TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Puri, Denpasar
Tahun Penelitian : 2010
Metode : Studi literatur, observasi lapangan, dan
wawancara.
Hasil : Mayoritas masyarakat yang berada di bantaran
sungai tidak memiliki sarana pembuangan limbah
tinja yang layak, baik berupa septic tank atau
mendapatkan fasilitas sewerage system dan
limbah tinja tersebut di alirkan langsung ke
sungai.
3. Nama : Asep Sapei, M. Yanuar J. Purwanto, Sutoyo,
Allen Kurniawan
Judul : Desain Instalasi Pengolah Limbah WC Komunal
Masyarakat Pinggir Sungai Desa Lingkar Kampus
Tahun Penelitian : 2011
Metode : Studi literatur dan observasi lapangan.
Hasil : Kampung Cangkurawok terletak di area terluar
lingkar kampus Insitut Pertanian Bogor dan
belum memiliki sarana sanitasi yang baik.
Pembuangan air limbah domestik langsung
dibuang ke dalam saluran drainase dan mengalir
ke sungai. Perencanaan desain instalasi pengolah
limbah WC komunal terbagi menjadi tiga tahap.
Tahap pertama yaitu penentuan lokasi WC
komunal dan instalasi pengolahan tinja. Lokasi
yang disediakan oleh masyarakat berada pada
ketinggian sekitar 5 meter di atas permukaan air
sungai. Tahap kedua yaitu penentuan daerah
pelayanan. Pada kampung ini terdiri dari 70
kepala keluarga (KK). Jumlah tersebut menjadi
kriteria dasar untuk penentuan volume septic tank
komunal. Tahap terakhir adalah penentuan desain
WC komunal dan unit pengolahan air limbah.
Tahap ini membutuhkan opsi-opsi unit yang
8
2.2 Sanitasi
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih
untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi
sampah agar tidak dibuang sembarangan. (Depkes RI, 2004). Sanitasi lingkungan
adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya. (Notoadmodjo, 2003).
Dari definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk
memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang
sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat
mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka
kesejahteraaan juga akan berkurang. Karena itu, upaya sanitasi lingkungan
menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan.
10
(Sumber: Kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat direktorat jenderal cipta
karya direktorat pengembangan penyehatan lingkungan permukiman, 2016)
Gambar 2.1 Sistem pengelolaan air limbah domestik setempat
Sistem ini di pakai jika syarat-syarat teknis lokasi dapat dipenuhi dan
menggunakan biaya relatif rendah. Sistem ini sudah umum karena telah banyak
dipergunakan di Indonesia. Kelebihan sistem ini adalah:
1) Biaya pembuatan relatif murah
2) Bisa dibuat oleh setiap sektor ataupun pribadi
3) Teknologi dan sistem pembuangannya cukup sederhana
4) Operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab pribadi.
Disamping itu, kekurangan sistem ini adalah:
1) Umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi dan cuci.
2) Mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan pemeliharaan
tidak dilakukan sesuai aturannya.
2.2.2 Sistem sanitasi terpusat (Off-Site Sanitation)
13
individual. Penanganan dilakukan pada sebagian wilayah dari suatu kota, dimana
setiap rumah tangga yang mempunyai fasilitas MCK pribadi menghubungkan
saluran pembuangan ke dalam sistem perpipaan air limbah untuk dialirkan menuju
instalasi pengolahan limbah komunal. Untuk sistem yang lebih kecil dapat
melayani 2-5 rumah tangga sedangkan untuk sistem komunal dapat melayani 10-
100 rumah tangga atau bahkan dapat lebih.
(Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/)
Gambar 2.3 Skema sistem pengelolaan air limbah rumah tangga komunal
Bangunan IPAL terdiri dari bak tempat masuknya air limbah (inlet), bak
sedimentasi (settler) untuk pengendapan material yang dibawa dari air limbah
domestik, bak pembagi (gutter) yang memisahkan antara sedimentasi dengan air
limbah dari sedimentasi, bak anaerobic filter, carbon filter, anaerobic baffled
reactor sebagai media pengolahan air limbah, dan bak outlet hasil proses
pengolahan air limbah domestik yang sudah mengalami proses filtrasi di dalam
IPAL. Bentuk bangunan IPAL dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.
15
(Sumber: Rencana teknik rinci SPALD peningkatan kapasitas TFL sanimas IDB 2018)
Gambar 2.4 Desain IPAL Komunal
Perencanaan unit pengolahan air limbah domestik komunal memiliki
kapasitas rencana sesuai dengan standar kebutuhan, IPAL komunal memiliki
prosedur pelaksanaan yang terdiri dari sistem pelayanan sambungan rumah
diantaranya pipa tinja, pipa non tinja, pipa persil dan bak kontrol dengan.
Pengoperasian pemeliharaan dan rehabilitasi merupakan tanggung jawab pemilik
rumah (sambungan rumah atau SR).
2.3.1 Kriteria Design Bak Kontrol IPAL Komunal
Bak kontrol merupakan prasarana pendukung sub-sistem pelayanan yang
berfungsi sebagai prasarana untuk menahan sampah atau benda yang dapat
menyumbat pipa pengumpulan air limbah. Perencanaan bak kontrol dilaksanakan
dengan memperhatikan kriteria desain pada Tabel 2.1 berikut.
No Kriteria Keterangan
50 x 50 cm (bagian dalam) dengan tutup plat beton
1 Luas permukaan bak
yang dapat dibuka.
40 x 60 cm disesuaikan dengan kebutuhan
2 Kedalaman bak
kemiringan pipa persil yang masuk
Tabel 2.1 Kriteria design bak kontrol
(Sumber: Peraturan menteri PUPR no.04 tahun 2017)
Bak kontrol ditempatkan pada belokan jaringan perpipaan pada IPAL
dengan panjang dan pertemuan sambungan rumah tertentu, selain itu bak kontrol
juga ditempatkan jika ada perubahan ukuran saluran dan perubahan kemiringan
16
saluran.. Bak kontrol juga harus dilengkapi dengan penutup yang terbuat dari
beton bertulang atau plat baja yang dapat dibuka, setiap sisinya dilengkapi dinding
setinggi 10 cm lebih tinggi dari permukaan tanah, untuk mencegah masuknya
limpasan air hujan. Bahan dinding bak kontrol terbuat dari batu bata atau
sejenisnya dan juga pemasangan bak kontrol bisa dilaksanakan dengan pabrikasi
(precast).
Berdasarkan gambar perencanaan IPAL komunal KSM Roda Mas,
terdapat 5 tipe bak kontrol yang digunakan diantaranya:
1) Bak kontrol primer Ø8” adalah bak kontrol yang berukuran 0,6 m x 0,6 m x
0,5 m terdapat 2 lubang pipa induk berukuran 8”. Gambar rencana bak
kontrol sekunder dapat dilihat pada Gambar 2.5
3) Bak kontrol sekunder Ø4”adalah bak kontrol yang berukuran 0,6 m x 0,6 m x
0,5 m terdapat 2 lubang pipa persil (semi induk) berukuran 4”. Gambar
rencana bak kontrol sekunder dapat dilihat pada Gambar 2.7
5”, 4”, 2½”, 1½”, 1¼”, 1”, ¾”, ½”, dan ¼. Bentuk pipa PVC dapat dilihat
pada Gambar 2.10.
N Potensi Korosi
Jenis Material Kekuatan
o dan Erosi
domestik pada setiap blok pelayanan. Adapun persentase timbulan air limbah
domestik yakni sebesar 60-80% dari pemakaian air minum.
Tabel 2.5 Pemakaian Air Minum Kawasan
Pemakaian
No Penggunaan Gedung Satuan
Air
1 Rumah Susun 100 L/penghuni/hari
2 Asrama 120 L/penghuni/hari
3 Sekolah Dasar 40 L/siswa/hari
4 SLTP 50 L/siswa/hari
5 SMU/SMK 80 L/siswa/hari
6 Ruko/Rukan 100 L/penghuni dan pegawai/hari
7 Kantor/Pabrik 50 L/pegawai/hari
8 Toserba/Toko Pengecer 5 L/m3
9 Restoran 15 L/kursi
10 Hotel Berbintang 250 L/tempat tidur/hari
11 Stasiun/Terminal 3 L/penampung tiba dan pergi
12 Peribadatan 5 L/orang
(Sumber: Pedoman perencanaan teknik terinci sistem pengolahan air limbah domestik terpusat
keementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat direktorat jenderal cipta karya direktorat
pengembangan penyehatan lingkungan permukiman cetakan pertama, 2018)
Perhitungan untuk menentukan jumlah debit air limbah yang dihasilkan
baik dari grey water maupun black water dan sedimentasi dari penggunaan air
bersih pada aktivitas rumah tangga adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan air/orang/hari yang ditentuan.
2) Volume air limbah (q) yang dihasilkan akibat aktivitas rumah tangga
ditentukan besarnya adalah 80%, sehingga nilai Q menjadi:
Q=80 % x Volume penggunaan air bersih (2.8)
Keterangan:
Q = Volume air limbah (liter/hari/jiwa)
3) Debit air limbah yang dihasilkan dengan perencanaan dalam hitungan jiwa:
Qlimbah =Jiwa x jiwa (2.9)
Keterangan:
Qlimbah = Debit air limbah yang dihasilkan (m3/hari)
4) Limbah padat/slude/lumpur, ditentukan besarnya adalah 6%:
Qlumpur =6 % x volume limbah (2.10)
25
Keterangan:
Qlumpur = Limbah padat/slude/lumpur (m3/hari)