hi b x d, mm b x d, mm b x d, mm
Midspan Frame Endspan Frame Midspan Endspan
(m) Eksterior Interior Eksterior Interior Eks/Int Eks/Int
1 4.0 700 700 700 700 500x900 500x900
2 7.6 700 700 700 700 500x900 500x900
3 11.2 600 600 600 600 500x800 500x800
4 14.8 600 600 600 600 500x800 500x800
5 18.4 600 600 600 600 500x800 500x800
6 22.0 500 500 500 500 500x700 500x700
7 25.6 500 500 500 500 500x700 500x700
8 29.2 500 500 500 500 500x700 500x700
S.A. Freeman tidak memberikan rekomendasi harga gaya geser dasar (Vbdesain)
untuk desain tulangan elemen-elemen balok dan kolom, jadi gaya geser dasar bisa
ditentukan berdasar estimasi kuat minimum yang diperlukan atau berdasarkan gaya
geser dasar (Vb) hasil analisis modal struktur (menggunakan modus getar 1, 2 dan
3). Pada prinsipnya desain harus mengikuti filosofi desain kapasitas (strong-column
weak-beam).
N w i im
g
P F m i N 1 (2.145)
w i im2
g
i 1
dimana:
PFm = faktor partisipasi modal untuk modus ke-m
wiim/g = massa lantai ke-i
im = amplitudo modus ke-m pada lantai ke-i
N = lantai N, lantai teratas struktur
Sedangkan faktor partisipasi modal untuk suatu lantai tertentu (modal story participation
factor):
a i m P F m im S A m (2.148)
dimana:
aim = percepatan lantai pada level ke-i untuk modus ke-m
im = amplitudo pada level ke-i untuk modus ke-m
SAm = percepatan spektra untuk modus ke-m
Gaya lateral (massa x percepatan) yang dihitung untuk setiap modus getar
menggunakan pers. (2.149):
F i m P F m im S A m m i (2.149)
dimana:
Fim = gaya lateral lantai pada level ke-i untuk modus ke-m
mi = massa lantai pada level ke-i
SAm = percepatan spektra untuk modus ke-m
Vm m S Am M (2.150)
dimana:
Vm = gaya lateral total untuk untuk modus ke-m
m = koefisien massa efektif untuk modus ke-m
M = massa total struktur
Aplikasi teknik kapasitas spektra membutuhkan spektra respons dan kurva kapasitas
diplot dalam format ADRS (Akselerasi – Displasemen). Garis besar transformasi untuk
kurva kapasitas (pushover) telah diberikan dalam pasal (2.62), selanjutnya di bawah ini
diuraikan beberapa parameter untuk menentukan faktor-faktor reduksi spektra kapasitas
Ti 2
S di S ai g (2.151)
4 2
Tabel 2.8. Faktor Modifikasi Redaman (dari ATC-40, pasal 8.2.2.1.1., p. 8-17)
Tipe Perilaku Struktural 1 o (%) Faktor Modifikasi Redaman,
Tipe A ≤ 16.25 1.0
0.51(a y d pi d y a pi )
> 16.25 1.13
a pi d pi
Tipe B ≤ 25 0.67
0.4461(a y d pi d y a pi )
> 25 0.845 -
a pi d pi
Tipe C Any value 0.33
1
Lihat Tabel (2.10) untuk tipe perilaku struktural
(a)
(b)
Gambar 2.17. Sistem Inelastik: (a) Hubungan bilinear gaya – deformasi, (b) Redaman viskos
ekivalen sehubungan disipasi energi hysteresis
1 ED
0 2.154
4 E S 0
dimana:
ED = disipasi energi oleh redaman
ESo = energi regangan maksimum
Dari perhitungan kesetaraan luas ED dan ESo, redaman viskos ekivalen (redaman
hysteresis) diberikan sebagai:
63.7 (a y d pi d y a pi )
0 (2.155)
a pi d pi
Dengan memperhitungkan redaman viskos yang terkandung (inherent) pada struktur
beton bertulang sebesar 5% maka redaman viskos ekivalen total:
63.7 (a y d pi d y a pi )
eq 0 5 5 (2.156)
a pi d pi
Dan, berdasar kualitas sistem penahan lateral yang ada pada struktur (Tipe A, Tipe B
dan Tipe C), faktor modifikasi redaman perlu diberikan untuk memperhitungkan perilaku
hysteresis yang kurang sempurna (imperfect hysteresis loops) sehingga {pers. (2.156)}
dinyatakan sebagai redaman efektif struktur (eff) :
63.7 (a y d pi d y a pi )
eff 0 5 5 (2.157)
a pi d pi
3 .2 1 0 .6 8 ln eff
SR A (2.158)
2 .1 2
Untuk tiga tipe struktur, nilai minimum SRA dan SRV diberikan pada tabel (2.9).
Tabel 2.9. Nilai minimum SRA dan SRV (dari ATC-40, 8.2.2.1.1., p. 8-17)
Tipe Perilaku SRA SRV
Struktural 1
Tipe A 2 0.33 0.50
Tipe B 3 0.44 0.56
Tipe C 4 0.56 0.67
1 Lihat Tipe Perilaku Struktural pada Tabel (2.8)
2 Bangunan yang elemen-elemen primernya dibuat dari sistem penahan lateral baru dan hanya
sedikit kekuatan atau kekakuan yang diperoleh elemen-elemen yang berbeda (non-struktural)
3 Bangunan yang elemen-elemen primernya merupakan kombinasi dari elemen yang telah se-
belumnya dan elemen-elemen baru, atau lebih baik daripada rata-rata elemen yang telah ada.
4 Bangunan yang elemen-elemen primernya tersusun dari sistem penahan lateral yang tidak sesuai
dengan perilaku hysteresis yang kurang atau tidak dapat diandalkan.
Tabel 2.10. Tipe Perilaku Struktural (dari ATC-40, pasal 8.2.2.1.1., p. 8-19)
Lamanya Getaran Bangunan Bangunan Bangunan
(sehubungan jaraknya dari sumber gempa) baru 1 mutu sedang mutu rendah
yang sudah yang sudah
ada 2 ada 3
Short-Duration Ground Shaking
{Lokasi dekat sumber-sumber gempa (episenter).
Dalam kasus ini, getaran sangat kuat berdurasi
pendek bisa diharapkan terjadi karena dekatnya jarak
ke runtuhan fault gempa bumi. Tanah dasar bisa
bergetar selama beberapa waktu (tergantung magni-
tude gempa), akan tetapi kemungkinan hanya akan
Tipe A Tipe B Tipe C
terjadi denyut sangat kuat untuk beberapa siklus
pada level respons yang diberikan oleh spektra lokasi
(spektra diperlukan besar berdasar durasi yang relatif
pendek). Lokasi dengan faktor kedekatan jarak
sumber N ≥ 1.2, boleh diasumsikan memiliki durasi
getaran tanah pendek}
Long-Duration Ground Shaking
{Lokasi jauh dari sumber-sumber gempa (episenter).
Dalam kasus ini, getaran berdurasi jauh lebih lama
bisa pada level respons yang diberikan oleh spektra
lokasi (spektra yang diperlukan bernilai kecil/sedang
besar berdasar durasi yang relatif panjang). Meskipun
getaran tanah tidak sekuat skenario pertama (Short-
Duration), suatu durasi getaran yang lebih panjang
meningkatkan potensi terjadinya degradasi sistem Tipe B Tipe C Tipe C
struktur. Lokasi dalam zona 3 bisa diasumsikan
memiliki getaran tanah berdurasi panjang kecuali
rekomendasi geoteknik menyatakan sebaliknya.
Lokasi dengan faktor kedekatan sumber gempa N <
1.2 dalam zona 4, akan bergantung pada magnitude
gempa dan profil tanah lokasi. Untuk maksud praktis
bisa diasumsikan sebagai memiliki durasi getaran
panjang}.
S A 2.5 S R A C A (2.160)
S RV C V
TS (2.161)
2.5 S R A C A
dihasilkan kurva kapasitas struktur sebagaimana diberikan secara skematik pada (Gbr.
4.18). Pada kurva pushover perlu ditentukan sebanyak 4 titik (Point A – Point D) yang
merepresentasikan hubungan displasemen lantai atap (roof) dan gaya geser lateral (V).
Gambar 2.19. Metoda Kapasitas Spektra: Transformasi Kurva Kapasitas. Untuk pembuatan
diagram (kurva) kapasitas dari kurva pushover, maka harus dilakukan konversi
titik-titik kapasitas struktur menjadi koordinat-koordinat spektra. Setiap titik kapa-
sitas struktur Vi, roof diubah menjadi Sai, Sdi {pers. (2.146) – (2.147)}
Gambar 2.20. Metoda Kapasitas Spektra: Konversi Spektra Respons. Setiap titik pada kurva
spektra respons merepresentasikan nilai-nilai unik spektra percepatan, Sai,
kecepatan, Svi, dan displasemen, Sdi. Untuk pengubahan spektra dari bentuk
tradisional (standar) SA vs T menjadi bentuk ADRS maka setiap poin pada
kurva SA vs T perlu diubah menjadi SD menggunakan persamaan (2.151)
Gambar 2.21. Titik kinerja dari metoda kapasitas spektra (CSM) dengan spektra kapasitas
inelastik C (pada nilai redaman tertentu) memotong diagram kapasitas pada
P (titik kinerja).
N w i im
g
P Fm i N 1
w i im2 (2.145)
g
i 1
dimana:
PFm = faktor partisipasi modal untuk modus ke-m
wiim/g = massa lantai ke-i
im = amplitudo modus ke-m pada lantai ke-i
N = lantai N, lantai teratas struktur
SR AD SR A (2.147)
SR VD SR V (2.148)
SR DD SR D (2.149)
dinyatakan sebagai model bi-linear Gaya – Displasemen (gaya geser dasar vs per-
pindahan lantai atap) dan ditransformasi menjadi diagram Akselerasi – Displasemen
(A-D). Sebagaimana diberikan pada Gbr. (2.19), rasio kekakuan pasca-luluh (r), titik
luluh (Aye) dan rasio duktilitas perpindahan pada kinerja maksimum P adalah (p).
Langkah pertama formulasi dapat dikerjakan melalui salah satu dari dua prosedur
sebagaimana ditunjukkan pada (Gbr. 2.17). Dalam prosedur pertama, spektra
desain elastik (Akselerasi - Perioda, A-T) diubah menjadi spektra desain inelastik
atau spektra elastik ekuivalen melalui perkalian faktor-faktor reduksi spektra (SRA =
faktor reduksi percepatan konstan, SRV = faktor reduksi kecepatan konstan dan SRD
= faktor reduksi displasemen konstan) dan kemudian mengubahnya menjadi
Diagram Akselerasi – Displasemen (A-D). Dalam prosedur kedua, langkah pertama
adalah mengubah spektra desain elastik (Akselerasi – Perioda, A-T) menjadi
diagram desain elastik (Akselerasi – Displasemen, A-D) dan kemudian dikalikan
dengan faktor-faktor reduksi diagram yang relevan (SRAD = faktor reduksi percepatan
konstan, SRVD = faktor reduksi percepatan konstan dan SRDD = faktor reduksi
displasemen konstan ).
Dalam transformasi spektra desain elastik menjadi diagram desain inelastik (A-D),
faktor-faktor reduksi diagram diberikan sebagai20 :
SR AD SR A (2.147)
SR VD SR V (2.148)
SR DD SR D (2.149)
20
Qiang Xue. “A Direct Displacement Based Seismic Design Procedure of Inelastic Structures.”
dinyatakan sebagai model bi-linear Gaya – Displasemen (gaya geser dasar vs per-
pindahan lantai atap) dan ditransformasi menjadi diagram Akselerasi – Displasemen
(A-D). Sebagaimana diberikan pada Gbr. (2.19), rasio kekakuan pasca-luluh (r), titik
luluh (Aye) dan rasio duktilitas perpindahan pada kinerja maksimum P adalah (p).
D P P D ye (2.150)
A P A ye r P r 1 (2.151)
Pada kasus pertama (Gbr. 2.19), diagram sistem inelastik dikonstruksi secara
langsung dari diagram desain elastik dengan faktor-faktor reduksi diagram SRAD,
SRVD dan SRDD, sehingga:
2
A P SR VD PSV (2.152)
TP
2
2
TP
DP SRVD PSV
2 P
T
T
P SRVD PSV (2.153)
2
Substitusi pers. (2.153) pada pers. (2.150), diperoleh rasio duktilitas pada titik kinerja:
T PSV
P P SR VD (2.154)
2 D ye
Substitusi pers. (2.151) dan (2.152) memperoleh perioda pada titik kinerja:
SR VD 2 PSV
TP
A ye r P r 1
(2.155)
SR VD2
PSV 2
P
A ye r P r 1
(2.156)
D ye
Dengan demikian untuk sistem elastoplastik sempurna (r = 0), rasio duktilitas pada
titik kinerja P [pers. (2.156)] dan Displasemen DP [pers. (2.150)] proporsional
2
terhadap SRVD .
Untuk kasus yang ditunjukkan dalam Gbr. (2.20) akselerasi spektra pada titik kinerja
diberikan sebagai:
A P PSA SR AD (2.157)
Gambar 2.20. Titik kinerja dari metoda kapasitas spektra non-iteratif dengan diagram
inelastik C memotong P (titik kinerja) pada kurva pertama
2
Dua kasus yang ditinjau diatas menunjukkan bahwa SR AD dan SRVD berhubungan
Untuk spektra inelastik, persamaan (2.158) dan (2.159) dikalikan dengan faktor-
faktor reduksi spektra, sbb:
1
SR (2.160)
2 1
A
1
SR V SR D (2.161)
Faktor-faktor reduksi yang diberikan dalam keempat persamaan diatas berhubungan
dengan model redaman dan rasio duktilitas. Dengan demikian, perhitungan estimasi
kesalahan model redaman dan faktor duktilitas yang dipilih harus diperhitungkan
dalam implementasi metoda kapasitas spektra non-iteratif.