Dokumen - Tips - Panduan Pengorganisasian Komite Mutu Dan Keselamatan Pasien b5 2015
Dokumen - Tips - Panduan Pengorganisasian Komite Mutu Dan Keselamatan Pasien b5 2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi dan Tata Kerja Komite Mutu dan Keselamatan
Pasien RSUP Dr. Hasan Sadikin ini merupakan pelaksanaan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1673/Menkes/Per/XII/
2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung, Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
dan Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Nomor
HK.03.06/E013/556/I/2012 tentang Pedoman Pengorganisasian
RSUP Dr. Hasan Sadikin.
1
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Organisasi dan Tata Kerja ini meliputi : visi,
misi, falsafah, nilai-nilai dan tujuan rumah sakit, susunan
organisasi Komite Mutu dan Keselamatan Pasien, uraian jabatan,
tata hubungan kerja, pola ketenagaan dan kualifikasi personil,
kegiatan orientasi, pertemuan rapat dan pelaporan.
D. Pengertian
1. RSUP Dr. Hasan Sadikin, selanjutnya disebut RSHS
adalah Rumah Sakit Pemerintah yang bidang usahaya
berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, dipimpin oleh seorang
Kepala dengan sebutan Direktur Utama.
2. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien adalah unit kerja
yang dipimpin oleh seorang Ketua yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
3. Subkomite adalah unit di bawah Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien yang dipimpin oleh Ketua Subkomite
dengan tugas membantu pelaksanaan tugas dan fungsi
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien.
4. Koordinator adalah kelompok kerja yang bertugas
membantu kegiatan pelaksanaan para Ketua Subkomite.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
3
education for the improvement of human life. Untuk mewujudkan
tujuan dan filosofi tersebut pengembangan RSHS dalam master
plan mengacu pada Integrated Physical Building and
Management Concept antara RSHS dan Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung.
Berdasarkan master plan tersebut, pada tahun 1997 mulai
diimplementasikan dengan realisasi fase I yang meliputi
pembangunan Gedung Central Operating Theater (COT),
Emergency Unit (EU), Intensive Care Units (ICU, CICU, NICU,
PICU), Central Sterile Supply Department (CSSD), dan Ruang
Rawat Inap Khusus Paviliun Parahyangan melalui bantuan Japan
Bank for International Cooperation (JBIC). Seluruhnya mulai
dioperasionalkan pada tahun 2001/2002.
Pada tahun-tahun berikutnya, dilakukan pembangunan
Gedung Kemuning untuk pelayanan rawat inap bagi pasien-
pasien Jamkesmas/Jamkesda, dan gedung Diagnostic & Cardiac
Center.
Pada tahun 2013, dilakukan revisi terhadap Master Plan
1995 sehingga menghasilkan Master Plan 2013. Berdasarkan
master plan 2013 tersebut, RSHS pada saat ini sedang mulai
melaksanakan pembangunan gedung rawat jalan fase I.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, RSHS
didukung oleh unit-unit kerja berupa SPI, komite, bagian/bidang,
SMF dan instalasi yang berada di bawah masing-masing
direktorat sebagai berikut:
1. Direktur Utama
a. Satuan Pemeriksaan Interen
b. Komite Medik
c. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
d. Komite Etik dan Hukum
4
e. Komite PPIRS
f. Komite Etik Penelitian
g. Komite Keperawatan
5
z. Instalasi Rawat Inap
aa. Instalasi Pelayanan Jantung
bb. Instalasi Bedah Sentral
cc. Instalasi Rawat Intensif
dd. Instalasi Teknologi Reproduksi Berbatu
ee. Instalasi Hemodialisa
ff. Instalasi Pelayanan Terpadu Gedung Kemuning
gg. Instalasi Radioterapi
hh. Instalasi Penunjang
ii. Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD)
jj. Instalasi Farmasi
kk. Instalasi Rekam Medis
6
5. Direktorat Keuangan
a. Bagian Penyusunan dan Evaluasi Anggaran’
b. Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana
c. Bagian Akuntansi dan Verifikasi
7
5. Bedah Saraf 6. Ortopedi dan Traumatologi
Traumatologi Tulang Belakang (Spine)
Vaskuler Tangan & Bedah Mikro
Tumor Rekontruksi Dewasa
Degeneratif Ortopedi Anak
Kongenital Ortopedi Onkologi
Saraf Tulang Belakang Cedera Olah Raga
Infeksi
Bedah Saraf Fungsional
8
Bronkhoesofagologi
Laringofaringologi
9
Prosthodonsia
Konservasi
10
BAB III
VISI , MISI, NILAI, MOTTO, TUJUAN DAN SASARAN
A. Visi
“Menjadi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia yang unggul
dalam Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian.”
11
d. Bayi tabung, dan
e. Penanganan penyakit infeksi dan onkologi.
Visi yang ingin dicapai tidak terlepas dari tiga bidang yang
harus dilaksanakan secara terintegrasi dan saling melengkapi,
yaitu “Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian Kesehatan” yang
merupakan bidang tugas dari RSHS sebagai rumah sakit
pendidikan.
B. Misi
Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima
yang terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSHS adalah pelayanan
yang paripurna, yaitu mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara seimbang.
Keempat pelayanan tersebut diberikan secara prima, artinya
pelayanan yang diberikan adalah pelayanan yang terbaik
(excellent service) baik dari sudut pandang pemberi pelayanan
maupun penerima pelayanan (pasien).
Selain harus prima, pelayanan yang diberikan juga harus
terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian kesehatan, sesuai
dengan fungsi RSHS sebagai RS Pendidikan. Filosofis dari
integrasi tersebut adalah: “Proses pendidikan tenaga kesehatan
yang baik akan terjadi di rumah sakit yang pelayanannya baik,
dan pelayanan yang baik adalah pelayanan yang berbasiskan
penelitian (evidence-based service). Dengan filosofis tersebut,
pelayanan yang diberikan oleh RSHS sebagai RS Pendidikan
adalah pelayanan yang terbaik (excellent service).
12
C. Nilai-nilai
Nilai-nilai utama (core values) yang dijadikan sebagai
pedoman oleh seluruh pegawai RSHS dalam memberikan
pelayanan, pendidikan dan penelitian adalah: PRIMA sebagai
akronim dari Profesional, Respek, Integritas, Manusiawi dan
Amanah, dengan uraian sebagai berikut:
P = Profesional
Memiliki kemampuan untuk memberikan
pelayanan dengan kualitas yang terbaik (prima)
disertai kompetensi dalam disiplin ilmu yang
melandasinya.
R = Respek
Pelayanan yang prima akan dapat diberikan apabila
didasari oleh rasa saling hormat menghormati di
antara anggota tim pemberi pelayanan. Pelayanan
yang prima tidak hanya ditentukan oleh satu
profesi, tetapi oleh semua yang terlibat dalam tim
pelayanan. Keberadaan profesi-profesi tersebut
pada hakekatnya saling melengkapi.
I = Integritas
Bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan
kebijakan organisasi serta kode etik profesi.
M = Manuasiawi
Menganggap setiap individu / manusia (teman
sejawat, profesi lain, pasien, dsb) sebagai mahluk
ciptaan tuhan yang sangat mulia. Oleh karena itu,
13
harkat dan martabat mereka harus dijunjung
tinggi.
A = Amanah
Melaksanakan dengan sungguh-sungguh
(akuntabel) segala hal yang dipercayakan oleh
negara dan masyarakat, khususnya dalam
memberikan pelayanan, pendidikan dan penelitian
kesehatan.
D. Motto
“Kesehatan Anda Menjadi Prioritas Kami (Your Health is Our
Priority)”
E. Tujuan
1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
berlandaskan Standar-standar Yang Berfokus Pasien.
Standar-standar Yang Berfokus Pasien (Patient Centered
Care) sebagai bagian dari Good Clinical Governance
merupakan kaidah dalam instrument Joint Commission
International (JCI), yang merupakan instrument akreditasi
rumah sakit kelas dunia. Istilah “Berfokus Pasien”
mencakup keselamatan pasien, kepentingan dan
kepuasan pasien sebagai pelanggan utama (customer).
14
3. Terwujudnya RSHS sebagai Model Rumah Sakit
Pendidikan di Indonesia.
Model rumah sakit pendidikan mencerminkan nilai-nilai
unggulan dari pelayanan kesehatan yang paripurna,
prima dan terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.
F. Sasaran
Mengacu pada strategic mapping untuk mencapai tujuan
tersebut di atas melalui pendekatan format Balanced
Scorecard, maka sasaran strategis RSHS adalah sebagai
berikut
1. Meningkatnya kepuasan pelanggan, baik internal maupun
eksternal
2. Diterapkannya system e-health dalam pelaksanaan
strategi pada perspektif Internal Process mencakup
a. Inovasi dalam layanan dan proses baru dan unggul
b. Terlaksananya operasional yang berkualitas, aman
dan produktif
c. Terlaksananya manajemen SDM yang prima dan
unggul (atau yang optimal untuk menciptakan
pelayanan yang prima dan unggul)
15
d. Terlaksananya manajemen yang menciptakan
loyalitas pelanggan
3. Diterapkannya sistem e-health dalam pelaksanaan
strategi pada perspektif Learning & Growth mencakup
a. Tersedianya infra struktur Sistem IT dan SPA yang
memadai;
b. Terlaksananya tatakelola “Modal Organisasi” secara
optimal meliputi kepemimpinan; budaya organisasi;
sistem manajemen keuangan; sistem SDM; sistem
manajemen operasi; sistem manajemen asset dan
dukungan suprastruktur;
c. Terlaksananya tatakelola “Modal Manusia” yang
unggul (RSHS dan FK).
4. Keberlanjutan anggaran, melalui
a. Keandalan struktur biaya dan utilisasi anggaran yang
efektif dan efisien;
b. Optimalisasi peluang pendanaan
16
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
DIREKTORAT
KOMITE KOMITE KOMITE KOMITE PEMERIKSAAN
KEPERAWA
TAN
ETIK
PENELITI
KOMITE
PPIRS
ETIK DAN
HUKUM
KOMITE MUTU
DAN MEDIK DAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN UMUM DAN INTERN
AN
MEDIK
KESELA
PENDIDIKAN KEUANGAN
KESEHAT
AN
MATAN
PASIEN KEPERAWATAN OPERASIONAL
BAGIAN
BAGIAN BAGIAN PERBENDAHARA BAGIAN BAGIAN
BIDANG BAGIAN BAGIAN
BIDANG SUMBER DAYA PENYUSUNAN AN DAN AKUNTANSI DAN PERENCANAAN
PENDIDIKAN
MEDIK KEPERAWATAN MANUSIA DAN EVALUASI UMUM DAN EVALUASI
DAN PENELITIAN MOBILISASI VERIFIKASI
ANGGARAN DANA
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
SEKSI PENDIDIKAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN
SEKSI PELAYANAN PENGEMBANGAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN
DAN PENELITIAN EVALUASI MOBILISASI AKUNTANSI
PENUNJANG KEPERAWATAN DAN PEMBINAAN RUMAH EVALUASI
KEPERAWATAN ANGGARAN DANA MANAJEMEN
MEDIK RAWAT INAP PEGAWAI TANGGA
DAN NON MEDIK
STAF MEDIK
FUNGSIONAL INSTALASI INSTALASI
INSTALASI
17
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
KOMITE MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
D. Sekretariat
18
STRUKTUR ORGANISASI
KOMITE MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
DIREKTUR UTAMA
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
(Sekretariat)
Koordinator I
Koordinator Indikator CP & ( ACC, AOP, COP, ASC, IPSG)
Indikator Klinik Koordinator Manajemen Risiko
Koordinator II Wakil
(PCI, SQE, MPE, HRP) PPDS
Koordinator IV
(QPS, MMU, PFR, MOI)
19
BAB VI
TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN JABATAN
KOMITE MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Komite
Mutu dan Keselamatan Pasien menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit
b. Pelaksanaan manajemen risiko dan keselamatan pasien
c. Persiapan dan pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi.
B. Uraian Tugas
1. Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
a. Memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
b. Membuat rancangan kebijakan dan standar prosedur
operasional peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah
sakit.
c. Menyusun pedoman peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
d. Menyusun program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
e. Menyusun program manajemen risiko.
f. Melaksanakan sosialisasi kebijakan, panduan, program dan
standar prosedur operasional peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
g. Berpartisipasi dalam proses pemilihan indikator yang
dilaksanakan oleh pimpinan rumah sakit.
20
h. Melakukan koordinasi dan integrasi kegiatan pengukuran
indikator mutu di seluruh rumah sakit.
i. Melakukan koordinasi dalam sistem pelaporan kejadian
keselamatan pasien dan pengukuran budaya keselamatan pasien
untuk memfasilitasi solusi dan perbaikan yang terintegrasi.
j. Melakukan bimbingan/pembinaan dan koordinasi dengan unit-
unit kerja dalam hal peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
k. Memonitor, mengevaluasi, dan membuat laporan pelaksanaan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
l. Melaksanakan diseminasi informasi mengenai mutu dan
keselamatan pasien, bekerjasama dengan unit kerja terkait.
m. Mengkoordinir rapat koordinasi dengan unit kerja terkait.
n. Menyusun kebutuhan pelatihan-pelatihan yang terkait dengan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
o. Melaksanakan koordinasi dengan unit-unit terkait dalam hal
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
p. Melaksanakan persiapan akreditasi dan sertifikasi bersama
dengan seluruh unit kerja terkait.
21
h. Melakukan koordinasi dalam sistem pelaporan kejadian
keselamatan pasien dan pengukuran budaya keselamatan pasien
untuk memfasilitasi solusi dan perbaikan yang terintegrasi.
i. Melakukan bimbingan/pembinaan dan koordinasi dengan unit-
unit kerja dalam hal peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
j. Memonitor, mengevaluasi, dan membuat laporan pelaksanaan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
k. Melaksanakan diseminasi informasi mengenai mutu dan
keselamatan pasien, bekerjasama dengan unit kerja terkait.
l. Mengkoordinir rapat koordinasi dengan unit kerja terkait.
m. Menyusun kebutuhan pelatihan-pelatihan yang terkait dengan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
n. Melaksanakan koordinasi dengan unit-unit terkait dalam hal
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
o. Melaksanakan persiapan akreditasi dan sertifikasi bersama
dengan seluruh unit kerja terkait.
3. Ketua Subkomite Peningkatan Mutu
a. Menyusun rancangan program peningkatan mutu RSHS (tingkat
rumah sakit/corporate).
b. Membantu unit-unit kerja dalam menyusun program
peningkatan mutu di unit kerjanya masing-masing.
c. Menyiapkan bahan untuk penentuan indikator-indikator mutu.
d. Memfasilitasi pengumpul dan validator data di unit kerja dalam
pengumpulan dan validasi data mutu.
e. Membantu melakukan perbaikan mutu melalui metoda PDSA.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
peningkatan mutu.
g. Menyusun rancangan laporan pelaksanaan program peningkatan
mutu.
h. Merancang pelatihan-pelatihan yang terkait dengan peningkatan
mutu
i. Melaksanakan koordinasi dengan unit-unit terkait dengan
peningkatan mutu.
22
a. Menyusun rancangan program manajemen risiko dan
keselamatan pasien RSHS (tingkat rumah sakit/corporate)
b. Membantu unit-unit kerja dalam menyusun program manajemen
risiko dan keselamatan pasien di unit kerjanya masing-masing
c. Membantu unit-unit kerja dalam melakukan manajemen risiko
melalui langkah-langkah:
1) identifikasi risiko;
2) menetapkan prioritas risiko;
3) pelaporan tentang risiko;
4) pengelolaan risiko;
5) investigasi KTD; dan
6) manajemen klaim-klaim yang terkait
d. Mengintegrasikan sistem pelaporan kejadian, pengukuran budaya
keselamatan (safety culture measures) dan lainnya untuk
memudahkan solusi dan perbaikan yang terintegrasi.
e. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan manajamen
risiko dan keselamatan pasien.
f. Menyusun rancangan laporan pelaksanaan program manajemen
risiko dan keselamatan pasien.
g. Ikut serta dengan Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam
melakukan identifikasi dan analisis kejadian-kajadian yang terkait
dengan keselamatan pasien.
h. Merancang pelatihan-pelatihan yang terkait dengan manajemen
risiko dan keselamatan pasien.
i. Melaksanakan koordinasi dengan unit-unit terkait dengan
manajemen risiko dan keselamatan pasien, misalnya dengan Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
23
d. Mendokumentasikan semua kegiatan yang terkait dengan
persiapan akreditasi (undangan, daftar hadir, notulen, dsb.) dan
sertifikasi
e. Menyusun rencana anggaran biaya untuk kegiatan persiapan dan
pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi.
f. Melakukan bimbingan, monitoring dan evaluasi persiapan dan
pelaksanaan akreditasi.
g. Menyiapkan dan melaksanakan telusur lapangan untuk self
assessment.
h. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi kepada PPDS
dalam hal pelaksanaan masing-masing chapter akreditasi pada
umumnya dan keterlibatan PPDS dalam peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
i. Membuat laporan perkembangan kesiapan akreditasi dan
sertifikasi.
4. Koordinator
Membantu masing-masing Ketua Subkomite dalam melaksanakan
tugasnya.
5. Sekretaris
a. Merekapitulasi Seluruh Kegiatan Komite Mutu dan Keselamatan
Pasien
b. Memfasilitasi seluruh kegiatan Komite Mutu dan Keselamatan
Pasien
c. Membuat perencaraan anggaran kegiatan
d. Merekapitulasi Laporan Tahunan
e. Menerima, menginventarisir dan menginformasikan surat masuk
kepada Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien.
f. Mengarsipkan surat masuk, mencatat surat keluar dengan tertib
dan teratur.
g. Mengetik surat dan seluruh kegiatan yang diperlukan Komite Mutu
dan Keselamatan Pasien.
h. Membuat perencanaan pemakaian ATK setiap tahun.
i. Membuat daftar inventaris barang.
j. Mengirimkan surat kepada unit terkait.
24
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA
3. Tim KPRS
Koordinasi dalam evaluasi laporan insiden keselamatan pasien (IKP),
yaitu setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan
Kejadian Potensial Cedera (KPC).
Selain itu, juga koordinasi dalam kegiatan evaluasi kepatuhan
penerapan standar-standar sasaran keselamatan pasien dan evaluasi
manajemen risiko, seperti:
a. Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
b. Hazard Vulnerability Analysis (HVA)
c. Root Cause Analysis (RCA)
25
4. Bagian Umum
a. Administrasi Umum Rumah Sakit
b. Pengurusan Arsip
c. Pengelolaan dokumen
5. Bagian SDM
a. Evaluasi Kinerja SDM
b. Administrasi personil/rencana kebutuhan personil
26
4. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan serta menyampaikan
laporan berkala pada waktunya.
Tata hubungan kerja Komite Mutu dan Keselamatan Pasien secara eksternal
dapat dilihat pada gambar berikut :
DIREKTUR UTAMA
BAGIAN
BAGIAN PERENCANAAN
UMUM DAN EVALUASI
UNIT KERJA
TIM KPRS LAINNYA KOMITE
(SMF/INST., DLL) PPIRS
Keterangan:
Garis Komando
Garis Koordinasi
27
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
A. Pola Ketenagaan
Untuk terlaksananya tugas pokok dan fungsi Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien diperlukan ketenagaan sebagai berikut:
Jabatan Kebutuhan
No.
1. Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien 1
B. Kualifikasi
1. Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
a. Latar belakang pendidikan: Dokter Spesialis atau tenaga
kesehatan lainnya dengan pendidikan Sarjana Strata 2 (dua)
bidang kesehatan atau manajemen rumah sakit atau sesuai
dengan bidang kerjanya.
b. Telah mengikuti pelatihan Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien dan Manajemen Risiko.
c. Pelatihan sebagaimana hurup b di atas harus dipenuhi sebelum
atau paling lama 1 (satu) tahun pertama setelah menduduki
jabatan.
28
c. Pelatihan sebagaimana hurup b di atas harus dipenuhi sebelum
atau paling lama 1 (satu) tahun pertama setelah menduduki
jabatan.
4. Koordinator
a. Latar belakang pendidikan: Tenaga kesehatan dengan pendidikan
Sarjana Strata 1 (satu) bidang kesehatan atau manajemen rumah
sakit atau sesuai dengan bidang kerjanya.
b. Telah mengikuti pelatihan Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien, Manajemen Risiko dan statistik rumah sakit.
c. Pelatihan sebagaimana hurup b di atas harus dipenuhi sebelum
atau paling lama 1 (satu) tahun pertama setelah menduduki
jabatan.
5. Sekretaris
a. Latar belakang pendidikan: pendidikan Sarjana Strata 1 (satu)
bidang administrasi bisnis atau sesuai dengan bidang kerjanya.
b. Telah mengikuti pelatihan khusus sesuai dengan bidang
tugasnya.
c. Pelatihan sebagaimana hurup b di atas harus dipenuhi sebelum
atau paling lama 1 (satu) tahun pertama setelah menduduki
jabatan.
29
b. Telah mengikuti pelatihan khusus sesuai dengan bidang
tugasnya.
c. Pelatihan sebagaimana hurup b di atas harus dipenuhi sebelum
atau paling lama 1 (satu) tahun pertama setelah menduduki
jabatan
7. Data operator.
a. Latar belakang pendidikan paling rendah D3 komputer atau
sederajat
b. Telah mengikuti pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya
c. Pelatihan sebagaimana hurup b di atas harus dipenuhi sebelum
atau paling lama 1 (satu) tahun pertama setelah menduduki
jabatan
30
BAB IX
SARANA, PRASARANA DAN ALAT
Untuk terlaksananya tugas pokok dan fungsi Komite Mutu dan Keselamatan
Pasien diperlukan sarana, prasarana dan alat sebagai berikut:
1. Ruang kantor/kerja
2. Ruang pertemuan/kelas
3. Air conditioner
4. Gudang
5. Toilet
6. Washtafel
7. Lemari dokumen
8. Meja kerja
9. Kursi kerja
10. Meja pertemuan
11. Kursi pertemuan/kelas
12. Telepon
13. Facsimile machine
14. Kamera
15. LCD Projector
16. Sound system
17. Photo copy machines
18. Tape Recorder
19. Laser pointer
20. Komputer
21. Printer hitam putih dan berwarna
31
BAB X
KEGIATAN ORIENTASI
32
BAB XI
PERTEMUAN/RAPAT
33
BAB XII
PELAPORAN
A. Laporan Harian
Ketua Komite Mutu, Wakil Ketua Komite Mutu, Ketua Subkomite dan
Koordinator wajib membuat laporan harian sesuai kebutuhan kepada
atasan masing-masing secara berjenjang untuk dipergunakan sebagai
bahan penyusunan laporan lebih lanjut.
B. Laporan Bulanan
Ketua Komite Mutu, Wakil Ketua Komite Mutu, Ketua Subkomite dan
Koordinator wajib menyampaikan laporan bulanan kepada atasan sebagai
bahan untuk laporan diskusi yang diselenggarakan oleh Direksi.
C. Laporan Triwulan
Ketua Komite Mutu, Wakil Ketua Komite Mutu, Ketua Subkomite dan
Koordinator wajib menyampaikan laporan triwulan kepada atasan yang
disusun berdasarkan laporan bulanan untuk disampaikan kepada
Direksi.
C. Laporan Tahunan
Berdasarkan laporan kegiatan sebagaimana tersebut di atas, dibuatkan
laporan tahunan Kimite Mutu dan Keselamatan Pasien untuk
disampaikan kepada Direksi.
34
BAB XIII
PENUTUP
35