Abstract
Eggs are food that contains high nutrition, however egg products susceptible
damage so preservation process is required. Dielectric Barrier Discharge (DBD) UV
Plasma has proven very effective as an alternative technology for preserve fresh egg by
inactivation bacteria and prevent contamination in fresh egg. Aim of this study is to
evaluated effect of Dielectric Barrier Discharge (DBD) UV Plasma on physical and
chemical quality of chicken eggs (Gallus gallus domesticus). The fresh eggs were stored
at room temperature and assessed for their Physical (Haugh unit and yolk index) and
chemical properties (yolk pH, albumen pH, and egg nutrition) on 0, 5, 7, 11, and 14
days. Analysis of variance (ANOVA) was used to analyse significant difference among
the samples. The result shows that DBD UV plasma can maintain haugh unit, yolk
index, yolk pH, and albumen pH than control. The eggs treated with DBD UV recorded
have no significant difference for egg nutrition.
Keywords: Chicken Egg (Gallus gallus domesticus); DBD UV Plasma; nutrition; physical;
chemical quality
ayam. Tahap pengujian dilakukan pada (Wackerley et al., 2008). Apabila terdapat
sampel telur ayam tanpa perlakuan (a) perbedaan diuji lebih lanjut dengan
dan telur ayam dengan perlakuan (b) menggunakan uji Tukey. Semua analisis
yang meliputi uji fisik dan kimia. Dimana dengan data dilakukan dengan program
uji fisik berupa haugh unit (HU) serta minitab 17.
indeks kuning telur (IKT). Serta uji kimia
berupa pH kuning, pH putih telur serta
kandungan proksimat (protein, lemak, Hasil dan Pembahasan
air, abu dan kabohidrat) dari telur.
i) Haugh Unit (Wan et al., 2017) Pengaruh DBD UV Plasma terhadap
Diamati dengan pengukuran Haugh Unit Telur
tinggi putih telur dan kuning telur yang Nilai Haugh Unit (HU)
dilakukan dengan memecah telur dengan merupakan salah satu indikator kesegaran
hati-hati pada permukaan kaca datar. dari telur yang secara konsisten akan
Selanjutnya segera diukur menggunakan menurun dengan semakin meningkatnya
penggaris, untuk perhitungan haugh unit, umur induk ayam (Chang-Ho et al.,
diukur tinggi putih telur dan bobot telur 2014). Nilai HU bervariasi antara 20-110
dengan menggunakan timbangan. dan telur berkualitas baik memiliki nilai
Persamaan untuk nilai HU adalah sebagai HU antara 50-100 (Yuwanta, 2010). Nilai
berikut: HU berdasarkan korelasi antara bobot
HU = 100 log (H + 7,57 – 1,7 W0,37) telur dan tinggi putih telur (Sihombing et
Keterangan : H = tinggi albumen (mm) al., 2014). Semakin kecil nilai HU maka
W = berat telur (gram) semakin encer putih telur sehingga
HU = haugh unit kualitas putih telur semakin rendah.
ii) Indeks Kuning Telur (Lestari, 2016) Semakin lama penyimpanan
Komponen yang digunakan menunjukkan penurunan nilai Haugh Unit
untuk mengukur indeks kuning telur pada telur segar (Gambar 1). Hal ini
adalah tinggi kuning telur dan diameter dikarenakan pengenceran putih telur
kuning telur. Nilai yang diperoleh yang diakibatkan penguapan gas CO2
dimasukkan dalam formulasi sebagai sehingga pH naik dan mempercepat
berikut: pemecahan ovomucin. Hal ini sesuai
IKT = Tinggi kuning telur (mm) dengan pendapat Widyantara et al. (2017),
Diameter kuning telur (mm) yang menyatakan bahwa pengenceran
iii) Pengukuran pH (Eke, 2013) bagian putih telur disebabkan oleh
pH kuning dan putih telur diukur adanya kerusakan fisikokimia dari serabut
dengan menggunakan pH meter ovomucin. Penguapan CO2 disebabkan
(Hanna). Sekitar 2 gram sampel di adanya penguraian senyawa NaHCO3
homogenisasi pada 20 ml akuades. dari dalam telur ayam ras menjadi NaOH
Kemudian pH meter distandarisasi dan CO2. NaOH yang dibentuk akan
dengan menggunakan buffer pH 4 dan 9. diurai menjadi Na+ dan OH sedangkan
Lalu, pH meter dibilas dengan akuades, CO2 yang dibentuk akan menguap,
dan dicelupkan ke dalam sampel yang sehingga kualitas putih telur mengalami
telah dihomogenisasi sebelumnya untuk penurunan (Fahrullah, 2012). Rata-rata
menstabilkan sebelum digunakan. nilai HU selama penelitian berkisar
Data yang telah diperoleh antara 50-80, lebih tinggi jika
kemudian dilakukan analisa dibandingkan dengan hasil penelitian
menggunakan metode ANOVA Nova (2014) yang menunjukkan nilai HU
berkisar antara 40-80.
88
(a) (b)
Gambar 3. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap pH Putih Telur (a) dan Kuning Telur (b)
91
Tabel 7. Hasil Pengujian Proksimat Penyimpanan Awal dan Akhir Penyimpanan Telur
65 gr (b/v)
Perlakuan Standar Telur dalam 65 gr
Parameter Hari ke-
Kontrol DBD UV Plasma (SNI 3926:2008)
Hari ke-0 7.13 7.84
Protein (%) 8.00-13.40
Hari ke-14 11.81 10.81
Hari ke-0 8.38 7.3
Lemak (%) 8.5-11.80
Hari ke-14 8.43 7.26
Hari ke-0 77.75 80.58
Air (%) 72.5-75.5
Hari ke-14 74.41 77.5
Hari ke-0 0.89 0.78
Abu (%) 0.80-1.00
Hari ke-14 0.87 0.84
92
Kandungan protein pada telur lemak dengan protein yang berada dalam
kontrol makin meningkat setelah bahan tersebut makin banyak.
penyimpanan 14 hari. Yuwanta (2010) Kandungan air makin menurun
menjelaskan bahwa ovalbumin adalah pada hari ke-14 pada telur kontrol.
protein utama dari putih telur yang Sudaryani (2003) menyatakan bahwa
menempati 54% total protein putih telur, kadar air merupakan komposisi telur
ovalbumin ini mudah terpecah oleh yang penting karena mempengaruhi
adanya panas sehingga terjadi koagulasi kualitas interior telur dan selama
dan kehilangan air dapat terjadi karena penyimpanan, kadar air putih telur
lama penyimpanan telur, penguapan air menurun tidak hanya disebabkan
mengakibatkan pula terjadinya perluasan penguapan air tetapi juga adanya difusi
rongga udara. Hasil kandungan protein air dari putih telur menuju kuning telur.
makin meningkat setelah diberi perlakuan Kadar air telur dipengaruhi oleh
DBD UV Plasma. Berdasar Ji et al. kecepatan penguapan, suhu dan
(2017), perlakuan DBD UV Plasma kelembaban tempat penyimpanan telur.
mempengaruhi terhadap kelarutan, Penggunaan DBD UV Plasma semakin
stabilitas emulsi, dan protein. Efek DBD membuat menurun kadar air sesuai
UV Plasma dalam protein dipelajari pada penyimpanan. Saraslifah (2016), dimana
ikan makarel segar, dimana menghasilkan penggunaan DBD UV Plasma semakin
penurunan di dalam air yang terletak di membuat menurun kadar air sesuai
jaringan myofibrillar yang padat protein. penyimpanan. Ditunjukkan bahwa
Kandungan lemak meningkat pada hari semakin lama penyimpanan yakni mulai
ke-14 pada telur kontrol. Seharusnya, penyimpanan sampai hari ke-35 kadar air
semakin lama penyimpanan kandungan bahan mengalami penurunan. Karena
lemak telur semakin menurun. Menurut elektron yang dihasilkan oleh DBD UV
Alfiah et al. (2015) salah satu penyebab Plasma akan berenergi dan
kerusakan lemak adalah adanya reaksi menyalurkannya pada molekul dalam
hidrolisis. Jika kadar air didalam lemak bahan. Kemudian terjadi proses transfer
tersebut tinggi, maka kemungkinan energi elektron yang akan menyebabkan
terjadinya reaksi hidrolisis akan semakin kadar air pada telur akan menurun pada
besar dan akan memicu kenaikan asam hari ke-14. Kadar abu menurun pada hari
lemak bebas sebagai hasil pemecahan ke-14 pada telur kontrol. Pada penelitian
trigliserida. Kadar lemak pada telur ayam Gumay (2009) tentang nilai gizi pada
dengan perlakuan DBD UV Plasma telur asin, menunjukkan bahwa kadar abu
mengalami penurunan. Rusdi (2002), mengalami peningkatan karena
yang mengatakan bahwa DBD UV dipengaruhi faktor pakan yang diberikan
Plasma dapat mempertahankan kadar kepada itik. Serta dipengaruhi pula oleh
lemak. DBD UV plasma yang kontak proses pembuatan dari telur asin itu
dengan bahan, dapat mempertahankan sendiri. Bila dibandingkan dengan telur
kadar lemak yang paling tinggi. Hal ini itik segar, telur yang melalui pemrosesan
dapat dijelaskan sebagai berikut bahwa lebih meningkat kadar abunya. Kadar abu
makin lama DBD UV Plasma kontak pada telur dengan perlakuan DBD UV
dengan bahan dan makin rendah suhu Plasma mengalami peningkatan pada hari
bahan maka makin banyak konsentrasi ke 14. Pengaruh teknologi plasma pada
yang terlarut dalam bahan dan perubahan kimia pada makanan belum
kesempatan untuk memisahkan ikatan diketahui secara pasti, namun ada
peningkatan kadar flavanoid pada
93