Anda di halaman 1dari 14

Analisa Kerusakan Bearing Swing Drive Excavator 313 D2 Caterpillar Dengan

Membandingkan Dua Model Bearing Yang Berjenis Spherical Roller

Andri Adrinal

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari penyebab kerusakan bearing yang terjadi pada swing
drive excavator 313 D2 Caterpillar. Bearing pada swing drive ini berjenis spherical roller bearing
buatan NTN dengan nomor seri NTN Ultage 22315 EA. Penelitian ini juga ingin membandingkan
seberapa besar pengaruh perbedaan kontak permukaan antara bearing yang lama dan bearing yang
baru. Bearing lama memiliki groove dan terbukti gagal pada saat pengoperasian yang singkat.
Sementara bearing baru yang tidak memiliki groove memiliki daya tahan yang relative lebih lama
dibanding bearing yang lama. Umur bearing menjadi lebih singkat dan tentu membuat masalah yang
besar untuk unit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan bearing disebabkan oleh perbedaan luas
kontak permukaan yang bersentuhan antara housing Swing Drive Gp dengan bearing. Hal ini
membuat umur bearing jauh lebih singkat dibanding dengan perkiraaan umur bearing. Kerusakan
yang terjadi pada bearing yang memiliki groove.

Kata kunci : bantalan, spherical roller, groove, outer, inner kontak permukaan yang bersentuhan.

Abstract
The purpose of this research is to get data how much influence the difference of surface to
received pressure by spherical roller bearing. The bearing in swing drive has model spherical roller
bearing made by NTN with series NTN Ultage 22315 EA. This research also want to compare how
many the influence of surface area difference between former bearing and new bearing. The former
bearing that has a groove and confimed failed.when the short term. Meanwhile, the new bearing
that has no groove having resistant power more longer than the former bearing relatively. This case
makes the lifetime of bearing is too short and surely makes a big problem to unit. The unit cannot
be operated if this case occurred.

The research shows that the damage of bearing is caused by the difference of contact surface
between housing and swing drive bearing.

Keywords : bearing, spherical roller,outer, inner, excavator, groove, contact surface.


1. PENDAHULUAN keberadaannya. Alat berat sebagai sarana
Perkembangan industri alat berat akhir- penunjang kerja manusia hadir diberbagai sektor
akhir ini tidak dapat dipungkiri lagi akan penting kehidupan. Mulai dari pembangunan perkotaan,
1

pengembangan kehutanan dan tentunya 1. Engine


pertambangan. Alat berat juga merupakan sebuah 2. Pompa Hidrolik (Hydraulic Pump)
symbol majunya peradaban manusia. Dengan 3. Katup Pengontrol (Control-Valve)
keberadaaan alat berat tersebut membuat kerja 4. Penggerak berputar (Swing Drive)
manusia menjadi jauh lebih ringan. Efektivitas 5. Track / Roda Pada Excavator
kerja dari alat berat pun jauh lebih baik dibanding
menggunakan tenaga manusia. 2.3 Sistem Operasi Excavator

Gambar 1.1
Gambar 2.1 Alur Sistem Operasi 313 D2
Excavator 313 D2 Caterpillar.
Caterpillar
Excavator adalah alat berat yang secara
2.3.1 Engine
umum menggunakan tenaga hidrolik sebagai
Engine merupakan komponen yang paling
tenaga penggerak. Namun untuk menggerakkann
utama dari sebuah excavator karena torsi engine lah
pompa hidrolik tersebut digunakan motor bakar.
yang dimanfaatkan untuk memutar pompa hidrolik.
Pompa hidrolik akan menyalurkan aliran fluida
Engine excavator seri 313D2 ini memiliki seri C4.4.
menuju katup pengontrol. Nah di katup
Pada seri C4.4 ini ditopang oleh 4 ruang bakar.
pengontrol inilah tempat akan dibagi-bagikannya
Komponen sistem bahan bakar menggunakan sprayer
fluida tersebut. Apakah untuk menggerakkan
berjenis nozzle. Namun pada seri 320D komponen
track, untuk mengeruk, ataupun untuk berputar.
system bahan bakar menggunakan injector.
Perbedaannya terletak pada cara penyemprotan bahan
2. TINJAUAN PUSTAKA
bakar.
2.1 Excavator 313D2 Caterpillar
2.3.3 Katup Pengontrol (Control-Valve)
Excavator 313D2 merupakan keluaran
Aliran oli yang diberikan oleh pompa mengalir
terbaru caterpillar yang dilaunching ke Indonesia
menuju katup pengontrol. Didalam katup pengontrol
di akhir 2014. Seri terbaru ini dihadirkan untuk
banyak terdapat lubang . Lubang tersebut dibuat
mampu memenuhi kebutuhan pasar yang amat
semakin menyempit (orifice). Ini bertujuan untuk
tinggi dalam permintaan alat berat. Pada seri
meningkatkan hambatan pada aliran oli sehingga
sebelumnya, Caterpillar
meningkatlah tekanan. Pada katup pengontrol inilah
oli yang bertekanan tadi akan dipisah-pisahkan sesuai
2.2 Komponen Excavator kebutuhan. Apakah itu ditujukan untuk menggerakkan
Excavator memiliki beberapa komponen utama. track, swing, boom, stick atau bucket.
Berikut adalah komponen-komponen utama tersebut :
2

2.3.4 Swing Drive


Selain memiliki gerakan maju, mundur,
excavator juga dapat bergerak berputar kekiri
dan kekanan. Gerakan putaran tersebut dilakukan
melalui gerakan swing drive. Swing drive dapat
mengasilkan putaran kekiri dan kekanan,
tergantung permintaan dari si operator. Gerakan
Putaran ini adalah konversi gaya dari gaya
hidrolis pada swing motor dirubah menjadi gaya
mekanikal. Putaran tersebut juga menurunkan
kecepatan putar yang dihasilkan oleh motor Gambar 2.3 Gear Planetary Swing drive
swing drive, menjadi peningkatan torsi di swing (kiri), Swing motor (kanan)
gear.
Swing motor akan memutar gear planetary yang
2.3.5 Track terletak pada swing drive. Putaran tinggi yang
Track didalam excavator berfungsi untuk dihasilkan oleh motor kemudian direduksi setelah
maju mundur. Kedua sisi dari track dilengkapi melewati rasio gear pada swing drive. Putaran yang
dengan pompa. Pompa tersebut bisa diatur dikurangi tersebut meningkatkan torsi pada output
melalui tuas yang ada pada operator. Untuk shaft swing drive.
berbelok ke kiri atau kekanan, excavator
memanfaatkan pompa pada track. Ketika
operator memerintahkan untuk berbelok
kekanan, operator hanya perlu memainkan tuas
kanan pada ruang operator. Gigi (gear) pada
track kiri akan engage (kontak) dan akan
memaksa track kiri berputar. Sementara track
kanan tidak engage.

24. Sistem Operasi Pada Swing Drive Swing


Drive Group terdiri atas 2 bagian. Yang pertama
adalah motor swing drive (swing drive motor),
yang kedua adalah penggerak swing drive yang
terdiri atas kumpulan roda gigi planetary
(planetary gear set). Swing drive motor adalah
berjenis piston pump. Kiriman oli dari Hidraulic
pump menggerakkan motor pada swing drive.
Putaran tersebut ditransmisikan menuju output
shaft pada motor. Output shaft terhubung secara
mekanikal dengan swing drive. Gambar 2.4
Struktur atas (Upper Structure)
3

Gambar 2.5
Struktur Bawah (Lower Structure)
Gambar 2.7 Swing drive dan swing gear
Putaran gear kecil memutar gear akan membuat
torsi meningkat. Itulah yang dibutuhkan oleh
excavator untuk dapat melakukan manuver berputar
agar dapat memutar berat struktur atas.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini penulis meneliti tentang


perbandingan bearing baru dengan bearing lama yang
Gambar 2.6 Struktur atas (Upper struture) dan dipakai dalam swing drive . Penelitian ini bertujuan
struktur bawah (Lower structure) untuk mendapatkan hasil seberapa besar pengaruh
perubahan bentuk kontak permukaan bearing terhadap
Sementara itu struktur bagian atas akan dudukannya. Dalam penelitian ini peneliti akan
berputar sementara struktur bawah tetap. Struktur menggunakan dua jenis bearing. Secara struktur, jenis
bawah dipasangkan gear besar dan disekeliling dan bahan, bearing tersebut mempunyai sifat yang
gear tersebut dipasangkan bearing ball yang akan sama. Yang membedakan hanya terletak pada luas
menjadi tumpuan gear tersebut untuk menopang bidang kontak pada yang terletak pada outer ring.
struktur atas yang berputar terhadap struktur Outer ring menjadi bagian yang statis dan di
bawah. pasangkan terhadap housing swing.
.
4

3.1 Prosedur penelitian


Prosedur dalam penelitian ini meliputi:
studi lapangan, studi literatur, pengolahan data,
analisa dan pembahasan serta kesimpulan. Pada
penelitian ini dilakukan pengamatan dan
pengecekan pada kedua bearing. Dari hasil
pengamatan diperoleh masalah tentang perbedaan
gaya yang Gambar 3.2
diterima Bearing lama
3.2.3 Bearing Baru (tidak memiliki groove)
3.2 Alat dan Bahan Secara spesifikasi, semua dimensi bantalan lama
Analisa dilakukan pada bearing swing drive dan bantalan baru memiliki ukuran yang sama. Begitu
yang terdapat di workshop Trakindo Pekanbaru. juga dengan material yang digunakan dalam proses
Rincian peralatan dan bahan yang digunakan produksi pembuatan bantalan tersebut. Pembedaan
dalam penelitian ini adalah : yang dilakukan oleh perusahaan pembuat bantalan
1. Swing Drive Gp hanya pada jalur gemuk (grease).
2. Bearing lama (memiliki groove)
3. Bearing Baru (tidak memiliki groove
4. Outside Micrometer
5. Inside Micrometer

3.2.1 Swing Drive Group


Swing Drive Gp (Group) adalah komponen
yang digunakan untuk oleh excavator untuk dapat
melakukan gerakan berputar, seperti yang telah
dibahas pada bab sebelumnya. Bantalan yang
menjadi bahan bagi peneliti untuk diangkat
menjadi sebuah tugas akhir terletak pada bagian Gambar 3.3 Bearing Baru
bawah dari swing drive gp. Jenis dari bantalan
yang digunakan pada swing drive ini adalah 3.2.4 Outside Micrometer
bantalan roll speriks (Spherical roll bearing dan Sesuai dengan namanya, Outside Micrometer
lebih rinci lagi disebut sebagai double row convex adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
karena bagial roll nya yang tersusun dua baris. bagian diameter luar. Dalam hal ini, peneliti
menggunakan Outside Micrometer untuk mengukur
3.2.2 Bearing lama (memiliki groove) ring luar daripada bantalan, mengukur diameter shaft
pinion.
Bantalan gelinding model lama memiliki
bagian jalur pelumasan dibagian tengah cincin
luar.
5

7. Gaya Gesek Pada Permukaan Bearing Yang


Tidak Memiliki Groove
8. Gaya Gesek Pada Permukaan Bearing Yang
Memiliki Groove
9. Menentukan umur bearing

Gambar 3.4 Outside micrometer

3.2.5 Inside Micrometer


Inside Micrometer adalah alat ukur yang
digunakan untuk mengukur diameter dalam
sebuah benda kerja. Alat ini dipakai untuk Gambar 3.6 Bearing baru (kiri), bearing
mengukur diameter dalam inner ring. lama (kanan)
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan
persamaan tekanan geser. Kontak permukaan yang
dibandingkan adalah permukaan cincin luar bearing
yang memiliki groove dengan yang tidak memiliki
groove terhadap permukaan housing bagian dalam
sebagai tempat dudukan.

4. DATA DAN ANALISA

Gambar 3.5 Inside micrometer 4.1. Data Penelitian


Spesifikasi dari spherical roller bearing adalah
3.4 Pengukuran dan analisa data sebagai berikut :
Dalam penelitian ini, peneliti
membandingkan dua buah bearing yang diapakai
pada swing drive.
Langkah-langkah pengukuran
dalam penelitian ini yaitu :
1. Mencari Kecepatan Swing Drive / Shaft
Pinion
2. Menentukan Nilai Torsi Maksimum Pada
Bearing
3. Menentukan Gaya Tangensial Pada Bearing.
4. Menentukan Besar Gaya Axial 5. Menentukan
Besar Gaya Radial.
6. Menentukan Beban Dinamis Yang Terjadi
Pada Bearing
6

Gambar 4.1 Dimensi Spherical roller


bearing Tabel 4.1 Spesifikasi spherical roller
bearing
No. Symbol Dimensi

1 B 55 mm

2 r 5 mm

3 D 60 mm
Gambar 4.2 Swing drive dan gear output
4 d 75 mm sebagai penggerak
5 b 10,5 mm

6 k 5 mm

4.2 Analisa
Dalam menganalisa sebuah kerusakan dini
sebuah bearing, tentu kita harus tahu berapa umur
komponen bearing (life time) sebenarnya.
Perhitungan umur komponen tersebut didasarkan
pada beberapa aspek. Pada rumus yang dibuat oleh Gambar 4.3 Swing gear sebagai yang gear
para analis pembuat bantalan berkesimpulan digerakkan
bahwa umur yang didapat dari analisa dibawah
adalah umur dimana bearing masih dalam kondisi Rumus kecepatan putaran : S1 x
diatas 90. Jadi disini dimaksudkan adalah bearing T1 = S2 x T2 Keterangan :
pada kondisi beban normal atau tidak pada beban S1 = kecepatan putaran yang menggerakkan
kerja yang berlebih (overloading). (swing drive) =…???
S2 = kecepatan putaran yang digerakkan (swing gear)
1.2.1. Mencari Kecepatan Swing Drive / Shaft = 12,2 rpm
Pinion T1 = Jumlah gigi yang menggerakkan (shaft pinion)
= 13 gigi
T2 = Jumlah gigi yang digerakkan (swing gear) =
110 gigi
Maka,
S1 x T1 = S2 x T2
S1 x 13 = 12,2 x 110 S1 x
13 = 1342

S1
S1 = 103,2 rpm
7

Jadi kecepatan swing drive atau kecepatan shaft T = Torsi motor swing drive (kN.m) = 30,9 kN
pinion sebagai tenaga penggerak yang terhubung n = putaran per menit = 103,2 rpm
langusng ke motor adalah sebanyak 103,2 rpm. = konstanta korelasi satuan
Maka,

1.2.2. Menentukan Nilai Torsi Maksimum


Pada Bearing
Torsi yang mampu dihasilkan oleh motor swing
drive menuju shaft pinion adalah sebesar 30,9 kN.
Namun torsi yang dirasakan oleh bearing yang
terpasang pada shaft adalah berbeda. Nilai torsi
yang dirasakan oleh bearing disebut sebagai torsi
maksimum.

T
T = 21444,36 kN.m

Jadi torsi maksimum yang dirasakan oleh bearing


adalah sebesar 21444,36 kN.

1.2.3. Menentukan Gaya Tangensial


Pada Bearing

Gambar 4.4 Swing motor dan output shaft


swing motor

Torsi yang mampu dihasilkan oleh motor


swing drive menuju shaft pinion adalah sebesar
30,9 kN. Namun torsi yang dirasakan oleh
bearing yang terpasang pada shaft adalah berbeda.
Nilai torsi yang dirasakan oleh bearing disebut
sebagai torsi maksimum. Cara
menentukan torsi maksimum pada bearing
tersebut adalah sebagai berikut :

T =
Keterangan :
8

Fa

Ft
Ft

Fr
Ft Ft

Gambar 4.5
Arah-arah gaya

Gambar 4.6 Arah gaya axial (hitam), radial


(merah) dan tangensial (biru)

Gaya Tangensial adalah gaya yang tejadi akibat


adanya gaya radial dan arahnya tegak lurus dengan
gaya radial. Rumus gaya tangensial pada bearing
adalah sebagai berikut :
Ft =
Keterangan :
9

Ft = Gaya tangensial
T = Torsi maksimum = 21444,36 kN.m r =
radius shaft = 0,0375 m
Maka,
Ft = 4.2.5 Menentukan Besar Gaya Radial

Ft
Ft = 571849,6 kN
Jadi gaya tangensial yang terjadi pada bearing adalah
sebesar 571849,6 kN.

4.2.4 Menentukan Besar Gaya Axial


Beban / gaya axial pada bearing dapat ditentukan Fa = 127,486 N
langsung dengan mengukur berat shaft yang pinion
yang terapasang pada pinion.

Gambar 4.8 Gaya pembebanan pada


spherical roller bearing

Rumus gaya radial :


Fr = Ft tan α Keterangan :
Tan α = 0,00162
Maka, Fr = Ft tan
α
Fr = 571849,6 kN x 0,00162
Fr = 926,39 kN
Gambar 4.7 Berat shaft pinion Jadi gaya radial yang terjadi pada bearing adalah
sebesar 926,39 kN.
Berat shaft pinion adalah sebesar 13 kg = 127,486
N 4.2.6 Menentukan Beban Dinamis Yang
10

Terjadi Pada Bearing Jadi penjumlahan beban dinamis radial dan beban
( Equivalent Dynamic Load Bearing ) dinamis aksial adalah sebesar 929,749 kN.
Untuk menentukan beban dinamis radial, kita terlebih
dahulu harus menentukan beban dinamis radial dan
aksial. 4.2.7 Gaya Geser Pada Permukaan Bearing
Yang Memiliki Groove
1. Beban dinamis radial ( Equivalent Dynamic
Radial Load )
Pr = X . Fr + Y . Fa
Keterangan : r
Pr = Beban radial dinamis (N)
X = faktor beban radial=
Fr = beban radial aktual (N) = 926,39 kN
Y = faktor beban aksial = 2,98 b
Fa = beban aksial ackual (N)= 127,486 N =
0,127486 kN
Maka,
Pr = X . Fr + Y . Fa
Pr = 1 . 926,39 kN + . 2,98 . 0,127486 kN B
Pr = 926,39 kN + 0,379908 kN
Pr = 926,769 kN

2. Beban Dinamis Aksial ( Equivalent Dynamic


Axial Load )

Pa = Fa + 1.2 Fr
Rumus ini hanya dipakai jika Fr/Fa ≤ 0,55.
Sementara nilai Fr/Fa adalah sebesar 7266,6018
kN. Jadi disimpulkan beban dinamis aksialnya
tidak ada.

3. Beban dinamis radial dan aksial (Equivalent


Dynamic Load
Bearing) P = Pr + Y1 . Gambar 4.9 Tinggi bearing yang memiliki
Pa Keterangan : groove
Y1 = faktor beban dinamis (konstanta) = 2,98
Pr = beban dinamis radial = 926,769 kN
Tinggi bearing yang memiliki groove adalah :
Pa = beban dinamis aksial = (tidak ada)
B – 2 r – b = 55 – 10 – 10,5 = 34,5 mm (Nilai
Maka,
B, b dan r dapat dilihat di tabel 4.1)
P = Pr + Y1 . Pa Luas yang dihitung adalah luas penampang outer
P = 926,769 kN + 2,98 bearing yang bergesekan langsung dengan housing
P = 929,749 kN dikurangi dengan luas groove dan luas fillet radius :
Keterangan :
11

A=πxDxT Keterangan : τ =
= 3,14 x 160 x 34,5 Tegangan geser
= 17332,8 P = Beban dinamis (N) = 929,749 kN = 929749 N
Tegangan gesernya A = Luas penampang (mm2)
yaitu : τ =
Untuk menentukan luas area bearing yang kontak
dengan housing, kita dapat mencarinya dengan
menggunakan persamaan :
τ = 53,641 N. = 53,641 MPa Jadi
besar tegangan geser bearing yang memiliki A=πxDxT
Keterangan :
groove adalah sebesar 53,641 N. atau 53,641
MPa A = Luas penampang ( )
D = diameter bearing = 160 mm = 0,160 m
T = tinggi bearing = 45 mm = 0,045 m Dimana
4.2.8 Gaya Geser Pada Permukaan Bearing
luas yang dihitung adalah luas penampang outer
Yang Tidak Memiliki Groove
bearing yang bergesekan langsung dengan housing
dikurangi dengan luas fillet radius : Maka,
A=πxDxT
A=πxDxT
A = 3,14 x 0,160 m x 0,045 m
A = 0,022608
tegangan geseknya adalah
: τ=

τ = 41,124 N. = 41,124 MPa Jadi besar


tegangan gesek bearing yang memiliki groove adalah
sebesar 41,124 N. atau 41,124 MPa
Dari hasil perhitungan menggunakan
Gambar 4.11 Tinggi bearing yang tidak tegangan geser dapat kita simpulkan bahwa bearing
memiliki groove yang memiliki groove memiliki tegangan geser yang
lebih tinggi sebesar 53,641 N. .
Tinggi bearing yang tidak memiliki groove adalah Sementara bearing yang tidak memiliki groove,
: memiliki tegangan geser yang lebih rendah yaitu
B – 2 r = 55 – 10 = 45 mm sebesar 41,124 N. . Ini berakibat pada bearing
(Nilai B dan r dapat dilihat di tabel 4.1) yang cenderung bergerak dan sementara outer bearing
Analisa perbandingan jumlah tegangan geser diharuskan untuk tetap fix. Ketahanan bearing akam
pada kedua jenis bearing dapat dihitung dengan berkurang karena beban yang diterima oleh bearing
menggunakan rumus : tersebut tidak sesuai dengan nilai standar maksimal
yang ditetapkan NTN sebagai si pembuat bearing.

τ=
12

4.2.9 Menentukan Umur Bearing N = Jumlah putaran (rpm) = 103,2 rpm


Untuk menentukan berapa umur bearing, kita
bisa mendapatkan data melalui analisa jumlah putaran Maka,
bearing atau dari jumlah waktu pakai bearing tersebut..
Itu adalah harga taksiran bearing yang mampu
beroperasi dengan beban normal. Kemugkinan bearing
tersebut untuk mampu bertahan lebih dari umur
bearing yang ditentukan ataupun lebih singkat adalah = x 4,629
sah-sah saja. Itu merupakan faktor yang
mempengaruhi diluar faktor normal seperti beban = 852 jam
dinamis, kecepatan poros yang terhubung ke bearing.
Jadi bearing ini memiliki usia pemakaian dengan
4.2.9.1 Perkiraan Umur Bearing Dalam kemampuan 90 % sebanyak 852 jam kerja.
Jumlah Putaran :

= 5. KESIMPULAN

Keterangan : 5.1 Kesimpulan

C = Basic static load rating (N) = 491 Dari analisa data dan pembahasan dapat diambil
KN kesimpulan sebagai berikut:
P = Equivalent dynamic bearing load (N) = 1. Perbedaan kontak permukaan mempengaruhi gaya
929,749 kN n = konstanta ….Untuk ball geser yang diterima oleh bearing. Semakin besar
bearing =3 kontak permukaan, semakin besar pula gaya geser
… Untuk roller bearing = yang diterima dab sebaliknya.
10/3 2. Luas penampang yang bergesekan mempengaruhi
besarnya tekanan yang diterima oleh penampang
Catatan : Nilai C (Basic static load rating) dapat tersebut. Luas penampang bearing yang memiliki
dilihat di tabel katalog NTN groove mendapatkan gaya gesek sebesar 53,641 N.
= . Sementara bearing yang tidak memiliki
groove mendapatkan gaya gesek yang lebih kecil
yaitu sebesar 41,124 N. .
=
3. Bearing spherical cocok untuk aplikasi yang
membutuhkan gaya kombinasi yang tinggi
= 0,528 juta putaran 4. Umur bearing yang diperkirakan baik dari segi
waktu maupun putaran adalah umur bearing dengan
Jadi bearing ini memiliki usia pemakaian dengan kemampuan diatas 90 %. Pada aplikasi ini, umur
kemampuan 90 % sebanyak 0,528 juta putaran. bearing diperkirakan bertahan selama 852 jam kerja
dan 0,528 juta putaran.
4.2.9.2 Perkiraan Umur Bearing 5. Spesifikasi bearing yang diuji harus memiliki jenis,
Dalam Satuan Waktu / Jam dimensi, bahan, dan tip e data yang sama agar
perbandingannya dapat dilakukan dengan benar.
= x / 60N
Keterangan :
13

5.2 Saran York, USA, 1995


1. Melakukan pengukuran spesimen yang diuji
dengan baik dan benar agar ukuran tersebut dapat Sularso, Dasar perencanaan dan pemilihan
kita rujuk ke katalog produsen pembuat bearing elemen mesin, P.T. Pradnya Paramita, Jakarta,
untuk mendapatkan informasi yang ada pada 1978.
bearing dengan tepat.
2. Mengambil semua informasi yang tercetak pada Johnson, K.L., Contact Mechanics, 1st ed,
body bearing karena itu merupakan informasi Cambridge University Press, 1985.
yang penting untuk kita dapat merujuk ke katalog E. Richard Booser, Tribology Data Hand Book, CRC
selain melakukan pengukuran. Press LLC, 1997.
3. Pengujian perbandingan ini hanya dilakukan pada
bearing dengan tipe yang sama yaitu spherical Michael M. Khonsari dan Richard Booser, Applied
roller namun berbeda jenis yaitu yang memiliki Tribology Bearing Design and Lubrication, John
groove dengan yang tidak memiliki groove. Wiley and Sons, Inc, 2001.
4. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk jenis
bearing dan tingkat kerusakan yang berbeda. R.S. Dweyer - Joyce, "The Effects of Lubricant
Contamination on Rolling Bearing Performance",
DAFTAR PUSTAKA University of London PhD Thesis,1993.

NTN Catalogue, Spherical roller bearing, NTN R.S. Dweyer - Joce dan Heyme, 1., "The Entrainment
Corporation, USA, 2009 of Solid Particles into Rolling Elastohydrodynamic
Contacts", Proceeding of 22nd Leeds - Lyon
NTN Catalogue, Ball and Roller Bearing, NTN Symposium on Tribology, 1996.
Corporation, USA, 2009
Emerson bearing, Nomenclature guide to common Hamrock, B.J. dan Dowson, D., "Ball bearing
bearing, Emerson Bearing Corporation, Boston Lubrication, The Elastohydrodynamic of Elliptical
USA Contacts", 1st ed, John Wiley and Sons, London, 1981.

Harris, T. A, Rolling Bearing Analysis, JohnWiley


& Sons, New York, USA, 2001

P. K. Goenka and J. F. Booker, Spherical


bearings: static and dynamic analysis via the finite
element method, Journal of Lubrication
Technology, vol.
102, no. 3, pp. 308–319, 1980.

R. J. Kleckner and J. Pirvics, Spherical roller


bearing analysis, Journal of Lubrication
Technology, vol. 104, no. 1, pp. 99–108, 1982.

Higgins, Lindley R, Maintenance Engineering


Handbook, Fifth Edition, McGraw-Hill, New

Anda mungkin juga menyukai