TENTANG
ii
YUMERKRIS
(Yayasan Untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit – Rumah Sakit Kristen di Sumba)
RUMAH SAKIT KRISTEN LENDE MORIPA
JL. El Tari No. 2, Tlp / Fax (0387) 21085, email:lendemoripa@gmail.com
Waikabubak - Sumba Barat - NTT
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN DNR (DO-NOT-RESUSCITATE)
iii
tentang Pokok-pokok Kepegawaian YUMERKRIS.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Waikabubak
Pada tanggal : 22 Juli 2019
Direktur RS Kristen Lende Moripa
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Direktur RS Kristen
dr. Loeta Lapoe Moekoe
Lende Moripa
v
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KRISTEN LENDE MORIPA
NOMOR :……………./SK.KEB-DIR/VII/2019
TENTANG PANDUAN PELAYANAN DNR DO NOT RESCUCITATE
BAB I
PENDAHULUAN
1. Tujuan :
Untuk menyediakan suatu proses di mana pasien bisa memilih prosedur yang nyaman dalam hal
bantuan hidup oleh tenaga medis emergensi dalam kasus henti jantung atau henti napas.
2. Pengertian :
DNR atau do-not-resuscitate adalah suatu perintah yang memberitahukan tenaga medis
untuk tidak melakukan CPR. Hal ini berarti bahwa dokter, perawat, dan tenaga emergensi medis
tidak akan melakukan usaha CPR emergensi bila pernapasan maupun jantung pasien berhenti.
CPR atau cardiopulmonary resuscitation adalah suatu prosedur medis yang digunakan untuk
mengembalikan fungsi jantung (sirkulasi) dan pernapasan spontan pasien bila seorang pasien
mengalami kegagalan jantung maupun pernapasan. CPR melibatkan ventilasi paru (resusitasi
mulut ke mulut atau mulut ke hidung) dan kompresi dinding dada untuk mempertahankan
perfusi kejaringan organ vital selama dilakukan upaya - upaya untuk mengembalikan respirasi
dan ritme jantung yang spontan. CPR lanjut melibatkan DC shock,insersi tube untuk membuka
jalan napas, injeksi obat-obatan ke jantung dan untuk kasus-kasus ekstrim pijat jantung
langsung (melibatkan operasi bedah toraks).
Perintah DNR untuk pasien harus tertulis baik di catatan medis pasien maupun di catatan yang
dibawa pasien sehari-hari, di rumah sakit atau keperawatan,atau untuk pasien di rumah.
Perintah DNR di rumah sakit memberitahukan kepada staf medis untuk tidak berusaha
menghidupkan pasien kembali sekalipun terjadi henti jantung. Bila kasusnya terjadi di rumah,
maka perintah DNR berarti bahwa staf medis dan tenaga emergensi tidak boleh melakukan
usaha resusitasi maupun mentransfer pasien ke rumah sakit untuk CPR.
1
BAB II
TATA LAKSANA
2. Kriteria DNR
a. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil
keputusan, telah mendapat penjelasan dari dokternya, atau bagi pasien yang
dinyatakan tidak kompeten, keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat, atau
wali yang sah yang ditunjuk oleh pengadilan, atau oleh surrogate decisionmaker.
b. Dengan pertimbangan tertentu, hal-hal di bawah ini dapat menjadi
bahan diskusi perihal DNR dengan pasien/walinya:
- Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah atau
CPR hanya menunda proses kematian yang alami.
- Pasien tidak sadar secara permanen.
- Pasien berada pada kondisi terminal.
- Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian
dibanding keuntungan jika resusitasi dilakukan.
3. Penjelasan:
CPR bila berhasil, akan mengembalikan denyut jantung dan pernapasan sekaligus kehidupan
pasien. Kesuksesan suatu CPR bergantung pada keadaan keseluruhan pasien. Umur sendiri
tidak menentukan apakah CPR akan berhasil, meskipun penyakit dan kecacatan pasien yang
umumnya sudah tua biasanya membuat CPR kurang berhasil.
Ketika pasien sakit berat atau berada pada kondisi terminal, CPR bisa tidak berhasil atau hanya
berhasil sebagian, dan meninggalkan pasien dengan kerusakan otak atau pada kondisi medis
yang lebih buruk daripada sebelum jantungnya berhenti. Pada kasus-kasus ini, beberapa
pasien memilih untuk dirawat tanpa usaha agresif resusitasi sampai kematian mereka terjadi
secara natural.
Apakah hak pasien untuk meminta atau menerima pengobatan lainnya dipengaruhi oleh
DNR?
Tidak. Perintah DNR hanyalah sebuah keputusan mengenai CPR dan tidak terkait dengan usaha
pengobatan lainnya.
DNR sudah dikenal secara luas oleh tenaga kesehatan, kuasa hukum, pengacara, dan lainnya
bahwa DNR adalah sah secara medis dan etik dengan ketentuan tertentu. Untuk beberapa
pasien, CPR justru mendatangkan lebih banyak masalah daripada keuntungan, dan dapat
bertentangan dengan keinginan atau harapan pasien itu sendiri.
2
Bagaimana pasien memberitahukan keinginannya mengenai DNR?
Seorang pasien dewasa dapat memberikan consent atau persetujuan untuk DNR secara oral atau
tertulis (seperti surat wasiat) kepada seorang dokter dengan setidaknya hadir dua saksi.
Sebelum memutuskan tentang CPR, pasien harus bicara terlebih dahulu dengan dokternya
tentang kesehatannya secara keseluruhan dan keuntungan serta kerugian dari CPR terhadap
dirinya. Diskusi secara menyeluruh lebih awal akan memastikan bahwa keinginan pasien
sepenuhnya diketahui.
Jika seorang pasien tidak menginginkan CPR dan meminta DNR, seorang dokter harus
menyetujui atau jika tidak setuju, dokter dapat:
- Mentransfer pasien ke dokter lain
- Memulai proses untuk menyelesaikan argumentasi atau perdebatan jika pasien berada di
rumah sakit atau rumah perawatan
- Jika argumentasi atau perdebatan dalam kurun waktu 72 jam, dokter harus
mentransfer pasien ke dokter lain
Jika pasien tidak kompeten untuk memutuskan CPR untuk dirinya sendiri, siapa yang akan
memutuskannya?
Pertama, keputusan bahwa pasien tidak kompeten untuk memutuskan CPR bagi dirinya
harus dibuat oleh minimal dua dokter. Dokter harus memberitahukan hasilnya kepada pasien
dan pasien berhak untuk menyatakan keberatan.
Jika seorang pasien sudah dinilai tidak kompeten untuk memutuskan tentang CPR dan tidak
memberitahukan tentang keinginannya sebelumnya,perintah DNR dapat ditulis dengan consent
dari seseorang yang dipilih oleh pasien, oleh anggota keluarga (pasangan hidup, orang tua, anak,
maupun saudara kandung) atau teman terdekat atau orang yang ditunjuk dari pengadilan secara
hukum.
Dalam kasus ini ada dua pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:
Advance Directive: ini adalah dokumen yang memuat keinginan dan keputusan pasien
sekiranya di kemudian hari ia tidak mampu melakukannya. Dokumen ini dapat
berbentuk surat wasiat yang menyebutkan keinginan atau keputusan pasien dengan
jelas, atau berbentuk penunjukan orang lain yang spesifik secara khusus untuk
mengambil keputusan medis atas diri pasien (durable power of attorneyfor health
care). Ada beberapa kontroversi tentang bagaimana surat wasiat diinterpretasikan.
Dalam beberapa kasus, surat wasiat bisa sudah dibuat jauh hari di masa lalu dan
pandangan pasien sudah banyak berubah. Ada juga kasus di mana pasien berubah
pikiran tentang keputusannya mengenai end-of-life ketika mereka benar- benar
menghadapinya. Dalam kasus-kasus seperti ini surat wasiat ditinjau kembali
berdasarkan komunikasi dengan anggota keluarga, teman terdekat, atau tenaga
kesehatan yang memiliki hubungan yang panjang dengan pasien.
Sebaiknya segala sesuatu yang sudah ditulis dicek kembali oleh dokter atau kuasa hukum
untuk memastikan bahwa apa yang sudah pasien yang tulis dimengerti sebagaimana mestinya
(mencegah pengertian ganda atau ambigu).
Setelah semuanya selesai, sebaiknya melakukan notarisasi jika memungkinkan dan dikopi
untuk diserahkan pada keluarga dan dokter.
Dalam keadaan apa seorang anggota keluarga atau teman terdekat dapat mengambil
keputusan tentang DNR?
Anggota keluarga atau teman terdekat dapat memberikan persetujuan atau consent untuk
DNR hanya jika pasien tidak mampu memutuskan bagi dirinya sendiri dan pasien belum
memutuskan/memilih orang lain untuk mengambil keputusan tersebut. Contohnya, dalam
keadaan:
Pasien dalam kondisi sakit terminal
Pasien yang tidak sadar secara permanen
CPR tidak akan berhasil (medical futility)
CPR akan menyebabkan kondisi akan menjadi lebih buruk
Ada beberapa keadaan di mana CPR biasanya memberikan 0% kemungkinan sukses, misalnya
pada kondisi klinis di bawah ini:
Persistent vegetative state
Syok septik
Stroke akut
Kanker metastasis (stadium 4)
Pneumonia berat
Siapapun yang mengambil keputusan bagi pasien harus mendasarkan keputusannya pada
keinginan personal pasien, meliputi agama dan keyakinan dan kepercayaan moral pasien. Atau
bila keinginan tidak diketahui, keputusan harus selalu didasarkan pada kepentingan pasien.
4
Bagaimana bila ada anggota keluarga yang tidak setuju?
Dalam rumah sakit atau rumah perawatan, keluarga pasien dapat meminta untuk memediasi
ketidaksetujuan. Dokter dapat meminta mediasi bila ia menemukan adanya ketidaksetujuan atau
kesepakatan di antara anggota keluarga pasien.
Bagaimana bila pasien kehilangan kemampuannya untuk membuat keputusan tentang CPR dan
tidak memiliki seorang pun yang bisa mengambil keputusan untuk dirinya? Perintah DNR dapat
ditulis jika ada dua dokter yang memutuskan bahwa CPR tidak akan berhasil atau jika
pengadilan secara hukum mensahkan DNR terhadap pasien tersebut. Oleh karena itu,
sangat dianjurkan pada pasien untuk mendiskusikan hal DNR ini terlebih dahulu dengan
dokternya dari awal.
Siapa yang bisa memberikan persetujuan atau consent tentang DNR pada anak?
Orang tua pasien atau wali pasien anak tersebut. Jika seorang anak telah cukup umurnya untuk
mengerti dan memutuskan tentang CPR, maka persetujuan dibuat atas consent anak yang
bersangkutan.
Pasien atau siapapun yang memberikan consent tentang DNR tersebut dapat membatalkan atau
mencabut consentnya dengan memberitahu dokter atau perawat atau siapapun tentang
keputusannya. Selama pada saat mengubah keputusan tersebut, pasien dalam keadaan kompeten
yang berarti mampu berpikir rasional dan memberitahukan keinginannya dengan jelas.
Perubahan itu sebaiknya disahkan secara hukum dan diketahui pula oleh dokter dan anggota
keluarga.
Bila hal itu terjadi, dokter tersebut wajib memberitahukan hal tersebut kepada pasien atau
siapapun yang berwenang memutuskan untuk pasien untuk mendapatkan persetujuan.
Di beberapa negara sudah ada aturan yang mewajibkan pasien mengenakan gelang tentang
keputusannya apakah memilih CPR atau DNR.
6
BAB III
DOKUMENTASI
1. Formulir penolakan tindakan resusitasi (formulir DNR) yang diisi oleh pasien atau keluarga
pasien dan DPJP.
2. Lembar Edukasi.
7
BAB IV
PENUTUP
Dengan ditetapkannya Buku Panduan Pelayanan DNR (Do-Not-Resuscitate) maka setiap staf
Rumah Sakit Kristen Lende Moripa dapat melaksanakan prosedur tersebut dan melayani pasien
dengan baik dan memuaskan.