Anda di halaman 1dari 9

ISBN: 978-602-72412-0-6

Isolasi, Karakterisasi dan Pertumbuhan Bakteri Pelarut Fosfat pada


Sampel Guano Dari Gua Anjani, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

Agustin Erviana1, Andi Joko Purnomo2, Failasuf Aulia Nugroho3, Hefi Mardias Siwi4,
Nur Fathurahman Ridwan5

Kelompok Studi Biospeleologi UNY (BSG UNY)1,


Gedung ORMAWA HIMABIO Karangmalang1
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Yogyakarta
Email: Agustin Erviana@symbion.pbio.uad.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mengkarakterisasi dan mengukur
kemampuan bakteri pelarut fosfat yang diisolasi dari sampel guano di Gua Anjani. Tahapan
penelitian ini adalah Pengambilan sampel guano dari gua Anjani, Isolasi dan Pemurnian
Bakteri Pelarut Fosfat dengan Media Pikovskaya, Identifikasi Bakteri Pelarut Fosfat dengan
metode Genus Profile Matching menggunakan buku identifikasi Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology (Holt,2000). Kemudian uji potensi isolat pelarut fosfat dengan
mengukur aktivitas bakteri pelarut fosfat ditentukan berdasarkan pembentukan zona bening
pada media Pikovskaya (Rao, 1994). Kemudian pengukuran rapat optis (OD) dan derajat
keasaman (pH) dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm. Hasil
penelitian ini diperoleh 24 isolat dari sampel guano dari Gua Anjani dengan nilai indeks
pelarutan fosfat tertinggi dengan nilai 2,62 pada isolat p15 dan untuk karakterisasi pada isolat
terpilih diperoleh genus Staphylococcus untuk isolat p14 dan P23 dan P1, P15, dan P16
masih belum dapat diidentifikasi berdasarkan karakter fenotipik sedangkan untuk kurva
pertumbuhan berdasarkan nilai OD dan pH memiliki perbedaan antara p14 dan p15.

Kata kunci: Gua, Guano, Bakteri Pelarut Fosfat

I. PENDAHULUAN
Sumber energi dalam gua merupakan sumber energi yang allochtonous dan sangat
bergantung pada populasi kelelawar yang menempati gua sebagai tempat hidup. Dari kelelawar
tersebut menghasilkan guano yang merupakan sumber nutrien di dalam gua. Produktivitas
mikroba yang ada dalam guano maupun sumber‐sumber lain yang berada dalam gua memberikan
peran ekologis yang penting dalam ekosistem gua. (Ridwan, 2011; Moore dan Sullivan, 1978).
Salah satu alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat dalam mengatasi
rendahnya fosfat tersedia dalam tanah adalah dengan memanfaatkan kelompok bakteri pelarut
fosfat. Pemanfaatan mikroorganisme pelarut fosfat diharapkan dapat mengatasi masalah pada
tanah masam. Pelarutan senyawa fosfat oleh mikroorganisme pelarut fosfat berlangsung secara

583
Isolasi, Karakterisasi dan Pertumbuhan Bakteri Pelarut Fosfat

kimia dan biologis baik untuk bentuk fosfat organik maupun anorganik. Penggunaan
mikroorganisme pelarut fosfat dapat mensubtitusi sebagian atau seluruhnya kebutuhan tanaman
akan pupuk (Goenadi,1993).
Fosfor merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan tanaman dan memegang peranan
penting dalam proses metabolisme. Dalam tanah dijumpai fosfor organik dan anorganik,
keduanya merupakan sumber penting bagi tanaman Ketersediaan fosfor anorganik sangat
ditentukan oleh pH tanah, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik serta kegiatan jasad
mikro dalam tanah (Lal, 2002).
Masih minimnya data mengenai bakteri di dalam guano kalelawar khususnya bakteri
pelarut fosfat yang belum diketahui potensinya. Membuat penyusun tertarik untuk melakukan
pengkajian mengenai identifikasi dan melihat potensi bakteri pelarut fosfat dari sampel guano
kalelawar.

II. METODE

a. Pengambilan sampel guano gua : Sampel Guano Kering diambil dari lapisan dalam dan
lapisan luar pada permukaan tanah gua diambil dengan aseptik dan hati-hati kemudian digerus
dengan mortar steril dan menumbuhkan di dalam 0,89 % NaCl fisiologis steril. Kemudian
suspensi dimasukkan 5 ml ke dalam medium Pikovskaya broth dishaker 150 rpm selama 48
Jam. Kemudian didilusi sampai 10-6 ditanam ke media Pikovskaya Agar diinkubasi dalam suhu
ruang.
b. Isolasi dan Pemurnian Bakteri Pelarut Fosfat: Medium yang digunakan untuk permurnian
yaitu medium Pikovskaya. Bakteri yang tumbuh pada medium, dimurnikan masing-masing pada
media plate dan media miring. Kemudian diinkubasi selama 24 - 48 jam pada suhu 25 0C, setelah
inkubasi dilakukan pengamatan terhadap bentuk dan warna koloni pada medium.
c. Identifikasi Bakteri Pelarut Fosfat : Bakteri yang telah diinkubasi selama 24 - 48 jam pada
suhu 25 0C tadi diidentifikasi berdasarkan pengecatan Gram, uji fermentasi glukosa, sukrosa,
laktosa, maltosa, oksidase, Produksi H2S,motilitas dan uji katalase kemudian diinkubasi selama
5 hari kemudian diamati dan diidentifikasi dengan Genus Profile Matching menggunakan buku
identifikasi Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt,2000).
d. Uji Potensi Isolat Pelarut Fosfat
Aktivitas bakteri pelarut fosfat ditentukan berdasarkan pembentukan zona bening pada media
Pikovskaya (Rao, 1994). Media yang digunakan adalah Pikovskaya dengan komposisi 10 g/L
glukosa, 5 g/L Ca3PO4, 0,5 g/L (NH4)2SO, 0,2 g/L KCl, 0,1 g/L MgSO4.7H2O, 0,01 g/L
MnSO4.H2O, 0,5 g/L yeast ekstrak, dan 0,01 g/L FeCl3.6H2O pada pH 7,0.. Setelah itu diperoleh
nilai indeks pelarutan fosfat dengan perbandingan diameter zona bening dan diameter koloni.

584
ISBN: 978-602-72412-0-6

e. Pengukuran Rapat Optis (OD) dan Derajat Keasaman (pH)


Pengujian dilakukan menurut metoda Gaur (1981) dan Suliasih (2007). Pada erlenmeyer 250 ml
yang berisi 100 ml media pikovskaya cair yang berisi Ca3(PO4)2 diberi BPF. Sumber P yang
digunakan dalam media tersebut adalah Ca3(PO4)2 dengan dosis 5 g/l. Masing-masing
erlenmeyer diberi 1 % inokulum isolat terpilih. Erlenmeyer yang masing-masing berisi biakan
tersebut digojok dalam shaker dengan kecepatan putar 120 rpm selama 1 minggu. Pengukuran
pH dan Rapat Optis (OD) dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan grafik 1 telah diperoleh 24 isolat positif bakteri pelarut fosfat dari sampel
guano dari gua Anjani. Pada 24 isolat bakteri pelarut fosfat yang diisolasi memiliki nilai indeks
pelarutan fosfat yang berbeda. Nilai indeks pelarutan fosfat tertinggi dimiliki isolat p15 dengan
nilai 2,62 kemudian pada urutan kedua diperoleh nilai indeks pelarutan fosfat 2,42 dan pada
urutan ketiga isolat BPF memiliki nilai indeks pelarutan fosfat tertinggi isolat P1. Dilihat dari
luas daerah bening yang dihasilkan dapat diketahui bahwa kemampuan bakteri dalam melarutkan
fosfat bervariasi. Luas daerah bening secara kualitatif menunjukkan besar kecilnya kemampuan
bakteri melarutkan P dari fosfat tak larut. (Rachmiati, 1995) juga mengemukakan bahwa daerah
bening pada media padat tidak dapat menunjukkan banyak sedikitnya jumlah P terlarut yang
dapat disumbangkan oleh setiap bakteri, meskipun luas sempitnya daerah bening dapat
menunjukkan besar kecilnya bakteri melarutkan P sukar larut.
Uji Kemampuan Pelarutan Fosfat

Gambar 1. Grafik Indeks Pelarutan Fosfat Pada Isolat BPF Dari Sampel Guan

585
Isolasi, Karakterisasi dan Pertumbuhan Bakteri Pelarut Fosfat

Karakterisasi Isolat BPF Terpilih


Tabel 1. Data karakter fenotip isolat terpilih bakteri pelarut fosfat
Isolat
Karakteristik P P P P P
1 14 15 16 23
MORFOLOGI KOLONI
Bentuk
Circular - - - - -
Irregular + + + + +
Rhizoid - - - - -

Tepi Koloni
Entire - + - + -
Serrate - - - - +
Lobate + - - - +
Undulate - - + + -
Elevasi
Convex - + + + -
Raised + - + - +
Umbonate + - - + -
Flat - - - - -
Warna Koloni
Putih Susu - - + - +
Putih bening - - - - -
Kuning keputihan - + - - -
Kuning + - - + -
Pertumbuhan pada Agar Miring
Filiform - - - -
Echinulate + + + +
Beaded - - - -
Pertumbuhan pada Media Cair
Pellicle + + + + +

586
ISBN: 978-602-72412-0-6

Sediment - - - - -
Uniform - - - - -
Kebutuhan Oksigen
Aerob - - - - -

An. Fakultatif + + + + +

MORFOLOGI SEL
Reaksi Gram
Gram Positif - + - - +

Gram Negatif + - + + -

Bentuk Sel
Coccus + + + + +
Basilus - - - - -
Diplococcus - - - - +
Staphylococcus - + + + -
Fisiologis (Biokimia)
Enzim Katalase + + + + +

Hidrolisis Amilum + + + + +

Produksi H2S + + + + +
Motilitas + + + +
Fermentasi
+ + + + +
Glukosa
Fermentasi
+ + + + +
Glukosa
Fermentasi
- - - - -
Laktosa
Fermentasi
+ + + + -
Sukrosa
Fermentasi
+ + + + +
Maltosa

587
Isolasi, Karakterisasi dan Pertumbuhan Bakteri Pelarut Fosfat

Fermentasi
+ + + + +
Fruktosa

Hidrolisis Citrate + + + + +

Fermentasi
Manitol + + + + +
Fermentasi
Sorbitol + + + + +
NaCl 3 % + + + + +
Fermentasi
Galaktosa + + + + +
Oksidase - - - - -

Berdasarkan hasil karakterisasi dari 5 isolat terpilih diperoleh hasil bahwa P14 dan P23
tergolong kedalam genus Staphylococcus sedangkan untuk P1,P15, dan P16 masih belum
teridentifikasi berdasarkan metode Genus Profile Matching. Dari keseluruhan isolat yang didapat
yaitu dari 24 isolat didapatkan 5 isolat yang terpilih, yaitu isolate P1, P14, P15, P16 dan P23.
Berdasarkan hasil analisis karakter fenotipik dari kelima isolat diperoleh hasil seperti
dalam tabel diatas. Dari hasil analisis yang diperoleh dalam bentuk morfologi koloni, semua
isolat memiliki bentuk koloni semua isolat berbentuk tidak beraturan (irregular).
Pada karakter morfologi koloni pada sifat tepi koloni, warna koloni, maupun elevasi
cukup bervariasi dapat dilihat pada tabel 1. Karakter morfologi sel, uji reaksi gram menunjukan
isolat p14 dan p23 bersifat gram positif, sedangkan isolate p1, p15 dan p16 bersifat gram
negative. Dilihat dari bentuk sel, isolate p1 memiliki bentuk coccus, isolate p14, p15, dan p16
memiliki bentuk sel coccus dan Staphylococcus, sedangkan p23 memiliki bentuk coccus dan
Diplococcus. Dari uji fisiologis atau biokimia semua isolate bereaksi positif terhadap uji
fisiologis kecuali pada uji fermentasi laktosa dan oksidase semua isolate memberikan hasil
negatif.

Analisis similaritas untuk kelima isolat dapat dilihat dibawah ini


Kurva Pertumbuhan BPF

588
ISBN: 978-602-72412-0-6

Grafik 2. Kurva pertumbuhan Isolat BPF Terpilih

Dari lima isolat yang telah dianalisis karakternya dipilih lagi dua isolat yang terbaik yaitu
isolat p14 dan p15, dari kedua isolat ini kemudian diukur pertumbuhan populasinya.
Pertumbuhan populasi pada media cair dapat dilihat dengan menggunakan metoda „optical
density (OD)/ Rapat Optis. Rapat Optis dari suspensi bakteri pada umunya berkorelasi dengan
jumlah sel yang terdapat pada media. Pertumbuhan populasi bakteri pelarut fosfat pada media
cair pikovskaya dapat dilihat dari grafik 2. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa isolat p14
memasuki fase logaritma lebih awal dari pada isolat p16, sedangkan pada fase stasioner terdapat
kesamaan antara p4 dengan p15 yaitu pada hari ke-5.

Grafik 3. Kurva pH pada isolat BPF pada p16 dan p14


Pada kurva pH yang diperoleh dari penelitian ini terdapat hasil yang berbeda pada 2 isolat
yang diujikan dengan hasil tampak pada kurva diatas. Pada hari pertama pada isolat p14
mempunyai pH asam yaitu 3,8 dan isolate p15 mempunyai pH yang asam juga yang bernilai 5,6.

589
Isolasi, Karakterisasi dan Pertumbuhan Bakteri Pelarut Fosfat

Kemudian pada isolat p14 pH nya mengalami kenaikan yang berbeda dengan isolate p15 yang
mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari hari pertama hingga hari ke empat, sedang hari
ke lima sampai hari ke tujuh pH nya mengalami penurunan. penurunan pH pada media
disebabkan oleh asam-asam organik yang dibebaskan oleh BPF dalam aktivitasnya, BPF akan
membebaskan sejumlah asamasam organik antara lain asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat,
oksalat, glikooksalat, malat, fumarat, tartarat dan asam alpha ketobutirat. Meningkatnya asam-
asam organic tersebut biasanya diikuti dengan penurunan pH yang tajam sehingga berakibat
terjadinya pelarutan Ca-fosfat. Asamasam organik ini akan membentuk “khelat” (kompleks
stabil) dengan kation Al, Fe dan Ca yang mengikat P, sehingga ion H2PO4 (Taha ,1969; Kucey,
1983 dan Subba Rao, 1982 ).

IV. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini diperoleh 24 isolat dari sampel guano dari Gua Anjani dengan nilai
indeks pelarutan fosfat tertinggi dengan nilai 2,62 pada isolat p15 dan untuk karakterisasi pada
isolat terpilih diperoleh genus Staphylococcus untuk isolat p14 dan P23 dan P1, P15, dan P16
masih belum dapat diidentifikasi berdasarkan karakter fenotipik sedangkan untuk kurva
pertumbuhan berdasarkan nilai OD dan pH memiliki perbedaan antara p14 dan p15.

V. DAFTAR PUSTAKA

Goenadi, D. H., R. Saraswati & Y. Lestari .1993. Phosphate-solubilizing capabilities of selected bacterial
isolated from soil and farmyard manure. Menara Perkebunan, 61(2), 44-49
Holt, J.G., N.R. Krieg, P.H.A. Sneath, J.T. Staley and S.T. Williams. 1994. Bergey’s Determinative
Bacteriology. 9th ed. Baltimore: Lippineot Williams & A Welters Kluwer Co.
Jain.Sudhir.2005. Geomicrobiology. CRC Press. UK
Khan, J.A. & Bhatnagar R.M. .1977. Studies on solubilization of insoluble phosphates by
microorganisms: part 1-solubilization of Indian phosphate rocks by Aspergillus niger and
Penicillium sp. Fertilizer Technol.,
Kotabe, H. 1997. Batuan Fosfat dan Sumberdaya Fosfat. Pusat Penelitian Sumberdaya Fosfat Jepang,
Kanagawa. (Dalam Bahasa Jepang).
Lal, Y.J. and B.K. Hwan. 2002. Diversity of antifungal actinomycetes in varios vegetative soils of Korea.
Journal of Microbiology 48: 407-417.
Lamer, M. 1967. The World Fertilizer Economy. Stanford University Press, Stanford.
Lestari, S. U. 2004. Pengaruh Kombinasi Guano FosfatTerak Baja dan Guano Fosfat-Kalsit terhadap
Erapan P, Sifat-Sifat Kimia Tanah, serta Pertumbuhan dan 1 Serapan Hara Sorghum pada Andisol
. Sukamantri. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor
McKelvey, V. E., J. B. Cathcart, Z. S. Altschuler, R. W. Swanson, and K. L. Buck. 1953. Domestic
phosphate deposits. In W. H. Pierre and A. G. Norman, eds. Soil and Fertilizer Phosphorus.
Academic Press Inc. Publisher, New York. p. 347 - 376.
Miyadoh, S. 1997. Atlas of Actinomycetes. Tokyo: Asakura Publishing Co Ltd.

590
ISBN: 978-602-72412-0-6

Premono, M.E., A.M. Moawad & P.L.G. Vlek (1996). Effect of phosphate-solubilizing Pseudomonas
putida on growth of maize and its survival in the rhizospliere. Indon. J Crop Sci., 11(2 ), 13-23.
Rao, N.S.S. 1994. Mikroba Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta: UI Press
Salih, H.M., A.1. Yahya, A.M. Abdul-Rahem & B.H. Munam (1989). Availability of phosphorus in a
calcareous soil treated with rock phosphate or superphosphate as affected by phosphate dissolving
fungi. Plant Soil, 120, 181-185.
Singh, C.P. & A. Amberger (1998). Solubilization of rock phosphate by humic and fulvic acids extracted
from straw compost. Agrochinnica, 41, 221-228.
Tortora, G.J., Funke, B.R., dan Chase, C.L. (2004). Microbiology an Introduction. 8th .Ed. San Fransisco:
Pearson Benjamin Cummings
Turner.(2000). Brock Biology of Microorganisms 9th.Ed. New Jersey, USA.

591

Anda mungkin juga menyukai