OLEH :
Kelompok 14
1. DINA CITRA NIRMALA ( TK / 30863 )
2. ANNISA ROHMAH S ( TK / 30907 )
3. BOMA RANGGA S.Y ( TK / 30910 )
4. ALDINO RIZALDY ( TK / 30911 )
5. ASEP ALI USMAN ( TK / 30946 )
Setelah diteliti dan dipertimbangkan, laporan Kemah Kerja yang disusun oleh
Kelompok 14 dengan anggota :
Maka pembimbing memutuskan bahwa laporan ini sudah layak untuk disahkan.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga kami dapat melaksanakan Kemah Kerja sekaligus membuat laporan Kemah
Kerja ini dengan judul “ Pembuatan Peta Situasi Desa Banyuripan Kecamatan Bayat
Kabupaten Klaten “ yang disusun berdasarkan hasil Kemah Kerja yang dilaksanakan pada
tanggal 22 Juli – 3 Agustus 2007.
Kami menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, Kemah Kerja dan
penulisan laporan ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir. Subaryono, MA. Ph.D. , selaku ketua jurusan Teknik Geodesi UGM
2. Bapak Ir. H. Slamet Basuki, M.Si , selaku kepala Lab.Ilmu Ukur Tanah.
3. Ibu Dwi Lestari, ST. ME. selaku pembimbing yang telah memberi saran dan kritik
untuk penyempurnaan.
4. Bapak Ir.Rochmad Muryamto, M. Eng. Sc; Bapak Dr. Ir. Haryono; Bapak Ir. Untung
Raharjo, MSc sebagai pembimbing lapangan yang telah membimbing dan memberi
masukan.
5. Selurah warga Desa Banyuripan yang telah mendukung kami selama proses
pengambilan data di lapangan
6. Seluruh rekan-rekan atas kerja tim yang bagus.
Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan serta penyusunan laporan Kemah Kerja ini
banyak terdapat kesalahan / kekurangan maka kritik dan saran yang bersifat membangun
guna kesempurnaan laporan Kemah Kerja ini sangat kami harapkan.
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 1
1.3 Materi Pekerjaan 2
1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 2
BAB II Landasan Teori 4
II.1 Pengukuran KKH 4
II.1.1 Poligon Terbuka 5
II.1.1.1 Poligon Terbuka Terikat Sempurna 5
II.1.1.2 Poligon Terbuka Terikat Sepihak 7
II.1.2 Poligon Tertutup 8
II.2 Pengukuran KKV 9
II.2.1 Sipat Datar 10
II.2.1.1 Pengukuran Sipat Datar Berantai 11
II.2.1.2 Pengukuran Takhimetri 12
II.3 Pengukuran Azimuth Matahari 13
II.4 Pengukuran Detil 17
II.5 Penggambaran 19
II.5.1 Penggambaran Peta Manuskrip 19
II.5.2 Penggambaran Peta Digital 20
II.6 Uji Peta Manuskrip 21
BAB III Pelaksanaan 22
III.1 Peralatan yang Digunakan 22
III.2 Persiapan dan Koreksi Alat 23
v
III.3 Survei Pendahuluan 23
III.4 Pengukuran 24
III.4.1 Pengukuran Kerangka Kontrol Horisontal 24
III.4.2 Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal 25
III.4.3 Pengamatan Azimut Matahari 25
III.4.4 Pengukuran Detil 27
III.4.5 Penggambaran Peta Manuskrip 27
III.4.6 Penggambaran Peta Digital 28
III.4.7 Uji Peta Manuskrip 28
BAB IV Pembahasan 30
IV.1 Pelaksanaan Kemah Kerja 30
IV.2 Hasil Kemah Kerja 32
IV.3 Hambatan 34
BAB V Penutup 35
V.1 Keesimpulan 35
V.2 Saran 35
Daftar Pustaka 36
vi
BAB I
PENDAHULUAN
II. 1. 1. 1. Poligon terbuka terikat sempurna. Dikatakan poligon terikat sempurna karena
poligon ini terikat pada titik awal sekaligus titik akhirnya dan yang diikat tidak saja
koordinatnya tapi juga azimuthnya, seperti ditunjukan pada gambar berikut ini:
Keterangan Gambar :
1. P, A, B, Q : titik tetap yang diketahui koordinatnya
2. AP, BQ : azimuth awal dan azimuth akhir
3. β1, β2, : sudut poligon
4. A1, 12, : azimuth titik–titik poligon
Pada Kemah Kerja ini, poligon jenis terbuka terikat sempurna digunakan dalam poligon
kelompok. Poligon jenis ini mempunyai kelebihan dalam pemasangan titik–titiknya yang
dapat fleksibel mengikuti medan yang akan dipetakan, namun ketelitiannya masih tetap tinggi
karena diikat pada kedua ujungnya.
Syarat sudut
Dari gambar II. 1., dapat dilihat bahwa:
A1 = AP + βA
12 = A1 + β1 – 180
= AP + βA + β1 – 180
23 = 12 + β2 – 180
= AP + βA + β1 + β2 – 360
34 = 23 + β3 – 180
= AP + βA + β1 + β2 + β3 – 540
4B = 34 + β4 – 180
= AP + βA + β1 + β2 + β3 + β4 – 720
BQ = 4B + β5 – 180
= AP + βA + β1 + β2 + β3 + β4 + β5 – 900
Atau:
BQ = AP + ∑β – 5 . 180
∑β = (akhir – awal) + (n – 1) . 180
∑β adalah jumlah semua sudut yang diukur. Namun dalam kenyataannya akan terjadi
penyimpangan sebesar f, oleh karena itu poligon terbuka harus dikoreksi sehingga
memenuhi syarat sebagai berikut :
∑β + f = (akhir – awal) + (n – 1) . 180
Dimana f adalah kesalahan penutup sudut.
Koreksi yang diberikan adalah sebesar f/n. Dimana n adalah jumlah titik. Besar
koreksi yang diberikan sama untuk masing-masing titik.
Pada Kemah Kerja kali ini pengukuran sudut dilakukan dengan menggunakan metode
2(dua) seri rangkap. Metode seri rangkap menggunakan bacaan teodolit dalam posisi biasa
dan luar biasa, dan nantinya akan didapatkan 4(empat) sudut. Keempat bacaan sudut tersebut
dirata-ratakan sehingga diperoleh sudut yang akan digunakan sebagai sudut ukuran.
Syarat jarak
Dengan mengamati jarak sisi – sisi poligon terbuka terikat sempurna dapat
dijelaskan bahwa:
∑ D sinα = Xb – Xa, dimana Xb = absis titik akhir, Xa = absis titik awal
∑ D sinα = Yb – Ya, dimana Yb = ordinat titik akhir, Ya = ordinat titik awal
Namun dalam kenyataannya akan terjadi penyimpangan sebesar fx pada absis dan fy
pada ordinat, sehingga:
∑ D sin α + fx = Xb – Xa
∑ D sin α + fy = Yb – Ya
Koreksi yang diberikan untuk masing-masing titik adalah sebesar kesalahan dengan
tanda berlawanan.
Fx dan Fy dikoreksikan berbanding lurus dengan jumlah sisi poligon yang telah
dilaluinya.
J ij
Besar koreksi x : xij . fx
J
J ij
Besar koreksi y : yij . fy
J
Jadi koreksi yang diberikan terhadap masing-masing titik adalah :
x j x 'j xij dan y j y 'j yij
Pengukuran jarak yang digunakan dalam Kemah Kerja kali ini adalah metode
pengukuran jarak langsung. Pengukuran jarak langsung menggunakan alat ukur yang berupa
pita ukur dan alat pelurusan yang berupa jalon. Sebelum melakukan pengukuran, terlebih
dahulu harus melakukan pelurusan apabila jarak slag yang akan diukur terlalu panjang atau
bisa dikatakan tidak bisa dilakukan dengan sekali pengukuran. Pengukuran jarak dilakukan
pergi-pulang, syarat dari diterima atau tidaknya pengukuran tergantung dari toleransi yang
diberikan terhadap pengukuran yang dilakukan. Nilai toleransi dilakukan dengan
memperbandingkan antara besarnya selisih jarak pergi-pulang dengan nilai rata-rata
pengukuran pergi-pulang.
II. 1. 1. 2. Poligon terbuka terikat sepihak. Jenis ini merupakan poligon yang titik akhir
dan awalnya tidak berimpit. Perbedaannya dengan yang terikat sempurna adalah
pada ikatannya. Poligon jenis ini hanya mempunyai satu titik ikat di awal poligon
saja. Seperti pada gambar berikut.
Gambar II. 2. Poligon Terbuka Terikat Sepihak
Keterangan Gambar :
1. A : titik tetap yang diketahui kordinatnya
2. β1, β2, … : sudut poligon
3. A1 , 12, … : azimuth titik–titik poligon
Poligon jenis terbuka terikat sepihak ini digunakan dalam poligon cabang, karena dapat
menjangkau daerah yang belum terjangkau oleh poligon induk. Namun ketelitiannya semakin
berkurang karena hanya satu ujungnya yang diikat.
II. 2. 1. 1 Pengukuran Sipatdatar Berantai. Pada penentuan beda tinggi titik–titik kontrol
pemetaan dimana jarak antar titik kontrol terlalu jauh, maka pengukuran beda
tinggi dengan sipatdatar tak dapat dilakukan dengan satu kali berdiri alat sehingga
antara dua titik tersebut dibuat dalam beberapa slag dengan titik–titik bantu dan
pengukurannya dibuat secara berantai.
Seperti halnya pengukuran jarak dan sudut, pengukuran beda tinggi juga tidak cukup
hanya sekali jalan tetapi dibuat pengukuran pergi–pulang, yang pelaksanaannya dilakukan
dalam satu hari. Pengukuran yang dilakukan satu hari pergi-pulang serta dimulai dan diakhiri
pada tiap titik dinamakan seksi, gabungan beberapa seksi menjadi trayek. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
HA1 = b1 - m1
H12 = b2 – m2
H23 = b3 – m3
HAB = h = b - m
Untuk pengamatan azimuth dalam cara ini menggunakan teodolit serta timer (pencatat
waktu). Pada segitiga astronomis, azimuth matahari dari segitiga bola KU-M-Z dapat
ditentukan bila diketahui 3 unsur yaitu : deklinasi, tinggi matahari, dan lintang tempat
pengamat berada. Lintang tempat pengamat dapat dilihat dari peta topografi dengan cara
interpolasi linear dan deklinasi matahari dapat dilihat dari tabel.
Metode yang digunakan dalam penentuan azimuth matahari pada kegiatan ini adalah metode
tinggi matahari
Disederhanakan menjadi :
sin sin sinh
Cos Am =
cos . cosh
Keterangan : Am = Azimuth matahari
Sumber: Slamet Basuki, 2003
Terdapat empat macam koreksi yang harus diberikan pada data pengamatan, yaitu :
a. Koreksi refraksi ( r )
Refraksi terjadi karena pembelokan arah sinar matahari yang datang ke pengamat
sehingga matahari kelihatan lebih tinggi. Hal ini disebabkan udara yang menyelimuti
permukaan bumi berlapis–lapis dan ketebalan setiap lapisan tidak sama. Akibat refraksi sinar,
benda langit akan terlihat lebih tinggi sehingga koreksi refraksi selalu minus.
Besar koreksi ini :
r = - 58” ctg hu ( dalam tekanan udara normal )
atau
r = rm . Cp . Ct
Dengan
rm: refraksi normal pada tekanan udara 760 mm Hg, temperatur10 0 C dan kelembapan
nisbi 60 %
Cp = P/ 760 dan Ct = 284/ 273 fg
P = tekanan udara pengamatan
T = temperatur udara saat pengamatan dalam 0 C
Hu = tinggi hasil ukuran
b. Koreksi paralak ( p )
Paralak adalah beda arah benda langit yang diamati dari permukaan bumi dan bila diamati
dari pusat bumi. Dengan kata lain paralak adalah sudut pada benda langit yang terbentuk oleh
garis arah benda langit ke pengamat dan ke pusat bumi. Bila benda langit pada horison maka
sudut paralak akan mencapai maksimum dan disebut paralak horizontal . Harga rata–rata
paralak horizontal ( ph ) dari matahari adalah 8”,8. Dengan demikian paralak selalu
dikurangkan untuk sudut zenit dan ditambahkan untuk tinggi atau sudut miring, sehingga :
P = 8”,8 cos hu
c. Koreksi setengah diameter matahari ( d )
Koreksi ini diberikan hanya jika pengamatan matahari tidak dibidik tetapi diamat pada
tepi–tepinya. Hal ini dilakukan karena theodolit tidak mempunyai lingkaran matahari pada
diafragmanya dan tidak pula menggunakan prisma roelofs. Koreksi ini diberikan karena
dalam hitungan yang kita perlukan adalah koordinat pusat matahari. Besar diameter matahari
ini dapat dihitung karena jarak bumi ke matahari diketahui. Tetapi jarak bumi ke matahari ini
tidak tetap. Dalam tabel sudah tercantum koreksi setengah diameter matahari. Apabila tidak
diketahui, maka diambil 16’.
II. 5 Penggambaran
Setelah semua data lapangan dihitung , yang meliputi hitungan kordinat (X,Y) titik–
titik kerangka pemetaan (poligon), perhitungan titik–titik poligon dari pengukuran sipatdatar
(Z), sudut arah dan jarak titik–titik detil dan ketinggiannya (takhimetri), langkah selanjutnya
adalah penggambaran agar pengukuran dapat diwujudkan dalam bentuk peta.
2. Plotting Detil
Plotting detil disesuaikan dengan cara pengukuran detil tersebut di lapangan. Apabila
dilakukan secara takhimetri maka alat yang dipakai antara lain busur derajat, mistar skala,
jangka tusuk , dan lain-lain. Detil–detil diplot pada dari titik kerangka pemetaan (poligon)
yang sesuai pada waktu pengukurannya di lapangan.
Sudut arah detil diukur pada kertas plot dengan busur derajat dengan ketelitian 15’,
jarak detil ditentukan dengan mistar skala dan jangka tusuk, kemudian ketinggiannya
dituliskan sebagaimana pada plotting kerangka.
Apabila arah detil dengan Azimuth maka titik poligon dibuat dengan arah sumbu Y
dari jala grid dan angka nol busur derajat diimpitkan dengan arah utara tersebut. Azimuth
detil tinggal diplot sesuai pembacaan alat ukur pada busur derajat.
Apabila arah detil menggunakan sudut antara detil dan sisi poligon, maka besar sudut
tidak harus dihitung tetapi dengan cara menghimpitkan angka busur derajat yang sama
dengan angka pembacaan ke titik acuan dalam pembacaan di lapangan kemudian arah detil
juga disamakan dengan pembacaan pada alat ukur di lapangan.
3. Penarikan Garis Kontur
Penarikan garis kontur dilakukan dengan menghubungkan titik–titik yang sama
tingginya tetapi terkadang kita mempunyai data yang ketinggiannya tidak sama maka titik
harus dicari dengan menggunakan metode interpolasi linear. Misalnya tinggi titik A dan B ,
masing–masing 100 meter dan 90 meter.
A
h1
h2
B A’
Gambar II. 11. Metode Interpolasi Linear
Dicari ketinggian 95 meter dapat dilakukan dengan cara :
AA' Y
= = Jarak AB arah horizontal
BA' X
h2
X= Y = 5/10 . 10 = 5 cm
h1
Jadi tinggi 95 meter terletak 5 cm dari B arah horizontal.
Selain itu, terdapat pula barang – barang lain dalam keperluan pemetaan yaitu:
a. patok kayu 2x3x20 cm sebanyak 25 buah,
b. paku payung secukupnya,
c. palu,
d. parang,
e. payung,
f. tas lapangan,
g. alat tulis, alat gambar dan alat hitung,
h. formulir data lapangan dan formulir hitungan,
i. kertas gambar ukuran A1, dan
j. jam tangan digital (alat penunjuk waktu).
III.2 Persiapan dan Koreksi Alat
Waktu : 2-9 Juli 2007
Tempat : Teknik Geodesi UGM
Sebelum terjun ke lapangan semua alat, bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan
harus dicek terlebih dahulu. Untuk alat ukur jika hasil pengecekan masih ada
penyimpangan/kesalahan yang melebihi toleransi harus dilakukan koreksi sampai alat
tersebut memenuhi syarat untuk pengukuran.
Pada waktu melakukan pengecekan diperoleh data tentang kesalahan kolimasi dan
indeks vertikal yang dimiliki oleh teodolit Wild T2 sebesar:
Kesalahan kolimasi : 0° 0’ 41.5”
Kesalahan Indeks Vertikal : 0° 31’ 3”
Pengoreksian alat dilakukan setelah sampai di kampus Geologi Bayat dan dilakukan
oleh Ir. Rochmad Muryamto, M. Eng. Sc. dengan menggunakan pen koreksi sehingga
kesalahan kolimasi dapat dilhilangkan, namun masih terdapat kesalahan indeks vertikal.
Kesalahan tersebut tidak dapat dikoreksikan karena kesalahan yang terlalu besar. Sedang
besarnya koreksi (k) untuk alat sipat datar (Sokisha B2) kami sebesar:
Koreksi (k) :9
Untuk mengoreksinya digunakan pen koreksi, koreksi dilakukan oleh saudara Boma
Rangga Sarengat Yosoputro.
III. 4 Pengukuran
Waktu : 22 Juli– 3 Agustus 2007
a. Pengukuran kerangka kontrol horizontal : 22-25 Juli 2007
b. Pengukuran kerangka kontrol vertikal : 25-26 Juli 2007
c. Pengukuran detil : 26-29 Juli 2007
Tempat : Lokasi 15, Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.
a. Kegiatan persiapan
Sebelum kegiatan lapangan dimulai, di kelas telah dilaksanakan perkuliahan. Tujuan
diadakannya kuliah ini adalah sebagai sarana untuk menyegarkan kembali materi Ilmu Ukur
Tanah yang telah diperoleh pada semester sebelumnya. Kegiatan koreksi alat dilaksanakan
pada tanggal 2-9 Juli 2007 di kampus Teknik Geodesi UGM.
b. Kegiatan lapangan
Kegiatan lapangan Kemah Kerja yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 Juli–3
Agustus 2007 secara umum berlangsung dengan lancar. Lokasi praktikum mengambil
tempat sekitar Kampus Lapangan Teknik Geologi FT UGM di Bayat, Klaten.
Regu 14 mendapat lokasi 15 yang masih masuk wilayah Dusun Banyuripan.
Pelaksanaan pengukuran dilaksanakan berdasarkan tata kala yang dibuat sebelum
pelaksanaan kegiatan pengukuran. Hasil pekerjaan dilaporkan pada pembimbing setiap hari
pada malam hari dengan membuat semacam buku diary.
1 Orientasi Lapangan
2 Pengukuran KKH
3 Pengukuran KKV
Pengamatan Azimuth
4
Matahari
5 Pengukuran Detil
Penggambaran Peta
6
Manuskrip
7 Uji Peta
Keterangan:
: Rencana kegiatan
: Realisasi kegiatan
Selama kegiatan di lapangan, pada waktu pengukuran KKH dan KKV regu 14 terbagi
dalam dua tim dengan pekerjaan yang berbeda, hal ini bertujuan untuk mengefektifkan
waktu sebaik-baiknya.
Selama pelaksanaan di lapangan tidak terjadi penyimpangan waktu pengukuran karena
kami memperhitungkan tahap-tahap yang akan kami lakukan dengan rinci, sehingga kami
dapat menyelesaikan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. Hanya saja pada
waktu kami hendak melakukan cek ulang jarak langsung, ada beberapa patok kami yang
telah dicabut oleh penduduk.
c. Kegiatan studio
Kegiatan studio dilaksanakan di laboratorium komputer Teknik Geodesi UGM. Dimulai
pada tanggal 6-15 Agustus 2007 meliputi pembuatan peta digital menggunakan program
LISCAD. Untuk menghasilkan peta situasi yang lengkap beserta dengan kontur dan
legendanya. Pada pekerjaan studio ini dilakukan pula pengecekan terhadap semua data yang
telah dihasilkan selama kegiatan pengukuran dan juga pengecekan terhadap peta manuskrip.
Pengamatan azimuth matahari dengan simpangan baku dari rerata Azimuth yang
didapatkan kurang dari 60”.
Titik pengamatan = titik TGD 08
Titik acuan = titik PU 25
Azimuth matahari rata-rata terhadap titik acuan = 195 36’ 21.4”
Simpangan baku Azimuth matahari = 011’27.104”
3. Gambar Manuskrip
Data-data yang telah didapatkan dan setelah melalui pengolahan akan digunakan untuk
melakukan penggambaran peta manuskrip dengan skala 1 : 500 diatas kertas krungkut.
Karena wilayah yang terlalu luas maka wilayah penggambaran dibagi menjadi 5(lima) bagian
yang masing-masing wilayah memiliki pertampalan sebesar 2(dua) grid koordinat peta.
4. Uji peta Manuskrip
Pengujian dilakukan dengan cara pengukuran penampang memanjang untuk mengetahui
ketelitian jarak dan kontur. Pengukuran penampang memanjang dilakukan pada 2 tempat,
masing–masing pada dua titik detil. Hasil dari pengukuran penampang memanjang yang
berupa profil memanjang dibandingkan dengan profil memanjang yang diperoleh dari peta
manuskrip untuk kemudian dilihat kemiripannya.
5. Gambar Digital
Penggambaran studio dilakukan sesuai kemauan mahasiswa, dapat dilakukan di
laboratorium Teknik Geodesi atau di masing-masing tempat mahasiswa. Hasil
penggambaran secara digital adalah peta situasi Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten dengan skala 1:500. Penggambaran secara digital menggunakan software
LISCAD.
V.1 Kesimpulan
Dari rangkaian kegiatan Kemah Kerja 2007, ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan, antara lain :
a. Dalam pelaksanaan perolehan data lapangan menuntut adanya perencanaan yang
matang demi tercapainya hasil yang diharapkan.
b. Untuk menghasilkan peta berskala besar ( 1 : 500 ) dengan areal yang cukup luas
sangat membutuhkan kekompakan tim serta kemampuan tiap personil selain itu
pengalaman selama praktikum Ilmu Ukur Tanah sangat besar pengaruhnya dalam
kecepatan dan ketepatan perolehan data.
c. Instrumen yang digunakan juga sangat berpengaruh terhadap ketelitian data yang
diperoleh di lapangan, juga berpengaruh terhadap kecepatan memperoleh data.
d. Sebuah tim bisa kompak apabila tiap anggotanya memiliki kesadaran akan
kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya. The right man on the right place
berlaku dalam rangkaian Kemah Kerja ini.
V.2 Saran
a. Sebelum berangkat ke lokasi Kemah Kerja hendaknya para praktikan telah menguasai
semua materi yang akan dikerjakan di lapangan.
b. Peralatan dan perlengkapan pengukuran sebaiknya ditingkatkan kualitas dan
kuantitasnya
c. Selama melakukan pengukuran di lapangan hendaknya semua anggota kelompok
selalu memperhatikan keadaan alat yang digunakan dan selalu mengecek semua alat
yang dibawa sebelum meninggalkan lokasi untuk menghindari resiko kehilangan.
DAFTAR PUSTAKA
Rachmad PH,Ir, 1981, Ilmu Ukur Tanah I, Laboratorium Geodesi Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Wongsotjitro,S, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Basuki,S, 2003, Ilmu Ukur Tanah, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Julzarika,A, 2007, Panduan Penggunaan Liscad V6.2 Untuk Kemah Kerja 2007, Jurusan
Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.