Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama:
Harga Diri Rendah
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga
dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri. Harga diri rendah
adalah perasan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi yang negativ terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (keliat, 2009)
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situational, yaitu terjadi tertama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami atau istri, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara
tiba-tiba).
b. Kronik, yaitu perassan negativ terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi
ini mengakibatkan respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada
klien gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.

2. Tanda dan gejala


Menurut keliat 2009, tanda dan gejala harga diri rendah kronik adalah
sebagai berikut:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan
harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan kurang,tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan suara nada lemah

3. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maldaptif


1
Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Kerancuan
Depersonalisasi Positif rendah identitas

Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima. Konsep
diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada
dirinya meliputi cita dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran serta
identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa individu itu akan
menjadi individu yang sukses.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri,
termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak
ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri
yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan atau orang lain, penurunan
produktifitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain, gangguan dalam
berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perassan negatif mengenai
tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta
meanarik diri dari realitas.
Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan
kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang
bertentangan, hubungan interpersonal eksploitasi, perassan hampa. Perasaan
mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan
untuk empati terhadap orang lain.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien
tidak dapat membedakan stimulus dari alam atau luar dirinya. Individu mengalami
kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri
merasa tidak nyata dan asing baginya.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak
realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal
dan eksternal seperti :
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksika kejadian
yang megancam.

2
b. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran :
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan
dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-
nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh,
perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.

4. Penyebab
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjuan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya
(yosep,2009).
Menurut stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah
kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realitis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah sterotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidak percayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
b. Faktor presipitasi
Menurut yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah
biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan
3
konsep harga diri rendah dapat terjadi secara situasional atau kronik.secara
situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi, kecelakaan,perkosaan,atau penjara, termasuk dirawat di rumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri
rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat
klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.

5. Sumber Koping
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekpresif
d. Kesehatan dan kerawatan diri
e. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
f.Bakat tertentu
g. Kecerdasan
h. Imaginasi dan kreativitas
i.Hubungan interpersonal

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan jangka
pendek mencakup sebagai berikut:
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dan krisis identitas diri
(misalnya konser musik, bekerja keras, menonton televise secara obsesif).
b. Aktivitas yang memberikan identitas penggantian sementara (misalnya ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan).
c. Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu (misalnya olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontek
suntuk mendapatkan polaritas).
d. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas
diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya penyalahgunaan
obat).
Pertahanan jangka panjang mencakup sebagai berikut:

4
a. Penutupan identitas: adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang
yang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi atau potensi diri
individu.
b. Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat.

C. PohonMasalah

D. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


1. Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
2. Gangguan Persepsi Sensori (D.0085)
3. Koping Tidak Efektif (D.0096)

E. Data Yang Perlu Dikaji


Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
Tanda Gejala Mayor
No Diagnosa
Subjektif Objektif

5
1 Harga Diri  Menilai  Enggan
Rendah diri negatif (mis. Tidak berguna, mencoba hal baru
Kronis tidak tertolong)  Berjalan
 Merasa menunduk
malu/bersalah  Postur
 Merasa tubuh menunduk
tidak mampu melakukan apapun
 Meremehk
an kemampuan mengatasi masalah
 Merasa
tidak memiliki kelebihan atau
kemampuan positif
 Melebih-
lebihkan penilaian negatif tentang
diri sendiri
 Menolak
penilaian positif tentang diri
sendiri
Tanda Gejala Minor
Subjektif Objektif
 Menyatak  Kontak
an Merasa sulit konsenstrasi mata kurang
 Sulit tidur  Lesu dan
 Mengungk tidak bergairah
apkan keputusasaan  Berbicara
pelan dan lirih
 Pasif
 Perilaku
tidak asertif
 Mencari
penguatan secara berlebihan
 Bergantun
g pada pendapat orang lain
 Sulit
membuat keputusan
Tanda Gejala Mayor
No Diagnosa
Subjektif Objektif
2 Gangguan  Mendenga  Distorsi
Persepsi r suara bisikan atau melihat sensori
Sensori bayangan  Respons
 Merasaka tidak sesuai
n sesuatu melalui inder perabaan,  Bersikap
penciuman, atau pengecapan seolah melihat, mendengar,
mengecap, meraba, atau mencium
sesuatu
Tanda Gejala Minor
Subjektif Objektif

6
 Menyatak  Menyendir
an kesal i
 Melamun
 Konsentra
si buruk
 Disorienta
si waktu,tempat, orang atau situasi
 Curiga
 Melihat ke
satu arah
 Mondar-
mandir
 Bicara
sendiri
Tanda Gejala Mayor
No Diagnosa
Subjektif Objektif
3 Koping Tidak  Mengungk  Tidak
Efektif apkan tidak mampu mengatasi mampu memenuhi peran yang
masalah diharapkan (sesuai usia)
 Mengguna
kan mekanisme koping yang tidak
sesuai
Tanda Gejala Minor
Subjektif Objektif
 Tidak  Penyalahg
mampu memenuhi kebutuhan unaan zat
dasar  Memanipu
 Kekhawati lasi orang lain untuk memenuhi
ran kronis keinginannnya sendiri
 Perilaku
tidak asertif
 Partisipasi
sosial kurang

7
F. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Intervensi
Tujuan & Kriteria Hasil
1 Harga Diri Rendah Harga Diri
Kronis Manajemen Perilaku
D.0086 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam terjadi Observasi:
peningkatan terhadap perasaan positif terhadap diri sendiri  Identifikasi harapan untuk
Pengertian : Kriteria Hasil: mengendalikan perilaku
Evaluasi atau Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat Terapeutik:
perasaan negatif Menurun Meningkat  Batasi Jumlah Pengunjung
terhadap diri 1 Penilaian Diri Positif  Bicara dengan nada rendah dan tenang
sendiri atau 1 2 3 4 5  Hindari bersikap menyudutkan dan
kemampuan klien 2 Penerimaan Penilaian Positif terhadap diri sendiri
menghentikan pembicaraan
seperti tidak berarti, 1 2 3 4 5
 Hindari sikap mengancam dan berdebat
3 Postur Tubuh Menampakkan wajah
tidak berharga, Edukasi
1 2 3 4 5
tidak berdaya yang 4 Perasaan Malu  Informasikan pada keluarga bahwa
berlangsung lama Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun keluarga sebagai dasa pembentukan keluarga
dan terus menerus Meningkat Menurun
1 2 3 4 5 Promosi Harga Diri
5 Perasaan bersalah Observasi
1 2 3 4 5  Monitor verbalisasi merendahkan diri
sendiri

8
 Monitor tingkat harga diri setiap waktu,
sesuai kebutuhan terapeutik
Terapeutik
 Motivasi terlibat dalam vervalisasi
positif untuk diri sendiri
 Diskusikan persepsi negatif diri
Edukasi
 Jelaskan kepada keluarga pentingnya
dukungan dalam perkembangan positif diri
pasien
 Latih cara berpikir dan berprilaku
positif

Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
2 Gangguan Persepsi Persepsi sensori Manajemen halusinasi
Sensori Observasi:
D.0085 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam  Monitor perilaku yang mengindikasi
diharapkan persepsi sensori terhadap stimulus membaik halusinasi
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor dan sesuaikan tingkat akrivitas
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat dan stimulasi lingkungan
Menurun Meningkat  Monitor isi halusinasi
Perubahan persepsi 1 Verbalisasi mendengar bisikan Terapeutik:
terhadap simulus baik 1 2 3 4 5  Pertahankan lingkungan yang aman
internal maupun 2 Verbalisasi melihat bayangan  Lakukan tindakan keselamatan ketika
eksternal yang disertai 1 2 3 4 5 tidak dapat mengontrol perilaku
dengan respon yang 3 Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra perabaan
 Diskusikan perasaan dan respons terhadap
1 2 3 4 5
berkurang, berlebihan halusinasi
4 Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra penciuman
atau terdistorssi 1 2 3 4 5  Hindari perdebatan tentang validasi
5 Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra pengecapan halusinasi
1 2 3 4 5 Edukasi
9
6 Distorsi sensori  Anjurkan bicara pada orang yang
1 2 3 4 5 dipercaya untuk memberi dukungan dan umpan
7 Perilaku halusinasi balik korektif terhadap halusinasi
1 2 3 4 5  Anjurkan melakukan distraksi
8 Respons sesuai stimulus  Ajarkan pasien dan keluarga cara
1 2 3 4 5
mengontrol halusinasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antipsikotik
dan antiansietas, jika perlu

Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa
Intervensi
Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
3 Koping Tidak Efektif Status Koping Promosi Oping
Observasi:
D.0096 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan  Identifikasi kemampuan yang dimiliki
status koping membaik  Identifikasi dampak situasi terhdap peran
Pengertian : Kriteria Hasil: dan hubungan
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Identifikasi metode penyelesaian masalah
Menurun Meningkat  Identifikasi kebutuhan dan kengiinan
Ketidakmampuan 1 Kemampuan memenuhi peran sesuai usia terhadap dukungn sosial
menilai dan merespon 1 2 3 4 5 Terapeutik:
stresor dan atau 2 Perilaku koping adatif
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
ketidakmampuan 1 2 3 4 5
3 Verbalisasi kemampuan mengatasi masalah meyakinkan
menggunakan sumber  Dikusikan alasan mengkritik diri sendiri
1 2 3 4 5
– sumber yang ada  Diskusikan untuk mengklarifikasi
4 Verbalisasi pengakuan masalah
untuk mengatasi 1 2 3 4 5 kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku
masalah 5 Verbalisasi kelemahan diri sendiri
1 2 3 4 5  Diskusikan resiko yang menimbulkan
6 Perilaku asertif bahaya pada diri sendiri
1 2 3 4 5

10
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Berikan pilihan realistis mengenai aspek –
Meningkat Menurun aspek tertentu dlm perawatan
7 Verbalisasi menyalahkan orang lain  Perkenalkan pada orang atau kelompok
1 2 3 4 5 yang berhasil mengalami pengalaman yang
sama
Edukasi
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
 Anjurkan keluarga terlibat
 Ajarkan cara memecahkan masalah secara
konstruktif
 Latih mengembangkan penilaian objektif

11
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Strategi Pelaksanaan 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DO : Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan, poduktifitas menurun,
cemas dan takut
DS: Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/ tidak tahu apa-apa,
mengkritik diri sendiri., klien mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri, klien mengungkapkan rasa bersalah terhadap sesuatu/ seseorang
2. Diagnosa Keperawatan: harga diri rendah
3. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang dimiliki
b. Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
c. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
e. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
d. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja dan terminasi
setiap SP)
1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikankemampuan
dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan
yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan
yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

Orientasi :
 “Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat S. Saya Mahasiswa Keperawatan
Profesi Ners. Saya yang akan merawat bapak dari jam 7 pagi sampai jam 3
sore nanti ya pak”
 “Bagaimana keadaan bapak T hari ini? bapak T terlihat segar“
 ”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah bapak T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana
yang masih dapat bapak T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita
akan pilih satu kegiatan untuk kita latih. Bagaimana menurut bapak T?”
12
 ”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu saja
pak? Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol pak? Apakah cukup 20 menit?
Oke cukup ya pak 20 menit”
Kerja:
 “Bapak T, apa saja kemampuan bapak T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya pak. Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa bapak T
lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu? Mencuci piring?
Wah, bagus sekali. Cukup banyak kemampuan dan kegiatan yang bapak T
miliki “.
 ” Bapak T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah? yang
kedua? sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali
ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”
 ”Sekarang, coba bapak T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”.
 ”Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur bapak T? Mari kita lihat
tempat tidur bapak T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
 “Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus sekali pak. Sekarang kita angkat spreinya dan
kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari
arah atas, ya bagus pak T. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di
sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Bagus, bapak bisa melakukannya”
 ”Bapak T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali.Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
 “ Coba bapak T lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau
bapak T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk
melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
Terminasi:
 “Bagaimana perasaan Bapak T setelah berbincang-bincang dan latihan
merapihkan tempat tidur? Iya benar pak. Bapak T ternyata banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya,
merapihkan tempat tidur yang sudah bapak T praktekkan dengan baik
sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang ya
pak.”

13
 ”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Bapak T mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa?
Lalu sehabis istirahat jam berapa?”
 ”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak T masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan
tempat tidur? Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci
piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi selama 20
menit, menurut ibu bagaimana? Oke bapak, Sampai jumpa ya”

2. SP-2 Pasien: Harga Diri RendahPertemuan Ke-2: Melatih pasien melakukan


kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
Orientasi :
 “Selamat pagi, bapak T masih ingat dengan saya? Iya benar sekali pak, saya
perawat S yang akan merawat bapak dari jam 7 sampai jam 3 sore nanti ya
pak”
 “Bagaimana perasaan bapak T pagi ini? Wah, tampak cerah”
 ”Bagaimana bapak T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin. Tadi
pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita
akan latihan kemampuan kedua ya pak?.Masih ingat apa kegiatan itu bapak
T?”
 ”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini, Waktunya
sekitar 20 menit. Bagaimana menurut bapak T?”
Kerja:
 “Bapak T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus
untuk mencuci piring dan air untuk membilas. bapak T bisa menggunakan air
yang mengalir dari kran ini ya? Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah
untuk membuang sisa-makanan”
 “Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
 “Setelah semua perlengkapan tersedia, bapak T ambil satu piring kotor lalu
buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat
sampah.Kemudian bapak T bersihkan piring tersebut dengan menggunakan
sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai
disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di
piring tersebut. Setelah itu bapak T bisa mengeringkan piring yang sudah
bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai bapak”
 “Sekarang coba bapak T praktekkan kembali seperti yang saya contohkan tadi
pak”

14
 “Bagus sekali, bapak T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik.
Sekarang dilap tangannya pak”
Terminasi :
 ”Bagaimana perasaan bapak T setelah latihan cuci piring?”
 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari bapak T? Mau berapa kali bapak T mencuci piring? Bagus sekali bapak T
mencuci piring tiga kali setelah makan.“ Coba bapak T lakukan dan jangan
lupa memberi tanda M (mandiri) kalau bapak T lakukan tanpa disuruh, tulis B
(bantuan) jika diingatkan untuk melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
 ”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan
latihan mengepel. Mau jam berapa bu kita melakukan latihan mengepel nya?
Oke baik besok jam 9 pagi ya pak setelah bapak selesai merapikan tempat tidur
dan mencuci piring. Dimana kita akan melakukan latihannya pak? Oke baik
pak, kita muali dari ruangan ini saja ya pak. Kalau begitu saya permisi dulu ya
pak, Sampai jumpa”

DAFTAR PUSTAKA

Elinia, Sury,.2016. Tinjauan Tero dan Konsep Harga Diri Rendah diakses dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-eliniasury-8333-2-
babii.pdf pada 12 Juni 2018

Halifah, Nur Eka,.2016. Bab II Tinjauan Teori diakses dari


http://repository.ump.ac.id/1076/3/EKA%20NUR%20HALIFAH%20BAB
%20II.pdf pada 12 Juni 2018

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic Course).
Jakarta: EGC

Mulyono, Andri,.2013. Asuhan Keperawatan dengan HArgaDiri Rendah diakses dari


http://eprints.ums.ac.id/25936/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Pada 12 Juni 2018

Stuart, W. Gail.(2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa.Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

15

Anda mungkin juga menyukai