila ketentuan hukum yang ada memungkinkan penarikan kembali


saham yang telah dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan
dengan mendebit akun Modal Saham dan mengkredit Modal Saham
Yang Diperoleh Kembali sebesar jumlah yang dibukukan pada saat
perolehan kembali saham yang bersangkutan.
17. Saham yang dikeluarkan sehubungan dengan penyertaan modal
dalam bentuk penyerahan aktiva bukan kas atau pemberian jasa
umumnya dinilai sebesar nilai wajar aktiva / jasa tersebut atau nilai
wajar saham yang bersangkutan, tergantung mana yang lebih jelas.

Penebusan/Penarikan Kembali Modal Saham PT

Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Cost Method

18. Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan,


selisih antara jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali
dengan jumlah yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui
sebagai laba atau rugi perusahaan. Perolehan kembali saham yang telah
dikeluarkan dapat dicatat dengan menggunakan cost atau Value Method.
Dengan cost method, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar
harga perolehan kembali dan disajikan sebagai pengurang atas jumlah
modal.

19. Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai harga perolehan kembali,
disajikan sebagai pengurang akun Modal Saham, untuk saham sejenis,
disajikan dalam jumlah lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih
harga perolehan kembali dengan nilai nominal disajikan sebagai
pengurang atau penambah akun Agio Saham, disajikan per jenis saham
dan Rupiah, dengan judul Tambahan (Pengurang) Agio Modal Dari
Perolehan Kembali Saham. Apabila agio saham menjadi defisit
(disagio) karena transaksi perolehan kembali, defisit tersebut
dibebankan pada saldo laba.

Perolehan Kembali Saham Beredar dengan Par Value Method

20. Metode nilai nominal atau par value method lazimnya digunakan
dalam hal saham yang diperoleh kembali tersebut akan dikeluarkan lagi
dikemudian hari. Dengan metode nilai nominal ( par value method ),
saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar nilai nominal saham yang
bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang akun Modal Saham.
Apabila saham yang diperoleh kembali tersebut semula dikeluarkan
dengan harga diatas pari, akun Agio Saham akan didebit dengan agio
saham yang bersangkutan.

Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada jumlah yang
diterima pada saat pengeluaran-nya, selisih tersebut dibukukan dengan
mendebit akun Saldo Laba. Sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan
lebih kecil, selisihnya dianggap sebagai unsur penambah modal dan
dibukukan dengan mengkredit akun Tambahan Modal dari Perolehan
Kembali Saham. Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan kembali
dilakukan dalam rangka penarikan saham.

Perolehan Kembali Saham sumbangan

21. Saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat


sebesar jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya dengan
mendebit akun Modal Saham Yang Diperoleh Kembali dan mengkredit
akun Modal Yang Berasal Dari Sumbangan. Pada saat saham tersebut
dijual kembali, selisih antara jumlah yang tercatat dengan harga jualnya
ditambahkan pada akun Modal Yang Berasal Dari Sumbangan.

Dividen PT

Bentuk Pembagian Dividen

22. Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat


deklarasi dividen,dan dengan demikian pada saat tersebut saldo laba
akan dibebani dengan jumlah deviden termaksud. Kewajiban yang
timbul lazimnya disajikan dalam kelompok kewajiban lancar. Bila
dividen dibagikan dalam bentuk aktiva bukan kas, maka saldo laba akan
didebit sebesar nilai wajar aktiva yang diserahkan. Dasar pencatatan
untuk pembagian dividen dalam bentuk aktiva bukan kas dan saham
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Dividen Saham

23. Pembagian dividen termasuk dividen saham berasal dari saldo laba.
Pembagian dividen saham adalah pembagian saldo laba kepada
pemegang saham, yang diinvestasikan kembali oleh mereka dalam
bentuk modal disetor. Pembagian dividen saham dicatat berdasarkan
nilai wajar saham. Termasuk dalam pengertian nilai wajar adalah harga
pasar saham PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek atau harga sesuai
peraturan dalam Akta Pendirian PT yang sahamnya tidak terdaftar di
Bursa Efek, dengan syarat telah disetujui Rapat Umum Pemegang
Saham serta tak.bertentangan dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

Konversi Agio Menjadi Saham

24. Konversi agio menjadi saham digolongkan sebagai Modal Disetor


sebesar nilai nominal. Konversi agio menjadi saham tak boleh
digolongkan sebagai pembagian dividen.

Penyajian dan Pengungkapan

Penyajian Modal

25. Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan


ketentuan pada akta pendirian perusahaan dan peraturan yang berlaku
serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada.

26. Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai
nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus
dinyatakan dalam neraca.
27. Bila terdapat lebih dari satu jenis saham, hak preferen dari suatu
golongan saham atas dividen dan pelunasan modal pada saat likuidasi
harus dicantumkan dalam laporan keuangan.

28. Dalam hal terdapat tunggakan dividen atas saham preferen dengan
hak dividen kumulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan jumlah
keseluruhan dividen periode sebelumnya harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.

29. Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

30. Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Bentuk


penyajiannya sesuai Akta Pendirian Badan Usaha tersebut, misalnya:
saham adalah penyertaan modal dalam kepemilikan Perseroan Terbatas.

31. Pada perusahaan yang terdaftar pada bursa efek, saham dapat
ditempatkan dengan dasar pesanan. Dengan dasar ini saham hanya akan
dikeluarkan jika pemesan telah membayar penuh harga saham yang
bersangkutan. Pesanan saham dicatat dengan mendebit akun Piutang
Kepada Pemesan Saham dan mengkredit akun Modal Saham Yang
Dipesan. Akun Modal Saham Yang Dipesan disajikan dalam kelompok
modal di bawah akun MndaI Saham .

Akun Piutang kepada Pemesan Saham sebesar sisa harga saham yang
belum dilunasi dalam transaksi semacam ini lazimnya disajikan dalam
kelompok aktiva lancar. Apabila piutang ini tidak dimaksudkan untuk
ditagih dalam waktu dekat, akun ini dapat disajikan dalam kelompok
mengurangi akun Modal Saham Yang Dipesan.

Pada saat harga saham sudah dibayar penuh, akun Modal Saham Yang
Dipesan akan didebit dan akun Modal Saham dikredit. Dalam hal
pemesan gagal melunasi sisa pembayarannya, maka tergantung pada
kebijakan perusahaan dan dilandaskan pada peraturan hukum yang
berlaku, perusahaan dapat mengambil salah satu tindakan di bawah ini:

a) mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan;

b) mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan dikurangi


dengan jumlah tertentu;

c) jumlah pembayaran yang telah dilakukan diakui sebagai unsur


penambah modal dan disajikan sebagai tambahan modal dari
pembatalan penjualan saham;

d) mengeluarkan saham yang sebanding dengan jumlah pembayaran


yang telah dilakukan.

Penyajian dan Pengungkapan Saldo Laba

32. Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah


memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba-rugi periode
lalu. Akun ini harus dinyatakan terpisah dari akun Modal Saham.
Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen,
kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo
laba, misalnya; dicadangkan untuk perluasan pabrik, atau untuk
memenuhi ketentuan Undang-Undang maupun ikatan tertentu.

Saldo laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen karena
pembatasan-pembatasan tersebut, dilaporkan dalam akun tersendiri
yang menggambarkan tujuan pencadangan termaksud; pembatasan-
pembatasan yang ada harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.

33. Saldo laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang
seharusnya diperhitungkan pada laporan laba rugi tahun berjalan.
34. Pengungkapan saldo laba harus meliputi:

a) Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba,


menjelaskan jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan
pemisahan saldo laba, serta jumlahnya. Perubahan akun-akun
penjatahan atau pemisahan saldo laba, harus pula diungkapkan.

b) Peraturan, perikatan, batasan dan jumlah batasan di sekitar saldo laba,


harus diungkapkan. Misalnya, selama perjanjian kredit berlangsung,
perusahaan tak diizinkan membagi saldo laba tanpa seijin kreditor.

c) Perubahan saldo laba karena penggabungan usaha dengan metode


penyatuan kepentingan (pooling of interests).

d) Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah


pajak.Pengungkapan harus dilakukan dengan penjelasan bentuk
kesalahan laporan keuangan terdahulu, dampak koreksi terhadap laba
usaha, laba bersih dan nilai saham per lembar.

e) Pengungkapan jumlah dividen dan dividen per lembar saham,


pengungkapan keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen.

f) Tunggakan dividen, baik jumlah maupun tunggakan per lembar


saham.

g) Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca, sebelum


tanggal penerbitan laporan keuangan.

h) Pengungkapan dividen saham dan pecah saham, pengungkapan


jumlah yang dikapitalisasi dan saji ulang laba persaham (EPS) agar
laporan keuangan berdaya banding.

Pengungkapan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca


35. Kewajiban pengungkapan kejadian penting setelah tanggal laporan
keuangan dalam catatan atas laporan keuangan, seperti penjualan saham
besar-besaran, deklarasi dividen setelah tanggal neraca sebelum tanggal
Pendapat Akuntan Independen, rekapitalisasi dan transaksi modal yang
lain.

Pengungkapan Per Jenis Saham

36. Informasi tiap jenis saham harus diungkap terpisah dalam catatan
atas laporan keuangan, meliputi: modal dasar; modal ditempatkan atau
dipesan belum disetor; modal disetor; harga pari, harga nominal per
lembar; perubahan lembar saham tiap jenis saham dan saldo nilai
Rupiah per jenis saham selama periode akuntansi; hak istimewa atau hak
mendahului; batasan khusus; dan penjelasan bila dapat konversi, tarif
konversi.

Pengungkapan Kerugian PT 50 % dari Modal

37. Apabila perseroan menderita kerugian sebesar lima puluh persen


dari modalnya, kewajiban untuk diumumkan dalam register
kepaniteraan Pengadilan Negeri dan dalam Berita Negara, diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan, selama Undang-Undang yang
terkait masih berlaku.

Pengungkapan Kerugian PT 75% dari Modal

38. Apabila perseroan mencapai akumulasi kerugian sebesar tujuh puluh


lima persen dari modal, penjelasan bahwa demi hukum PT tersebut
bubar, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, selama
Undang-Undang yang terkait masih berlaku.

39. Bila persyaratan modal minimum yang ditentukan oleh peraturan


perundangan yang berlaku atau akta pendirian tidak atau belum
dipenuhi, maka harus diungkapkan. Misalnya batas minimum modal
disetor dan jumlah pemegang saham PT yang sahamnya terdaftar di
Bursa Efek.

Pengungkapan Dividen

40. Pengungkapan dividen meliputi:

• jumlah dividen;

• dividen per lembar saham;

• bentuk dividen;

• batasan saldo laba minimum dalam kaitan dengan ketersediaan


dividen;

• hutang dividen;

• hutang dividen per lembar saham;

• pengumuman pembagian dividen, setelah tanggal neraca,


sebelum tanggal Pendapat Akuntan Independen;

• jumlah kapitalisasi dividen saham dan pecah-saham, per lembar


dan jumlah keseluruhan; dan

• laba per saham perlu disaji ulang (restated) berdasarkan jumlah


saham yang setara setelah pecah-saham agar dapat
diperbandingkan .

Pengungkapan Saham Beredar Yang Diperoleh Kembali

41. Pengungkapan saham beredar yang diperoleh kembali meliputi :


• Saham beredar yang diperoleh kembali, metode cost, disajikan
sebagai pengurang jumlah Modal. Lembar saham yang diperoleh
kembali dan dipegang perusahaan harus diungkapkan.

• Saham beredar yang diperoleh kembali, metode nilai pari (par


value), sebagai pengurang saham beredar (yaitu modal disetor)
sejenis. Selisih nilai perolehan kembali dan nilai pari dijumlahkan
atau dikurangkan pada Agio Saham sejenis. Lembar saham yang
diperoleh kembali dan dipegang perusahaan harus diungkapkan.

Pengungkapan Bagian Lain Ekuitas

42. Pengungkapan bagian lain Ekuitas (seperti saldo laba, agio, selisih
penilaian kembali aktiva tetap dan cadangan) harus dilakukan secara
terpisah, meliputi:

• perubahan selama periode akuntansi; dan

• batasan distribusi.

Reoganisasi

43. Kuasi reorganisasi merupakan prosedur penataan kembali ekuitas


yang dilakukan dalam hal perusahaan menderita kerugian terus menerus
dan terdapat defisit dalam jumlah yang sangat material. Tindakan ini
harus didasarkan atas keputusan formal para pemegang saham. Dengan
kuasi reorganisasi, perusahaan menyelenggarakan dasar pembukuan
baru yang membukukan aktiva tertentu sebesar nilai wajar yang lebih
rendah dari nilai bukunya dengan mendebit akun Defisit dan
menurunkan nilai nominal saham. Penyesuaian ekuitas berkenaan
dengan tindakan termaksud harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.

Selisih Penilaian Kembali


44. Sesuai PSAK No.16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain,
penilaian atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak
diperkenankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian
berdasarkan harga perolehan. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan
keuangan harus menjelaskan penyimpangan dari konsep harga
perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh penyimpangan
tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai
revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam
kelompok modal di antara tambahan modal disetor dan saldo laba
dengan nama akun Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

4. Pengertian Modal

PSAK No. 21 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) menyatakan bahwa


ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan
sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya
secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta
pendirian yang berlaku.

Akuntansi untuk ekuitas dibedakan menjadi dua yaitu akuntansi


untuk ekuitas badan usaha bukan PT dan Akuntansi ekuitas untuk badan
usaha berbentuk PT. Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT
harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang
berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.

Menurut Lawrence J. Gitman, pengertian modal adalah bentuk


pinjaman dalam jangka waktu tertentu yang dimiliki oleh perusahaan,
atau semua hal yang ada di bagian kanan neraca perusahaan selain
kewajiban saat ini.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal
adalah investasi yang dilakukan oleh pemilik perusahaan dalam
memulai usahanya yang berupa uang atau barang untuk memperoleh
keuntungan.

C. Pengakuan, Pengukuran dan Pengungkapan


1. Pengakuan dan Pengukuran

Ekuitas pemilik tercermin dalam neraca terdiri dari:

a. Modal Disetor : Modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran


modal baik berupa dana kas maupun aset non-kas.
b. Modal disetor dicatat berdasarkan:
a. Jumlah uang yang diterima.
b. Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksinyata.
c. Besarnya utang yang dikonversi menjadi modal.
d. Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga
wajar saham, yaitu nilai wajar yang disepakati RUPS untuk
saham.
e. Nilai wajar aset non-kas yang diterima. Setoran saham dalam
bentuk aset non-kas, menggunakan nilai wajar aset non-kas
yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal transaksi yang
disetujui Dewan Komisaris, atau nilai kesepakatan Dewan
Komisaris dan penyetor aset non-kas.
f. Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang
bersangkutan. Apabila jumlah yang diterima dari pengeluaran
saham tersebut lebih besar daripada nilai nominalnya, maka
selisihnya dibukukan pada akun Agio Saham.
c. Tambahan Modal Disetor (Agio Saham)
Tambahan modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran
modal dari pihak ketiga baik berupa dana kas maupun asset nonkas.

Penambahan pos Tambahan Modal Disetor diakui pada saat:


a. dilakukan penambahan setoran kas oleh pemilik sebesar kas
yang diterima.
b. dilakukan penambahan setoran aset non-kas sebesar nilai
wajar aset non-kas yang diterima.
d. Modal Sumbangan
a. Modal sumbangan diakui pada saat diterimanya sumbangan
berupa kas atau aset non-kas dari pemilik.
b. Modal sumbangan berupa kas dinilai sebesar kas yang diterima.
c. Sumbangan berupa aset non-kas dinilai sebesar nilai wajar asset
non-kas yang diterima.
e. Laba Ditahan
Laba ditahan yaitu akumulasi perolehan laba (rugi) sejak
perusahaan berdiri sampai dengan periode terakhir.

2. Penyajian
a. Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan pada anggaran dasar Bank dan peraturan yang berlaku
serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada.
b. Modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor, nilai nominal dan
banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam
neraca.
c. Tambahan modal disetor disajikan dalam kelompok pos ekuitas.
d. Modal sumbangan disajikan dalam kelompok pos ekuitas sesudah
akun Tambahan Modal Disetor.
3. Jurnal :
a. Modal Disetor
tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Kas/rekening Rp. xxx
Modal di steor Rp. xxx

Pada saat penyetoran modal secara tunai pada nilai nominal


tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Kas/rekening Rp. xxx
Modal di steor Rp. xxx
Agio Saham Rp. xxx
Pada saat penyetoran modal secara tunai di atas nilai nominal

tanggal Keterangan Ref Debet Kredit


Asset yg diterima Rp. xxx
Modal di steor Rp. xxx

Pada saat penyetoran modal dalam bentuk barang (asset nonkas)

tanggal Keterangan Ref Debet Kredit


Kewajiban Rp. xxx
Modal di steor Rp. xxx

Pada saat konversi kewajiban utang menjadi modal

b. Modal Sumbangan
tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Kas Rp. xxx
Modal sumbangan Rp. xxx

Pada saat menerima modal sumbangan dari pemilik dalam bentuk


kas

tanggal Keterangan Ref Debet Kredit


Asset yg diterima Rp. xxx
Modal sumbangan Rp. xxx

Pada saat menerima modal sumbangan dari pemilik dalam bentuk


aset non-kas
4. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
a. Hak dan keistimewaan dari suatu golongan saham atas dividen dan
pelunasan modal pada saat likuidasi, dalam hal terdapat lebih dari
satu jenis
b. Pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham, termasuk
pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal.
c. Jumlah tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak dividen
kumulatif tiap saham dan jumlah keseluruhan dividen periode
sebelumnya.
d. Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan.
e. Agio saham.
f. Rincian modal sumbangan.
g. Nama-nama penyumbang
D. Penutup
a. Kesimpulan :

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal


adalah investasi yang dilakukan oleh pemilik perusahaan dalam
memulai usahanya yang berupa uang atau barang untuk memperoleh
keuntungan.

Pada Sub Agen Gas Elpiji Modal merupakan hal utama pada saat
memulai usaha , modal yang diperlukan dalam sub agen gas elpiji
biasanya berupa tabung gas, tempat penyimpanan gas (gudang),
peralatan yang mendukung kegiatan usaha dll.

1. Pengakuan modal: Dalam akuntansi, pengakuan modal yaitu pada


saat para pemodal mentransfer atau memberikan sumberdaya yang
berupa uang tunai atau barang kepada perusahaan atau individu
sebagai investasi .
2. Pengukuran modal: Modal diukur berdasarkan jumlah
uang/aktiva yang diterima. Dalam pencatatan akuntansi
3. Pengungkapan modal: Modal dicatat disebelah kredit dan kas
atau aset disebelah debit. Dalam hal pelaporan, modal disajikan
pada neraca sebagai modal.

Dari penjelasan tersebut, akuntansi modal adalah pengakuan,


pengukuran, pencatatan dan pelaporan atas segala sesuatu yang
dialokasikan kedalam suatu usaha dan pelaporan ini digunakan untuk
pengambilan keputusan oleh pihak yang membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai