Palang Merah Remaja (disingkat PMR) adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja
PMI, yang selanjutnya disebut PMR.Terdapat di PMI kota atau kabupaten di seluruh Indonesia, dengan
anggota lebih dari 5 juta orang, anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan prinsip-prinsip
dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional, serta mengembangkan kapasitas
organisasi PMI.
Kebijakan PMI dan federasi tentang pembinaan Remaja bahwa:
Karakteristik PMR
Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya
1. PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12
tahun). Warna slayer hijau muda
2. PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah
Pertama (12-15 tahun). Warna slayer biru langit
3. PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-
17 tahun). Warna slayer kuning cerah
Hak dan kewajiban PMR
Hak
Kewajiban
Keterlibatan anggota remaja PMI dalam kegiatan Tri Bakti PMR disesuaikan dengan
kompetensi dan ketertarikan mereka, serta kebutuhan PMI dan remaja. Dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan, mereka memerankan fungsi yang berbeda-beda.
PMR Mula berfungsi sebagai peer leadership, yaitu dapat menjadi contoh/model
ketrampilan hidup sehat bagi teman sebaya.
PMR Madya berfungsi sebagai peer support, yaitu memberikan dukungan, bantuan,
semangat kepada teman sebaya agar meningkatkan ketrampilan hidup sehat.
PMR Wira berfungsi sebagai peer educator, yaitu pendidik sebaya keterampilan
hidup sehat.
Gerakan kepalangmerahan
Cakupan materinya antara lain bekerja sama, berkomunikasi, bersahabat, menjadi pendidik
sebaya, memberikan dukungan, menjadi contoh perilaku hidup sehat.
Pertolongan Pertama
Cakupan materinya antara lain merawat keluarga yang sakit di rumah, perilaku hidup sehat,
kebersihan diri dan lingkungan.
Kesehatan Remaja
Kesiapsiagaan Bencana
Cakupan materinya antara lain jenis bencana, cara-cara pencegahan, mempersiapkan diri,
teman, dan keluarga menghadapi bencana.
Donor darah
Cakupan materinya antara lain kampanye donor darah, merekrut donor darah remaja,
mempersiapkan diri menjadi pedonor, mengadakan kegiatan donor darah pada saat wabah
demam berdarah atau setelah kejadian bencana.
Pada awal pelatihan seluruh anggota PMR akan mendapatkan informasi mengenai cakupan
materi dan tujuan yang akan dicapai. Pada tahap ini pelatih maupun fasilitator
mengidentifikasi anggota yang baru pertama bergabung dengan PMR, dan anggota yang
melanjutkan keanggotaannya (misalnya dari anggota PMR Mula melanjutkan ke PMR
Madya). Anggota yang baru bergabung akan mengikuti proses pelatihan sejak awal,
sedangkan yang melanjutkan keanggotaannya maka dapat dilibatkan sebagai asisten untuk
membantu teman-temannya memahami materi. Suatu sistem penghargaan, pengakuan,
pemantauan, dan evaluasi tingkat pengetahuan, keterampilan, pemahaman, dan sikap
dirancang dalam bentuk syarat kecakapan PMR.
Setiap materi dan kegiatan saling terkait. Ketika belajar siaga banjir, maka akan belajar juga
tentang Pertolongan Pertama pada luka atau sakit akibat banjir (diare, demam, akibat
terbentur benda keras, luka lecet), sanitasi dan air bersih, bagaimana menerapkan 7 Prinsip
dan kepemimpinan jika memberikan pertolongan, cara-cara menyelenggarakan aksi donor
darah untuk korban banjir, belajar kandungan gizi yang tepat jika akan menyumbang bahan
makanan, bagaimana menyelenggarakan acara-acara untuk menghibur remaja dan anak
korban bencana.
Jumbara PMR
Jumbara atau Jumpa Bhakti Gembira PMR adalah salah satu kegiatan besar organisasi PMI
disetiap tingkatan untuk pembinaan dan pengembangan PMR seperti halnya jambore pada
organisasi Pramuka. Jumbara diadakan dalam setiap tingkatan PMI . Ada jumbara tingkat
kecamatan, kabupaten/kota , provinsi dan Jumbara Nasional, di mana pelaksanaannya
disesuaikan dengan kemampuan PMI di wilayah yang bersangkutan.
Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan
pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka
dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama. Tujuannya ialah melindungi jiwa
dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan
saling pengertian, kerja sama dan perdamaian abadi antarsesama manusia.
Kesamaan
Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka
berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial, atau pandangan politik. Tujuannya
semata-mata ialah mengurangi penderitaan orang lain sesuai dengan kebutuhannya dengan
mendahulukan keadaan yang paling parah.
Kenetralan
Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau
ideologi.
Kemandirian
Gerakan bersifat mandiri, setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi
pemerintah di bidang kemanusiaan dan harus menaati peraturan hukum yang berlaku di
negara masing-masing, namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar
sejalan dengan prinsip dasar gerakan.
Kesukarelaan
Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari
keuntungan apapun.
Kesatuan
Di dalam satu Negara hanya boleh ada satu perhimpunan nasional dan hanya boleh memilih
salah satu lambang yang digunakan Palang merah atau Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat
terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah negara bersangkutan.
Kesemestaan
Gerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir di seluruh dunia. Setiap perhimpunan
nasional mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama
dalam membantu sama lain.
Sejarah Terbentuknya PMR di Indonesia Terlengkap
written by Devita Retno
Palang Merah Remaja atau PMR adalah wadah untuk membina dan mengembangkan para
anggota remaja dari Palang Merah Indonesia (PMI). Cabang PMR tersebar di PMI kota atau
kabupaten seluruh Indonesia dengan lebih dari lima juta anggota sehingga PMR menjadi
salah satu sumber kekuatan PMI dalam melaksanakan berbagai kegiatan kemanusiaan,
kesehatan dan siaga bencana, untuk mempromosikan prinsip – prinsip dasar palang merah
dan bulan sabit merah dalam skala internasional, juga mengembangkan kapasitas dalam
organisasi PMI.
PMR menjadi organisasi binaan PMI yang dipusatkan di sekolah – sekolah atau kelompok –
kelompok masyarakat dengan tujuan untuk membangun dan mengembangkan karakter
kePalang Merahan dalam diri anak – anak agar dapat disiapkan untuk menjadi relawan PMI
di masa depan. Karakteristik PMR adalah bersih, sehat, kepemimpinan, peduli, kreatif,
kerjasama, bersahabat dan ceria.
PMI baru dapat direalisasikan pendiriannya setelah proklamasi kemerdekaan ketika Buntaran,
Menteri Kesehatan menyiapkan pembentukannya. Tanggal 17 September 1945 menjadi saksi
pendirian badan kemanusiaan bangsa Indonesia yang lepas dari campur tangan penjajah.
Penyerahan aset dari Nerkai ke PMI dilakukan pada 16 Januari 1950 setelah kedaulatan
Indonesia diakui oleh Belanda dan sejak saat itu PMI mulai fokus memberikan bantuan
kemanusiaan pada rakyat. Setelah itu mulai ada wacana untuk mengenalkan badan
kemanusiaan ini kepada remaja, dan mencetuskan ide untuk sejarah terbentuknya PMR.
Setelah PMI bergabung ke dalam Palang Merah Internasional, dilakukan kongres – kongres
PMI untuk mematangkan fungsi dari badan kemanusiaan tersebut. Dalam kongres PMI ke 4
pada 25 – 27 Januari 1950 ide untuk membentuk PMR dicetuskan. Ide tersebut berasal dari
pengerahan anak – anak sekolah di Austria pada Perang Dunia I untuk membantu kegiatan
perang sesuai kemampuan mereka, misalnya mengumpulkan pakaian bekas, majalah atau
koran bekas, barang – barang yang bisa digunakan dalam perang lainnya.
Ide tersebut diterapkan dengan sejarah terbentuknya PMR yang berada di bawah pembinaan
PMI, yang kemudian diterapkan pada beberapa sekolah di Indonesia. PMR dipimpin oleh Ny.
Siti Dasimah dan Paramita Abdurrahman, sehingga tanggal 1 Maret 1950 menjadi tanggal
resmi berdirinya PMR Indonesia. PMR pertama Indonesia berada di Bandung, dan PMR
kedua didirikan di Kudus. Ada tiga tingkatan PMR yaitu :
PMR Mula untuk sekolah dasar (10-12 tahun) dengan warna slayer hijau muda
PMR Madya untuk sekolah menengah pertama (12-15 tahun) dengan warna slayer biru
langit.
PMR Wira untuk sekolah menengah atas (15-17 tahun) dan slayer berwarna kuning cerah.
Prinsip Dasar PMR
Pada sejarah terbentuknya PMR diperkenalkan 7 Prinsip Dasar Palang Merah Dan Bulan
Sabit Merah Internasional yaitu:
Kemanusiaan – Gerakan ini berasal dari keinginan untuk menolong korban yang terluka
dalam pertempuran tanpa adanya pembedaan serta untuk mencegah dan mengatasi
penderitaan sesama manusia.
Kesamaan – Membantu orang yang menderita tanpa membedakan mereka berdasarkan
kebangsaan, ras, agama dan lain sebagainya untuk mengurangi penderitaan yang dialami
sesuai kebutuhan dengan prioritas pada kondisi yang paling parah.
Kenetralan – Gerakan ini tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan mengenai
politik, ras, agama atau ideologi.
Kemandirian – Gerakan ini sifatnya mandiri, menaati hukum yang berlaku di negara masing
– masing tetapi bersifat otonom dan tetap menjaga tindakan sejalan dengan prinsip dasar dari
gerakan.
Kesukarelaan – Memberi bantuan berdasarkan sukarela tanpa adanya unsur mencari
keuntungan dalam bentuk apapun.
Kesatuan – Hanya boleh ada satu perhimpunan nasional dalam satu negara dan lambang yang
digunakan juga hanya dibolehkan satu saja antara lambang palang merah atau bulan sabit
merah.
Kesemestaan – Gerakan ini ada di seluruh dunia, memiliki status yang sederajat dengan hak
serta tanggung jawab yang sama dalam usaha membantu sesama manusia.
Pelatihan Untuk Anggota PMR
Pelatihan anggota PMR wajib dilakukan sebelum dapat terlibat sepenuhnya dalam setiap
kegiatan. Anak – anak yang dilatih dalam PMR kelak akan menjadi kader PMI. Anggota
PMR akan diberikan pelatihan materi pokok berupa Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK) dari PMI. Setelah lulus pelatihan tersebut, maka mereka akan diberikan kartu
anggota, tanda pengenal dan seragam resmi. Proses pelatihan dilakukan sesuai dengan
kurikulum yang ditetapkan PMI dengan waktu yang menyesuaikan dengan kalender
pendidikan, kegiatan tertentu atau waktu – waktu yang telah disetuju bersama antara PMI,
pelatih dan anggota PMR. Kebijakan PMI dan federasi mengenai pembinaan remaja yaitu:
Remaja adalah prioritas pembinaan baik sebagai anggota ataupun dalam kegiatan kepalang
merahan.
Remaja memiliki peran penting dalam mengembangkan kegiatan kepalang merahan.
Remaja juga berperan penting dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan serta proses
pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI.
Remaja merupakan kader yang bersifat relawan
Remaja adalah calon pemimpin PMI masa depan.
Materi Pelatihan PMR
Pada awal pelatihan, seluruh anggota akan diberikan informasi materi dan tujuan pelatihan
tersebut. Para pelatih dan fasilitator akan mengidentifikasi anggota yang baru bergabung dan
anggota yang melanjutkan keanggotaannya. Untuk anggota baru akan mengikuti proses
pelatihan sejak awal sedangkan untuk anggota lanjutan akan dijadikan sebagai asisten untuk
membantu pemahaman materi rekan – rekannya. Syarat kecakapan PMR dirancang dalam
bentuk penghargaan, pengakuan, pemantauan dan juga adanya evaluasi. Beberapa materi
pokok pelatihan PMR adalah:
Gerakan Palang Merah – Materi palang merah mencakup sejarah, lambang, kegiatan tentang
palang merah, dan prinsip – prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah
internasional.
Kepemimpinan – Materinya mencakup kerjasama, komunikasi, persahabatan, menjadi
pendidik bagi rekan sebaya, mendukung dan mencontohkan perilaku hidup sehat.
Pertolongan Pertama – Materinya berupa cara menghubungi dokter atau rumah sakit,
melakukan pertolongan pertama di sekolah dan rumah juga menolong diri sendiri.
Sanitasi dan Kesehatan – Mencakup perawatan keluarga yang sakit di rumah, perilaku hidup
sehat, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Kesehatan Remaja – Pelatihan mengenai Kesehatan reproduksi, NAPZA, HIV/AIDS
Siap Siaga Bencana – Mengenai jenis – jenis bencana, cara pencegahan bencana, persiapan
diri, teman dan keluarga dalam menghadapi bencana.
Donor Darah – Kampanye mengenai donor darah, perekrutan donor darah remaja, persiapan
menjadi pendonor, mengadakan kegiatan donor darah pada saat wabah demam berdarah atau
pada saat bencana.
Setelah pelatihan, para anggota PMR baru dapat melaksanakan Tri Bhakti PMR yaitu
meningkatkan keterampilan masyarakat untuk hidup sehat, berkarya serta berbakti di
masyarakat dan mengeratkan persahabatan yang terjalin secara nasional dan internasional.
Karena tidak setiap waktu ada kegiatan, maka untuk mengisi waktu senggang PMR biasanya
diberikan tugas pengumpulan dana pada bulan PMI, mengunjungi rumah sakit dan panti
asuhan.
Disana mereka bertugas memberikan hiburan dengan berbagai kegiatan yang dapat
meningkatkan mental pasien agar dapat segera sembuh dari penyakitnya. Selain itu dalam
sejarah terbentuknya PMR juga diadakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kebersamaan para anggota seperti Jumbara (Jumpa Bakti Gembira) yang mirip seperti
Jambore Pramuka, diadakan di tiap tingkatan mulai kabupaten, daerah dan nasional.
Sejarah PMR
kepalang merahan
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang
bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah
berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di
seluruh Indonesia.
Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi
mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan
jiwanya.
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya
12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama
Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indië (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat
pendudukan Jepang.
Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut dipelopori Dr.
R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan
tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia, dan diajukan ke
dalam Sidang Konferensi Narkei pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.
Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat
pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional,
namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk
yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.
Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr.
Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.
Dibantu Panitia lima orang terdiri atas Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai
Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala,
mempersiapkan terbentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah
kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat ini
dikenal sebagai Hari PMI.
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas
kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949
yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.
Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25 tahun
1925 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional yang
menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963. ''''Teks tebal
Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi tentang
memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan,
penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di
masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu
penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan dengan
pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi, maupun
Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di
Jenewa Swiss tahun 1999.
Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar di
bidang kemanusiaan.
Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di bidang
sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan Bantuan
dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan, Pelayanan
Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI dibidang
kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain sebagai
berikut:
Membantu saat terjadi peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa
perang kemerdekaan RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah
melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian Jaya, Timor Timur dengan operasi kemanusiaan di Dilli,
pengungsi di Pulau Galang.
Membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban
gempa bumi (6,8 skala Richter) di Kabupaten Jayawijaya, bencana Gunung Galunggung (1982),
Gempa di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi (1994), gempa di Bengkulu dengan 7,9
skala Richter (1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara (2001),
korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta membantu
korban banjir di Lhokseumawe Aceh, Gorontalo, Nias, Jawa Barat, Tsunami di Nangroe Aceh
Darussalam, Pantai Pangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah.
Semua dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat kesukarelawanan yang tulus
membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari pertolongan dan evakuasi, pencarian,
pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur umum, rumah sakit lapangan, pemberian
paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.
Transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk
pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1980 telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah.
Keberadaan Unit Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat dan pertolongan
bagi para pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau bahkan jutaan orang
terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI. Demikian pula halnya dengan
pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah memiliki poliklinik secara lengkap
guna memberikan pelayanan kepada masyarakat secara murah.
Basis Masyarakat
Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini
PMI tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness (Kesiapsiagaan
Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas
masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang
terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang secara
langsung terkena dampak bila terjadi bencana.
Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan
Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA)
Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak
gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR
maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan juga Palang Merah Remaja atau PMR dan seluruh unsur ini
selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu
kesemestaan
7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional
Kemanusiaan (humanity)
Kesamaan (impartiality)
Kenetralan (neutrality)
Kemandirian (independence)
Kesatuan (unity)
Kesemestaan (universality)
Hymne PMI
PMI
Siaga setiap waktu
Mars PMI
Di seluruh dunia
Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang adalah
seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan Palang Merah
Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah Bandung. Bisa
dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.
Bhakti Remaja
Lihat pula
PMRmania Indonesia
Transfusi darah
Donor darah
Pranala luar
Add a comment
PMR Sudrajat
blog ini adalah berisi tentang kehidupan seseorang dan perjuangan serta kepalang merahan. Semoga
blog ini bermanfaat bagi kita semua......
kepalang merahan
kepramukaan
pendidikan
pengumuman
Download
Home
Nov
22
Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang
bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan,
kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah
berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di
seluruh Indonesia.
Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi
mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan
jiwanya.
dalam PMR ada tugas yang harus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti yang harus diketahui,
dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR tersebut adalah:
TINGKATAN PMR
Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya
PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun). Warna emblem
Hijau
PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama (12-15 tahun).
Warna emblem Biru Langit
PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-17 tahun).
Warna emblem Kuning
Dalam PMR dikenalkan 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap
anggotanya. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama"7 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional" (Seven Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent).
Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan
kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk
mencegah serta mengatasi penderitaan sesama. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan
serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian,
kerja sama dan perdamaian abadi antar sesama manusia.
Kesamaan
Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka
berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. tujuannya semata-mata
ialah mengurangi penderitaan orang lain sesuai dengan kebutuhannya dengan mendahulukan
keadaan yang paling parah.
Kenetralan
Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau ideologi.
Kemandirian
Gerakan bersifat mandiri, setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi
pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus mentaati peraturan hukum yang berlaku dinegara
masing-masing, namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan
dengan prinsip dasar gerakan.
Kesukarelaan
Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan
apapun.
Kesatuan
Didalam satu Negara hanya boleh ada satu perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah
satu lembaga yang digunakan Palang merah Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan
melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara bersangkutan.
Kesemestaan
Gerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap perhimpunan Nasional
mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam
membantu sama lain.
Sejarah Palang Merah, Berawal dari Nerkai, PMI, hingga Lahirnya PMR Kompas.com - 17/09/2018,
17:21 WIB BAGIKAN: Komentar Palang Merah Remaja.- Gubernur DKI R. Soeprapto Sabtu pagi di
halaman Balaikota memeriksa apel PMR yang diikuti 2.000 pelajar. Para remaja ini akan melakukan
kunjungan dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan dana bagi PMI DKI. (Kompas/Suryopratomo)
Penulis Aswab Nanda Pratama | Editor Bayu Galih KOMPAS.com - Palang Merah Indonesia ( PMI)
lahir untuk membantu sesama dalam bidang sosial dan kemanusian. Inisiasi pertama datang dari dua
orang Indonesia bernama dr RCL Senduk dan Bahder Djohan pada 1932. Keduanya sepakat untuk
membentuk badan kemanusiaan, namun di bawah pengawasan bumiputra. Rencana tersebut
mendapat penolakan dari Kolonial Belanda yang masih menjajah Indonesia. Badan kemanusiaan
sedianya memang hanya ada satu dalam sebuah negara. Sedangkan posisi Indonesia ketika itu
belum merdeka. Saat itu sudah ada (Nederlands Rode Kruiz Afdelinbg Indie (Nerkai) yang merupakan
organisasi palang merah. Nerkai sendiri merupakan organisasi yang semula bernama Het Nederland-
Indiche Rode Kruis (NIRK), yang didirikan pada 21 Oktober 1873. Setelah proklamasi kemerdekaan,
PMI baru bisa terealisasi setelah Menteri Kesehatan Buntaran menyiapkan pembentukan badan
tersebut. Kemudian, 17 September 1945 menjadi saksi lahirnya badan kemanusiaan "milik bangsa
Indonesia" terlepas dari bayang-bayang penjajah. Serah terima naskah dari Nerkai ke PMI terjadi
pada 16 Januari 1950, setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Sejak saat itu, PMI mulai
fokus terhadap memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat. Setelah berjalan, PMI mulai
berpikir untuk memberikan pengenalan badan ini kepada lingkungan remaja yang akhirnya
terbentuk Palang Merah Remaja (PMR). Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Lahirnya Palang Merah
Indonesia (PMI) Lahirnya Palang Merah Remaja Setelah serah terima aset dari Nerkei ke PMI, kini
tinggal untuk mematangkan fokus dan arah tujuan dari PMI. Berbagai kegiatan diselenggarakan,
hingga bergabungnya keanggotaan PMI ke Komite Palang Merah Internasional. Kongres PMI juga
dilakukan untuk mematangkan fungsi dari badan ini. Pada 25-27 Januari 1950, dilaksanakan Kongres
PMI ke-4 di Jakarta. Ketika itu muncul sebuah gagasan untuk membentuk badan ini untuk tingkat
pemuda. Gagasan tersebut dilatarbelakangi ketika Perang Dunia I, Austria mengarahkan anak-anak
sekolah untuk membantu kegiatan perang sesuai kemampuannya. Anak-anak muda bisa
mengumpulkan pakaian bekas, mengumpulkan majalah/koran bekas, dan mengumpulkan serta
menghimpun barang yang bisa digunakan dalam berperang. Dari situlah, ide ini diterapkan dengan
berdirinya Palang Merah Remaja (PMR). PMR resmi dalam wadah pembinaan dan pengembangan
anggota remaja PMI. Dari situlah, akhirnya PMR diterapkan pada beberapa sekolah yang ada di
Indonesia. PMR terbagi mejadi tiga tingkatan, yaitu PMR Mula untuk tingkatan sekolah dasar, PMR
Madya untuk sekolah menengah pertama dan PMR wira untuk sekolah menengah atas. Melalui
kepelatihan PMR ini nantinya sebagai kader dalam ranah PMI. Setiap anggota PMR wajib
mendapatkan pelatihan sebelum terlibat sepenuhnya dalam setiap kegiatan. Dalam Harian Kompas
edisi 27 Mei 1974, dijelaskan bahwa anggota PMR diberikan materi pokok PPPK (Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan ) oleh PMI. Baru setelah dinyatakan lulus, mereka diberikan kartu anggota,
tanda pengenal dan seragam resmi. Tak setiap waktu ada kegiatan, oleh karena itulah untuk mengisi
waktu senggang biasanya PMR diberikan tugas utuk pengumpulan dana pada bulan PMI,
mengunjungi rumah sakit dan panti asuhan. Di rumah sakit dan panti asuhan, mereka memberikan
hiburan hiburan melalui berbagai aktivitas yang membantu meningkatkan faktor psikologi seseorang
agar segera sembuh. Selain acara-acara seperti itu, PMR juga mengadakan kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kebersamaan antar-anggota kelompok. Kegiatan yang bernama Jumbara atau
Jumpa Bakti Gembira yang merupakan jambore seperti halnya organisasi pramuka. Biasanya
organisasi ini diadakan pada tiap tingkatan seperti kabupaten, daerah dan bahkan nasional.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Palang Merah, Berawal dari Nerkai,
PMI, hingga Lahirnya PMR", https://nasional.kompas.com/read/2018/09/17/17212001/sejarah-
palang-merah-berawal-dari-nerkai-pmi-hingga-lahirnya-pmr?page=all.
by : levina jescelind v
Anggota PMR:
Kegiatan PMR:
Untuk Mendaftar sebagai anggota PMR, dapat menghubungi paihak sekolah masing-
masing.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Palang Merah, Berawal dari
Nerkai, PMI, hingga Lahirnya
PMR", https://nasional.kompas.com/read/2018/09/17/17212001/sejarah-palang-merah-berawal-
dari-nerkai-pmi-hingga-lahirnya-pmr?page=all.
Penulis : Aswab Nanda Pratama
Editor : Bayu Galih
§ Wanita
Pria usia di bawah 18 tahun Warga NegaraIndonesia.§ Mendaftarkan diri secara sukarela di
sekolah masing
KEWAJIBAN :
tugas Kepalangmerahan dan tergabung dalam wadah /kegiatan Palang Merah Remaja.C.
Menjaga nama baik organisasi serta mempererat persahabatan baik nasional
maupuninternasional.D. Mempertinggi ketrampilan dan kecakapan dalam tugas
Kepalangmerahan.
HAK :
A. Dapat menjadi Anggota Biasa PMI jika telah mencapai usia 18 tahun.B. Mendapat
kesempatan pendidikan Kepalangmerahan.C. Ikut aktif dalam Palang Merah Remaja.D. Dapat
mengikuti kegiatan
Maret 1950
yang merupakan perwujudan dari keputusan Liga Palang Merah ( League of the Red Cross and
Red CrescentSocieties ). Terbentuknya
PMR
di Indonesia ini dan juga PMR dibeberapa Palang Merah Nasional lainnya dilatarbelakangi oleh
pecahnya Perang Dunia ke 1, dimana pada waktu ituPalang Merah Australia mengerahkan anak
–
anak sekolah supaya turut membantu sesuaidengan kemampuannya. Kepada mereka diberikan
tugas ringan, seperti mengumpulkan pakaian bekas, majalah
yang dinamakan ―
PalangMerah Remaja
negara lain.
PMR MULA
PMR MADYA
PMR WIRA
tugas Kepalangmerahan, seperti turut membantu memberikan pertolongan P3K, dan lain
lain, namun tugas kewajiban utama yang dibebankan kepada PMR adalah :
§ Wanita
Pria usia di atas 19 tahun Warga NegaraIndonesia.§ Mendaftarkan diri secara sukarela atas
nama pribadi.§ Mengetahui azas dan tujuan PMI dan bersedia mengikuti tata tertib organisasi
PMI.
KEWAJIBAN :
A. Membayar iuran anggota.B. Menyumbangkan pikiran, tenaga dan dana untuk menolong
sesama yang menderita sesuaidengan kemampuan.C. Menjaga nama baik organisasi.D.
Memajukan organisasi.
HAK :
A. Hak suara dalam rapat organisasi.B. Hak memilih dan dipilih, menjadi Pengurus PMI.C.
Mendapatkan informasi tentang organisasi.
D. Mendapatkan kesempatan pendidikan dan latihan Kepalangmerahan.E. Ikut aktif dalam Korps
Sukarela.F. Mendapatkan kesempatan begotongroyong, dan saling menolong antara anggota
PMI.G. Menikmati kepuasan batin sebagai insan yang memperhatikan nasib sesama