Anda di halaman 1dari 7

KELEKATAN DAN INTIMASI PADA DEWASA AWAL

Handini Agusdwitanti1
Siti Marliah Tambunan2
Retnaningsih3
1,2,3
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No 100, Depok, 16424, Jawa Barat
3
retnaningsih01yahoo.com

Abstrak

Kelakatan adalah ikatan emosional yang mendalam antara satu individu dengan yang lain,
yang dapat memberikan rasa aman, tergantung dari kualitas hubungan tersebut.
Berdasarkan kualitas hubungan tersebut terbentuk internal working model yang bertahan
sepanjang waktu dan dapat mempengaruhi hubungan dengan pasangan romantic individu
tersebut, di masa dewasa yang berkaitan dengan intimacy. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara kelekatan dengan intimacy pada dewasa awal. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah
pria dan wanita yang berada pada rentang usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun dan
sedang menjalin hubungan, baik yang sedang berpacaran maupun yang sudah menikah.
Subyek berjumlah 75 orang. Alat ukur yang digunakan adalah skala kelekatan dan skala
intimacy. Dari hasil analisis data diketahui ada hubungan yang signifikan antara kelekatan
dengan intimacy pada dewasa awal.

Kata Kunci: Kelekatan, Intimacy, Dewasa awal

ATTACHMENT AND INTIMACY IN YOUNG ADULTS

Abstract

Attachment is deep emotional bond between individuals which can provide security,
depending on the quality of the relationship. Based on the quality of relationship, individuals
will develop an internal working model that can last throughout a lifetime and will likely to
affect intimate relationships that they will have with romantic partners during adulthood. The
goal of this quantitative research was to investigate the relationship between attachment and
intimacy in young adults. Seventy five subjects participated in the research, consisted of men
and women between the ages of 20 to 40 years old, who were in a relationship, varying from
dating to marriage. The instruments of this research were attachment scale and intimacy
scale. The research shows there is a significant relationship between attachment and
intimacy in young adults.

Keywords: Attachment, Intimacy, Young adulthood

PENDAHULUAN salah satu tahap perkembangan tersebut


adalah masa dewasa awal. Menurut Papalia,
Setiap manusia dalam kehidupannya Old, dan Feldman (2008), masa dewasa
pasti menjalani tahapan perkembangan, awal (young adulthood) berkisar antara usia

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 18


20 sampai dengan 40 tahun. Salah satu tugas macam-macam, karena percekcokan
perkembangan yang penting bagi dewasa internal, kurangnya komunikasi diantara
awal adalah menjalin hubungan intim. pasangan, tidak ada tanggung jawab, per-
Menurut Erikson (dalam Papalia, Old, & selingkuhan, ataupun prasangka buruk deng-
Feldman, 2008) tugas perkembangan dewa- an pasangan (Kompas.com, 2011).
sa awal untuk menjalin hubungan intim Suami atau istri yang menjalin intimasi
berkaitan dengan krisis intimacy vs akan lebih mudah untuk menyesuaikan diri
isolation. Pada tahap dewasa awal ini, sepanjang kehidupan pernikahannya, terma-
individu berusaha memperoleh intimasi suk menyesuaikan diri terhadap perubahan-
yang dapat diwujudkan melalui komitmen perubahan kritis yang terjadi. Intimasi di
terhadap suatu hubungan dengan orang lain, awal-awal pernikahan dapat menjadi landa-
baik dalam hubungan pacaran atau menikah. san yang kuat untuk menjalani kehidupan
Bila seorang dewasa awal tidak mampu pernikahan selanjutnya. Hal tersebut sesuai
membentuk komitmen tersebut, ia akan dengan pandangan Erickson (dalam Papalia,
merasa terisolasi dan self-absorbed. Old, & Feldman, 2008) bahwa intimasi yang
Intimasi adalah pengalaman yang ditan- dibawa sejak masa awal pernikahan mem-
dai oleh adanya kedekatan, kehangatan dan berikan kemampuan mendasar untuk dapat
komunikasi yang mungkin disertai atau menghadapi tantangan selanjutnya. Jika
tanpa melibatkan kontak seksual (Rosen pasangan berhasil melewati tahap pertama
bluth & Steil, dalam Papalia, Old, & dengan baik, maka kemungkinan mereka
Feldman, 2008). Seseorang akan menjadi akan melewati tahap berikutnya dengan
lebih intim, selama ada keterbukaan, saling mulus pula. Namun, jika tahap awal tak
responsif pada kebutuhan satu sama lain, dapat dilewati dengan baik, maka tahap
serta adanya penerimaaan dan penghargaan selanjutnya akan menimbulkan masalah
yang saling menguntungkan (Papalia, Old, yang lebih parah. Meskipun intimasi penting
& Feldman, 2008). Keintiman juga meliputi dalam suatu hubungan, namun pada
kebutuhan untuk membentuk hubungan bagi kenyataannya tidak semua orang dapat
tingkah laku manusia dan rasa memiliki menjalin hubungan intimasi yang baik
(sense of belonging). Intimasi dengan lawan dengan orang lain atau pasangan romantis
jenis umumnya terjadi dalam konteks mereka. Hal ini bisa dipengaruhi oleh
berpacaran dan pernikahan, dan untuk mem- banyak faktor, seperti yang disebutkan oleh
pertahankan hubungan yang baik dengan Cox (1978) yang mengatakan bahwa
teman dan pasangan serta mendapatkan intimasi dapat dipengaruhi oleh pengalaman
kepuasan dalam menjalankan hubungan masa lalu, kecemasan akan identitas diri,
romantis, setiap individu memerlukan inti- ketakutan akan terungkapnya kelemahan,
masi. membawa kekesalan atau dendam masa lalu
Intimasi dalam sebuah hubungan, baik ke masa kini, konflik masa kecil yang tidak
dalam hubungan berpacaran dan pernikahan terselesaikan, ketakutan akan mengung-
sangat diperlukan, karena pada dasarnya kapkan perasaan yang tidak nyaman bagi
hubungan romantis melibatkan kedekatan dirinya. Salah satu pengalaman masa lalu
dan ketergantungan antara pasangan. Inti- yang kemungkinan menentukan kemampuan
masi bagi pasangan sangat bermanfaat untuk individu dalam menjalin intimasi adalah
melakukan komunikasi dan menghindari kualitas kelekatan yang terbentuk pada masa
tingkat kesalahpahaman antara mereka kecil.
berdua. Seperti yang terjadi di Pangkalan Ainsworth (dalam Belsky, 1998)
Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, menyatakan kelekatan adalah suatu hu-
Kalimantan Tengah, mencatat sekitar 123 bungan emosional atau hubungan yang
kasus dari 247 kasus perceraian di wilayah bersifat afektif antara satu individu dengan
itu selama tahun 2009. Penyebab utama individu lainnya yang mempunyai arti
retaknya hubungan dalam keluarga ber- khusus. Hubungan yang dibina akan

19 Agusdwitanti, dkk, Hubungan Kelekatan …


bertahan cukup lama dan memberikan rasa sehingga nantinya mereka menjadi tidak
aman walaupun figur lekat tidak tampak percaya diri, tidak percaya kepada orang
dalam pandangan anak. Sebagian besar lain, menolak untuk mengikuti aturan
anak telah membentuk kelekatan dengan bertingkah laku, mengasingkan diri
pengasuh utama (primary care giver) pada (isolating) dan perhatian hanya terarah pada
usia sekitar delapan bulan dengan proporsi diri sendiri. Hal ini akan membuat anak
50% pada ibu, 33% pada ayah dan sisanya mengalami masalah dalam hubungan
pada orang lain. Kelekatan bukanlah ikatan sosialnya (Bowlbly dalam Santrock, 2002).
yang terjadi secara alamiah. Ada serang- Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kaian proses yang harus dilalui untuk anak yang mengalami gangguan kelekatan
membentuk kelekatan tersebut. memiliki orang tua yang juga mengalami
Berdasarkan kualitas hubungan anak masalah yang sama dimasa kecilnya. Hal
dengan pengasuh, maka anak akan ini menjadi sebuah lingkaran yang tidak
mengembangkan konstruksi mental atau akan terputus bila tidak dilakukan.
internal working model mengenai diri dan Orang tua mungkin telah terlibat dalam
orang lain yang akan akan menjadi meka- pengalaman emosional, dan peristiwa
nisme penilaian terhadap penerimaan ling- traumatis sebelumnya yang mereka alami
kungan (Bowlby dalam Pramana, 1996). dan akan membentuk representasi internal
Anak yang merasa yakin terhadap working model mereka. Main dkk. (1995)
penerimaan lingkungan akan mengembang- menyatakan bahwa internal working model
kan kelekatan yang aman dengan figur yang dikembangkan pada masa bayi
lekatnya (secure attachment) dan mengem- berpengaruh untuk individu pada masa
bangkan rasa percaya tidak saja pada ibu depannya. Menurut Miller, Pearlman, dan
juga pada lingkungan. Hal ini akan Brehm (2007) cara seseorang untuk memu-
membawa pengaruh positif dalam proses lai hubungan yang dekat dengan pasangan-
perkembangannya pada masa remaja dan nya, sebagaimana pandangan mereka terha-
dewasa. Beberapa penelitian membuktikan dap cinta, dapat menjadi suatu refleksi dari
bahwa anak yang memiliki secure perkembangan personalnya. Oleh karena itu
attachment akan menunjukkan interaksi kualitas kelekatan dengan orangtua, dapat
sosial yang baik pada masa kanak-kanak mempengaruhi hubungan dengan pasangan
(Both dkk. dalam Parker dkk., 1995) serta romantis mereka (Hazan & Shaver dalam
lebih populer dikalangan teman sebayanya Duffy & Atwater, 2005).
(La Freniere dan Sroufe dalam Cicchetti & Berkaitan dengan intimasi pada pasang-
Linch, 1995). Mereka juga lebih mampu an dalam hubungan romantis dengan
membina hubungan yang intens, interaksi seseorang, diperkirakan seseorang yang me-
yang harmonis, lebih responsif dan tidak miliki secure attahment dengan ciri-ciri
mendominasi (Parke dan Waters dalam dapat berinteraksi sosial dengan baik pada
Parker dkk.,1995). masa kanak-kanak serta lebih populer dika-
Sebaliknya pengasuh yang tidak langan teman sebayanya, mereka juga lebih
menyenangkan akan membuat anak tidak mampu membina hubungan yang intens,
percaya dan mengembangkan insecure interaksi yang harmonis, lebih responsif dan
attachment (Sroufe dalam Cicchetti & tidak mendominasi, maka akan memiliki
Linch, 1995). Insecure attachment dapat intimasi yang baik dengan pasangannya.
membuat anak mengalami berbagai perma- Pertanyaan dalam penelitian ini adalah
salahan yang disebut dengan gangguan apakah ada hubungan antara kelekatan
kelekatan (attachment disorder). Attachment dengan intimasi pada dewasa awal?
disorder terjadi karena anak gagal mem-
bentuk kelekatan yang aman dengan figur
lekatnya, mereka mendapatkan perawatan
yang tidak konsisten, kasar atau lalai

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 20


METODE PENELITIAN intimacy terdiri dari 31 item dengan skor
reliabilitas sebesar 0.886. Sementara itu,
Subyek dalam penelitian ini adalah pria untuk menguji hubungan antara kelekatan
dan wanita yang berusia 20-40 tahun dan dengan intimasi, digunakan teknik analisis
memiliki pasangan, baik yang sedang ber- korelasi product moment.
pacaran maupun yang sudah menikah.
Guna mengukur kelekatan digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
Skala kelekatan yang merupakan adaptasi
dari Adult Attachment Scale (AAS) yang Dari hasil analisis data diketahui ada
dikembangkan oleh Hazan dan Shaver hubungan yang signifikan antara kelekatan
(1987). Item disusun berdasarkan dimensi dengan intimasi pada dewasa awal dengan
dari kelekatan yang meliputi, ketergan- skor korelasi sebesar 0.261 (p < 0.05). Hal
tungan yaitu sejauh mana orang percaya dan ini kemungkinan dikarenakan hubungan
bergantung pada ketersediaan orang lain, yang baik dengan pengasuhnya di waktu
kecemasan yaitu tingkat kecemasan dalam kecil dapat membantu dewasa awal menjalin
hubungan ini, seperti takut diting-galkan hubungan yang lebih baik dengan pasangan-
atau tidak dicintai, dan kedekatan, yaitu nya. Seperti yang dijelaskan oleh Bowlby
tingkat kenyamanan individu dengan kede- (1988) bahwa kecenderungan untuk mem-
katan dan keintiman. Skor bergerak dari 1 bentuk ikatan emosional yang intim pada
sampai dengan 5. Skala kelekatan terdiri dari individu-individu tertentu, dianggap sebagai
13 item dengan reliabilitas sebesar 0.770. komponen dasar dari sifat manusia dan terus
Skala intimasi disusun oleh penulis berlanjut sampai kehidupan dewasa bahkan
berdasarkan komponen-komponen intimasi sampai usia tua. Demikian pula sesuai
menurut Olson (dalam Schaefer & Olson, dengan hasil penelitian Hazan dan Shaever
1983) yaitu keintiman emosional, keintiman (1987) ditemukan bahwa kelekatan saat
seksual, keintiman intelektual, keintiman kecil berkaitan dengan hubungan romantis
rekreasional, dan keintiman sosial. Skor yang terjalin pada masa dewasa.
bergerak dari 1 sampai dengan 5. Skala

Tabel 1. Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik


Skala ME MH Std. Deviasi
(Mean Empirik) (Mean Hipotetik)
Intimasi 122,65 93 20,66
Kelekatan 47,20 42 9,3

Berdasarkan perbandingan mean empi- tan merupakan suatu ikatan emosional yang
rik dan mean hipotetik skala kelekatan di dialami oleh anak yang terbentuk pada masa
atas menunjukkan bahwa mean empirik awal kehidupan dan diyakini memiliki
lebih besar dari mean hipotetik +1SD. Hal dampak jangka panjang bagi individu yang
ini berarti bahwa secara umum subjek dalam bersangkutan dan ini akan terus berkembang
penelitian ini memiliki kelekatan yang sepanjang hidupnya, juga di usia dewasa
tergolong sedang. Tingginya kelekatan ke- awal. Hal ini serupa dengan yang dikemukan
mungkinan dapat dikarenakan dewasa awal oleh Erikson (dalam Lemme, 1995) yang
memiliki ikatan emosional yang baik dengan mengatakan bahwa pengalaman kelekatan di
pengasuhnya di masa kecil, ikatan emosi- masa kecil memberikan dampak jangka
onal yang baik dapat terjadi karena adanya panjang pada hubungan interpersonal.
kepuasan anak terhadap pengasuhnya, misal- Demikian pula berdasarkan perban-
nya setiap kali seorang anak membutuhkan dingan mean empirik dan mean hipotetik
sesuatu maka pengasuhnya mampu dan siap skala intimasi di atas menunjukkan bahwa
untuk memenuhinya (Baradja, 2005). mean empirik lebih besar dari mean
Bowlby (1988) mengatakan bahwa keleka- hipotetik +1SD. Hal ini berarti bahwa secara

21 Agusdwitanti, dkk, Hubungan Kelekatan …


umum subjek dalam penelitian ini memiliki seksual, dan emosional (Biddle dalam Cox,
intimasi yang tergolong tinggi. Hal ini 1978). Hal ini sesuai dengan yang
kemungkinan dikarenakan adanya kedekatan dikemukan oleh Erikson (dalam Kroger,
satu sama lain, perasaan saling percaya, 2000) menyebutkan intimasi berasal dari
terbuka dan saling berbagi dalam suatu bahasa latin intimus yang artinya terdalam,
hubungan dan adanya dukungan yang intimasi mengacu pada perasaan saling
diberikan dalam hubungan tersebut. Adanya percaya, terbuka dan saling berbagi dalam
saling keterbukaan diri diantara pasangan, suatu hubungan. Intimasi merupakan emosi
membuat Individu merasa aman dan dekat yang membuat individu merasa lebih dekat
satu dengan yang lain hingga dapat berbagi satu sama lain, emosi-emosi tersebut seperti
rasa mengenai masalah yang berkaitan menghargai, afeksi dan saling memberikan
dengan masalah intelektual, fisik, atau dukungan (Shaver & Clark, 1994).

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian


No Deskripsi Subjek Penelitian Jumlah Presentase Mean Mean
Intimasi Kelekatan
1 Jenis Pria 28 37.3% 111.89 47.36
Kelamin Wanita 47 62.7% 115.68 47.11
2 Usia 20 tahun 1 1.3% 139 54
21 tahun 18 24% 121.22 45.50
22 tahun 29 38.7% 123.41 48.48
23 tahun 14 18.7% 125.53 44.07
24 tahun 7 9.3% 117.67 50.17
25 tahun 4 5.3% 116.50 49.25
30 tahun 1 1.3 % 120 46
31 tahun 1 1.3% 124 56
3 Status Menikah 2 2.7% 122 51
Berpacaran 73 97.3% 122.67 47.10
4 Lama < 1 Tahun 30 40% 123.03 48
Menjalin >1 Tahun 45 60% 120.88 46.60
Hubungan

Total 75 100%

Berdasarkan jenis kelamin subjek lebih serius, sehingga keintiman terjalin


diketahui bahwa wanita memiliki intimasi lebih erat. Hal ini seperti yang diungkapkan
yang lebih tinggi dari pria, dimana wanita oleh (Kroger, 2000) pada masa dewasa awal
lebih bisa mengekspresikan perasaan, lebih sebagian orang akan memilih pasangan
terbuka kepada orang lain. Hal ini sesuai hidup, belajar untuk hidup bersama
dengan yang dikemukakan oleh Kroger pasangannya dengan cara yang intim dan
(2000) yaitu keintiman adalah proses di mulai hidup berkeluarga juga mengasuh
mana seseorang mengkomunikasikan pera- anak.
saan-perasaan dan informasi yang penting Berdasarkan status subjek diketahui
mengenai dirinya kepada orang lain melalui bahwa mereka yang berstatus berpacaran
sebuah proses keterbukaan diri. memiliki tingkat intimasi yang lebih tinggi
Sedangkan berdasarkan usia subjek, dibandingkan yang menikah. Dikarenakan
kelompok usia 20 tahun memiliki intimasi pada saat berpacaran individu memiliki rasa
yang lebih tinggi dibandingkan subjek pengharapan yang tinggi terhadap status
kelompok usia lainnya. Dikarenakan pada hubungan yang lebih serius lagi, sehingga
usia 20 tahun adalah awal seseorang timbul keintiman yang lebih erat diban-
memasuki dewasa awal, di mana mereka dingkan dengan mereka yang menikah dan
baru memulai menjalani hubungan yang sudah memiliki kejelasan status hubungan

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 22


mereka. Hal ini seperti yang di kemukakan suami istri membuat mereka lebih
oleh Reiss (dalam Santrock, 2002) pacaran berkomitmen dan lebih lekat sama lain.
adalah hubungan antara pria dan wanita Selanjutnya berdasarkan lama menjalin
yang diwarnai intimasi. Pacaran merupakan hubungan subjek dalam penelitian ini diketa-
proses perkenalan antara dua insan manusia hui bahwa mereka yang menjalin hubungan
yang biasanya berada dalam rangkaian tahap kurang dari 1 tahun memiliki kelekatan yang
pencarian kecocokan menuju kehidupan lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Hal
berkeluarga yang dikenal dengan perni- ini dikarenakan hubungan yang baru terjalin,
kahan. Ada beberapa karakteristik dari intensitas pertemuan dan kedekatannya lebih
hubungan ini, yaitu perilaku yang saling tinggi, sehingga individu menemukan ke-
bergantung satu dan lainnya, interaksi yang nyamanan dengan pasangannya dan memi-
berulang, kedekatan emosional, dan kebutu- liki harapan yang timggi terhadap masa de-
han untuk saling mengisi. Salah satu pan hubungan mereka selanjutnya.
kerakteristik dari pacaran yaitu adanya
intimasi secara fisik. Intimasi tersebut meli- SIMPULAN
puti berbagai tingkah laku tertentu, seperti
berpegangan tangan, berciuman, dan ber- Kelekatan diperlukan agar intimasi
bagai interaksi perilaku seksual lainnya dapat terjalin lebih erat. Hal ini perlu
(Papalia, Old, & Feldman, 2008). ditekankan pada individu dalam menjalin
Selanjutnya berdasarkan lama menjalin relasi tanpa batasan waktu kebersamaan
hubungan subjek dalam penelitian ini sejak awal bertemu. Artinya, dengan keleka-
diketahui bahwa mereka yang menjalin tan yang erat individu dapat memiliki
hubungan kurang dari 1 tahun memiliki intimasi di awal hubungan dan bahkan saat
intimasi yang lebih tinggi dibandingkan hubungan sudah lama terjalin.
yang lainnya. Hal ini kemungkinan dika-
renakan mereka ingin mengenal pasangan- DAFTAR PUSTAKA
nya jauh lebih dalam sehingga mereka selalu
ingin bersama dalam melakukan berbagai Ainsworth, M.D.S., Blehar, M.C., Waters,
kegiatan. Hal ini sesuai dengan salah satu E., & Wall, S. (1978). Patterns of
faktor intimasi, dimana pasangan sedang attachment: A psychological study of
melalui masa adaptasi, adaptasi disini lebih the strange situation. Hillsdale:
ditekankan pentingnya berkomunikasi secara Erlbaum.
efektif, yaitu kemampuan untuk mendengar- Atwater, E. (1983). Psychology of
kan secara aktif dan memberikan respon adjusment, 2ndEdition. New Jersey:
dengan cara yang tidak mengadili. Hal ini Prentice-Hall, Inc.
akan menciptakan rasa saling percaya dan Belsky, J. (1988). Infancy, childhood and
penerimaan pada pasangan (Atwater, 1983). adolescence: Clinical implication of
Untuk kelekatan, berdasarkan jenis attachment. New Jersey: Lawrence
kelamin subjek diketahui bahwa pria Erlbaum Associate
memiliki tingkat kelekatan lebih tinggi dari Baradja, A. (2005). Psikologi
wanita. Hal ini kemungkinan dikarenakan perkembangan: Tahapan-tahapan dan
figur kelekatan identik dengan seorang ibu aspek-aspeknya. Jakarta: Studia Press.
dimana seorang pria ingin mendapatkan Bowlby, J. (1998). A secure base: Parent–
pasangan seperti figur kelekatannya. child attachment and healthy human
Berdasarkan status subjek diketahui development. New York: Basic Books.
bahwa mereka yang berstatus menikah Cicchetti, D., & Linch, M. (1995). Failure in
memiliki tingkat kelekatan yang lebih tinggi expectable environment and their
dibandingkan mereka yang pacaran. Hal itu impact on individual development: The
dimungkinkan orang yang menikah telah case of child maltreatment. Dalam
memiliki kejelasan status mereka sebagai Cicchetty, D & Cohen, D.J. (Eds.),

23 Agusdwitanti, dkk, Hubungan Kelekatan …


Developmental Psychopatology Schaefer, M.T., & Olson, D.H. (1983).
Volume 2. Risk Disorder and Student’s years book. London: Sage
Adaptation. New York: John Willey Publication.
and Sons Inc. Shaver, P.R., & Clark, C.L. (1994). The
Cox, F.D. (1978). Human intimacy, psychodynamics of adult romantic
marriage, the family and it’s meaning. attachment. In J. M. Masling & R. F.
Minnesata: West Publishing, Co. Bornstein (Eds.), Empirical
Duffy, K.G., & Atwater, E. (2002). perspectives on object relations
Psychology for living: Adjustment, theories (pp. 105–156). Washington,
growth and behavior today. New DC: American Psychological
Jersey: Prentice Hall. Association.
Hazan, C., & Shaver. P. (1987). Romantic
love conceptualized as an attachment
process. www. Psych. Nwu. edu/
coriat/ Love.htm.
Lemme, B. (1995). Development in
adulthood (2nd ed). New York:
McGraw-Hill.
Main, M. (2002). The history of attachment.
Paper presented at ‘‘Attachment from
Early Childhood Through the
Lifespan. Los Angeles, CA.
Miller, R., Perlman, R., & Brehm, S. (2006).
Intimate relationships. New York:
McGraw-Hill.
Parker, J.G., Rubin, K.H., Price, J.M., &
DeRosier, E.M., (1995). Child
development and adjustment: A
developmental Psychology Perspective
dalam Cicchetti, D. & Cohen, D.J.
Developmental Psychopatology
Volume 2. Risk Disorder and
Adaptation. New York: John Willey
and Sons Inc.
Papalia, Old, & Feldman.(2008). Human
development. New York: McGraw-
Hill.
Pramana, W, (1996). The utility of theories
of parenting, attachment, stress and
stigma in predicting adjustment to
illness. Desertasi (tidak diterbitkan).
Queensland: Departement of
Psychology the University of
Queensland.
Santrock, J.W. (2002). Life Span
Development. Alih Bahasa: Juda
Damanik & Achmad Chusain. Jakarta:
Erlangga.

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 24

Anda mungkin juga menyukai