Anda di halaman 1dari 108

PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di


Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2016-2018)

SKRIPSI

OLEH :

NURUL PRATIWI
NIM. 1502114920

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS RIAU


PEKANBARU
2019
PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di


Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2016-2018)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti


Ujian Oral Comprehensive Sarjana Lengkap Pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau
Pekanbaru

OLEH :

NURUL PRATIWI
NIM. 1502114920

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS RIAU


PEKANBARU
2019
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : NURUL PRATIWI

NO. MAHASISWA : 1502114920

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI :PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN


CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2016-2018)

DISETUJUI OLEH:

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Drs. Zirman,MM.,Ak.,CA Pipin Kurnia,SE.,M.AK.,Ak.,CA


NIP. 19611119 199002 1 001 NIP. 19821127 200812 2 002

DEKAN KETUA JURUSAN AKUNTANSI

Prof. Dr. Hj. Sri Indarti, SE., M.Si Desmiyawati, SE., M.Si., Ak., AAP, CA
NIP. 19640609 198903 2 001 NIP. 19711215 199702 2 001
LEMBAR ORISINILITAS SKRIPSI

NAMA : NURUL PRATIWI

NO. MAHASISWA : 1502114920

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI :PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN


CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2016-2018)

Menyatakan bahwa skripsi tersebut di atas adalah benar hasil karya saya

sendiri atau tidak plagiat dan saya bersedia dibatalkan gelar kesarjanaan saya jika

skripsi saya adalah plagiat.

Pekanbaru, September 2019


Yang membuat pernyataan

NURUL PRATIWI
NIM. 1502114920
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah puji syukur bagi Allah SWT berkat rahmat, karunia dan

hidayah-Nya, serta shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah

SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan

judul “PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN CORPORATE

GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada

Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada Tahun 2016-2018)”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

dan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Riau. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi masih jauh

dari kesempurnaan serta memiliki kekurangan dan kelemahan dari segi penulisan,

tata bahasa penyusunan, dan bentuk ilmiahnya. Hal ini karena keterbatasan yang

dimiliki oleh penulis. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik dan saran

yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah berusaha secara maksimal

mengikuti arahan, bimbingan, dan banyak mendapat bantuan dari Dosen

Pembimbing serta berbagai pihak baik dari segi moril maupun materi, serta

motivasi yang sangat berharga bagi penulis, maka dari itu pada kesempatan ini

penulis ingin menghanturkan ucapan terimakasih kepada :


1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Indarti, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Riau, Ibu Dr. Kamaliah, S.E., M.M., Ak., CA selaku Wakil

Dekan I, Bapak Raja Adri Satriawan Surya, S.E., M.A.,Ak.,CA selaku Wakil

Dekan II, dan Bapak Dr. Deny Setiawan, SE., M.Ec selaku Wakil Dekan III

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau.


2. Ibu Desmiyawati, S.E., M.Si., Ak., AAP., CA Selaku Ketua Jurusan

Akuntansi, Bapak Dr. M. Rasuli, M.Si., Ak selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi dan Bapak Drs. Al Azhar L, M.M., Ak., CA selaku Koordinator

Prodi S1 Akuntansi Universitas Riau.


3. Ibu Dra. Susilatri, MM., Ak selaku Penasehat Akademis yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama masa

perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau.


4. Bapak Drs. Zirman, MM., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Pipin

Kurnia, SE., M.Ak., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing II yang dengan

kemurahan hatinya memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi, serta

waktu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


5. Bapak dan Ibu dosen selaku pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Riau yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama

masa perkuliahan dan Staf Jurusan Akuntansi yang telah membantu selama

masa perkuliahan.
6. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta, Ayahanda Arsil dan Ibunda Rita

Nelvia Dewi serta kedua adik tercinta, Yolanda Febiola dan Wahyu Cahyadi.

Juga untuk seluruh keluarga besar Om, Tante, dan adik-adik tanpa terkecuali.

Terimakasih atas do’a serta dukungan baik moril maupun materil yang

senantiasa diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat waktu.

ii
7. Untuk seluruh keluarga besar S1 Akuntansi terkhusus angkatan 2015, teman-

teman seperjuangan selama masa perkuliahan yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu. Seluruh keluarga besar KOPMA UNRI, teman-teman

KKN Kelurahan Muara Lembu, dan seluruh Sahabat karib Rici Amelia

Rahmadani, Wiwi Yohana Putri, Dhella Fitri Marchia, Hesti Nur Rahayu,

Nurrahmi Yulfia, Firza Syarifah dan Erfi Melia yang telah memberikan

dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis yang sangat membantu

dalam perkuliahan selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua

bantuan, dukungan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, serta

diberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga apa yang tertuang di dalam

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan terimakasih atas kritik

dan saran yang telah diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Pekanbaru, September 2019

NURUL PRATIWI
NIM. 1502114920

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii

BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................11
1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................11
1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................12
1.5. Sistematika Penulisan..............................................................................13

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS...........................................14


2.1. Landasan Teori........................................................................................14
2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)....................................................14
2.1.2. Teori Stakeholder.............................................................................15
2.1.3. Teori Sinyal (Signalling Theory)......................................................16
2.1.4. Nilai Perusahaan..............................................................................17
2.1.5. Perencanaan Pajak (Tax Planning)...................................................21
2.1.6. Corporate Governance....................................................................22
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu.................................................................29
2.3. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis.........................................................32
2.3.1. Pengaruh perencanaan pajak terhadap nilai perusahaan.................32
2.3.2. Pengaruh Corporate Governance terhadap nilai perusahaan..........33
2.4. Model Penelitian......................................................................................39

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN............................................................40


3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................40
3.2. Populasi dan sampel penelitian...............................................................40

iv
3.3. Jenis dan sumber data..............................................................................43
3.4. Teknik pengumpulan data.......................................................................44
3.5. Definisi operasional dan pengukuran variabel........................................44
3.6. Metode analisis data................................................................................50
3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif.............................................................50
3.6.2. Uji Asumsi Klasik............................................................................50
3.6.3. Analisis Data....................................................................................53

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................59


4.1. Hasil Penelitian........................................................................................59
4.1.1. Analisis Statistik Deskriptif.............................................................59
4.1.2. Uji Asumsi Klasik............................................................................62
4.1.3. Analisis Data....................................................................................68
4.2. Pembahasan.............................................................................................74
4.2.1. Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Nilai Perusahaan...............74
4.2.2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan.......76
4.2.3. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan....78
4.2.4. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Nilai Perusahaan.........79
4.2.5. Pengaruh Komite Audit Terhadap Nilai Perusahaan........................81

BAB V : PENUTUP...............................................................................................84
5.1. Kesimpulan..............................................................................................84
5.2. Keterbatasan............................................................................................85
5.3. Saran........................................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................88
LAMPIRAN 91

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 CG Watch Markes Scores 2016 to 2018............................................ 3
2.1 Daftar penelitian terdahulu................................................................ 29
3.1 Prosedur pemilihan sampel................................................................ 41
3.2 Daftar nama perusahaan sampel........................................................ 42
3.3 Definisi operasional dan pengukuran variabel................................... 49
4.1 Uji Statistik Deskriptif pada data awal.............................................. 59
4.2 Uji Statistik Deskriptif setelah outlier............................................... 60
4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov pada data awal.......................................... 62
4.4 Uji Kolmogorov-Smirnov setelah outlier........................................... 63
4.5 Uji Multikolinearitas.......................................................................... 65
4.6 Uji Autokorelasi................................................................................. 66
4.7 Uji Glejser.......................................................................................... 67
4.8 Analisis Regresi Berganda................................................................. 68
4.9 Uji Koefisien Determinasi (R2).......................................................... 70
4.10 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)....................................................... 71
4.11 Uji Parsial (Uji t)................................................................................ 72

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Penelitian................................................................................ 39


4.1 Grafik P-Plot setelah Outlier............................................................. 64

vii
PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2016-2018)

Oleh :
Nurul Pratiwi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perencanaan pajak dan


Corporate Governance yang diproksikan oleh kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Populasi dari penelitian adalah pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018. Sampel dari penelitian adalah sebanyak 87
sampel yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis
yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan alat uji SPSS versi
21. Nilai perusahaan dihitung menggunakan rasio Prive Book Value (PBV).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel perencanaan pajak,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komisaris independen
berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan nilai signifikansi yang sama (0.000<0.05).
Sementara variabel komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara
parsial dengan nilai signifikansi (0.622>0.05).

Kata kunci : Nilai perusahaan, perencanaan pajak, Corporate Governance, kepemilikan


manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit

viii
THE EFFECT OF TAX PLANNING AND CORPORATE GOVERNANCE ON FIRM
VALUE

(Empirical Studies of Manufacturing Sector Companies Listed on the Indonesian


Stock Exchange in 2016-2018)

By :
Nurul Pratiwi

ABSTRACT

The research aims to examine the impact of tax planning and Corporate
Governance proxied by managerial ownership, institutional ownership, independent
commissioner, and audit committee on firm value. The research methods used in this
research is a descriptive method. The population of the research was on the
manufacturing sector companieslisted on the Indonesian Stock Exchange in 2016-2018.
The samples of the study were 87 samples that were selected using the purposive
sampling method. The analysis method used was multiple linear regression using SPSS
version 21. The firm value is calculated using the Price Book Value (PBV) ratio. The
result showed that the tax planning, managerial ownership, institutional ownership, and
independent commissioner variable partially affect the value of the company with the
same significance (0.000<0.05). While the audit committee variable does not partially
affect the value of the company with a significance value (0.662>0.05).

Keyword : Firm value, tax planning, Corporate Governance, managerial ownership,


institutional ownership, independent commissioner, audit committee

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam menjalankan sebuah bisnis, perusahaan harus menetapkan sasaran

bisnis sebagai target kinerja yang akan dicapai sekaligus untuk mengukur

keberhasilan atau kegagalan program kerja yang telah ditetapkan. Untuk

perusahaan yang baru dibangun, sasarannya lebih ditujukan pada pengenalan

produk dan untuk mencari pelanggan sebanyak-banyaknya. Sementara untuk

perusahaan yang telah dikenal masyarakat, sasaran perusahaan umumnya pada

pertumbuhan dan peningkatan pendapatan perusahaan.

Pada era global saat ini perusahaan dihadapkan pada persaingan yang

keras agar dapat bertahan dalam pasar. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis

menjadi pemicu bagi manajemen perusahaan agar bisa menampilkan nilai terbaik

dari perusahaan yang dipimpinnya. Agar mampu bersaing, salah satunya

perusahaan harus bisa mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk atau

layanan perusahaan.

Tujuan jangka panjang perusahaan pada umumnya yaitu untuk mencapai

laba maksimal, mensejahterakan pemegang saham, serta meningkatkan nilai

perusahaan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan

pemegang saham melalui peningkatan harga saham perusahaan. Peningkatan ini

dapat tercapai apabila ada kerjasama antara manajemen perusahaan dengan pihak

lain yang meliputi shareholder maupun stakeholder dalam membuat keputusan-

keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal kerja yang dimiliki.


2

Dengan begitu, nilai perusahaan juga akan meningkat di mata pemegang saham.

Namun pihak manajemen perusahaan sering mempunyai tujuan lain yang

bertentangan dengan tujuan utama tersebut. Sehingga timbul konflik kepentingan

antara manajemen dan pemegang saham.

Adanya masalah diantara manajemen dan pemegang saham disebut

masalah agensi (agency conflict). Adanya agency conflict akan menyebabkan

tidak tercapainya tujuan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan

memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Untuk itu diperlukan sebuah

kontrol dari pihak luar dimana peran pengawasan yang baik akan mengarahkan

tujuan dapat dicapai sebagaimana mestinya.

Dalam perspektif teori keagenan, agen yang cenderung mementingkan

dirinya sendiri akan mengalokasikan kekayaan yang tidak meningkatkan nilai

perusahaan. Permasalahan agensi ini akan mengindikasikan bahwa nilai

perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku

manajemen agar tidak menghamburkan kekayaan perusahaan, baik dalam bentuk

investasi yang tidak layak, maupun dalam bentuk kelalaian.

Isu yang diangkat dalam penelitian ini ialah lemahnya penerapan

Corporate Governance di Indonesia yang dilihat berdasarkan hasil rating “CG

Watch” tahun 2018 (sebuah riset mengenai penerapan CG di Asia-Pasifik) yang

dilakukan oleh Credit Lyonnais Securities (CLSA) bekerja sama dengan Asian

Corporate Governance Association (ACGA). CLSA adalah broker independen

yang terkemuka dan investasi kelompok di Asia. Perusahaan ini menyediakan jasa

broker saham, pasar modal, penasehat perusahaan, dan asset manajemen kepada
3

korporasi dan institusi global (www.clsa.com). ACGA merupakan lembaga non-

profit yang beranggotakan organisasi yang berdedikasi tinggi untuk bekerja

dengan investor, perusahaan, dan regulator dalam pelaksanaan praktek tata kelola

perusahaan yang efektif di Asia (www.acga-asia.org).

Berdasarkan studi yang dilakukan selama dua tahun dengan meneliti

sekitar 1.100 korporasi dari 12 negara yang disurvei di Asia Pasifik, Indonesia

dilaporkan berada pada posisi terbawah. Posisi Indonesia di tahun 2018 tidak

mengalami perubahan yang signifikan dari tahun sebelumnya (2016). Pada tahun

2016 Indonesia menempati posisi ke-11 dari 11 negara peserta, dan pada tahun

2018 Indonesia menempati posisi ke-12 dari 12 negara peserta.

Tabel 1.1 CG Watch Market Scores 2016 to 2018


Skor
No. Ranking Negara
2016 2018 perubahan
1. Australia 78 71 (-7)
2. Hong Kong 65 60 (-5)
3. Singapura 67 59 (-8)
4. Malaysia 56 58 (+2)
5. Taiwan 60 56 (-4)
6. Thailand 58 55 (-3)
7. India 55 54 (-1)
8. Jepang 63 54 (-9)
9. Korea 52 46 (-6)
10. China 43 41 (-2)
11. Filipina 38 37 (-1)
12. Indonesia 37 34 (-3)
Sumber : Asian Corporate Governance Association (ACGA)

Pengamat Kebijakan Publik dan Anggota BPN Prabowo-Sandi, Harryadin

Mahardika menilai Indonesia tengah mengalami penurunan investasi. Sejumlah

indikator yang dinilai lemah meliputi aspek government and public governance,

regulators, reform, enforcement, dan investors. Sehingga menurut ACGA

Indonesia masih memeiliki kelemahan dalam sistem politik serta arah reformasi
4

CG yang perlu diperbaiki ialah ”CG reform low on the government’s priorities,

direction unclear”. Harryadin menilai pemerintah tidak berhasil mendorong

pembenahan dan perbaikan Corporate Governance di Indonesia, dan masalah

utama dalam persoalan ini, menurutnya, terletak pada Public Governance

(Birokrasi Pemerintah) itu sendiri.

Konsep CG yang digagas oleh pemerintah tidak jelas arahnya, juga karena

banyaknya intervensi politik dari kalangan tertentu yang memiliki afiliasi politik

dengan pemerintah. Hal yang lebih krusial terjadi pada perusahaan BUMN yang

mengalami penurunan kualitas. Pelanggaran di wilayah CG yang dilaporkan

secara internal tidak memiliki pembenahan yang baik. Menurut Harryadin,

mungkin hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan investasi di indonesai

melambat sejak 3 tahun terakhir (https://suaranasional.id/berita/detail/nilai-

investasi-menurun-pemerintah-gagal-terapkan-corporate-governance).

Kasus yang diangkat dalam penelitian ini ialah sejumlah kasus beruntun

yang dialami PT. Tiga Pilar Sejahtera Food sepanjang tahun 2017 dan 2018 yang

mengakibatkan harga saham AISA terjun bebas. Berawal dari kasus beras oplosan

yang dilakukan oleh anak perusahaan PT. TPS Food yang membuat harga

sahamnya terjun bebas. Kini kasus lain menimpa PT. TPS Food, manajemen

Bursa Efek Indonesia mengehentikan sementara perdagangan saham dan obligasi

(Suspensi) PT. TPS Food (AISA) di seluruh pasar pada perdagangan saham

(Kamis, 5 Juli 2018). Mengutip dari laman keterbukaan informasi BEI, suspensi

dilakukan dengan pertimbangan surat Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)


5

Nomor : KSEI-8968/DIR/0718 pada 4 Juli 2018 mengenai penundaan

pembayaran bunga, obligasi, dan sukuk ijarah TPS Food I tahun 2013.

Suspensi dilakukan di seluruh pasar hingga pengumuman bursa lebih

lanjut. “Bursa meminta kepada pihak berkepentingan untuk selalu memperhatikan

keterbukaan informasi yang disampaikan oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera Food,” ujar

Kepala Divisi Operasional Peragangan Irvan Susandy.

Sebelumnya, manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) mengawasi saham

PT.TPS Food (AISA). Hal itu seiring terjadi penurunan harga dan peningkatan

aktivitas saham AISA yang diluar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA).

“Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan ada pelanggaran terhadap

perundang-undangan di pasar modal,” ujar Kepala Divisi Pengawasan Transaksi

BEI, Lidia M. Panjaitan dalam keterbukaan informasi BEI

(https://www.liputan6.com/bisnis/read/3579266/tunda-bayar-bunga-utang-bei-

suspensi-saham-tps-food).

Berdasarkan kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan

sangat rentan mengalami perubahan bahkan perubahan ekstrim sekalipun. Hal ini

bisa disebabkan dari internal ataupun eksternal perusahaan. Oleh karena itu

perusahaan dituntut agar selalu memperhatikan setiap tindakan atau keputusan

yang akan diambil.

Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek,

salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham

perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang

dimiliki. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku
6

pasar, harga pasar saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen

perusahaan. Harga saham yang stabil dan mengalami kenaikan dalam jangka

panjang identik dengan peningkatan kemakmuran pemegang saham dan

peningkatan nilai perusahaan.

Jika nilai perusahaan tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham akan

meningkat yang ditandai dengan tingginya tingkat pengembalian investasi kepada

pemegang saham (dividen). Hal ini juga dapat menarik minat calon investor

lainnya untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, karna akan

meminimalkan kemungkinan calon investor mengalami kerugian.

Nilai perusahaan sendiri dapat diukur menggunakan berbagai metode,

diantaranya Rasio Q (Tobin’s Q), rasio Price Earning Ratio (PER), dan Price

Book Value (PBV). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Rasio Price Book

Value (PBV). Rasio PBV disebut juga Rasio Harga terhadap Nilai Buku yang

merupakan rasio valuasi investasi yang sering digunakan oleh investor untuk

membandingkan nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Rasio ini

dapat menunjukkan berapa banyak pemegang saham yang membiayai asset bersih

perusahaan. Rasio PBV sesuai untuk digunakan pada perusahaan yang memiliki

aset tetap berwujud yang besar seperti perusahaan pada sektor manufaktur,

diantaranya bangunan, mesin, peralatan, dan asset teteap lainnya sehingga dapat

memeriksa posisi keuangan perusahaan dengan tepat.

Dalam mencapai tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan,

dibutuhkan kemampuan manajemen yang baik. Dimana setiap keputusan yang

diambil akan mempengaruhi keputusan lainnya dan nantinya akan berdampak


7

pada nilai perusahaan. Beberapa keputusan manajemen yang akan berdampak

terhadap nilai perusahaan diantaranya adalah keputusan dalam meminimalkan

pembayaran pajak atau disebut juga dengan perencanaan pajak serta keputusan

menjalankan perusahaan berdasarkan prinsip Good Corporate Governance.

Perencanaan pajak menurut Suandy (2011) ialah upaya melakukan

penghematan dan minimalisasi pajak, yang secara legal dapat dilakukan melalui

manajemen pajak. Pada dasarnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

mengurangi beban pajak, diantaranya dengan melakukan tax planning

(perencanaan pajak), tax avoidance (penghindaran pajak), dan tax evasion

(penggelapan pajak). Perencanaan pajak adalah satu-satunya cara yang aman,

karena tidak menyalahi aturan perpajakan yang berlaku.

Bagi negara, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan penting yang

akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin

maupun pengeluaran pembangunan (Suandy, 2011). Sedangkan dalam praktek

bisnis umumnya perusahaan mengidentifikasikan pembayaran pajak sebagai

beban. Sehingga manajemen perusahaan akan berusaha untuk meminimalkan

pembayaran pajak tersebut, untuk mengoptimalkan besarnya laba. Berdasarkan

hal inilah, maka perusahaan berusaha agar dapat melakukan penghematan atau

pengurangan pajak secara lawful (masih tetap dalam ketentuan pajak). Tujuannya

agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam hal ini karena menilai perencanaan

pajak yang dilakukan bersifat legal dan tidak melanggar peraturan.

Penelitian mengenai pengaruh perencanaan pajak terhadap nilai

perusahaan telah dilakukan sebelumnya oleh Lestari, dkk (2014) yang


8

menunjukkan bahwa perencanaan pajak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Selanjutnya penelitian Nike dkk (2013) dan Perdana (2014) menemukan bahwa

perencanaan pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan ketidakkonsistenan dari hasil penelitian terdahulu inilah peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dan mengkaji ulang pengaruh variabel

perencanaan pajak terhadap nilai perusahaan.

Berbagai cara yang dilakukan manajemen guna meningkatkan nilai

perusahaan akan dapat diterapkan jika terdapat Good Governance (tata kelola

yang baik) dalam perusahaan. Dalam hal ini, Corporate Governance akan

menggambarkan hubungan antara pihak-pihak terkait, yaitu manajemen

perusahaan dan pemegang saham yang menentukan jalannya perusahaan.

Penerapan Corporate Governance yang tepat akan meningkatkan pengawasan,

sehingga melalui pengawasan tersebut diharapkan kinerja perusahaan akan lebih

baik serta dapat meningkatkan nilai perusahaan (Laila, 2011). Ketika manajemen

mampu menjalankan perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance, maka tujuan perusahaan akan terealisasi dengan baik.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4 (empat) mekanisme dari

Corporate Governance, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,

komisaris independen, dan komite audit. Kepemilikan manajerial merupakan

pemegang saham yang berasal dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam

pengambilan keputusan dalam perusahaan. Semakin tinggi proporsi kepemilikan

saham oleh manajemen, diharapkan manajemen akan bertindak sesuai dengan

tujuan utama perusahaan dan tidak melenceng dari tujuan tersebut sehingga
9

kinerja perusahaan meningkat yang diikuti dengan meningkatnya nilai

perusahaan. Penelitian Perdana dan Raharja (2014) menemukan bahwa

kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Sementara penelitian Nike, dkk (2013) dan Syafitri, dkk (2018) menemukan

bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh institusi

diluar perusahaan, seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, dan

lembaga berbentuk perusahaan lainnya. Dengan adanya kepemilikan institusional,

monitoring terhadap kegiatan perusahaan akan semakin efektif karena dilakukan

oleh pihak eksternal perusahaan, sehingga kemungkinan terjadinya tindakan

oportunistik yang merugikan perusahaan akan diminimalisir. Penelitian Noviani

(2017) menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan. Sementara penelitian Laila (2011) menemukan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak memiliki

hubungan terafiliasi dengan perusahaan serta bebas dari hubungan bisnis yang

berpengaruh pada kemampuannya dalam bertindak independen. Adanya komisaris

independen diharapkan dapat meningkatkan pengawasan serta mengontrol

tindakan oportunistik manajemen perusahaan. Penelitian Nike, dkk (2013)

menemukan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. Sementara penelitian Perdana dan Raharja (2014) menemukan bahwa

komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.


10

Komite audit merupakan dewan komite yang dibentuk dan

bertanggungjawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas

dan fungsi dewan komisaris. Sesuai fungsinya, semakin ketat pengawasan yang

dilakukan oleh komite audit maka akan meminimalkan terjadinya kecurangan

dalam manajemen perusahaan. Sehingga diharapkan informasi yang dihasilkan

lebih berkualitas serta kinerja perusahaan yang lebih efektif. Penelitian Febhiant

dan Setyaningrum (2013) dan Syafitri, dkk (2018) menemukan bahwa komite

audit berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian Perdana

dan Raharja (2014) menemukan bahwa komite audit berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap nilai perusahaan.

Sementara penelitian Muryati dan Suardhika (2014) menemukan bahwa

komite audit berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan

penelitian Sianturi dan Ratnaningsih (2016) dan Wardoyo dan Veronica (2013)

yang menemukan komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan ulasan di atas, ditemukan hasil penelitian yang beragam dan

tidak konsisten sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Perencanaan Pajak dan Corporate Governance terhadap Nilai

Perusahaan“ dengan studi empiris pada perusahaan sektor manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018. Penelitian ini merupakan

pengembangan dari penelitian sebelumnya yaitu Tria Syafitri, Nila Firdausi, dan

Ferina Nauli (2018) dengan menggunakan dua (2) mekanisme Corporate

Governance yaitu : Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit.


11

Terdapat beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya,

antara lain :

1. Peneliti menambahkan 2 mekanisme Corporate Governance yaitu

kepemilikan institutional dan komisaris independen.

2. Peneliti menambahkan 1 variabel independen yaitu perencanaan pajak

dengan penelitian Nanik Lestari, Ratna Wardhani, dan Viska Anggraita

(2014) sebagai acuan.

3. Penelitian sebelumnya dilakukan pada industri subsektor logam dan

sejenisnya, dan penelitian ini pada perusahaan sektor manufaktur.

4. Periode penelitian sebelumnya dilakukan selama 5 tahun (2012-2016), dan

penelitian ini dilakukan selama 3 tahun (2016-2018).

5. Pengukuran nilai perusahaan penelitian sebelumnya menggunakan Tobin’s

Q sementara penelitian ini menggunakan rasio Price Book Value (PBV).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut :

1. Apakah perencanaan pajak berpengaruh terhadap nilai perusahaan ?

2. Apakah Corporate Governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka

tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti antara lain :

1. Menganalisis pengaruh perencanaan pajak terhadap nilai perusahaan.

2. Menganalisis pengaruh Corporate Governance terhadap nilai perusahaan.


12

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi :

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,

pengetahuan, dan pandangan peneliti mengenai akuntansi khususnya

pada topik yang diangkat dalam penelitian ini.

b. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat melengkapi temuan empiris

yang telah ada serta dapat dijadikan ide, motivasi dan referensi untuk

penelitian selanjutnya dengan topik atau permasalahan yang sama.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :

a. Bagi perusahaan

Hasil penelitian diharapkan ini mampu memberi motivasi bagi

perusahaan yang ingin melakukan perencanaan pajak yang baik serta

menerapkan Corporate Governance dengan baik dalam upaya

meningkatkan nilai perusahaan.

b. Bagi investor, calon investor, dan badan otoritas pasar modal

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi yang

bermanfaat dan bahan pertimbangan bagi investor, calon investor, serta


13

badan otoritas pasar modal dalam pengambilan keputusan investasi

dan memilih perusahaan yang memiliki nilai perusahaan tinggi.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran tentang materi yang akan dibahas dalam

penelitian, maka peneliti menguraikan secara ringkas isi dari masing-masing bab

dalam sistematika berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang permasalahan, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Menguraikan landasan teori, tinjauan hasil penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran dan hipotesis, dan model penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Menguraikan jenis dan sumber data, populasi, sampel, definisi

operasional, pengukuran variabel, dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Menguraikan hasil penelitian, hasil pengujian dan analisis data.

BAB V : PENUTUP

Menguraikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan teori agensi adalah kontrak

antara satu atau beberapa principal yang mendelegasikan wewenang kepada orang

lain (agent) untuk mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan. Dalam

teori keagenan, yang berperan sebagai principal ialah pemilik atau pemegang

saham yang menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan operasional

perusahaan. Sementara agent ialah manajer atau manajemen yang telah diberi

amanah oleh principal untuk menjalankan dan mengelola perusahan dengan baik.

Dalam pelaksanaan kewajiban manajemen, akan timbul biaya agensi (agency

cost) yang bertujuan agar manajemen bekerja sesuai tujuan awal perusahaan.

Pada prakteknya, permasalahan yang muncul dalam teori agensi ialah

timbulnya asimetri informasi atau ketidakseimbangan informasi jika terjadi

konflik kepentingan. Konflik kepentingan disebabkan karena adanya perbedaan

kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen. Dalam hal ini

manajemen lebih mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan

pemegang saham. Oleh karena itu diperlukan tata kelola perusahaan yang baik,

salah satunya dengan meningkatkan transparansi informasi guna meminimalisisir

masalah seperti asimetri informasi yang bisa muncul terkait teori agensi tersebut.
15

Transparansi ini selain mengurangi dampak dari konflik kepentingan juga akan

membantu meningkatkan nilai perusahaan di mata investor dan calon investor.

Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka teori keagenen memiliki peran

sebagai dasar praktek bisnis untuk meningkatkan nilai perusahaan dan

memberikan kemakmuran pada pemegang saham. Jika tindakan oportunistik

manajemen (agent) dapat teratasi, maka kemungkinan terjadinya asimetri

informasi akan semakin kecil. Sehingga penilaian oleh pemegang saham

(principal) terhadap perusahaan tersebut akan meningkat.

2.1.2. Teori Stakeholder

Teori stakeholder merupakan teori yang menyatakan perusahaan bukanlah

entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan perusahaan semata, tetapi harus

memberikan manfaat bagi para stakeholder (Latifah, 2018). Stakeholder adalah

pihak-pihak yang mempunyai kepentingan baik langsung maupun tidak langsung

terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan, antara lain pemegang saham,

kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, dan pihak lainnya.

Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab

sosial yang mengharuskan mereka untuk mempertimbangkan kepentingan semua

pihak yang terkena dampak tindakan mereka. Teori ini menekankan untuk

mempertimbangkan kepentingan, kebutuhan dan pengaruh dari pihak-pihak yang

terkait dengan kebijakan dan kegiatan operasi perusahaan, terutama dalam

pengambilan keputusan perusahaan (Latifah, 2018).

Stakeholder mampu mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi

yang ada di perusahaan. Salah satunya, kekuatan Stakeholder ditentukan oleh


16

besar kecilnya investasi yang dimiliki oleh pemegang saham di suatu perusahaan.

Teori ini menyatakan kesuksesan sebuah perusahaan sangat tergantung pada

kemampuannya menyeimbangkan berbagai kepentingan dari para stakeholder.

Jika perusahaan mampu, maka perusahaan akan memperoleh dukungan yang

bersifat berkelanjutan serta mengalami pertumbuhan pangsa pasar, penjualan,

serta laba. Sehingga perusahaan dinilai memiliki kinerja yang bagus serta

memiliki prospek yang cerah di masa depan. Dengan demikian, kepercayaan pasar

akan meningkat dan memberikan penilaian tinggi terhadap perusahaan tersebut.

2.1.3. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Signalling Theory berakar dari teori akuntansi pragmatik yang

memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan

perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal

adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya

dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang

melakukan pengumuman (suwardjono, 2005). Teori sinyal menunjukkan

bagaimana perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja dapat memberikan

sinyal pada investor, sehingga investor mampu membedakan perusahaan yang

berkualitas baik dan berkualitas buruk (Hartono, 2005).

Informasi merupakan unsur yang penting bagi investor dan pelaku bisnis.

Informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh investor

dan kreditor sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi dan kredit.

Apabila informasi tersebut bernilai positif, maka diharapkan akan bereaksi pada

saat pengumuman tersebut di diterima oleh pasar. Pengumuman ini nantinya akan
17

mempengaruhi naik turunnya harga saham perusahaan. Reaksi pasar ditunjukkan

dengan adanya perubahan harga saham pada saat informasi diumumkan dan

semua pelaku pasar telah menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik atau

sinyal buruk. Jika informasi merupakan sinyal baik, maka akan terjadi

peningkatan harga saham, begitu juga sebaliknya.

Dengan adanya teori sinyal, manajemen akan menyampaikan informasi

mengenai keadaan perusahaan kepada pihak luar. Dari informasi tersebut investor

dapat menentukan perusahaan mana yang memiliki nilai dan prospek yang bagus,

yang akan mendatangkan keuntungan di masa depan. Teori sinyal juga dapat

membantu pihak perusahaan/manajemen (agent), pemegang saham (principal),

dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan

kualitas atau integritas informasi laporan keuangan.

2.1.4. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap perusahaan, yang

sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan menurut Sartono

(2010:487) adalah nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang

beroperasi. Adanya kelebihan nilai jual diatas nilai likuidasi adalah nilai dari

organisasi manajemen yang menjalankan perusahaan itu. Menurut Harmono

(2009:233), Nilai Perusahaan adalah kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh

harga saham yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran pasar modal yang

merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan.

Menurut Wahab dan Holland (2012), nilai perusahaan merupakan nilai

pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Ada yang
18

menjelaskan bahwa Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai Firm Value

(nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan

indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Maka nilai

perusahaan dapat dikatakan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon

pembeli andai perusahaan tersebut dijual.

Terdapat lima jenis nilai perusahaan berdasarkan metode perhitungan yang

digunakan, yaitu :

1. Nilai Nominal. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal

dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca

perusahaan, dan juga ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif.

2. Nilai Pasar. Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari

proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika

saham perusahaan dijual di pasar saham.

3. Nilai Intrinsik. Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak,

karena mengacu kepada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai

perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari

sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang

memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

4. Nilai Buku. Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan

dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi

selisih antar total aset dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.

5. Nilai Likuidasi. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan

setelah dikurangi kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasi dapat


19

dihitung dengan cara menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca

performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.

Nilai perusahaan juga sering didefinisikan sebagai nilai pasar, kerena nilai

perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum

jika harga saham perusahaan meningkat. Harga pasar dari saham perusahaan yang

terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar

perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai asset

perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai

pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang

investasi dapat memberikan sinyal positif tentang prospek perusahaan dimasa

yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan

meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat.

Nilai perusahaan dapat menggambarkan keadaan perusahaan. Dengan

tingginya nilai perusahaan maka kinerja perusahaan akan dipandang baik oleh

para investor dan calon investor, begitu pula sebaliknya, nilai perusahaan yang

rendah menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang baik. Nilai perusahaan juga

akan mempengaruhi kemakmuran dan kesejahteraan pemegang saham.

Nilai pemegang saham akan meningkat apabila nilai perusahaan

meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi

kepada pemegang saham. Bagi perusahaan yang masih bersifat private atau belum

go public, nilai perusahaan ditetapkan oleh lembaga penilai atau apprisial

company (Suharli, 2006). Bagi perusahaan yang akan go public nilai perusahaan
20

dapat diindikasikan atau tersirat dari jumlah variabel yang melekat pada

perusahaan tersebut.

Ada tiga alasan mengapa nilai dari setiap bisnis akan dimaksimalkan jika

bisnis diorganisasikan sebagai suatu perseroan terbatas, yaitu antara lain (Brigham

dan Houston, 2006 : 16 dalam Noviani, 2017):

1. Kewajiban terbatas mengurangi risiko yang ditanggung oleh para investor,

dan, jika semua hal yang lainnya konstan, semakin rendah risiko

perusahaan, maka semakin tinggi nilainya.

2. Nilai perusahaan akan tergantung pada peluang pertumbuhannya, yang

selanjutnya akan bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menarik

modal. Karena perseroan terbatas dapat menarik modal secara lebih mudah

daripada bisnis-bisnis yang tidak terinkorporasi, maka dapat dengan lebih

baik mengambil keuntungan dari peluang-peluang pertumbuhan.

3. Nilai dari suatu aset juga bergantung pada likuiditasnya, yang artinya

kemudahan untuk menjual aset dan mengubahnya menjadi uang tunai pada

suatu “nilai pasar yang wajar”. Karena investasi pada saham dari perseroan

terbatas adalah jauh lebih likuid daripada investasi yang serupa di suatu

kepemilikan perseorangan atau persekutuan, maka hal ini juga

meningkatkan nilai dari suatu perseroan terbatas.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur

nilai perusahaan, diantaranya Price Earning Ratio (PER), Price Book Value

(PBV), dan Rasio Q (Tobin’s Q). Salah satu alternatif yang digunakan untuk

mengukur nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Price Book Value (PBV).
21

Rasio PBV yang disebut juga Rasio Harga terhadap Nilai Buku merupakan rasio

valuasi investasi yang sering digunakan oleh investor untuk membandingkan nilai

pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Rasio ini menunjukkan berapa

banyak pemegang saham yang membiayai aset bersih perusahaan. Sehingga

dengan menggunakan rasio ini dapat membantu investor untuk membandingkan

nilai pasar saham yang dibayarkan dengan ukuran tradisional nilai suatu

perusahaan.

2.1.5. Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Mohammad Zain dalam bukunya manajemen perpajakan (2008:43)

menyebutkan bahwa: “Perencanaan Pajak (tax planning) adalah proses

mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa

sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya

berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh

ketentuan peraturan perundangan-undangan.”

Menurut Suandy (2011:6) : “Tax Planning adalah langkah awal dalam

manajemen pajak. Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap

peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan yang akan dilakukan.”

Dalam perencanaa pajak ada 3 modus atau cara yang dapat dilakukan oleh

wajib pajak untuk menekan beban pajaknya, antara lain :

1. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Menurut Pohan (2013:14), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) ialah

upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib

pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, dimana metode


22

dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan (Grey Area)

yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri,

untuk memperkecil jumlah pajak terutang.

2. Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

Menurut Pohan (2011:14), penggelapan pajak (Tax Evasion) merupakan

upaya wajib pajak dalam menghindari pajak terutang secara ilegal dengan cara

menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, namun tidak aman bagi wajib

pajak, karena metode dan teknik yang digunakan tidak dalam koridor Undang-

Undang dan Peraturan Perpajakan. Resiko penggelapan pajak sangat tinggi

dengan sanksi atas pelanggaran hukum/ tindak pidana yang akan dikenakan

jika wajib pajak kedapatan melakukan praktek penghindaran pajak dengan

penggelapan maupun penyelundupan pajak.

3. Penghematan Pajak (Tax Saving)

Menurut (Pohan, 2011:14).Penghematan pajak merupakan upaya wajib

pajak mengelakkan dari utang pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak

membeli produk-produk yang memiliki pertambahan nilai, atau dengan sengaja

mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga

penghasilan menjadi lebih kecil. Dengan demikian akan terhindar dari

pengenaan pajak penghasilan yang besar.

2.1.6. Corporate Governance

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001),

mengutip definisi Cadburv Committee mendefiniskan Corporate Governance

sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar pemegang saham,


23

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para

pemegang saham kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan

hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur

dan mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance adalah untuk

menciptakan nilai tambah bagi pihak yang berkepentingan (pemegang saham).

Mekanisme pengawasan Corporate Governance terbagi menjadi dua

yanitu eksternal dan internal. Mekanisme eksternal seperti struktur kepemilikan,

pengendalian pasar, dan pengendalian perusahaan. Mekanisme internal adalah

pengendalian perusahaan menggunakan struktur dan proses internal seperti Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS), komposisi dewan direksi, proporsi dewan

komisaris, dan pertemuan dengan Board of Directors. Good governance juga

didefinisikan sebagai seperangkat mekanisme untuk memastikan bahwa

kepentingan outside investor terlindungi dari kemungkinan terjadi

pengambilalihan oleh pihak insider, yaitu manajer dan pemegang saham

pengendali (Winanto dan Widayat, 2013).

Terdapat 5 prinsip Good Corporate Governance menurut Komite Nasional

Kebijakan Governance (KNKG) antara lain (Noviani, 2017):

1. Fairness (Keadilan)

Fairness didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara

dalam memenuhi hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta

peraturan perundangan yang berlaku. Fairness mencakup adanya kejelasan

hak pemodal, sistem hukum dan penegakan peraturan untuk melindungi


24

hak investor, khususnya pemegang saham minoritas dari berbagai bentuk

kecurangan.

2. Transparancy (Keterbukaan informasi)

Transparansi merupakan keterbukaan informasi baik dalam proses

pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi yang

material dan relevan. Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan tepat

waktu dan akurat. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan pihak

berkepentingan lain dapat mengetahui keadaan perusahaan.

3. Accountability (Akuntabilitas)

Accountability adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif. Beberapa bentuk implementasi lain dari prinsip

accountability adalah praktik audit internal yang efektif serta kejelasan

fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab dalam anggaran

dasar perusahaan, dan statement of corporate intent (pencapaian target

dimasa depan) serta terhindar dari konflik agensi.

4. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Pertanggungjawaban perusahaan ialah kesesuaian pengelolaan

perusahaan dalam prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku termasuk masalah pajak,

hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/

keselamatan kerja dan standar penggajian dan persaingan yang sehat.

5. Independency (Independen)
25

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus

dikelola secara independen sehingga organ perusahaan tidak saling

mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Independen

diperlukan untuk menghindari potensi konflik kepentingan yang mungkin

timbul dari pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini menuntut adanya

rentang kekuasaan antara komposisi komisaris, komite dalam komisaris,

dan pihak luar seperti auditor. Keputusan yang dibuat dan proses yang

terjadi harus obyektif tidak dipengaruhi oleh pihak- pihak tertentu.

Mekanisme Corporate Governance yang digunakan dalam penelitian ini

ada 4 (empat), yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris

independen, dan komite audit.

1. Kepemilikan Manajerial

Menurut Wahidawati (2002), kepemilikan manajerial merupakan

pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan

keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan manajerial diukur

dari persentase saham yang dimiliki oleh manajemen. Herawaty (2008)

mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk

mengurangi masalah keagenan dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan

manajer dengan pemegang saham. Manajer dalam hal ini memegang peranan

penting karena melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengawasan serta pengambil keputusan. Sehingga permasalahan keagenan dapat

diasumsikan akan hilang jika manajer dianggap sebagai pemilik.

2. Kepemilikan Institusional
26

Kepemilikan institusional ialah persentase dari jumlah saham yang

dimiliki oleh pihak institusi di luar perusahaan (Kusumayani dan Suardana, 2017).

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional

memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan

yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Dalam hal ini yang dimaksud

dengan institusi adalah perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun

lembaga lain yang berbentuk seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud

blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan diatas 5% yang

tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial. Pemegang saham blockholders

dengan kepemilikan saham diatas 5% memiliki tingkat keaktifan lebih tinggi

dibandingkan pemegang saham institusional dengan kepemilikan saham dibawah

5%. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%)

mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen.

Kepemilikan institusional memainkan peran penting dalam mewujudkan

terjadinya Good Corporate Governance. Keberadaan investor institusional

dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap

keputusan yang diambil oleh manajer. Kepemilikan institusional yang tinggi akan

menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak institusional

sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik dari para manajer perusahaan.

3. Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak memiliki

hubungan afiliasi dengan komisaris lainnya, anggota direksi, dan pemegang

saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang
27

dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak

semata-mata demi kepentingan perusahaan. Komisaris independen berjumlah

proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh non-pemegang saham

pengendali. Ketentuannya ialah jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya

30% dari seluruh anggota komisaris. Komisaris independen juga dapat merangkap

sebagai ketua komite audit.

Komisaris independen menurut penjelasan pasal 120 ayat (2) Undang-

Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah komisaris

dari pihak luar : komisaris independen yang ada dalam pedoman tata kelola

perseroan yang baik (Code of Good Corporate Governance) adalah “Komisaris

dari pihak luar”. Komisaris independen diangkat berdasarkan keputusan Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) dari pihak yang tidak terafiliasi dengan

pemegang saham utama, anggota direksi, dan/atau dewan komisaris lainnya.

Komisaris independen harus memiliki syarat tidak terafiliasi dengan pihak

manapun, terutama :

1. Tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama perseroan.

2. Tidak mempunyai afiliasi dengan anggota direksi perseroan.

3. Tidak memiliki kaitan afiliasi dengan anggota dewan komisaris lainnya.

4. Komite Audit

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 55/POJK.04/2015 telah mengatur

tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit. Komite audit

adalah komite yang dibentuk dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris

dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Keanggotaan


28

komite audit paling sedikit terdiri dari tiga orang anggota, dimana salah satunya

berasal dari komisaris independen yang merangkap sebagai ketua komite audit

dan dua anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen dan

memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan.

Berdasarkan keputusan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)

tahun 2002 mengenai struktur komite audit, jangka waktu komite audit yang

paling efektif untuk menjabat ialah 1 sampai 3 tahun. Oleh karena itu dibutuhkan

perputaran jabatan atau pergantian anggota demi tercapainya independensi komite

audit. Dengan melakukan pergantian anggota atau pengangkatan kembali di

periode yang berbeda akan membantu mencapai sasaran independensi ini. Serta

harus diupayakan pula menghindari pergantian anggota yang berpengalaman

secara serentak.

Berdasarkan keputusan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)

tahun 2006, tugas komite audit ialah membantu dewan komisaris untuk

memastikan bahwa :

1. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum.

2. Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik.

3. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai

dengan standar audit yang berlaku.

4. Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.

Sesuai dengan tugas komite audit dan dengan kewenangan yang dimiliki,

komite audit dapat mencegah segala perilaku atau tindakan yang menyimpang
29

terkait dengan laporan keuangan perusahaan dan juga dapat meningkatkan kinerja

perusahaan serta mampu meningkatkan nilai perusahaan.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut rangkuman hasil penelitian dari beberapa peneliti terdahulu yang

berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dengan

ketentuan semua variabel dependen adalah nilai perusahaan.

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu


Variabel Dependen : Nilai Perusahaan

NAMA
JUDUL VARIABEL HASIL
NO. PENELITI
PENELITIAN INDEPENDEN PENELITIAN
(TAHUN)
1. Noor Laila Analisis 1. Kepemilikan 1. Berpengaruh
(2011) pengaruh Manajerial positif
Corporate 2. Kepemilikan 2. Berpengaruh
Governance Institusional positif
terhadap nilai 3. Dewan 3. Berpengaruh
perusahaan Komisaris positif
4. Komisaris 4. Berpengaruh
Independen negatif
5. Ukuran 5. Berpengaruh
Dewan positif
Direksi
2. Cindy Pengaruh 1. Dewan 1. Tidak
Febhiant dan Corporate komisaris berpengaruh
Dyah Governance 2. Komite audit 2. Berpengaruh
Setyaningrum dan 3. Kepemilikan 3. Tidak
(2013) kepemilikan keluarga berpengaruh
keluarga
terhadap nilai
30

perusahaan.
3. Yulisma Nike, Pengaruh 1. Perencanaan 1. Tidak
Zaitul, dan perencanaan Pajak berpengaruh
Yunilma pajak dan 2. Kepemilikan 2. Tidak
(2013) Corporate manajerial berpengaruh
Governance 3. Dewan 3. Tidak
terhadap nilai Komisaris berpengaruh
perusahaan. Independen
4. Ramadhan Analisis 1. Kepemilikan 1. Berpengaruh
Sukma pengaruh manajerial positif
Perdana dan Corporate 2. Kepemilikan signifikan
Raharja (2014) Governance institusional 2. Berpengaruh
terhadap nilai 3. Komite audit positif tidak
perusahaan 4. Proporsi signifikan
komisaris 3. Berpengaruh
independen positif tidak
5. Auditor signifikan
eksternal 4. Berpengaruh
positif
signifikan
5. Berpengaruh
positif tidak
signifikan
5. Ricky Zalkifli Pengaruh 1. Perencanaan 1. Tidak
Putra Perdana Perencanaan Pajak (ETR) berpengaruh
(2014) Pajak Dan 2. Perencanaan 2. Berpengaruh
Mekanisme Pajak (BTD) positif
Corporate 3. Kepemilikan 3. Berpengaruh
Governance manajerial positif
Terhadap Nilai 4. Kepemilikan 4. Berpengaruh
Perusahaan Institusional positif
5. Dewan 5. Tidak
31

Komisaris berpengaruh
Independen 6. Tidak
6. Kualitas berpengaruh
Audit
6. Nanik Lestari, Pengaruh Tax 1. Perencanaan 1. Berpengaruh
Ratna Planning Pajak
Wardhani, Terhadap Nilai
Viska Perusahaan
Anggraita
(2014)
7. Aryati Sita Pengaruh 1. Perencanaan 1. Berpengaruh
Noviani (2017) perencanaan Pajak negatif
pajak, 2. Manajemen 2. Berpengaruh
manajemen laba 3. Tidak
laba, dan Good 3. Kepemilikan berpengaruh
Corporate institusional 4. Tidak
Governance 4. Kepemilikan berpengaruh
terhadap nilai manajerial 5. Berpengaruh
perusahaan 5. Komisaris 6. Berpengaruh
independen
6. Kualitas audit
8. Nurul Pengaruh 1. Perencanaan 1. Berpengaruh
Qomariyah Perencanaan Pajak positif
(2018) Pajak Dan 2. Kepemilikan signifikan
Good Institusional 2. Berpengaruh
Corporate 3. Dewan negatif
Governance Komisaris signifikan
Terhadap Nilai 3. Tidak
Perusahaan berpengaruh
9. Syafitri, dkk Pengaruh 1. Komite audit 1. Berpengaruh
(2018) Corporate 2. Kepemilikan positif
Governance manajerial signifikan
32

terhadap nilai 3. Dewan 2. Tidak


perusahaan direksi berpengaruh
4. Dewan 3. Berpengaruh
komisaris positif
signifikan
4. Berpengaruh
negatif
signifikan

2.3. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.3.1. Pengaruh perencanaan pajak terhadap nilai perusahaan

Perencanaan pajak adalah upaya wajib pajak untuk meminimalkan pajak

terutang melalui skema yang memang telah jelas diatur dalam peraturan

perundang-undangan perpajakan. Perencanaan pajak yang baik dan tidak

melanggar aturan yang berlaku akan dapat meminimalkan beban dan

memaksimalkan laba yang diperoleh perusahaan. Laba yang tinggi menunjukkan

kinerja perusahaan yang baik serta memiliki prospek yang bagus untuk

kedepannya, sehingga investor tertarik untuk berinvestasi yang nantinya akan

mempengaruhi harga saham perusahaan. Harga saham yang tinggi akan

berdampak pada kesejahteraan investor melalui pembagian dividen, sehingga

tingkat kepercayaan investor akan meningkat dan akan menarik minat calon

investor lain untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.

Namun, perencanaan pajak ini memiliki sisi negatif jika disalahgunakan

oleh pihak manajemen. Pengaturan perencanaan pajak dapat menyebabkan

penurunan nilai perusahaan ketika manajemen memiliki kesempatan untuk


33

mengecilkan laporan laba akuntansi dan insentif untuk mengurangi kewajiban

pajak penghasilan dengan mengecilkan penghasilan kena pajak. Hal ini karena

manajemen menutupi perencanaan pajak yang dilakukannya kepada pemegang

saham (Winanto dan Widayat, 2013). Dengan begitu manajemen bisa saja

mengambil keuntungan atas tindakan yang dilakukannya.

Penelitian Winanto dan Widayat (2013) menemukan perencanaan pajak

yang diukur dengan CETR memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan

sementara Herawati (2016) menemukan bahwa perencanaan pajak yang diukur

dengan CETR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian Lestari,

dkk (2014) menemukan bahwa perencanaan pajak memiliki pengaruh positif

terhadap nilai perusahaan. Artinya semakin baik perencanaan pajak yang

dilakukan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sementara penelitian Nike, dkk

(2013) dan Perdana (2014) menemukan bahwa perencanaan pajak tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama pada penelitian ini

ialah :

H1 : Perencanaan pajak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.3.2. Pengaruh Corporate Governance terhadap nilai perusahaan

1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan

Kepemilikan manajerial merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh

manajemen perusahaan. Kepemilikan manajemen akan memotivasi dan

mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerjanya sehingga akan

meningkatkan nilai perusahaan. Manajer dalam hal ini memegang peranan penting
34

karena manajer melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengawasan serta pengambil keputusan. Secara teoritis ketika kepemilikan

manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku

oportunistik manajemen akan meningkat.

Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen, diharapkan

manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajemen

akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja dalam rangka menciptakan nilai

perusahaan yang tinggi (Perdana dan Raharja, 2014). Jika manajemen perusahaan

juga memiliki hak atas saham perusahaan, mereka akan merasakan langsung

akibat dari keputusan yang diambil, sehingga manajemen tidak akan melakukan

tindakan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Tentunya hal ini juga akan

mengurangi konflik agensi dalam perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Jensen dan Meckling (1976) membuktikan

bahwa variabel struktur kepemilikan saham oleh manajemen mempunyai

pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Peningkatan proporsi saham yang

dimiliki manajemen akan menurunkan kecenderungan manajemen untuk

melakukan tindakan yang berlebihan, contohnya tindakan yang mementingkan

kepentingan pribadi (oportunistik). Dengan demikian, maka akan mempersatukan

kepentingan manajemen dengan pemegang saham, hal ini berdampak positif

meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitian Perdana dan Raharja (2014) menemukan bahwa kepemilikan

manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan, hal ini sejalan dengan

penelitian Laila (2011) dan Perdana (2014) yang menemukan bahwa kepemilikan
35

manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian

lainnya yaitu Sukirni (2012) menemukan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sementara penelitian

Syafitri, dkk (2018) Noviani (2017), dan Nike, dkk (2013) menemukan bahwa

kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kedua pada penelitian ini ialah :

H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan

Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor

manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut akan menjamin

kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai

agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar

modal. Kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang lebih besar oleh pihak institusional sehingga dapat menghalangi

perilaku oportunistik dari para manajer perusahaan.

Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan institusional

merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency

conflict. Dengan kata lain, semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin

kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap

perusahaan, sehingga konflik keagenan yang terjadi di dalam perusahaan semakin

berkurang dan nilai perusahaan juga meningkat.


36

Penelitian Perdana dan Raharja (2014) menemukan kepemilikan

institusional memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan

dan penelitian Sukirni (2012) menemukan kepemilikan institusional memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian Perdana (2014)

sejalan dengan Laila (2011) yang menemukan kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sementara penelitian Qomariyah

(2018) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif

signifikan terhadap nilai perusahaan, dan penelitian Noviani (2017) menemukan

bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ketiga pada penelitian ini ialah :

H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3. Pengaruh komisaris independen terhadap nilai perusahaan

Adanya komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan peran

dewan komisaris sehingga terbentuk Good Corporate Governance atau tata kelola

perusahaan yang baik dalam perusahaan. Melalui perannya dalam menjalankan

fungsi pengawasan, komisaris independen juga berperan dalam mengontrol

direksi terkait sikap oportunistik mereka. Didasarkan pada pemikiran bahwa

semakin tinggi proporsi komisaris independen, diharapkan dewan komisaris dapat

melakukan pengawasan dan memberikan arahan kepada direksi secara efektif.

Nike, dkk (2013) menemukan bahwa komisaris independen belum mampu

menjalankan fungsinya sebagai pengawas dan pemonitor terhadap kinerja

manajemen sehingga terjadi kecurangan yang membuat kepercayaan investor

terhadap perusahaan menurun yang juga menurunkan nilai perusahaan. Penelitian


37

Nike, dkk (2013) sejalan dengan hasil penelitian Perdana (2014) yang

menemukan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

karena rata-rata dewan komisaris independen saat ini kurang efisien dalam

menjalankan fungsi pengawasan.

Sementara penelitian Perdana dan Raharja (2014) menemukan bahwa

komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan,

karena semakin banyak anggota dewan komisaris independen akan lebih efektif

sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian Noviani (2017)

menemukan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis keempat pada penelitian ini

ialah :

H4 : Komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

4. Pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan

Komite audit sesuai fungsinya membantu dewan komisaris dalam

melakukan pengawasan serta memberikan rekomendasi kepada manajemen dan

dewan komisaris terhadap pengendalian. Semakin ketat pengawasan yang

dilakukan maka akan menghasilkan suatu informasi yang berkualitas dan kinerja

yang efektif. Dengan kewenangan yang dimiliki komite audit dapat mencegah

tindakan yang menyimpang terkait dengan laporan keuangan.

Komite audit harus bersifat independen dalam hal independensi

keangotaanya dan indepedensi fungsi audit. Jika karakteristik komite audit

tersebut dapat tercapai, maka diharapkan transparansi pertanggungjawaban

manajemen perusahaan dapat dipercaya, sehingga akan meningkatkan


38

kepercayaan para pelaku pasar modal. Selain itu, tanggung jawab komite audit

dalam melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dapat meyakinkan

investor untuk mempercayakan investasinya terhadap perusahaan tersebut.

Penelitian Febhiant dan Setyaningrum (2013) dan Syafitri, dkk (2018)

menemukan bahwa komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan. Ini menujukkan bahwa keberadaan komite audit telah berjalan cukup

efektif melakukan perannya dalam melakukan pemantauan secara efektif terhadap

kinerja perusahaan sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan. Sementara

penelitian Perdana dan Raharja (2014) menemukan bahwa komite audit

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut dapat

terjadi karena peran komite audit kurang optimal dalam menjalankan fungsi

pengawasan dan pengendalian pada manajemen perusahaan. Akibatnya dapat

muncul pertanggungjawaban manajemen perusahaan yang tidak transparan dan

mengakibatkan menurunnya kepercayaan para pelaku modal sehingga

menyebabkan nilai perusahaan menurun.

Sementara penelitian Muryati dan Suardhika (2014) menemukan bahwa

komite audit berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan

penelitian Sianturi dan Ratnaningsih (2016) dan Wardoyo dan Veronica (2013)

yang menemukan komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kelima pada penelitian ini ialah:

H5 : Komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


39

2.4. Model Penelitian

Model penelitian bertujuan agar penelitian lebih terarah secara sistematis

sesuai alur metode penelitian yang baik dan benar, serta sesuai dengan rumusan

masalah dan tujuan penelitian yang akan dicapai. Sehingga lebih memperjelas

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependennya, maupun

hubungan dengan variabel moderasi. Berikut gambaran model penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian :

Variabel Independen

Perencanaan Pajak
(X1)
H1

Kepemilikan
Manajerial (X2)
H2 Variabel Dependen

Kepemilikan
H3 Nilai Perusahaan (Y)
Institusional (X3)

Komisaris Independen H4
(X4)

H5
Komite Audit (X5)

Gambar 2.1 : Model Penelitian


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar

(listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu tahun 2016-2018.

Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2019.

3.2. Populasi dan sampel penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono,

2014 :115).

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh perusahaan di sektor

manufaktur yang sudah terdaftar di di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode

tahun 2016-2018. Sementara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan teknik non-random sampling yaitu cara pengambilan

sampel yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih

menjadi sampel. Salah satu teknik pengambilan sampel yang termasuk dalam

teknik non-random sampling adalah metode purposive sampling. Metode

purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

subjektif peneliti, di mana terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh
41

sampel (Sugiyono, 2014 : 122). Dalam hal ini, peneliti menyiapkan beberapa

kriteria yang sesuai dengan variabel yang ingin diuji. Berikut kriteria perusahaan

yang akan dijadikan sampel dalam penelitian :

1. Merupakan perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur dan telah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016-2018.

2. Mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan pada tahun

2016-2018 yang dapat diakses melalui situs Bursa Efek Indonesia (BEI)

atau (www.idx.co.id) atau dari situs resmi perusahaan.

3. Perusahaan konsisten listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam rentang

waktu tahun 2016-2018.

4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang Rupiah, sehingga tidak

terjadi perbedaan karena kurs yang terus berubah apabila disajikan dengan

satuan mata uang lainnya.

5. Perusahaan mempunyai laba sebelum pajak positif atau tidak memiliki

kerugian selama tahun 2016-2018.

6. Memiliki data dan informasi yang lengkap sesuai dengan variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.1 Prosedur Pemilihan Sampel

NO. KRITERIA PEMILIHAN SAMPEL JUMLAH

Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI


1. 144
pada tahun 2016-2018
Perusahaan yang tidak melengkapi laporan tahunan
2. (5)
pada tahun pengamatan
3. Perusahaan yang delisting selama tahun (5)
42

pengamatan
Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan
4. (19)
dengan mata uang asing
Perusahaan yang mengalami kerugian selama tahun
5. (17)
pengamatan
Perusahaan yang tidak memiliki data yang sesuai
6. (69)
dengan variabel yang digunakan dalam penelitian
Jumlah sampel penelitian 29
Jumlah observasi penelitian (29 x 3 tahun) 87
Sumber : Data olahan dari www.idx.co.id

Setelah dilakukan seleksi sampel seperti yang dilampirkan pada tabel 3.1

diatas, diperoleh 29 perusahaan yang memenuhi kriteria peneliti untuk dijadikan

sebagai sampel penelitian. Periode penelitian ini ialah selama 3 tahun, maka

jumlah sampel yang diuji ialah 87 sampel (29 x 3 tahun). Berikut daftar

perusahaan yang memenuhi kriteria pengujian :

Tabel 3.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel

NO. NAMA PERUSAHAAN KODE

1. Arwana Citra Mulia, Tbk ARNA


2 Indal Aluminium Industry, Tbk INAI
3. Steel Pipe Industry of Indonesia, Tbk ISSP
4. Intan Wijaya International, Tbk INCI
5. Indo Acitama, Tbk SRSN
6. Impack Pratama Industri, Tbk IMPC
7. Trias Sentosa, Tbk TRST
8. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk CPIN
9. Fajar Surya Wisesa, Tbk FASW
10. Kedawung Setia Industrial, Tbk KDSI
11. Astra Internasional, Tbk ASII
12. Garuda Metalindo, Tbk BOLT
13. Indospring, Tbk INDS
14. Prima AlloySteel Universal, Tbk PRAS
15. Selamat Sempurna, Tbk SMSM
16. Trisula International, Tbk TRIS
17. Supreme Cable Manufacturing And Commerce, Tbk SCCO
18. Indofood Sukses Makmur, Tbk INDF
43

19. Mayora Indah, Tbk MYOR


20. Sekar Bumi, Tbk SKBM
21. Siantar Top, Tbk STTP
22. Ultra Jaya Milk Industry And Trading Company, Tbk ULTJ
23. Gudang Garam, Tbk GGRM
24. Wismilak Inti Makmur, Tbk WIIM
25. Kalbe Farma, Tbk KLBF
26. Tempo Scan Pasific, Tbk TSPC
27. Kino Indonesia, Tbk KINO
28. Mandom Indonesia, Tbk TCID
29. Chitose International, Tbk CINT

3.3. Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder yaitu

data yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang

berupa buku, catatan, atau arsip sumber yang sudah ada. Sumber data dalam

penelitian ini berupa laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan sektor

manufaktur pada tahun 2016-2018 yang terdaftar di BEI.

Data yang meliputi laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan

diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu www.idx.co.id dan

situs resmi perusahaan yang termasuk ke dalam sampel penelitian. Sementara

untuk daftar perusahaan diperoleh melalui situs www.sahamok.com.

3.4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode studi pustaka, yaitu dengan melakukan telaah pustaka dan

mengkaji berbagai literatur pustaka seperti jurnal, artikel dan buku literatur

lainnya yang mendukung proses penelitian ini.


44

2. Metode Dokumentasi, yaitu suatu cara pengumpulan data sampel dari

dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik

berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan sebagainya. Dalam

penelitian ini data diperoleh dari laporan tahunan (Annual Report)

perusahaan go public yang telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia

dari tahun 2016-2018 melalui situs resmi BEI atau perusahaan terkait.

3.5. Definisi operasional dan pengukuran variabel

Definisi operasional merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan

variabel yang telah diidentifikasi sehingga dapat dioperasionalkan. Pada bagian

ini akan diuraikan definisi dan pengukuran variabel dari masing-masing variabel

yang terkait dengan penelitian ini.

1. Variabel Dependen (Y1)

Variabel dependen ialah variabel terikat yang menjadi akibat dan

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan sendiri menurut Harmono (2009:233)

merupakan kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham yang dibentuk

oleh permintaan dan penawaran pasar modal yang merefleksikan penilaian

masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi tercermin

dari harga saham yang tinggi pula. Dalam penelitian ini, nilai perusahaan dihitung

menggunakan rasio Price Book Value (PBV).

Rasio PBV pada umumnya lebih berfokus pada sisi nilai ekuitas

perusahaan, sehingga rasio PBV dapat didefinisikan sebagai rasio yang

membandingkan nilai pasar suatu saham terhadap nilai buku per lembar saham.
45

Nilai buku adalah asset perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan dan

dihitung dengan cara mengurangkan kewajiban perusahaan dari asetnya (Nilai

buku = Aktiva – kewajiban). Rasio PBV juga dapat membantu investor untuk

membandingkan nilai pasar atau harga saham yang mereka bayar per saham

dengan ukuran tradisional nilai suatu perusahaan.

Rasio PBV dapat dihitung dengan membagikan harga pasar per lembar

saham dengan nilai buku per lembar saham. Harga pasar per lembar saham adalah

harga pasar saham pada akhir tahun dibagi dengan jumlah rata-rata saham yang

beredar. Sementara harga buku per lembar saham adalah jumlah seluruh ekuitas

pemegang saham dibagi dengan jumlah rata-rata saham yang beredar. Sedangkan

saham beredar adalah bagian saham perusahaan yang sudah diterbitkan oleh

perusahaan dan sudah memiliki status dimiliki oleh perorangan maupun

perusahaan atau lembaga. Rumus rasio PBV ditunjukkan sebagai berikut

(Perdana, 2014) :

PBV = Harga pasar per lembar saham


Harga buku per lembar saham

Perusahaan dengan hasil perhitungan PBV dibawah angka 1 biasanya

dianggap sebagai saham yang harganya murah, sedangkan jika hasil rasio PBV

diatas angka 1 dianggap sebagai saham yang berharga tinggi.

2. Variabel Independen (X)

Variabel Independen merupakan variabel bebas yang mempengaruhi atau

yang menjadi penyebab perubahan pada variabel dependen. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah perencanaan pajak dan Corporate Governance yang
46

diproksikan oleh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris

independen, dan komite audit.

1. Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak menurut Mohammad Zain (2008:43) ialah proses

mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa

sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya

berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh

ketentuan peraturan perundangan-undangan. Dalam hal ini perencanaan bersifat

legal karena tidak melanggar aturan perpajakan yang berlaku.

Perencanaan pajak dalam penelitian ini diukur menggunakan Cash ETR

(Cash Effective Tax Rate) yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi

dengan laba sebelum pajak. Cash Effective Tax Rate (CETR) digunakan sebagai

salah satu alat ukur perencanaan pajak yang bersifat jangka pendek. Menurut

Dyreng, et,al (2008) Cash ETR baik digunakan untuk mengambarkan kegiatan

penghindaran pajak oleh perusahaan karena Cash ETR tidak terpengaruh dengan

adanya perubahan estimasi seperti penyisihan penilaian atau perlindungan pajak.

Selain itu pengukuran pajak menggunakan Cash ETR dapat menjawab atas

permasalahan dan keterbatasan Pengukuran penghindaran pajak berdasarkan

model GAAP ETR. CETR dapat dirumuskan sebagai berikut (Herawati, 2016) :

CETR = Cash Tax Paid


Pre Tax Income

Keterangan :

CETR = Cash Effective Tax Rate

Cash Tax Paid = Pembayaran Pajak


47

Pre Tax Income = Laba sebelum pajak

2. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial menurut Wahidawati (2002) ialah pemegang

saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan

perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan saham oleh manajemen yang

besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan

manajemen dengan principal sehingga dapat mengurangi kecendrungan

manajemen dalam melakukan tindakan oportunistik. Kepemilikan manajerial

dalam penelitian ini diukur berdasarkan jumlah saham yang dimiliki manajerial

perusahaan dibagi dengan jumlah saham perusahaan yang beredar (Ulfa, 2017).

KM = Saham yang dimiliki manajer


Saham yang beredar

3. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional ialah persentase dari jumlah saham yang

dimiliki oleh pihak institusi di luar perusahaan (Kusumayani dan Suardana, 2017).

Dalam hal ini institusi yang dimaksud ialah perusahaan investasi, bank,

perusahaan asuransi, maupun lembaga lain yang berbentuk seperti perusahaan.

Dalam hal ini, keberadaan institusi luar sebagai pemegang saham akan

meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen. Kepemilikan

institusional dalam penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah kepemilikan saham

oleh institusi dibagi dengan saham perusahaan yang beredar (Ulfa, 2017).

KI = Saham yang dimiliki Institusi


Saham yang beredar
48

4. Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan angota dewan komisaris yang bersifat

independen sehingga terlepas dari pengaruh berbagai pihak yang memiliki

kepentingan yang dapat berbenturan dengan kepentingan perusahaan. Karena

tidak memiliki hubungan terafiliasi dengan perusahaan, komisaris independen

dapat bertindak lebih independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan

perusahaan. Dewan komisaris independen dalam penelitian ini diukur dari jumlah

komisaris independen pada perusahaan dibandingkan dengan total komisaris yang

ada di perusahaan (Ulfa, 2017).

BI = Jumlah komisaris independen


Anggota dewan komisaris

5. Komite Audit

Komite audit merupakan komite yang bertugas mengawasi dan mengelola

pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan penerapan prinsip akuntansi

yang diterima umum, serta mengawasi proses secara keseluruhan. Dalam

menjalankan fungsi audit sendiri komite audit harus bertindak independen,

sehingga transparansi dalam pelaporan pertanggungjawaban manajemen dapat

dipercaya dimana nantinya berpengaruh terhadap penilaian investor terhadap

perusahaan. Variabel komite audit diukur dengan melihat jumlah anggota komite

audit yang dimiliki perusahaan. Variabel komite audit diukur dengan melihat

jumlah anggota komite audit yang dimiliki perusahaan (Syafitri, dkk, 2018)

sebagai berikut :

KA = ∑ Anggota komite audit


49

Berdasarkan uraian diatas, maka definisi operasional dan pengukuran

variable dalam penelitian ini dirangkum sebagai berikut :

Tabel 3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran


Variabel
No. Variabel Indikator

Nilai Perusahaan PBV = Harga pasar per lembar saham


1. Harga buku per lembar saham
(Perdana, 2014)
Perencanaan Pajak CETR = Cash Tax Paid
2. Pre Tax Income
(Herawati, 2016)
Kepemilikan Manajerial KM = Saham yang dimiliki manajer
3. Saham yang beredar
(Ulfa, 2017)
Kepemilikan Institusional KI = Saham yang dimiliki Institusi
4. Saham yang beredar
(Ulfa, 2017)
Komisaris Independen BI = Jumlah komisaris independen
5.
(Ulfa, 2017) Anggota dewan komisaris
Komite Audit (Syafitri,
6. KA = ∑ Anggota komite audit
2018)

3.6. Metode analisis data

Seluruh data yang sudah terkumpul ditabulasikan sesuai dengan masing-

masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya dilakukan

pengujian hipotesis dengan rumus statistika.

3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi

(Ghozali, 2018). Dengan statistik deskriptif variabel-variabel yang terdapat dalam

penelitian akan dijelaskan. Selain itu, statistik deskriptif juga akan menyajikan

ukuran-ukuran numerik yang penting bagi data sampel.


50

3.6.2. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak (Ghozali, 2018). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Uji normalitas data tersebut dapat dilakukan

melalui 3 cara yaitu menggunakan Uji Kolmogorov-Swirnov (Uji K-S), grafik

histogram dan kurva penyebaran P-Plot.


Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan melihat tabel

Kolmogorov-Smirnov dan grafik P-Plot. Dengan ketentuan sebagai berikut :


1. Jika pada tabel Kolmogorov-Smirnov signifikannya diatas 0,05 maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas dan pada grafik P-Plot jika

titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka hal ini menunjukkan pola distribusi normal.


2. Jika pada tabel Kolmogorov-Smirnov signifikannya dibawah 0,05 maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas dan pada grafik P-Plot

jika titik menjauh dari diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka

hal ini menunjukkan pola distribusi tidak normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar

sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2018).


51

Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu regresi salah

satunya adalah dengan melihat nilai Variance Inflaction Factor (VIF). Dasar

pengambilan keputusan :
 Tolerance < 0.1 atau nilai VIF > 10, maka ada multikolinearitas antar

variabel dalam model regresi.


 Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 10, maka tidak ada multikolinearitas antar

variabel dalam model regresi.


3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu (error) pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya, hal ini

terjadi karena kesalahan pengganggu (residual) tidak bebas dari satu observasi ke

observasi lainnya. Model regresi yang baik ialah regresi yang bebas dari

autokorelasi (Ghozali, 2018). Dalam penelitian ini, Pengujian autokorelasi

menggunakan uji Durbin-Watson (D-W).


Untuk menilai ada atau tidak autokorelasi dalam model regresi dilihat

melalui persamaan dU ≤ d ≤ (4-dU). Nilai dL dan dU dapat diperoleh dari tabel

Durbin-Watson, dengan cara melihat symbol ‘n’ yang menunjukkan jumlah

sampel observasi dan symbol ‘k’ yang menunjukkan jumlah variabel independen

dalam penelitian.
4. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya variasi sehingga varians variabel selalu

berbeda untuk semua pengamat. Jika residual dari satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Uji heteroskedastisitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan


52

varians dari residual satu pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah

yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).


Gejala heteroskedastisitas dalam penelitian ini dideteksi dengan

menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut

residual (AbsUi) terhadap variabel independen (Ghozali, 2018). Uji Glejser

dihitung dengan persamaan regresi sebagai berikut:

AbsUi = a + bXt+vi

Pengambilan keputusan dalam uji Glejser dilihat dari nilai signifikansi

yang diperoleh, jika tingkat signifikasi di atas 5% (> 0.05) maka dikatakan tidak

terjadi gejala heteroskedastisitas tetapi jika hasilnya di bawah 5% (< 0.05) maka

dikatakan terjadi gejala heteroskedastisitas.

3.6.3. Analisis Data

1. Analisis Regresi Berganda

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linear berganda yang digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Berikut ersamaan regresinya :


Y=  + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 
Keterangan :
Y = Nilai Perusahaan
 = Konstanta
1-5 = Koefisien regresi
X1 = Perencanaan Pajak
X2 = Kepemilikan Manajerial
X3 = Kepemilikan Institusional
X4 = Komisaris Independen
X5 = Komite Audit
 = Standar Eror

2. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)


53

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi

terletak antara 0 dan 1 ( 0 < R 2 < 1 ), dimana semakin besar nilai R 2 suatu regresi

atau nilainya mendekati 1, maka hasil regresi tersebut semakin baik. Hal ini

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir seluruh informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen penelitian.

3. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen / terikat (Ghozali, 2018). Uji F

dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dan melihat nilai

signifikansi F pada output hasil regresi dengan nilai signifikansi 0,05. Dengan

cara sebagai berikut :

1. Bila Fhitung > Ftabel atau probabilitas < nilai signifikan (Sig ≤ 0,05), maka

hipotesis diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen

mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2. Bila Fhitung < Ftabel atau probabilitas > nilai signifikan (Sig ≥ 0,05), maka

hipotesis ditolak, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen

tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

4. Uji Parsial (Uji T)

Uji ini digunakan untuk membuktikan koefisien regresi variabel

perencanaan pajak dan Corporate Governance mempunyai pengaruh signifikan


54

secara parsial terhadap nilai perusahaan (Y). Uji t dapat dilakukan dengan cara

membandingkan thitung dengan ttabel, yaitu (Ghozali, 2018) :

 thitung > ttabel = Maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini ditandai nilai kolom

signifikansi akan lebih kecil dari 0.05. Artinya variabel independen

berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

 thitung < ttabel = Maka H0 diterima dan H1 ditolak, hal ini ditandai nilai kolom

signifikansi akan lebih besar dari 0.05. Artinya variabel independen tidak

berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

Untuk membuktikan pengaruh setiap variabel independen terhadap

variabel dependen dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini bertujuan untuk

menguji kebenaran dari hipotesis yang dinyatakan sebelumnya. Dalam hal ini

kebenaran yang dimaksud adalah mengenai berpengaruh atau tidaknya

perencanaan pajak dan Corporate Governance terhadap nilai perusahaan.

Setiap hipotesis diuji dengan uji t yang dilakukan secara dua arah (2-

tailed) dengan tingkat keyakinan 95% (yang merupakan standar tingkat keyakinan

untuk penelitian bisnis). Untuk menentukan nilai t statistik tabel digunakan

tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan atau degree of freedom df = (n-

k-1), dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel.

Berikut uraian uji hipotesis variabel Independen terhadap variabel

dependen:

1. Pengujian Hipotesis 1
55

Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk melihat apakah variabel

independen yaitu perencanaan pajak yang diproksikan oleh CETR berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Hipotesis yang digunakan ialah :

H01 : Perencanaan pajak tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Ha1 : Perencanaan pajak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kriteria uji t adalah :

a. Apabila thitung > ttabel, Pvalue < 0,05 maka H01 ditolak dan Ha1 diterima,

berarti bahwa variabel independen (Perencanaan pajak) berpengaruh

terhadap variabel dependen (nilai perusahaan).

b. Apabila thitung < ttabel, Pvalue > 0,05 maka H01 diterima dan Ha1 ditolak,

berarti bahwa variabel independen (Perencanaan pajak) tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen (nilai perusahaan).

2. Pengujian Hipotesis 2

Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk melihat apakah variabel

independen yaitu Corporate Governance yang diproksikan oleh kepemilikan

manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H02 : Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Ha2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kriteria uji t adalah :

a. Apabila thitung > ttabel, Pvalue < 0,05 maka H02 ditolak dan Ha2 diterima,

berarti bahwa variabel independen (kepemilikan manajerial)

berpengaruh terhadap variabel dependen (nilai perusahaan).


56

b. Apabila thitung < ttabel, Pvalue > 0,05 maka H02 diterima dan Ha2 ditolak,

berarti bahwa variabel independen (kepemilikan manajerial) tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen (nilai perusahaan).

3. Pengujian Hipotesis 3

Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk melihat apakah variabel

independen yaitu Corporate Governance yang diproksikan oleh kepemilikan

institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H03 : Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Ha3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kriteria uji t adalah :

a. Apabila thitung > ttabel, Pvalue < 0,05 maka H03 ditolak dan Ha3 diterima,

berarti bahwa variabel independen (kepemilikan institusional)

berpengaruh terhadap variabel dependen (nilai perusahaan).

b. Apabila thitung < ttabel, Pvalue > 0,05 maka H03 diterima dan Ha3 ditolak,

berarti bahwa variabel independen (kepemilikan institusional) tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen (nilai perusahaan).

4. Pengujian Hipotesis 4

Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk melihat apakah variabel

independen yaitu Corporate Governance yang diproksikan oleh komisaris

independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H04 : Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


57

Ha4 : Komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kriteria uji t adalah :

a. Apabila thitung > ttabel, Pvalue < 0,05 maka H04 ditolak dan Ha4 diterima,

berarti bahwa variabel independen (komisaris independen) berpengaruh

terhadap variabel dependen (nilai perusahaan).

b. Apabila thitung < ttabel, Pvalue > 0,05 maka H04 diterima dan Ha4 ditolak,

berarti bahwa variabel independen (komisaris independen) tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen (nilai perusahaan).

5. Pengujian Hipotesis 5

Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk melihat apakah variabel

independen yaitu Corporate Governance yang diproksikan oleh komite audit

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H05 : Komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Ha5 : Komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kriteria uji t adalah :

a. Apabila thitung > ttabel, Pvalue < 0,05 maka H05 ditolak dan Ha5 diterima,

berarti bahwa variabel independen (komite audit) berpengaruh

terhadap variabel dependen (nilai perusahaan).

b. Apabila thitung < ttabel, Pvalue > 0,05 maka H05 diterima dan Ha5 ditolak,

berarti bahwa variabel independen (komite audit) tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen (nilai perusahaan).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan agar dapat memberikan gambaran umum

mengenai variabel penelitian, diantaranya nilai rata-rata (mean), maksimum,

minimum, dan standar deviasi. Analisis statistik deskriptif yang dilakukan

meliputi analisis variabel independen perencanaan pajak dan Corporate

Governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris

independen, dan komite audit) terhadap variabel dependen nilai perusahaan.

Populasi dalam penelitian ini ialah perusahaan sektor manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018. Sementara sampel dalam

penelitian ini adalah 87 sampel yang diperoleh dengan metode purposive

sampling. Berikut hasil uji statistik deskriptif yang menggunakan SPSS versi 21 :

Tabel 4.1 Uji Statistik Deskriptif Pada Data Awal


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Nilai Perusahaan (Y) 87 .17 58.71 2.7214 6.30641
Perencanaan Pajak (X1) 87 .05 15.58 .5565 1.66804
Kepemilikan Manajerial (X2) 87 .01 202.42 11.0718 23.09176
Kepemilikan Institusional
87 .00 1346.63 15.8787 144.33708
(X3)
Komisaris Independen (X4) 87 .00 141283.30 2918.4678 15599.44153
Komite Audit (X5) 87 3.00 5.00 3.1379 .37887
Valid N (listwise) 87
Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

Data pada hasil uji analisis statistik deskriptif diatas belum terdistribusi

normal, jadi peneliti melakukan transformasi SQRT dan menghapus data outlier
59

sebanyak 5 data. Sehingga diperoleh data normal sebanyak 82 sampel. Berikut

hasil uji statistik deskriptif setelah data normal atau penghapusan outlier :

Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif Setelah Outlier


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Nilai Perusahaan (Y) 82 .17 6.11 1.9097 1.55818
Perencanaan Pajak (X1) 82 .23 3.95 .6287 .42498
Kepemilikan Manajerial (X2) 82 .11 6.36 2.4298 1.45892
Kepemilikan Institusional (X3) 82 .05 36.70 .8590 4.03820
Komisaris Independen (X4) 82 .00 121.24 17.7280 24.93797
Komite Audit (X5) 82 3.00 5.00 3.1341 .37720
Valid N (listwise) 82
Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

1. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan diukur menggunakan rasio PBV yang dapat dihitung

dengan membagi harga pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar

saham. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai minimum dari PBV ialah

sebesar 0.17, nilai maksimum sebesar 6.11, nilai rata-rata (mean) sebesar 1.9097,

dan standar deviasi sebesar 1.55818.

2. Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak diukur menggunakan Cash Effective Tax Rate (CETR)

yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai minimum dari CETR ialah sebesar

0.23, nilai maksimum sebesar 3.95, nilai rata-rata (mean) sebesar 0.6287, dan

standar deviasi sebesar 0.42498.

3. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial dihitung berdasarkan jumlah kepemilikan saham

oleh manajemen perusahaan dibagi dengan jumlah saham beredar. Pada tabel
60

diatas dapat dilihat nilai minimum dari kepemilikan manajerial ialah 0.11, nilai

maksimum sebesar 6.36, nilai rata-rata (mean) sebesar 2.4298, dan standar deviasi

sebesar 1.45892.

4. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional dihitung berdasarkan jumlah kepemilikan saham

oleh institusi dibagi dengan jumlah saham beredar. Pada tabel diatas dapat dilihat

nilai minimum dari kepemilikan institusional ialah sebesar 0.05, nilai maksimum

sebesar 36.70, nilai rata-rata (mean) sebesar 0.8590, dan standar deviasi sebesar

4.03820.

5. Komisaris Independen

Komisaris independen dihitung berdasarkan jumlah komisaris independen

dibagi dengan jumlah komisaris di perusahaan tersebut. Pada tabel diatas dapat

dilihat bahwa nilai minimum komisaris independen ialah sebesar 0.00, nilai

maksimum sebesar 121.24, nilai rata-rata (mean) sebesar 17.7280, dan standar

deviasi sebesar 24.93797.

6. Komite Audit

Komite audit diukur berdasarkan jumlah komite audit yang ada di

perusahaan tersebut. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai minimum komite

audit ialah sebesar 3.00, nilai maksimum sebesar 5.00, nilai rata-rata (mean)

sebesar 3.1341, dan standar deviasi sebesar 0.37720.

4.1.2. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas
61

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi

terdapat distribusi normal atau tidak antara variabel independen terhadap variabel

dependen. Model regresi yang baik ialah model yang memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini digunakan dua metode uji

normalitas, yaitu grafik P-Plot (Probability Plot) dan tabel Kolmogorov-Smirnov.

a) Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)

Sesuai dengan ketentuan pada uji Kolmogorov-Smirnov jika nilai

signifikansi yang diperoleh > 0.05 maka data telah terdistribusi secara normal,

sebaliknya jika nilai signifikansi yang diperoleh < 0.05 maka data tidak

terdistribusi secara normal.

Tabel 4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov Pada Data Awal


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 87
a,b
Mean .0000000
Normal Parameters 1.55727839
Std. Deviation
Most Extreme Absolute .276
Positive .177
Differences Negative -.276
Kolmogorov-Smirnov Z 2.577
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa nilai Asymp. sig. (2-

tailed) sebesar 0.000 yang lebih kecil daripada 0.005, artinya nilai residual data

tersebut tidak terdistribusi secara normal. Salah satu penyebabnya ialah adanya

nilai yang terlalu ekstrim atau data outlier. Data outlier ialah data yang muncul

dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk variabel tunggal maupun variabel

kombinasi (Ghozali, 2018:40). Menurut Hair (1988) dalam Ghozali (2018: 40)
62

untuk kasus sampel kecil (jumlah data <80) memiliki standar skor  2.5

dinyatakan sebagai outlier. Untuk sampel besar standar skor dinyatakan outlier

jika nilainya pada kisaran 3 dan 4.

Jumlah sampel dalam penelitian ini ialah 87 sampel dan masuk kategori

sampel besar. Untuk menormalkan data, peneliti menggunakan metode

transformasi SQRT kemudian melakukan penghapusan data outlier dengan

metode casewise. Setelah dilakukan penghapusan data outlier, diperoleh sampel

sebanyak 82 sampel. Berikut hasil uji Kolmogorov-Smirnov setelah outlier :

Tabel 4.4 Uji Kolmogorov-Smirnov setelah Outlier


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 82
a,b Mean .0000000
Normal Parameters
Std. Deviation .36886540
Absolute .098
Most Extreme Differences Positive .098
Negative -.080
Kolmogorov-Smirnov Z .886
Asymp. Sig. (2-tailed) .412
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

Berdasarkan uji pada tabel 4.4 diatas diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

yang lebih besar dari standar signifikansi 5% atau 0.412 > 0.005, yang artinya

data terdistribusi secara normal.

b) Grafik P-Plot

Berdasarkan ketentuan pada uji grafik P-Plot, jika titik menyebar di sekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka hal ini menunjukkan pola

distribusi normal. Sebaliknya jika titik menjauh dari garis diagonal dan mengikuti

arah garis, maka hal ini menunjukkan pola distribusi tidak normal. Berikut hasil
63

uji normalitas data dengan grafik P-Plot setelah melalui tahap transformasi dan

penghapusan outlier sebelumnya.


Pada grafik di bawah dapat dilihat bahwa penyebaran titik mendekati garis

dan mengikuti arah garis diagonal. Artinya model regresi dalam penelitian ini

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Gambar 4.1 Grafik P-Plot setelah Outlier

Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat apakah pada model regresi

terdapat korelasi antara variabel independen (bebas). Model regresi yang baik

ialah model yang tidak memiliki korelasi antar variabel independennya. Untuk

menguji ada atau tidaknya multikolinearitas dalam suatu model regresi salah

satunya adalah dengan melihat nilai Variance Inflaction Factor (VIF).

Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini. Dengan

ketentuan jika nilai tolerance < 0.1 dan nilai VIF > 10 maka terdapat

multikolinearitas pada model regresi. Sebaliknya jika nilai tolerance > 0.1 dan
64

nilai VIF < 10 maka tidak terdapat multikolinearitas variabel independen

didalamnya atau model regresi pada penelitian terbebas dari adanya korelasi antar

variabel independen (bebas).

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas


Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF
(Constant)
Perencanaan Pajak (X1) .108 9.241
1 Kepemilikan Manajerial (X2) .154 6.506
Kepemilikan Institusional (X3) .124 8.052
Komisaris Independen (X4) .174 5.749
Komite Audit (X5) .960 1.041
a. DependentVariable : Nilai perusahaan
Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

Berdasarkan hasil uji pada tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa nilai

tolerance setiap variabel independen > 0.1 serta nilai VIF < 10. Artinya setiap

variabel independen dalam model regresi pada penelitian ini tidak terjadi

multikolinearitas data.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah pda model regresi

terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu (error) pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang

baik ialah model yang terbebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dalam

penelitian ini diukur menggunakan uji Durbin-Watson (D-W).


Kriteria pengambilan keputusan uji Durbin-Watson dapat dilihat dari hasil

nilai D-W dengan batasan -2 sampai +2. Jika nilai D-W dibawah -2 berarti terjadi

autokorelasi positif, jika nilai D-W diantara -2 sampai +2 maka tidak terjadi
65

autokorelasi, dan jika nilai D-W diatas +2 berarti terjadi autokorelasi negative.

Berikut hasil uji autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson :

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi


Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate

.972a .944 .940 .38081 .853


1

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Komisaris


Independen, Kepemilikan Manajerial, Perencanaan Pajak

b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

Berdasarkan uji pada tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa nilai D-W pada

penelitian ini sebesar 0.853. Jika diperhatikan kriteria pengujian, nilai D-W yaitu

0.853 berada diantara -2 dan +2. Hal ini berarti tidak terjadi autokorelasi dalam

model regresi penelitian ini.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas

atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini heteroskedastisitas

model regresi diuji dengan Uji Glejser. Dengan ketentuan jika tingkat signifikasi

di atas 5% (> 0.05) maka dikatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, akan

tetapi jika hasilnya di bawah 5% (< 0.05) maka dikatakan terjadi gejala

heteroskedastisitas.

Tabel 4.7 Uji Glejser


Coefficientsa
66

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta


(Constant) .133 .278 .479 .633
Perencanaan Pajak .026 .193 .044 .134 .894
1 Kepemilikan Manajerial -.031 .047 -.180 -.659 .512
Kepemilikan Institusional -.008 .019 -.120 -.395 .694
Komisaris Independen .005 .003 .490 1.909 .060
Komite Audit .036 .073 .054 .490 .625
a. Dependent Variable: AbsUi

Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

Berdasarkan hasil uji Glejser diatas, dapat diketahui bahwa tidak ada

variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen Absolute residual (AbsUi). Hal ini dilihat dari nilai sig. yang melebihi

5% (> 0.05). Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas

dalam model regresi ini.

4.1.3. Analisis Data

1. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengukur hubungan antara

variabel independen terhadap variabel dependen serta keputusan untuk menerima

atau menolak hipotesis penelitian. Analisis ini dilakukan untuk mengukur nilai

perusahaan dengan variabel independennya. Berdasarkan pengujian diperoleh

hasil koefisien regresi sebagai berikut ini :

Tabel 4.8 Analisis Regresi Berganda


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.876 .434 -6.621 .000
Perencanaan Pajak (X1) 2.706 .303 .738 8.940 .000
Kepemilikan Manajerial (X2) 1.628 .074 1.524 22.006 .000
67

Kepemilikan Institusional (X3) -.208 .030 -.540 -7.006 .000


Komisaris Independen (X4) -.029 .004 -.464 -7.130 .000
Komite Audit (X5) -.057 .114 -.014 -.495 .622
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, diperoleh persamaan regresi berganda

sebagai berikut :

Y=  + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 


Y = -2.876 + 2.706X1 + 1.628X2 - 0.208X3 - 0.029X4 - 0.057X5 + 

Persamaan diatas dapat diterjemahkan sebagai berikut :


a. Nilai konstanta sebesar -2.876 yang berarti bahwa jika seluruh variabel

independen diasumsikan sama dengan 0 (nol), maka nilai variabel

dependen (PBV) ialah sebesar -2.876.


b. Nilai koefisien regresi variabel perencanaan pajak sebesar 2.706 yang

berarti bahwa setiap peningkatan perencanaan pajak sebesar 1 satuan, maka

akan meningkatkan Nilai perusahaan sebesar 2.706 dan sebaliknya dengan

asumsi variabel lain tetap.


c. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan manajerial sebesar 1.628 yang

berarti bahwa setiap peningkatan kepemilikan manajerial sebesar 1 satuan,

maka akan meningkatkan Nilai Perusahaan sebesar 1.628 dan sebaliknya

dengan asumsi variabel lain tetap.


d. Nilai koefisien regresi variabel kepemilikan institusional sebesar -0.208

yang berarti bahwa setiap peningkatan kepemilikan institusional sebesar 1

satuan, maka akan menurunkan Nilai Perusahaan sebesar 0.208 dan

sebaliknya dengan asumsi variabel lain tetap.


e. Nilai koefisien regresi variabel komisaris independen sebesar -0.029 yang

berarti bahwa setiap peningkatan komisaris independen sebesar 1


68

satuan,maka akan menurunkan Nilai Perusahaan sebesar 0.029 dan

sebaliknya dengan asumsi variabel lain tetap.


f. Nilai koefisien regresi variabel komite audit sebesar -0.057 yang berarti

bahwa setiap peningkatan komite audit sebesar 1 satuan, maka akan

menurunkan Nilai Perusahaan sebesar 0.057 dan sebaliknya dengan

asumsi variabel lain tetap.


g. Satandar eror (e) merupakan variabel acak dan mempunyai distribusi

probabilitas yang mewakili semua factor yang mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen Nilai Perusahaan tetapi tidak dimasukkan

dalam persamaan.

2. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar

variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Hasil uji koefisien

determinasi menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel independen

perencanaan pajak, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris

indpenden, dan komite audit terhadap nilai perusahaan. Besarnya dapat dilihat

pada nilai Adjusted R2 untuk mengetahui model regresi yang baik. Hasil uji

koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9 Uji Koefisien Determinasi (R2)


Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate

.972a .944 .940 .38081 .853


1

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Komisaris


Independen, Kepemilikan Manajerial, Perencanaan Pajak

b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan


69

Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

Berdasarkan hasil uji pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Adjusted

R2 ialah sebesar 0.940. Artinya variabel dependen Nilai Perusahaan dapat

dijelaskan oleh variabel independen perencanaan pajak, kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit adalah sebesar

94%. Sedangkan sisanya 6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati

dalam penelitian ini.

3. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji signifikansi simultan atau uji F digunakan untuk melihat apakah

variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

dependen Nilai Perusahaan. Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F

hitung dengan F tabel dan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi

dengan nilai signifikansi 0,05. Dengan ketentuan jika Fhitung > Ftabel atau

probabilitas < nilai signifikan (Sig ≤ 0,05), maka hipotesis diterima, ini berarti

bahwa secara simultan variabel independen mempunyai pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen dan begitu sebaliknya. Hasil uji F dapat dilihat pada

tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


ANOVAa
Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 185.642 5 37.128 256.035 .000b
1 Residual 11.021 76 .145
Total 196.663 81
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
b. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Komisaris
Independen, Kepemilikan Manajerial, Perencanaan Pajak
70

Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

Berdasarkan hasil uji pada tabel diatas dapat dilihat nilai Uji F sebesar

256.035. Jika dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikansi 5% yaitu

sebesar 2.33, maka diperoleh nilai Fhitung > Ftabel (256.035 > 2.33). Nilai

signifikansi yang diperoleh pada uji F yaitu 0.000 yang berarti lebih kecil

daripada nilai signifikansi 5% (0.05). Artinya variabel independen (perencanaan

pajak, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen,

dan komite audit) secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen

Nilai Perusahaan.

4. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk membuktikan koefisien regresi variabel independen

(perencanaan pajak, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris

independen, dan komite audit) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

(nilai perusahaan) secara parsial atau individual. Uji t dapat dihitung dengan cara

membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel dan juga nilai signifikansi atau Pvalue

pada tabel serta melihat arah positif dan negatif pada hasil uji t tersebut. Untuk

melihat ttabel dalam penelitian ini yaitu dengan mengetahui nilai Degree of

Freedom atau derajat bebas (df = n-k atau df = 82 – 5 yaitu 77), kemuadian taraf

signifikansinya 5% atau 0.05 (karena dua sisi menjadi 0025). Setelah itu lihat

pada tabel t maka akan diperoleh nilai ttabel sebesar 1.991.

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima yang ditandai juga

dengan nilai signifikansi yang lebih kecil daripada 0.05, artinya variabel

independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara


71

parsial. Sebaliknya jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak yang ditandai

juga dengan nilai signifikansi yang lebih besar daripada 0.05, artinya variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara parsial.

Tabel 4.11 Uji Parsial (Uji t)


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -2.876 .434 -6.621 .000
Perencanaan Pajak (X1) 2.706 .303 .738 8.940 .000
1 Kepemilikan Manajerial (X2) 1.628 .074 1.524 22.006 .000
Kepemilikan Institusional (X3) -.208 .030 -.540 -7.006 .000
Komisaris Independen (X4) -.029 .004 -.464 -7.130 .000
Komite Audit (X5) -.057 .114 -.014 -.495 .622
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber : Data olahan SPSS versi 21, 2019

Berikut penjelasan dari hasil uji t pada tabel diatas :

a. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi atau Pvalue variabel perencanaan pajak

lebih kecil dari nilai probabilitas (0.000 < 0.05), maka Ha 1 diterima yang

artinya bahwa perencanaan pajak berpengaruh secara parsial terhadap nilai

perusahaan.

b. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi atau P value variabel kepemilikan

manajerial lebih kecil dari nilai probabilitas (0.000 < 0.05), maka H a2 diterima

yang berarti bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara parsial

terhadap nilai perusahaan.

c. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi atau P value variabel kepemilikan

institusional lebih kecil dari nilai probabilitas (0.000 < 0.05), maka H a3

diterima yang berarti kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial

terhadap nilai perusahaan.


72

d. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi atau Pvalue variabel komisaris

independen lebih kecil dari nilai probabilitas (0.000 < 0.05), maka H a4

diterima yang berarti bahwa variabel komisaris independen berpengaruh

secara parsial terhadap nilai perusahaan

e. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi atau Pvalue variabel komite audit lebih

besar dari nilai probabilitas (0.622 > 0.05), maka H05 diterima dan Ha5 ditolak

yang artinya hipotesis tidak dapat dibuktikan. Hal ini berarti bahwa komite

audit tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.11 dapat diketahui bahwa perencanaan

pajak memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini berarti bahwa

variabel perencanaan pajak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan

demikian, hipotesis pertama (Ha1) yang menyatakan “Perencanaan Pajak

berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan” dapat diterima.

Penelitian ini menggunakan proksi CETR untuk pengukuran perencanaan

pajak, sesuai hasil uji statistik dekstiprif pada tabel 4.2 nilai rata-rata CETR

perusahaan sebesar 62.87%. Dengan demikian kemungkinan perusahaan

melakukan kecurangan pajak akan semakin rendah, karena semakin tinggi nilai

CETR maka penghindaran pajaknya semakin rendah (penghindaran pajak

merupakan salah satu metode perencanaan pajak). Hal ini sejalan dengan

penelitian Winanto dan Widayat (2013) yang menyatakan investor merespon

CETR yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.


73

Pernyataan ini dapat membuktikan bahwa semakin baik aktivitas

perencanaan pajak maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Tergantung dari

tujuan manajemen melakukan perencanaan pajak, dalam hal ini bisa jadi

manajemen melakukan perencanaan pajak dengan tujuan agar dapat

meningkatkan nilai perusahaan atau meningkatkan benefit (manfaat) yang

diperoleh lebih tinggi daripada cost (biaya) yang dikeluarkan. Karena melalui

aktivitas perencanaan pajak dengan melakukan tindakan yang terstruktur dapat

menekan beban pajak serendah mungkin yang kemudian dapat meningkatkan laba

setelah pajak dan akan berdampak pada nilai perusahaan tersebut. Tentu saja

syarat melakukan perencanaan pajak tetap dibawah peraturan perpajakan yang

berlaku dan tidak menyimpang dari aturan tersebut.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lestari,dkk (2014) yang

menyatakan semakin baik perusahaan dalam melakukan aktivitas perencanaan

pajak akan semakin meningkatkan nilai perusahaan. Ditemukannya pengaruh

positif perencanaan pajak terhadap nilai perusahaan, hal ini menggambarkan

bahwa aktivitas perencanaan pajak yang dilakukan oleh manajemen dalam rangka

untuk meningkatkan nilai perusahaan, sejalan dengan perspektif tradisional.

Sementara dengan penelitian Noviani (2017) yang menemukan bahwa

perencanaan pajak berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Karena

perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan menyebabkan munculnya asimetri

informasi antara manajemen dan pemegang saham sehingga memberikan

kesempatan bagi manajemen untuk menggunakan dan memanfaatkan perencanaan

pajak demi kepentingan pribadi. Disamping itu, diindikasikan karena


74

investor/stakeholders menilai perusahaan lebih rendah/kurang suka dengan

semakin besarnya gap antara laba komersil dengan laba fiskal, sehingga nilai

perusahaan menurun.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Herawati (2016) yang

menemukan CETR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. CETR tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena respon yang diberikan investor

terhadap tarif pajak yang dibayarkan perusahaan merupakan tarif yang wajar

sesuai dengan tarif yang ditetapkan pemerintah. Begitu juga dengan Nike, dkk

(2013) dan Perdana (2014) yang menemukan perencanaan pajak tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan perencanaan pajak

dianggap sebagai praktek manajemen laba.

4.2.2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.11 dapat diketahui bahwa kepemilikan

manajerial memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini berarti

bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Sehingga hipotesis kedua (Ha2) yang menyatakan ”Kepemilikan Manajerial

berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan” dapat diterima.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat membuktikan semakin tinggi

tingkat kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan akan menyelaraskan

kepentingan manajemen dengan pemegang saham yang dapat mengurangi

kecenderungan manajemen dalam melakukan tindakan oportunistik. Sehingga


75

mengurangi konflik agensi dalam perusahaan dan akan berdampak pada

meningkatnya nilai perusahaan dimata pemegang saham.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Perdana dan Raharja (2014), Laila

(2011), dan Perdana (2014) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dengan meningkatkan kepemilikan

saham oleh manajemen maka manajemen akan cenderung meningkatkan

kinerjanya dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Sementara

penelitian Sukirini (2012) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan belum banyak

pihak manajemen yang memiliki saham perusahaan dengan jumlah yang cukup

signifikan. Jumlah kepemilkan saham yang rendah menyebabkan mereka

cenderung mendahulukan kepentingan pribadi sebagai manajer daripada

kepentingan perusahaan atau kepentingan sebagai pemegang saham.

Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Syafitri, dkk

(2018), Noviani (2017), dan Nike, dkk (2013) yang menemukan bahwa

kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Syafitri, dkk

(2018) mengungkapkan peningkatan jumlah pemilik saham dari pihak manajemen

tidak mampu mengurangi konflik agensi yang timbul akibat hubungan keagenan.

Noviani (2017) mengungkapkan adanya konflik keagenan dalam perusahaan

menyebabkan kepemilikan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini

juga disebabkan karena penerapan Corporate Governance di Indonesia yang

relatif masih rendah sehingga tidak berdampak secara signifikan terhadap nilai

perusahaan. Sementara Nike, dkk (2013) menyatakan bahwa semakin kecil


76

kepemilikan saham oleh manajemen akan menurunkan nilai perusahaan. Karena

manajemen cenderung merasa tidak memiliki perusahaan sehingga mereka akan

bertindak untuk kepentingan sendiri.

4.2.3. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.11 dapat diketahui bahwa kepemilikan

institusional memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini berarti

bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Dengan demikian, hipotesis ketiga (Ha3) yang menyatakan ”Kepemilikan

Institusional berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan” dapat diterima.

Sesuai hasil uji hipotesis diatas dapat diketahui bahwa semakin besar

jumlah kepemilikan institusional dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini

bisa dikarenakan semakin besar jumlah kepemilikan saham oleh institusi akan

meningkatkan pengawasan eksternal terhadap manajemen perusahaan. Sehingga

kinerja manajemen perusahaan lebih terkendali dan tindakan oportunistik dapat

diminimalisir. Hal ini berdampak pada minat investor untuk berinvestasi di

perusahaan tersebut yang juga mempengaruhi harga saham dan nilai perusahaan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Perdana dan Raharja (2014),

Sukirni (2012), Perdana (2014), dan Laila (2011) yang menemukan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Kepemilikan institusional menjadi mekanisme handal yang mampu memotivasi

manajemen dalam meningkatkan kinerjanya karena pemegang saham institusi

akan mengawasi dan mengontrol kinerja manajemen, sehingga akan

meningkatkan nilai perusahaan. Sukirni (2012) menyebutkan semakin besar


77

kepemilikan saham oleh institusi maka semakin efisien pemanfaatan aktiva

perusahaan dan diharapkan juga akan mengurangi pemborosan dan manipulasi

laba oleh manajemen perusahaan.

Sementara penelitian Qomariyah (2018) menemukan bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Semakin

meningkatnya kepemilikan saham perusahaan oleh institusi maka akan

mengakibatkan nilai perusahaan semakin menurun. Karena timbulnya kerja sama

yang antara pihak pemegang saham institusi dengan pihak manajemen serta

mengabaikan kepentingan pemegang saham minoritas ditanggapi negatif oleh

pasar sehingga nilai perusahaan menurun.

Berbeda dengan penelitian Noviani (2017) yang menemukan bahwa

kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Jumlah

pemegang saham yang besar belum tentu efektif dalam memonitor perilaku

manajer perusahaan, sehingga kepemilikan institusional belum bisa dijadikan

mekanisme untuk meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini juga dikarenakan

tindakan oportunistik manajer yang terlalu besar tidak dapat dikendalikan oleh

pemegang saham institusi, karena pemegang saham institusi lebih berfokus pada

laba perusahaan daripada pengendalian tindakan oportunistik manajemen.

4.2.4. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.11 dapat diketahui bahwa komisaris

independen memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini berarti

bahwa variabel komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


78

Dengan demikian, hipotesis keempat (Ha4) yang menyatakan ”Komisaris

Independen berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan” dapat diterima.

Adanya komisaris independen mampu mengurangi tingkat oportunistik

manajemen perusahaan, karena dewan komisaris independen dianggap sebagai

pengendali internal tertinggi dari pihak luar yang tidak memiliki hubungan afiliasi

dengan perusahaan. Hal ini bisa tercapai jika dewan komisaris independen

menjalankan tanggung jawabnya dengan baik dan optimal. Pemilihan komisaris

independen juga harus selektif dimana nanti akan berpengaruh pada kinerjanya,

yang dilihat dari independensi komisaris independen terpilih. Karena hal ini

berhubungan dengan fungsi pengawasan yang menjadi tugas dan tanggung jawab

komisaris independen agar berjalan dengan baik.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin banyak komisaris

independen maka pengawasan pada manajemen perusahaan juga semakin baik

dan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini dapat tercapai jika dewan

komisaris independen mampu menjaga independensi dan kualitasnya sehingga

berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Winanto

dan Widayat (2013) serta penelitian Noviani (2017) yang menemukan bahwa

proporsi dewan komisaris independen secara signifikan berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan. Penelitian Perdana dan Raharja (2014) juga

menemukan hasil yang serupa yang menunjukkan bahwa semakin banyak

anggota komisaris independen maka proses pengawasan pelaporan keuangan


79

yang dilakukan dewan komisaris akan lebih efektif sehingga dapat meningkatkan

kinerja perusahaan.

Berbeda dengan penelitian Nike (2013) yang menemukan bahwa

komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Komisaris

independen dinilai belum mampu menjalankan fungsinya sebagai pengawas dan

pemonitor terhadap kinerja manajemen sehingga terjadi kecurangan yang

membuat kepercayaan investor terhadap perusahaan menurun yang juga akan

menurunkan nilai perusahaan. Sejalan dengan penelitian Perdana (2014) yang

juga menemukan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. Hal ini terjadi karena rata-rata komposisi dewan komisaris

independen saat ini kurang efisien dalam menjalankan fungsi pengawasan.

4.2.5. Pengaruh Komite Audit Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.11 dapat diketahui bahwa komite audit

memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.622 > 0.05. Hal ini berarti bahwa variabel

komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian,

hipotesis kelima (Ha5) yang menyatakan ”Komite Audit berpengaruh terhadap

Nilai Perusahaan” ditolak.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Jika dilihat jumlah komite audit dalam perusahaan,

sampel, setiap perusahaan rata-rata telah memenuhi kriteria struktur komite audit

yaitu minimal anggota terdiri dari 3 orang. Sesuai dengan keputusan KNKG

(2002) bahwa komite audit berjumlah paling sedikit 3 orang dan mayoritas harus

independen. Artinya, semakin banyak jumlah komite audit tidak mampu


80

menjamin semakin baik juga kinerja perusahaan tersebut. Dapat dikatakan bahwa

jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan bukanlah penentu baik atau

buruknya kinerja komite audit, melainkan ialah akuntabilitas dan

independensinya. Sehingga pasar akan beranggapan bahwa komite audit bukanlah

faktor penentu dalam penilaian perusahaan.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sianturi dan Ratnaningsih

(2016) yang menemukan komite audit tidak berpengaruh tehadap nilai

perusahaan. Ukuran komite audit dipandang belum menjamin terlaksananya

prinsip accountability dan transparency.komite audit di sector pertambangan

memiliki masa tugas lebih dari 3 tahun sehingga independensi komite audit

diduga diragukan oleh investor. Sama halnya dengan hasil penelitian Wardoyo dan

Veronica (2013) yang menemukan komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. Ada kemungkinan keberadaan komite audit bukan merupakan

jaminan bahwa kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga pasar

menganggap keberadaan komite audit bukan faktor yang mereka pertimbangkan

dalam mengapresiasi nilai perusahaan.

Berbeda dengan hasil penelitian Febhiant dan Setyaningrum (2013),

Perdana dan Raharja (2014), dan Syafitri, dkk (2018) yang menemukan komite

audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Febhiant dan

Setyaningrum (2013) keberadaan komite audit telah berjalan cukup efektif

melakukan perannya dalam melakukan pemantauan secara efektif terhadap kinerja

perusahaan sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan. Syafitri, dkk (2018)

menyatakan jumlah anggota komite audit dalam suatu perusahaan harus


81

disesuaikan sesuai dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap selalu

memperhatikan unsur efektivitas dalam proses pengambilan keputusan sehingga

memberikan kontribusi dalam nilai perusahaan dan juga kualitas laporan

keuangan. Sementara hasil penelitian Muryati dan Suardhika (2014) menemukan

bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil

penelitian ini menunjukkan semakin meningkat proporsi komite audit independen

justru akan menurunkan nilai perusahaan. Adanya komite audit seharusnya dapat

memastikan terselenggaranya proses pelaporan keuangan dan Corporate

Governance yang efektif karena mereka memiliki keahlian dan independensi yang

memadai.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini menguji apakah perencanaan pajak dan Corporate

Governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris

independen, dan komite audit) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian

ini dilakukan pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2016-2018. Sampel dalam penelitian sebanyak 87 sampel

dengan 29 perusahaan dan periode observasi selama 3 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa variabel

perencanaan pajak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin baik

perusahaan melakukan perencanaan pajak akan meningkatkan nilai suatu

perusahaan dimata investor.

2. Hasil pengujian hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin

tinggi kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menyelaraskan

kepentingan manajemen dengan pemegang saham yang nantinya akan

mengurangi tindakan oportunistik manajemen. Hal ini dikarenakan jika

manajemen memiliki saham diperusahaan, maka manajemen akan


83

termotivasi untuk bekerja lebih optimal sehingga kinerja perusahaan

meningkat dan nilai perusahaan juga meningkat.

3. Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa semakin besar

jumlah kepemilikan institusional dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Hal ini bisa dikarenakan semakin besar jumlah kepemilikan saham oleh

institusi akan meningkatkan pengawasan eksternal terhadap manajemen

perusahaan. Sehingga kinerja manajemen perusahaan lebih terkendali dan

tindakan oportunistik dapat diminimalisir.

4. Hasil pengujian hipotesis keempat (H4) menunjukkan bahwa semakin

banyak komisaris independen maka pengawasan pada manajemen

perusahaan juga semakin baik dan mampu meningkatkan nilai perusahaan.

Hal ini dapat tercapai jika dewan komisaris independen mampu menjaga

independensi dan kualitasnya sehingga berdampak pada nilai perusahaan.

5. Hasil pengujian hipotesis kelima (H5) menunjukkan bahwa variabel komite

audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin banyak

komite audit tidak menjamin semakin baik kinerja komite audit tersebut.

Hal ini dikarenakan jumlah komite audit bukanlah penentu kinerja,

melainkan akuntabilitas dan independensi komite audit tersebut.

5.2. Keterbatasan

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya :

1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas,

dimana penelitian ini hanya terfokus pada 2 variabel independen yang

masih minim dalam menjelaskan variabel dependen. Mungkin masih


84

terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan

yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

2. Sampel penelitian ini hanya terbatas pada sektor manufaktur sehingga

kurang mewakili sektor-sektor lain yang ada di Bursa Efek Indonesia,

padahal setiap sektor memiliki karakter yang berbeda-beda dan mungkin

memperoleh hasil yang berbeda juga jika diuji.

3. Periode penelitian ini hanya 3 tahun dan sampel yang diperoleh juga

sedikit yaitu 29 perusahaan.

5.3. Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian diatas, maka peneliti memberikan

saran untuk perbaikan bagi penelitian selanjutnya :

1. Bagi ilmu pengetahuan

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah variabel lain

yang memiliki kaitan dengan nilai perusahaan agar penelitian ini semakin

kuat, serta memperluas ruang lingkup penelitian pada sektor perusahaan

lain seperti perusahaan sektor keuangan, jasa, perdagangan dan jasa, atau

seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia agar hasil

penelitian dapat digeneralisasikan.

2. Bagi regulator/pemerintah

Diharapkan agar penelitian ini memiliki kontribusi bagi pihak

regulator dalam hal pelaksanaan perencanaan pajak maupun implementasi

Corporate Governance dalam pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini diharapkan juga bisa menjadi masukan bagi pihak
85

regulator untuk meregulasi implementasi Corporate Governance pada

perusahaan di Indonesia atau membentuk dan menetapkan peraturan baru.

3. Bagi perusahaan

Diharapkan agar penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan

dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan dengan melakukan

perencanaan pajak yang baik dan mengimplementasikan mekanisme

Corporate Governance dengan tepat.

4. Bagi masyarakat

Diharapkan agar penelitian ini mampu menambah wawasan dan

pengetahuan masyarakat luas mengenai nilai perusahaan dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Serta dapat menjadi pertimbangan bagi calon

investor untuk mengambil keputusan investasi.


86

DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
25 edisi 9. Universitas Diponegoro. Semarang.

Harmono. 2009. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard


(Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis). Jakarta: Bumi Aksara.

Hartono. 2005. “Hubungan Teori Signalling dengan Underpricing Saham


Perdana di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Manajemen : pp 35-48.

Herawati, Hetti dan Diah Ekawati. 2016. Pengaruh perencanaan pajak terhadap
nilai perusahaan. Jurnal riset akuntansi dan keuangan. Program Studi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sangga Buana-YPKP.

https://suaranasional.id/berita/detail/nilai-investasi-menurun-pemerintah-gagal-
terapkan-corporate-governance diakses pada 16 Juli 2019.

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3579266/tunda-bayar-bunga-utang-bei-
suspensi-saham-tps-food diakses pada Jumat, 5 Juli 2019.

Jensen, M. C. dan Meckling, W. H. “Theory of the Firm: Managerial Behavior,


Agency Cost and Ownership Structure.” Journal of Financial Economics,
3.Hal. 305-360. 1976.

KNKG. 2002. Pedoman Pembentukan Komite Audit yang efektif.

KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.

Kusumayani, Happy Apsari dan Ketut Alit Suardana. 2017. Kepemilikan


manajerial dan kepemilikan institusional sebagai pemoderasi pengaruh
perencanaan pajak terhadap nilai perusahaan. E-jurnal Akuntansi.
Universitas Udayana. Vol.18.1. Januari (2017): 646-673.

Laila, Noor. 2011. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap


Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009). Skripsi. Universitas
Diponegoro.

Latifah, Novia Umi. 2018. Pengaruh Corporate Governance, Capital Intensity,


dan Inventory Intensity terhadap Agresivitas Pajak. Skripsi. Institut Agama
Islam Negeri Surakarta.

Lestari, Nanik, Ratna Wardhani, dan Viska Anggraita. 2014. Pengaruh


Perencanaan Pajak Terhadap Nilai Perusahaan. Politeknik Negri Batam.
87

Muryati, Ni Nyoman Tri Sariri dan I Made Sadha Suardhika. 2014. Pengaruh
Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan. E-jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Bali.

Nike, Yulisma, Zaitul, & Yunilma. (2013). Pengaruh Perencanaan pajak dan
Corporate Governance terhadap nilai perusahaan. Jurnal Akuntansi &
Auditing. Universitas Bung Hatta.

Noviani, Aryati Sita. 2017. Pengaruh perencanaan pajak, manajemen laba, dan
Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan. Skripsi.
Universitas Islam Negri Jakarta.

Perdana, Ramadhan Sukma dan Raharja. 2014. Analisis pengaruh Corporate


Governance terhadap nilai perusahaan. Jurnal Akuntansi Universitas
Diponegoro.

Perdana, Ricky Zalkifli Putra. 2015. Pengaruh Perencanaan Pajak Dan


Mekanisme Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan. Program
Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak


dan Bisnis. Jakarta : Gramedia

Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:


BPFE.

Sianturi, Fifi Irawaty dan Dewi Ratnaningsih. 2016. Pengaruh penerapan Good
Corporate Governance (GCG) terhadap nilai perusahaan. Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian dan Bisnis, Bandung: Alfabeta.

Suharli, Michell. 2006. Studi Empiris Terhadap Faktor yang Mempengaruhi Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal MAKSI, Vol.
6, No. 1, Januari: 23-41.

Sukirni, Dwi. 2012. Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan


dividen, dan kebijakan hutang analisis terhadap nilai perusahaan. Jurnal
Akuntansi Fakultas Ekonomi. Unversitas Negri Semarang.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi, Perekayasaan Laporan Keuangan, Edisi


Ketiga. BPFEYogyakarta.
88

Syafitri, Tria. Nuzula, Nila Firdausi dan Ferina Nurlaily. 2018. Pengaruh Good
Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan. Fakultas Ilmu
Administrasi Bisnis. Universitas Brawijaya.

Ulfa, Binti Ulin. 2017. Pengaruh Good Corporate Governance dan karakteristik
perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai
variabel intervening. Skripsi. UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Undang-Undang No. 40 pasal 120 ayat (2) Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UUPT)

Qomariyah, Nurul. 2018. Pengaruh Pengaruh Perencanaan Pajak dan Good


Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi. Universitas
Lampung.

Wahab, Nor Shaipah Abdul dan Kevin M. Holland. (2012). Tax Planning,
Corporate Governance and Equity Value. British Accounting Review, Vol.
44, No. 2, 2012

Wardoyo dan Theodora Martha Veronica. 2013. Pengaruh Good Corporate


Governance, Corporate Social Responsibility, dan Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal DInamika Manajemen. Fakultas
Ekonomi. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Winanto, dan Widayat, 2013, “Pengaruh Perencanaan Pajak dan Mekanisme


Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan”, Makalah Simposium
Nasional Akuntansi XVI.

www.acga-asia.org

www.clsa.com

Www.idx.co.id

www.sahamok.com

Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.


89

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Tabulasi data yang diolah

Kode
No. Tahun Y X1 X2 X3 X4 X5
Emiten
2016 4.02657063 0.2453521 16.41139764 0.014950103 1097.744786 4
1 ARNA 2017 2.31068983 0.2099007 11.008489 0.01906717 577.3530774 4
2018 2.81179195 0.2602233 10.80530466 0.02408292 448.6708621 4
2016 0.79194904 0.2523664 3.138092141 0.08042033 39.02112971 3
2 INAI 2017 0.86363506 0.2484614 3.475932996 0.071480482 48.62772176 3
2018 0.8548527 0.2301191 3.714827556 0.0619461 59.96870716 3
2016 0.57052015 0.3672322 1.55356769 0.236379947 6.572332856 4
3 ISSP 2017 0.29088569 1.0366618 0.28059845 3.694467157 0.075950994 4
2018 0.20704535 0.1685949 1.22806412 0.137285097 8.94535641 3
2016 0.22813362 0.2259376 1.009719679 0.223762679 4.512457952 3
4 INCI 2017 0.27521632 0.2685795 1.024710845 0.262102711 3.909577444 4
2018 0.35245775 0.3584767 0.983209587 0.364598485 2.696691367 3
2016 0.74865634 2.9011426 0.258055679 11.24231271 0.022953967 3
5 SRSN 2017 0.72441811 0.0529865 13.67174792 0.00387562 3527.628358 3
2018 0.79378299 0.1639968 4.840234294 0.033881999 142.8556314 3
2016 4.04222818 0.2382812 16.96410947 0.014046195 1207.737005 3
6 IMPC 2017 4.0872221 0.3216303 12.70782809 0.025309617 502.0948357 3
2018 3.31104267 0.2867587 11.54644192 0.024835244 464.9216271 3
2016 0.4359447 0.9207969 0.473442852 1.94489551 0.243428426 3
7 TRST 2017 0.5315895 1.1989412 0.443382462 2.704078986 0.163968014 3
2018 0.50201471 0.5613138 0.894356647 0.627617391 1.42500297 3
2016 5.40595483 0.1417257 38.143796122 0.003715563 10265.95426 5
8 CPIN 2017 5.24849983 0.445713 11.775514714 0.037850828 311.1032231 4
2018 6.10976674 0.1554416 39.305870174 0.003954666 9939.112718 3
2016 3.21656771 0.0682433 47.13382016 0.001447863 32554.06482 3
9 FASW 2017 4.06913236 0.1073277 37.91314481 0.002830885 13392.6837 3
2018 4.49255364 0.1111457 40.42040303 0.002749742 14699.70596 3
2016 0.33767343 0.1242894 2.716832962 0.045747884 59.38707327 3
10 KDSI 2017 0.45876803 0.2915951 1.573305167 0.185339167 8.488789456 3
2018 0.72950492 0.3228863 2.259324742 0.142912729 15.80912185 3
2016 2.39447488 0.2438323 9.820171296 0.024829739 395.5003801 4
11 ASII 2017 2.14939961 0.2181463 9.853017885 0.022140051 445.0313936 4
2018 1.90967823 0.2288898 8.343219667 0.027434234 304.1170983 4
12 BOLT 2016 1.96196259 0.2950937 6.648609373 0.044384271 149.796522 3
2017 3.20336951 0.3695664 8.66791368 0.04263614 203.2996799 3
90

2018 3.08039055 0.4764585 6.465181106 0.073696081 87.727611 3


2016 0.25703377 0.3978613 0.6460386 0.61584761 1.049023475 3
13 INDS 2017 0.38552189 0.1632159 2.362036576 0.069099643 34.18305056 3
2018 0.66395639 0.3216591 2.064161456 0.155830415 13.24620397 3
2016 0.17197268 0.6281088 0.2737944 2.294089397 0.119347747 3
14 PRAS 2017 0.22801354 0.7336092 0.310810638 2.360309091 0.131682177 3
2018 0.1803218 15.582917 0.011571761 1346.633132 8.59311E-06 3
2016 3.57171233 0.2051327 17.41171405 0.011781306 1477.910401 3
15 SMSM 2017 3.9531785 0.2317405 17.05864423 0.01358493 1255.703519 3
2018 3.74935211 0.2330344 16.08926172 0.014483849 1110.841562 3
2016 1.01347676 0.4181965 2.423446322 0.172562723 14.04385767 3
16 TRIS 2017 0.9057508 1.4218524 0.637021675 2.232031424 0.285399958 3
2018 0.6469771 0.4738309 1.365417777 0.347022635 3.934664885 3
2016 1.22549484 0.3563566 3.438956331 0.103623478 33.18703833 3
17 SCCO 2017 0.6781878 0.229579 2.954050431 0.077716666 38.01051393 3
2018 0.6144726 0.2423048 2.535948831 0.095547988 26.54110129 3
2016 1.58358276 0.3626642 4.366525967 0.083055552 52.57355876 3
18 INDF 2017 1.4318957 0.4506753 3.1772222 0.141845711 22.39914185 3
2018 1.3118074 0.4647494 2.822612334 0.164652226 17.14287386 3
2016 58.7050464 0.2900147 202.4209345 0.001432731 141283.3033 3
19 MYOR 2017 6.14120837 0.2690925 22.82192262 0.011790966 1935.543126 3
2018 6.85741741 0.3037757 22.57395022 0.013456913 1677.498355 3
2016 1.62702824 0.412281 3.946406378 0.104469973 37.7755088 3
20 SKBM 2017 1.20606638 0.4315599 2.794667088 0.154422668 18.09751851 3
2018 1.15279576 0.5198491 2.21755857 0.234424054 9.459603386 3
2016 3.57625725 0.2082472 17.17313859 0.012126331 1416.185923 3
21 STTP 2017 4.12457771 0.2103227 19.61071196 0.010724888 1828.523695 3
2018 2.98380464 0.2766011 10.78739171 0.025641149 420.7062479 3
2016 3.78303935 0.2713508 13.94150845 0.019463517 716.2892607 3
22 ULTJ 2017 3.55492747 0.3352035 10.60528091 0.031607227 335.5334215 3
2018 3.26647257 0.3076043 10.61907381 0.028967148 366.5902442 3
2016 1.9530741 0.2693836 7.250158304 0.037155554 195.1298668 3
23 GGRM 2017 2.41519987 0.2528527 9.551806604 0.026471712 360.8307035 3
2018 3.56503762 0.2764986 12.89350942 0.021444792 601.2419968 3
2016 0.93224762 0.3316573 2.81087618 0.11799072 23.82285805 3
24 WIIM 2017 0.62260379 0.5408841 1.151085316 0.469890575 2.449688029 3
2018 0.28191586 0.2554346 1.103671438 0.231440791 4.768698857 3
2016 5.69774398 0.2434936 23.399977956 0.010405718 2248.761587 3
25 KLBF 2017 5.7016536 0.2413673 23.622311378 0.010217768 2311.885605 3
2018 4.65852064 0.2534802 18.37824352 0.013792406 1332.490069 3
26 TSPC 2016 1.91250865 0.6487085 2.948178765 0.220037034 13.39855713 3
2017 1.59385805 0.723842 2.201941843 0.328728949 6.698350878 3
91

2018 1.15132982 0.7234401 1.591465305 0.45457485 3.500997263 3


2016 2.21742364 0.408609 5.426761328 0.075295189 72.07314805 3
27 KINO 2017 1.47363492 0.3862154 3.815577614 0.101220696 37.69562701 3
2018 1.8290731 0.1724567 10.60598375 0.016260322 652.2615961 3
2016 1.40948397 0.1514243 9.308175466 0.016267882 572.181145 3
28 TCID 2017 1.93673913 0.2740485 7.067140714 0.038777843 182.2468741 3
2018 1.75841053 0.3333014 5.275737102 0.063176271 83.50820737 3
2016 0.96804876 0.3444501 2.810417731 0.122561898 22.93059893 3
29 CINT 2017 0.8737194 0.2487368 3.512625796 0.070812219 49.60479745 3
2018 0.73068087 0.4614312 1.583509825 0.291397761 5.434186658 3

LAMPIRAN 2 : Hasil Output SPSS versi 21


1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Hasil analisis deskriptif pada data awal


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Nilai Perusahaan (Y) 87 .17 58.71 2.7214 6.30641
Perencanaan Pajak (X1) 87 .05 15.58 .5565 1.66804
Kepemilikan Manajerial (X2) 87 .01 202.42 11.0718 23.09176
Kepemilikan Institusional (X3) 87 .00 1346.63 15.8787 144.33708
Komisaris Independen (X4) 87 .00 141283.30 2918.4678 15599.44153
Komite Audit (X5) 87 3.00 5.00 3.1379 .37887
Valid N (listwise) 87

Hasil analisis deskriptif setelah Outlier


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Nilai Perusahaan (Y) 82 .17 6.11 1.9097 1.55818


Perencanaan Pajak (X1) 82 .23 3.95 .6287 .42498
Kepemilikan Manajerial (X2) 82 .11 6.36 2.4298 1.45892
Kepemilikan Institusional (X3) 82 .05 36.70 .8590 4.03820
Komisaris Independen (X4) 82 .00 121.24 17.7280 24.93797
Komite Audit (X5) 82 3.00 5.00 3.1341 .37720
82
Valid N (listwise)

2. Hasil Uji Asumsi Klasik


92

a. Uji Normalitas

Tabel Kolmogorov-Smirnov pada data awal


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 87
Mean .0000000
Normal Parametersa,b 1.55727839
Std. Deviation

Absolute .276
Most Extreme Differences Positive .177
Negative -.276
Kolmogorov-Smirnov Z 2.577
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Tabel Kolmogorov-Smirnov setelah Outlier


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 82
a,b Mean .0000000
Normal Parameters
Std. Deviation .36886540
Absolute .098
Most Extreme Differences Positive .098
Negative -.080
Kolmogorov-Smirnov Z .886
Asymp. Sig. (2-tailed) .412
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Grafik P-Plot pada data awal


93

Grafik P-Plot setelah Outlier

b. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF
(Constant)
Perencanaan Pajak (X1) .108 9.241
1 Kepemilikan Manajerial (X2) .154 6.506
Kepemilikan Institusional (X3) .124 8.052
Komisaris Independen (X4) .174 5.749
Komite Audit (X5) .960 1.041
a. DependentVariable : Nilai perusahaan

c. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
94

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

.972a .944 .940 .38081 .853


1

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Komisaris


Independen, Kepemilikan Manajerial, Perencanaan Pajak

b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

d. Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)


Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) .133 .278 .479 .633


Perencanaan Pajak .026 .193 .044 .134 .894
1 Kepemilikan Manajerial -.031 .047 -.180 -.659 .512
Kepemilikan Institusional -.008 .019 -.120 -.395 .694
Komisaris Independen .005 .003 .490 1.909 .060
Komite Audit .036 .073 .054 .490 .625
a. Dependent Variable: AbsUi

3. Hasil Analisis Data


a. Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -2.876 .434 -6.621 .000
Perencanaan Pajak (X1) 2.706 .303 .738 8.940 .000
1 Kepemilikan Manajerial (X2) 1.628 .074 1.524 22.006 .000
Kepemilikan Institusional (X3) -.208 .030 -.540 -7.006 .000
Komisaris Independen (X4) -.029 .004 -.464 -7.130 .000
Komite Audit (X5) -.057 .114 -.014 -.495 .622
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Model Summaryb
Model R R Square Durbin-Watson
95

Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
.972a .944 .940 .38081 .853
1

a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Komisaris


Independen, Kepemilikan Manajerial, Perencanaan Pajak

b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


ANOVAa
Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 185.642 5 37.128 256.035 .000b
1 Residual 11.021 76 .145
Total 196.663 81
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
b. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Komisaris
Independen, Kepemilikan Manajerial, Perencanaan Pajak

d. Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -2.876 .434 -6.621 .000
Perencanaan Pajak (X1) 2.706 .303 .738 8.940 .000
1 Kepemilikan Manajerial (X2) 1.628 .074 1.524 22.006 .000
Kepemilikan Institusional (X3) -.208 .030 -.540 -7.006 .000
Komisaris Independen (X4) -.029 .004 -.464 -7.130 .000
Komite Audit (X5) -.057 .114 -.014 -.495 .622
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

Anda mungkin juga menyukai