Oleh:
dr. Fitri Hidayati
Pendamping:
dr. Lia Riani
Wahana:
Puskesmas Tanjung Enim
Oleh:
dr. Fitri Hidayati
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan
program internsip dokter Indonesia di wahana Puskesmas Tanjung Enim periode
10 Juli 2018 – 9 November 2018.
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah berobat.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien mengeluh nyeri di kepala sebelah kiri, nyeri
dirasakan berdenyut-denyut, hilang timbul, nyeri terpusat di tempat yang sama dan tidak
menjalar, lamanya 6-7 jam, frekuensi sekitar 3x dalam seminggu, nyeri semakin berat saat
penderita melakukan aktivitas dan nyeri berkurang ketika penderita beristirahat. Nyeri
tidak diperberat dengan cahaya atau suara bising, tidak ada gejala seperti perasaan silau
ketika melihat cahaya, pandangan kabur dan kesemutan sebelum nyeri kepala, pasien
mengeluh mual, namun muntah tidak ada. Mulut mengot tidak ada, bicara pelo tidak ada,
gangguan berkomunikasi tidak ada, kelemahan pada tubuh tidak ada, gangguan
sensibilitas tidak ada, penurunan kesadaran tidak ada, kejang tidak ada.
Sekitar 1 minggu yang lalu penderita merasa nyeri kepala semakin bertambah,
penderita sering merasa sakit jika mendengar suara bising sehingga penderita mulai malas
pergi keluar rumah dan sulit beraktivitas. Nyeri kepala disertai rasa mual dan muntah.
Kemudian pasien datang ke poli UKK Puskesmas Tanjung Enim.
4. Riwayat Keluarga:
Riwayat dengan keluhan yang sama pada keluarga disangkal
5. Lain-lain:
Riwayat darah tinggi tidak ada, riwayat kencing manis tidak ada, riwayat sinusitis
tidak ada, riwayat sakit gigi, riwayat sakit telinga tidak ada, riwayat pandangan kabur atau
mata merah tidak ada, riwayat trauma kepala tidak ada. Riwayat penyakit yang sama pada
keluarga tidak ada.
Daftar Pustaka:
1. Goadsby PJ, Lipton RB, Ferrari MD. Migraine – current understanding and
treatment. N Engl J Med. 2002;346:257-61.
2. Anurogo, D. Penatalaksanaan Migren. CDK-198. vol.39 no.10.(731-737). 2012.
3. Headache Classification Subcommittee of the International Headache Society,
2004. The International Classification of Headache Disorders 2nd Edition.
Cephalalgia, 24(suppl 1), p. 1-160
4. Perhimpunan dokter spesialis Saraf Indonesia. Buku Pedoman Standar Pelayanan
medik (SPM) & Standar Operasional (SPO). 2006: 87-89.
5. Harsono. 2005. Kapita Skeletal Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
6. Aminoff,M.J. et al2005.Lange medical book:Clinical Neurology. 6th ed. :
McGraw-Hill.
7. Daroff BR. Headache and Facial Pain. In: Daroff BR, Fenichel GM, Jankovic J,
Mazziotta JC. Bradley’s Neurology in Clinical Practice. 6th Ed. California:
Elsevier. 2012:235-246.
8. Sjahrir, H. C., Nyeri Kepala: Diagnostik dan Penatalaksanaan Dalam : Meliala dkk
(eds) 2005. Kelompok Studi Nyeri Kepala Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI). Medan. Hal: 77-85
9. Hoddeson EK, Wise SK. Headache and Facial Pain. In: Aminoff MJ, Greenberg
DA, Simon RP. Clinical Neurology. 9th Ed. San Francisco: Mc Graw Hill.
2012:135-156.
10. Headache Classification Subcommittee of the International Headache Society,
2004. The International Classification of Headache Disorders 2nd Edition.
Cephalalgia, 24(suppl 1), p. 1-160
11. Perhimpunan dokter spesialis Saraf Indonesia. Buku Pedoman Standar Pelayanan
medik (SPM) & Standar Operasional (SPO). 2006: 87-89.
12. Hoddeson EK, Wise SK. Headache and Facial Pain. In: Aminoff MJ, Greenberg
DA, Simon RP. Clinical Neurology. 9th Ed. San Francisco: Mc Graw Hill.
2012:135-156.
13. Rupper AH. Headache and Other Craniofacial Pain. In: Rupper AH, Samuels MA,
Klein JP. Adam and Victor’s Principle of Neurolgy. 10th Ed. San Francisco: Mc
Graw Hill. 2014:172-184.
14. Anurogo, D. Penatalaksanaan Migren. CDK-198. vol.39 no.10.(731-737). 2012.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis Cephalgia ec Migren tanpa Aura
2. Tatalaksana Cephalgia ec Migren tanpa Aura
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN
1. Subjektif:
Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien mengeluh nyeri di kepala sebelah kiri,
nyeri dirasakan berdenyut-denyut, hilang timbul, nyeri terpusat di tempat yang
sama dan tidak menjalar, lamanya 6-7 jam, frekuensi sekitar 3x dalam seminggu,
nyeri semakin berat saat penderita melakukan aktivitas dan nyeri berkurang ketika
penderita beristirahat. Nyeri tidak diperberat dengan cahaya atau suara bising,
tidak ada gejala seperti perasaan silau ketika melihat cahaya, pandangan kabur
dan kesemutan sebelum nyeri kepala, pasien mengeluh mual, namun muntah tidak
ada. Mulut mengot tidak ada, bicara pelo tidak ada, gangguan berkomunikasi
tidak ada, kelemahan pada tubuh tidak ada, gangguan sensibilitas tidak ada,
penurunan kesadaran tidak ada, kejang tidak ada.
Sekitar 1 minggu yang lalu penderita merasa nyeri kepala semakin
bertambah, penderita sering merasa sakit jika mendengar suara bising sehingga
penderita mulai malas pergi keluar rumah dan sulit beraktivitas. Kemudian pasien
datang ke poli umum Puskesmas Tanjung Enim.
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
Riwayat darah tinggi tidak ada, riwayat kencing manis tidak ada, riwayat
sinusitis tidak ada, riwayat sakit gigi, riwayat sakit telinga tidak ada,
riwayat pandangan kabur atau mata merah tidak ada, riwayat trauma
kepala tidak ada. Riwayat penyakit yang sama pada keluarga tidak ada.
2. Objektif:
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 16 x/menit
Suhu : 37,2oC
Status Generalis:
Kepala
Bentuk : Normosefali, simetris
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik (-)
Telinga : Meatus akustikus eksternus lapang, nyeri
tarik aurikula (-), nyeri tekan tragus (-),
sekret (-)
Hidung : Septum dan tulang dalam perabaan baik,
epistaksis (-), sekret (-), napas cuping
hidung (-)
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-),
sianosis (-), cheilitis (-), stomatitis (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Leher
Pembesaran KGB (-)
Pembesaran kelenjar submandibularis (-/-)
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, iga gambang (-),
retraksi (-)
Palpasi : Stemfremitus kiri sama dengan kanan
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Auskultasi : HR: 90 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, turgor baik
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstrimitas
Akral hangat, edema (-), capillary refill time < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang:
Tidak dilakukan
3. Assessment:
Melalui anamnesis diketahui bahwa pasien mengeluh nyeri kepala
sebelah kiri sejak ± 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan berdenyut-denyut, hilang
timbul, lamanya 6-7 jam, frekuensi sekitar 3x dalam seminggu. Penderita juga
mengeluh nyeri kepala bertambah berat saat melakukan aktivitas dan akan
berkurang ketika penderita beristirahat. Nyeri tidak diperberat oleh cahaya dan
suara bising, tidak ada gejala seperti perasaan silau ketika melihat cahaya,
pandangan kabur dan kesemutan sebelum nyeri kepala, mual ada namun muntah
tidak ada. Sekitar 1 minggu yang lalu penderita merasa nyeri kepala semakin
bertambah, penderita sering merasa sakit jika mendengar suara bising sehingga
penderita mulai malas pergi keluar rumah dan sulit beraktivitas. Nyeri kepala
disertai rasa mual dan muntah. Keluhan yang dialami pasien sesuai dengan
karakteristik migrain tanpa aura berdasarkan International Headache Society
(IHS).
Penatalaksanaan:
Non medikamentosa
Edukasi berupa saran kepada pasien untuk menghindari pencetus, yaitu
aktivitas yang berlebihan. Disarankan juga untuk beristirahat dalam ruang
yang sepi jika terjadi nyeri kepala
Medikamentosa
- Ergotamin tab 3x1 per oral
- Parasetamol tab 3 x 500 mg per oral
- Omeprazole kaps 2 x 20 mg per oral, jika mual
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Menurut International Headache Society (IHS) migren adalah nyeri kepala
berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya sesisi
(unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat, diperberat oleh
aktivitas, dan dapat disertai dengan mual dan atau muntah, fotofobia, dan fonofobia.2,3,4
Patofisiologi
a. Teori vaskuler
Nyeri migren diawali jika pembuluh darah di otak mulai berkontraksi dan terus
berlanjut dan meluas. Kontraksi ini mulai terjadi di lobus oksipitalis di bagian belakang
otak dimana arteri menjadi spasme. Akibat spasme terjadi reduksi aliran darah di lobus
oksipitalis yang merupakan pemicu terhadap kortek visual yang dianggap sebagai aura
tertentu terjadinya migren. Jika vasokontriksi berhenti maka pembuluh darah menjadi
dilatasi sehingga terjadi pergeseran cairan dari pembuluh darah kortek mengakibatkan
rasa nyeri yang terasa seirama dengan denyut jantung karena nosiseptor berada di
sekeliling pembuluh darah. Teori ini berdasarkan 3 observasi, yaitu: pembuluh darah
ekstrakranial menyebabkan distensi dan pulsatil selama serangan migren, stimulasi
pembuluh darah intrakranial pada orang yang sadar menyebabkan nyeri kepala dan
vasokonstriktor menyebabkan nyeri kepala dan vasodilator memprovokasi serangan.10,11,12
d. Serotonin
Serotonin adalah salah satu jenis neurotransmiter di otak yang berperan dalam
pengaturan mood, sensasi nyeri, serta pengaturan tidur. Jika kadar 5-HT di otak rendah,
maka bisa mengakibatkan vasokontriksi atau vasodilatasi pembuluh darah di otak dengan
demikian sebagai pemicu terjadinya migren. Oleh sebab itu, sering disebutkan bahwa 5-
HT berperan terhadap kejadian nyeri kepala tipe migren sebagai vasoaktif substansi serta
modulasi nyeri. Modulasi nyeri terjadi akibat adanya perubahan sensitivitas reseptor 5-
HT yang sekaligus juga akan berdampak pada gangguan mood dan depresi.
Reaksi terhadap stimulus ini akan menyebabkan bebasnya beberapa jenis zat,
hormon dan neurotransmiter seperti BK, histamin, PG. Demikian juga halnya dengan
beberapa jenis ion. Kesemuanya ini nantinya bisa menstimulasi nosiseptor yang
selanjutnya akan menimbulkan persepsi nyeri. Serotonin yang disekresi dari nukleus rafe
berperan sebagai inhibisi nyeri terhadap saraf sentral. Ini dapat dibuktikan dengan
pemberian inhibisi biosintese 5-HT seperti p-chloro phenyl alanin akan meningkatkan
sensitivitas rasa nyeri sementara pemberian secara langsung 5-HT akan menurunkan
sensitivitas rasa nyeri tersebut. Cara kerja 5-HT ini adalah dengan mengaktifkan opioid
secara lokal ataupun yang dari hipotalamus dengan demikian akan menekan aktivasi
neuron di traktus spinotalamikus.
Klasifikasi
Berikut ini klasifikasi migren berdasarkan ICHD-3 (International Classification
of Headache Disorders):3,4
1. Migren tanpa aura
2. Migren dengan aura
Migren dengan aura tipikal
Aura tipikal dengan nyeri kepala
Aura tipikal tanpa nyeri kepala
Migren dengan area batang otak
Migren hemiplegik
Familial hemiplegik migren (FHM)
Familial hemiplegik migren tipe 1 (FHM 1)
Familial hemiplegik migren tipe 2 (FHM 2)
Familial hemiplegik migren tipe 3 (FHM 3)
Familial hemiplegik migren, lokus lain
Migren hemiplegik sporadik
Migren retinal
3. Migren kronik
4. Komplikasi migren
Status migrein
Aura persisten tanpa infark
Migren infark
Kejang yang diprovokasi migren dengan aura
5. Probable migren
Probable migren tanpa aura
Probable migren dengan aura
6. Sindrom episodik yang berhubungan dengan migren
Gangguan gastrointestinal rekuren
Sindrom muntah siklik
Migren abdominal
Vertigo paroksismal jinak
Tortikolis paroksismal jinak
Manifestasi Klinis
Secara keseluruhan, manifestasi klinis penderita migren bervariasi pada setiap
individu. Terdapat 4 fase umum yang terjadi pada penderita migren, tetapi semuanya
tidak harus dialami oleh setiap individu. Fase-fase tersebut antara lain :6
a. Fase Prodromal
Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa perubahan
mood, irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah, letih, lesu, tidur
berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (seperti cokelat) dan gejala
lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala.
Fase ini memberi petanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi
serangan migren.
b. Fase Aura
Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau
menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit.
Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari
aura-aura tersebut. Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan
gejala neurologis yang paling umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah
scintillating scotoma (tampak bintik-bintik kecil yang banyak) , gangguan
visual homonym, gangguan salah satu sisi lapang pandang, persepsi adanya
cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan
visual lainnya adalah adanya scotoma (fenomena negatif) yang timbul pada
salah satu mata atau kedua mata. Kedua fenomena ini dapat muncul
bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura pada migren biasanya hilang dalam
beberapa menit dan kemudian diikuti dengan periode laten sebelum timbul
nyeri kepala, walaupun ada yang melaporkan tanpa periode laten.
c. Fase nyeri kepala
Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral, dan awalnya berlangsung
didaerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-2 jam menyebar
secara difus kearah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada
orang dewasa, sedangkan pada anakanak berlangsung selama 1-48 jam.
Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang sampai berat, dan kadang-kadang
sangat mengganggu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
d. Fase Postdromal
Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan terjadi
perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa “segar” atau euphoria
setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnya merasa deperesi dan lemas.
Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migren dengan aura, sementara pada
penderita migren tanpa aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase prodromal, fase nyeri
kepala, dan fase postdromal.
Diagnosis
Diagnosis migren ditegakkan berdasarkan anamnesis. Berdasarkan International
Headache Society (IHS), migren dibagi menjadi migren tanpa dan dengan aura:5
Migrain tanpa aura Migrain dengan aura
Minimal 5 serangan yang berlangsung Minimal 2 serangan yang berlangsung
4-72 jam 4-72 jam
Serangan nyeri kepala berlangsung Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari di
antara 4-72 jam (tidak diobati atau bawah ini.
pengobatan tidak adekuat) dan 4. Gangguan visual yang reversibel
diantara serangan tidak ada nyeri seperti: positif (cahaya yang
kepala berkedip-kedip, bintik-bintik, atau
Nyeri kepala yang terjadi sekurang- garis-garis) dan negatif
kurangnya dua dari karakteristik (hilangnya penglihatan).
sebagai berikut: 5. Gangguan sensoris yang reversibel termasuk positif
5. Lokasi unilateral (pins and needles), dan/atau negatif (hilang
6. Sifatnya berdenyut rasa/kebas).
7. Intensitas sedang sampai berat 6. Gangguan berbicara disfasia yang
8. Diperberat dengan kegiatan fisik reversibel sempurna.
Selama serangan sekurang-kurangnya Paling sedikit dua dari di bawah ini.
ada satu dari yang tersebut dibawah 4. Gejala visual homonim dan/atau
ini: gejala sensoris unilateral.
3. Mual atau dengan muntah 5. Paling tidak timbul satu macam
4. Fotofobia dan fonofobia aura secara gradual ≥ 5 menit
Tidak menunjukkan adanya kelainan dan/atau jenis aura yang lainnya ≥ 5
organic menit.
6. Masing-masing gejala berlangsung ≥ 5 menit dan ≤
60 menit.
Dengan gejala tambahan: mual dan/atau
muntah
Tidak menunjukkan adanya kelainan
Organic
Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding migren adalah TTH (Tension Type Headache) dan
nyeri kepala klaster, iritasi meningen (meningitis, perdarahan subarachnoid), tumor otak,
dan arteritis temporal. Selain itu, tanda dan gejala yang terjadi pada migren dapat
menyerupai TIA (Transient Ischemic Attack), infark, trombosis vena, epilepsi fokal,
stroke trombotik atau emboli, hipertensi intrakranial idiopatik, neoplasma intrakranial,
gangguan metabolik seperti hipoksia dan hipoglikemi, sinusitis, glaukoma.
2. Terapi abortif
Pada serangan ringan sampai sedang atau serangan berat yang berespon baik
terhadap obat yang sama dapat dipakai: analgesik OTCs (Over The Counters),
NSAIDs (oral). Bila tidak respon terhadap NSAIDs, dipakai obat spesifik
seperti: Triptan (naratriptans, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan), Dihydro
ergotamin (DHE), Obat kombinasi (misalnya : aspirin dengan asetaminophen
dan kafein), Obat golongan ergotamin.
Tabel 2. Obat-obat untuk terapi abortif migren9
3. Langkah menghilangkan rasa nyeri
Terapi abortif mungkin belum mengatasi nyeri secara komplit, mungkin
dibutuhkan analgesik NSAIDs. Obat OTCs yang direkomendasikan FDA ialah
kombinasi aspirin 250 mg, acetaminophen 250 mg dan caffein 65 mg.
Analgesik narkotik, anti emetik, pheno-tyhiazines, dan kompres dingin bisa
mengurangi nyeri. Analgesik narkotik (codein, meperidine HCL, methadone
HCL ) dapat diberikan parenteral dan efektif menghilangkan nyeri, hanya
menyebabkan ketergantungan. Anti emetik diberikan parenteral atau
suppositoria (phenergan, chlopromazine dan prochlorperazine) mempunyai
efek sedatif dan anti mual. Transnasal butorphanol tartrate diberikan
parenteral. Pemberian nasal efektif karena sifat mukosa hidung lebih cepat
mengabsorbsi.
4. Terapi preventif
Prinsip umum terapi preventif :
Mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan
Meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan
Meningkatkan aktivitas sehari-hari serta pengurangan disabilitas.