Anda di halaman 1dari 133

TUGAS LANJUTAN FLAVONOID

FLAVON
FLAVONOL
FLAVONON
FLAVONONOL

Kelompok 4
Adinda Rafi ka Ayu
Hana Rotua Selvi
Maria Romauli
Putu Pradnya Paramitha
Salshabila
Syifa Aqliyah
Putri Zahra A.
TUGAS FLAVONOID
(LANJUTAN)
 Golongan flavonoid, sifat-sifat dan contohnya
 Nama flavonoid dan struktur kimia
 Nama Tanaman serta klasifikasinya (terutama nama familia)
 Kandungan kimia, cara identifikasi umum
 Cara isolasi mulai dari ekstraksi, pemisahan, pemurnian,
penetapan kadar.
 Tahap kerja untuk menentukan struktur flavonoid, identifikasi
senyawa kimia isolat secara fisika, kimia dan spektroskopi.
FLAVON
 Perbedaan Flavon dan Flavonol terletak pada gugus R  pada posisi 3
 Glikosilasi umumnya terjadi pada posisi 5 dan 7, metilasi dan asilasi dari gugus
hidroksil pada cincin B.

A B
 Flavon glikosida yang terpenting adalah Apiin (Glukosa +
Apiosa + Apigenin) dan Diosmin (Glukosa
+Rhamnosa +Diosmetin)
 Flavon dalam bentuk aglikon  yang paling umum dijumpai adalah
apigenin dan luteolin.
Chromen-4-one

2-(3’,4’-dihydroxyphenyl)-5,7- 5,7-dihydroxy-2-(4’-
dihydroxychromen-4-one hydroxyphenyl)chromen-4-one
LUTEOLIN APIGENIN
• Flavon tersebar luas dalam daun dan juga
Penyebara kulit buah, anggur merah, gandum, paprika
merah, dan kulit tomat serta menjadi ko-
n pigmen takwarna pada bunga sianik dan
asianik

• Setelah dihidrolisis akan berupa bercak


Ciri khas coklat redup pada kromatogram forestall.
Maksimal spektrum 330-350 nm

Harbone, J.B. 1987. Metode Kimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan., terj KosasihPadmawinata, edisi II. Penerbit ITB Bandung
TANAMAN YANG MENGANDUNG
FLAVON
Sumber Tanaman Famili Bagian yang
Flavonoid digunakan

Flavon Halophila johnsonii Hydrocharitaceae Herba


Eisemen

Triticum aestivum Poaceae Kulit biji

Vitis vinifera Vitaceae Kulit buah


(Anggur merah)
TANAMAN YANG
MENGANDUNG
FLAVON
ASAL TANAMAN
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Tracheophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Ordo : Alismatales
 Famili : Hydrocharitaceae
 Genus : Halophila
 Spesies : Halophila johnsonii Eisemen

https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=38959#null
KANDUNGAN
5,6,7,30,40,50- 5,6,7,30,40,50- 6-hydroxyapigenin-
6-hydroxyluteolin-7- 6-hydroxyapigenin-
hexahydroxyflavone hexahydroxyflavone 7-O-(600-O-[E]-
O-(600-O-acetyl)-b- 7-O-(600-Oacetyl)-
-7-O-b- -7-O-(600-O-acetyl)- coumaroyl)-b-
glucopyranoside b-glucopyranoside
glucopyranoside b-glucopyranoside glucopiranoside

6-hydroxyapigenin- 6-hydroxyluteolin-7-
6-hydroxyluteolin7-
7-O-(600-O-[E]- O-(600-O-[E]- scutellarein-7-O-b-
O-b- spicoside
caffeoyl)-b- coumaroyl)-b- glucopyranoside
glucopyranoside
glucopyranoside glucopyranoside

pedalitin ladanetin luteolin apegenin

Meng, Y., Krzysiak, A. J., Durako, M. J., Kunzelman, J. I., & Wright, J. L. C. (2008). Flavones and flavone glycosides from Halophila
johnsonii. Phytochemistry, 69(14), 2603–2608. https://doi.org/10.1016/j.phytochem.2008.07.007
BIOSINTESIS
KHASIAT
 Antioksidan
 Imunomodulator
 Antibakteri
 Penghambatan asam urat
 peluruh kencing (diuretic)
 penghancur batu (lipotriptik) antiurolitiasis
 menghilangkan bengkak
ISOLASI FLAVON
Salshabilla N.S
H. Johnsonii segar diekstraksi
dengan menggunakan pelarut
metanol (100 ml) selama 5 menit.
PROSEDUR
KERJA
ISOLASI Filtrat Residu

Residu
diekstraksi
dengan metanol
sebanyak 4 kali
(4x100 ml).
Filtrat digabung dan dipekatkan hingga kering
dengan menggunakan rotavapor pada suhu 37
°C

Ekstrak kering

Dimasukkan ke dalam kolom fase terbalik


Combiflash C18, dielusi dengan eluen (20, 40, 60,
80, 100% metanol dalam air) dengan laju alir 10
ml/menit

Diperoleh 5 fraksi
(F1, F2, F3, F4,
dan F5).

Dilakukan analisis dengan LC-MS


dari F1-F5 menunjukkan bahwa
komponen flavonoid
terkonsentrasi pada F2, F3 dan F4
saja
Kelima fraksi dilakukan pemisahan dengan
CONT’D menggunakan HPLC dengan kolom 5 µ C18
Gemini semi preparatif, eluen 25-80% metanol
dalam air mengandung 0,02% asam asetat
selama 60 menit, kemudian 80% metanol
dalam air mengandung 0,02% asam asetat
selama 20 menit. Dengan laju alir 2 ml/menit,
dan peak dimonitor pada 340 nm.

Diperoleh 15
senyawa.
HASIL PENELITIAN
 Dengan menggunakan
HPLC dan kromatografi
Combiflash, ekstrak H.
johnsonii diisolasi dan
dimurnikan menghasilkan
15 senyawa.
CONT’D
 Analisis menggunakan LC-MS
diketahui bahwa dari 15
senyawa yang diisolasi,
terdapat 5 senyawa flavon
(pedalitin, ladanetin, luteolin,
apegenin dan myricetin), yang
ditunjukkan dengan struktur
nomor 11-15.
KROMATOGR
AM HPLC-UV
EKSTRAK
METANOL
HALOPHILA
JOHNSONII
KROMATOG
RAM HPLC-
UV
EKSTRAK
DAUN,
RIMPANG
DAN AKAR
HALOPHILA
JOHNSONII
TAHAP KERJA
DAN ISOLASI
Maria Romauli - 1506677401
 Carilah informasi mengenai jenis flavonoid yang biasa ditemukan pada
tumbuhan yang berkaitan.
 Murnikan flavonoid yang akan ditelaah
 Pada Kromatogram Kertas (KK), tentukan apakah bentuk glikosida atau aglikon.
 Bila glikosida, buatlah spektrum serapan UV tampak dan dihidrolisis dengan
asam
 Analisis hasilnya dengan KK untuk menentukan apakah terbentuk aglikon, dan
tentukan apakah jenisnya O-glikosida, O-glukuronida, atau C-glikosida serta
apakah flavonoid terasilasi atau flavonoid sulfat.
 Pisahkan gula dari aglikon
 Analisis gula dengan KK atau dengan KG
 Buatlah spektrum UV tampak aglikon. Kemudian bandingkan spektrum dengan
spekrtum flavonoid yang sudah dikenal.
 Jika spektrumnya sama, bandingkan langsung aglikon yang diperiksa dengan
aglikon yang diduga (aglikon autentik)
 Jika tidak ada spektrum yang cocok, gunakan cara spektrometri massa (SM)
atau resonansi magnet inti (RMI) untuk menentukan struktur lebih lanjut
 Jika aglikon itu baru atau aglikon pembanding tidak ada, cobalah ubah
menjadi aglikon yang dikenal atau sebaliknya
 Jika gula dan aglikon telah diidentifikasi, tentukan letak O-glikosilasi dengan
membandingkan spektrum UV tampak aglikon dan glikosida
 Jika analisis gula atau gerakan glikosida pada KK menunjukkan gula lebih
dari satu, mungkin tempat O-glikosilasi lebih dari satu. Oleh karena itu,
lakukan hidrolisis sebagian atau hidrolisis enzim.
 Jika 2 gula atau lebih terikat pada satu tempat, ikatan antar glikosida paling
baik diidentifikasi dengan RMI.
 Bandingkan flavonoid yang diperika dengan cuplikan yang mirip, atau
bandingan dengan data yang sudah ada.
 Jika tahap 5 menunjukkan adanya C-glikosida dan tidak terlihat
adanya perubahan gerakan setelah mendapat perlakuan
asam, cobalah reaksi tata susun Wessely – Moser. Mono dan
di-C glikosida dibedakan dengan gerakan pada KK.
 Jika tahap 5 menunjukkan adanya C-glikosida dan terlihat
adanya perubahan gerakan pada KK setelah mendapat
pelakuan asam. C-glikosida juga ter o-glikosilasi.
 Jika tahap 5 menunjukkan adanya O-glikosilasi gula yang
terikat pada atom C, gunakan data SM dan RMI untuk
menentukan letak ikatan.
1. SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET
 Untuk keperluan penentuan struktur, spektroskopi
ultra violet memiliki kemampuan untuk mengukur
jumlah ikatan rangkap atau konjugasi aromatik
dalam suatu molekul. Daerah panjang gelombang
dari spektrum ultra violet berkisar 200 - 400 nm.
 Spektrum UV-Vis flavonoid terdiri dari absorpsi dari cincin benzena A
dan B dan konjugasinya dengan cincin C.
 Spektrum UV-vis dari subkelas flavonoid yang berbeda akan
memberikan informasi tentatif tentang struktur aglikon flavonoid.
 Spektroskopi UV-Vis adalah salah satu teknik yang umum digunakan
untuk analisis flavonoid dengan adanya dua karakteristik pita UV/Vis
pada flavonoid,
 pita I berada pada rentang 300 – 550 nm (karena cincin B dan
cincin C berkonjugasi melalui ikatan rangkap antara karbon C-2 dan
C-3 pada cincin C)
 pita II berada pada rentang 240 – 285 nm (karena konjugasi cincin
A).
Rentangan serapan spektrum UV-tampak flavonoid adalah sebagai
berikut:

Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis Flavonoid


250 – 280 310 – 350 Flavon
250 – 280 330 – 360 Flavonol (3-OH tersubstitusi)
250 – 280 350 – 385 Flavonol (3-OH bebas)

310 – 330 bahu Isoflavon


245 – 275
Kira-kira 320 puncak Isoflavon (5-deoksi-6,7-dioksigenasi)

275 – 295 300 – 330 bahu Flavanon dan dihidroflavonol

230 – 270 (kekuatan


340 – 390 Khalkon
rendah)

230 – 270 (kekuatan


380 – 430 Auron
rendah)

270 - 280 465 – 560 Antosianidin dan antosianin


 Karakteristik spektrum UV dipengaruhi oleh jumlah gugus hidroksil
aglikon, pola substitusi glikosidik, dan sifat gugus asil aromatik.
Contoh: saat pita I flavon dan flavonol terletak pada rentang 240-285
nm, flavonon (penjenuhan cincin C) terletak pada rentang 270-295 nm;
sedangkan pita II flavon dan flavonon (tanpa gugus 3-OH) terletak di
sekitar panjang gelombang 303-304 nm dan 3-hidroksilasi flavonol
terletak di sekitar panjang gelombang 352 nm (Pinheiro dan Goncalo,
2012).
 Flavan-3-ol, proantosianidin, dan dihidrokalkon menunjukkan satu
absorpsi maksimum di sekitar 270-290 nm (pita II), sedangkan flavonon
dan dihidroflavonol menunjukkan tepi yang lebih kecil (pita I) di sekitar
320 nm. Tidak ada atau rendahnya absorpsi maksimum pita I mungkin
disebabkan kurangnya konjugasi dengan cincin B dan sisa
molekul (tidak ada ikatan rangkap selain cincin B).
Gambar 1. Spektrum UV flavonoid (diperoleh dari kromatogram
UHPLC-DAD dengan 0,1% asam format dan aseton dalam
campuran pelarutnya): flavonol (kaempferol monoheksosida) (A),
flavon (apigenin glukoronida) (B), dihidroflavonol
(dihidromirisetin) (C), flavan-3-ol ((+)-katekin) (D)
2. SPEKTROSKOPI INFRAMERAH
 Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk identifikasi
suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Saat ini ada dua macam
instrumen yaitu spektroskopi IR dan FTIR (Furier Transformation Infra
Red). FTIR lebih sensitif dan akurat misalkan dapat membedakan
bentuk cis dan trans, ikatan rangkap terkonyugasi dan terisolasi
dan lain-lain yang dalam spektrofotometer IR tidak dapat dibedakan.
KEGUNAAN
 Dua molekul senyawa yang berbeda struktur kimianya akan
berbeda pula spektrum IR nya.
 ikatan yang berbeda, frekuensi vibrasinya tidak sama, serta
walaupun macam ikatan sama, tetapi mereka berada dalam
dua senyawa yang berbeda, frekuensi vibrasinya juga berbeda

DAERAH IR
• Sub daerah IR dekat (lamda = 780 nm – 2,5 mikrometer)
• Sub daerah IR sedang (lambda = 2,5 mikrometer – 15
mikrometer)
• Sub daerah IR jauh (lambda = 15 mikrometer – 50
mikrometer)
3. SPEKTROSKOPI NMR  Spektroskopis resonansi
magnetik inti (NMR)
merupakan teknik yang sangat
baik didalam menentukan
struktur senyawa organik.
Spektroskopi NMR
berhubungan dengan sifat
magnetik inti. Penentuan
senyawa dengan
menggunakan NMR akan
diperoleh gambaran
perbedaan sifat dari berbagai
inti yang ada untuk menduga
letak inti tersebut dalam
molekul.
PERGESERAN KIMIA

(CHEMICAL SHIFF)
Kegunaan yang besar dari resonansi magnet inti adalah karena
tidak setiap proton dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang
identik sama.
 Setiap proton dalam molekul dikelilingi elektron, sehingga
menimbulkan sedikit perbedaan lingkungan elektronik dari satu
proton dengan proton lainnya.
 Proton-proton dilindungi oleh elektron-elektron yang mengelilingi, di
dalam medan magnet, perputaran elektronelektron valensi dari
proton menghasilkan medan magnet yang melawan medan magnet
luar yang digunakan
KEDUDUKAN SINYAL PROTON PADA SENYAWA TURUNAN
ETER TMS-FLAVONOID CCL4.
Geser Kimia ( ppm Jenis Proton
)

0 Tetrametilsilan ( pembanding )
0 – 0,5 Gugus eter trimetilsilil
k. 1,0 C-CH3 ramnosa ( doblet lebar )
K 1,7 Gugus metil pada prenil ( CH2-CH=C(CH3)2), (Proton lain 3,5
dan 5,2 ppm)
K 2,0 Asetat ( -COCH3 ) dan C=CH3 aromatik)
2–3 H-3 flavanon (multiplet-dua proton)
3,5 – 4,0 Kebanyakan C-H gula
4,2 – 6,0 H-1 gula ( juga H-2 dihidroflavonol ), 5,0 ppm dan H-2
flavanon 5 – 5,5 ppm

k. 6,0 Metilendikoksi (O-CH2-O), singlet


6,0 – 8,0 Proton pada cincin A dan B
7,5 – 8,0 H-2 isoflavon (singlet)
12 – 14 5-OH (haya terlihat bila pelarutnya DMSO-d6
 Proton tunggal sering terlihat pada spektrum sebagai kelompok sinyal yang
keseluruhannya menunjukkan integrasi yang sesuai dengan satu proton.
 Hal ini terjadi bila proton mempunyai satu atau lebih proton tetangga pada
atom yang berdekatan.
 Gejala ini disebut ‘penggandengan’ (coupling) atau ‘pemecahan’ (splitting).
Tingkat serta ukuran penggandengan merupakan petunjuk mengenai
jumlah dan kedudukan nisbi proton tetangga tersebut dalam flavonoid.
Misalnya
 Pada gugus aromatik, proton yang berkedudukan orto terhadap proton
lainnya terlihat sebagai doblet (tetapan gandeng, J= sekitar 9 Hz) , tetapi
bila kedudukannya meta, tetapan gandengnya hanya sekitar 2,5 Hz.
 Pengaruh Bila suatu proton mempunyai proton tetangga pada kedudukan
orto dan meta , sinyal berupa kuartet, J = 9 Hz dan 2,5 Hz.
4. SPEKTROSKOPI MASSA
 Spektroskopi massa (MS) akan melengkapi pelacakan
struktur untuk suatu molekul yang belum diketahui
BMnya. Spektroskopi massa akan memberikan
informasi harga BM (g/mol) dan bagaimana pola
pemecahan (fragmentasi) dari suatu molekul organik.
Rekonstruksi terhadap fragmen dan dipadu dengan
interpretasi data spektra IR dan NMR akan dapat
mengelusidasi struktur molekul organik unknown.
PRINSIP DASAR
 Di dalam sumber ion, sample dibom dengan elektron
berenergi tinggi (70 eV) yang menyebabkan lepasnya
satu elektron dari kulit valensi molekul tersebut
 Molekul yang kehilangan satu electron akan menjadi
suatu kation radikal
 (M) + e- (M+.) + 2e-
 Kation radikal tersebut mengandung semua atom-atom
dari molekul asal, minus satu elektron, dan disebut ion
molekul /molecular ion, dan dinyatakan dengan M+. .
PENAFSIRAN SPEKTRUM MASSA AGLIKON
FLAVONOID

Tujuan
: identifikasi ion molekul utuh/ ion induk (M +), kemudian
menghubungkan pecahan utama lain dengan ion induk.
M+  puncak utama pada spektrum  pengukuran tepat = penghitungan
susunan unsur aglikon.
M+ harus berupa bilangan massa genap & menujukkan BM inti flavonoid
dasar.
Flavon, isoflavon, dan auron 222; flavanon dan khalkon 224; flavonol 238;
dan hidroflavonol.
Untuk setiap gugus –OH harus ditambahkan 16 satuan massa, untuk gugus
–OCH3 ditambahkan 30 satuan massa, dan untuk gugus –OCD 3 ditambahkan
33 satuan massa
M+ -1 Kehilangan hidrogen. Lazim terjadi pada sebagian besar
jenis flavonoid.
M+ -15 Bila flavonoid mengandung metoksil pada C-6 / C-8,
kehilangan CH3 (radikal) menghasilkan ion kuat
M+ -17 Kehilangan OH ditunjukkan oleh adanya ion M-17. Ini
biasanya melibatkan pembentukan cincin-dalam dan
biasanya berkaitan dengan hidroksilasi pada flavon,
flavonol, isoflavon, dsb
M+ -18 Kehilangan H2O. Lazim tjd pd flavonol, flavon 3,4-diol, dan
C-glikosida.
M+ Menunjukkan kehilangan CO(CHO) dari fungsi 4-keto,
-28(29) membentuk cincin 5 anggota (terutama pada bagian 3-
hidroksiflavon dan dihidroflavonol
M+ -31 Kehilangan 31 satuan massa menunjukkan kehilangan
OCH3 dr flavonoid termetoksilasi pd C-2’
M+ -43 Kehilangan CH3 serempak dengan CO (yaitu CH3CO) dapat
terjadi juga pada flavonoid termetoksilasi
M+ -55 Ion ini menunjukkan adanya penyulih isopentenil (CH 3-
(56) CH=C(CH3)2)
 Mono dan di-C-glikosida flavonoid yang dipermetilasi memberikan
spektrum yang jelas termasuk ion M+ yang kekuatannya lumayan (15
– 100 %). Bila bagian aglikon diketahui, bobot molekul ion M +
menentukan jenis gula yang terikat pada flavonoid.
 Daftar berikut, C-glikosida apigenin yang dipermetilasi merupakan
contoh cara penggunaan tersebut dan angka yang tercantum dapat
diubah untuk digunakan pada sembarang jenis aglikon dengan hanya
menambahkan 30 satuan massa (sm) untuk setiap –OH atau –OCH 3
tambahan.
5. SPEKTROSKOPI RESONANSI
MAGNET INTI KARBON-13 (RMI-13C)
• Resonansi karbon-13 terjadi terutama di daerah 0-200 ppm medan
bawah dari tetrametilsilan (TMS); setiap karbon yang berlainan
akan menghasilkan satu sinyal.
• Penggandengan antar sinyal atom yang bertetangga dekat terjadi
pada spektrum RMI-13C. Hal ini disebabkan oleh antaraksi atom
karbon dengan proton yang berdekatan. Hal ini berguna untuk
menetapkan karbon mana yang mneghasilkan sinyal tersebut.
• Tetapan gandeng 13C-1H pada karbon yang terdapat pada pada
cincin aromatik berjangka mulai dari 155-170 Hz untuk proton
yang terikat angsung pada karbon tersebut sampai 1-3 Hz untuk
proton pada kedudukan orto dan para. Proton pada kedudukan
meta dari atom karbon menyebabkan sinyal karbon terbelah 6-8
PENGGUNAAN KHAS
a. Penentuan jumlah atom karbon keseluruhan dari setiap
molekul, jumlah atom karbon yang teroksigenasi dalam
inti flavonoid, dan jumlah atom karbon dalam bagian gula.
b. Identifikasi gula yang terikat pada C- (dan O-)
c. Penentuan titik ikatan antarglikosida.
d. Identifikasi penyulih asil dan titik asilasi.
e. Penentuan titik ikatan-C (misalnya pada C-glikosida,
biflavonoid, dsb.)
TABEL RENTANGAN
GESER KIMIA
KARBON-13 DARI
BERBAGAI JENIS
KARBON FLAVONOID
IDENTIFIKASI GULA
 RMI-13C sangat bermanfaat pada penentuan bagian gula
dan penyulihannya, terutama untuk C-glikosida
flavonoid.
 Semua gula yang ditemukan, apakah terikat pada O
atau C, menghasilkan sinyal resonansi karbon-13 yang
polanya berbeda.
 Penyulih tambahan pada gula tersebut dapat
diidentifikasi dengan mudah berdasarkan RMI- 13C,
demikian juga titik ikatannya pada gula.
REFERENSI

 Harmita, 2006. Buku Ajar Analisa Fisiko Kimia. Dep. Farmasi UI

 Sitorus, M. 2009. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik. Graha Ilmu.Yogyakarta.

 Supratman, U. 2010. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Widya Padjadjaran.Bandung.

 Markham KR. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB

 Pavia, D.L., Lampman, G.M., Kriz, G.S., dan Vyvyan, J.R. 2009. Introduction to Spectroscopy.
Sauders College. Philadelphia.
 Pinheiro, Pedro F. dan Goncalo C. J. (2012). Structural Analysis of Flavonoids and Related
Compounds: A Review of Spectroscopic Applications. [Online]. Diakses 16 April 2016, dari:
http://www.intechopen.com/books/phytochemicals-a-global-perspective-of-their-role-in-nutri
tion-and-health/structural-analysis-of-flavonoids-and-related-compounds-a-review-of-spectr
oscopic-applications
.
 Vihakas, Matti. (2014). Flavonoids and Other Phenolic Compounds: Characterization and
Interactions with Lepidopteran and Sawfly Larvae. University of Turku.
IDENTIFIKASI
FLAVON SECARA
KIMIA, FISIKA DAN
SPEKTROSKOPI
FLAVONES AND
FLAVONE GLYCOSIDES
FROM HALOPHILA
JOHNSONII
IDENTIFIKASI
 HPLC analisis dari ekstrak methanol dapat menjukan kandungan
flavonoidnya melalui detector UV diode array pada panjang gelombang
340-350 nm
 Menggunakan NMR dan LC-MS untuk identifikasi flavon
 Senyawa 1-7  unknown flavon glikosida
 Senyawa 8-10  known flavon glikosida
 11-15  known flavon
SENYAWA 1
 Isolatnya berwarna kuning pucat

 Spektrum UV pada 222, 283, dan 341 nm  menunjukkan adanya derivate 6-


hidroksi flavon
 Berdasarkan spektrum NMR  C21H20O13

 Berdasarkan LC-MS  fragmen ion pada m/z 319

Hal ini memastikan bahwa senyawa tersebut terdiri dari aglikon


heksahidroksiflavon dan gula dengan berat molekul 162 Da
 LC-MS menunjukkan fragmen ion pada m/z 151

 Menunjukkan bahwa terdapat cincin C trihidroksilasi (C 6H5O3)  pola flavon


glikosida
 NMRnya menunjukkan 4 proton aromatic pada 3 singlet 6.57 (1H, s), 6.92 (1H,
s) and 6.98 (2H, s) dan muncul respon sinyal karbon pada 103.2, 95.0 and
106.2 (2C)
 Dari informasi ini, terlihat bahwa aglikonnya mengandung 5 gugus fenolik,
yaitu pada C-5, C-6, C-30, C-40 and C-5 dan gugus gulanya menempel pada C-
7.
 Gugus gulanya terbaca sebagai glukopiranosa berdasarkan membandingkan
proton dan karbon shift.
 Adanya coupling secara konstan menyatakan bahwa glukopiranosa memiliki
konfigurasi ß
 Senyawa 1 diperkirakan sebagai 5,6,30,40,50-pentahydroxyflavone-7-O-b-
glucoside
SENYAWA 8 -10
 Isolatnya berupa serbuk berwarna kuning pucat

 Senyawa 8  Strukturnya diperkirakan sebagai 6-hydroxyluteolin-7-O-b-


glucopyranose [C21H20O12; M-H m/z 463]
 Senyawa 9  scutellarien-7-O-b-glucopyranose (9) [C21H20O11; M-H m/z
447
 Senyawa 10  spicoside (10) [C30H26O15; M+H m/z 625]

 Hal ini berdasarkan analisis spektroskopi NMR 1D and 2D dan dengan


perbandingan dengan data yang sudah ada
SENYAWA 11-15
 Isolatnya berupa serbuk berwarna kuning pucat

 Penentuan strukturnya berdasarkan data 1D dan 2D dari analisis


spektroskopi NMR dan perbandingan dengan data yang sudah ada.
 Senyawa 11  pedalitin

 Senyawa 12  ladanetin

 Senyawa 13  luteolin

 Senyawa 14  apigenin

 Senyawa 15  myricetin
SUMBER
 Meng, Y., et al. (2008). Flavones and Flavone glycosides from Halophila
johnsonii. Phytochemistry, 69, 2603-2608.
FLAVONOL
FLAVONOL
Flavonol merupakan turunan dari
flavon, yang mengalami penambahan
gugus OH

 Flavonol paling sering terdapat


sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida ,
contoh : kuersitin dan rutin
 Dalam bentuk aglikon, flavonol aglikon
yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan
mirisetin
 Banyak terdapat di kulit anggur, serta
family Lamiacae seperti rosemary, sage,
basil, oregano
Zampelas,A. Micha,R. Antioxidants in Health and Disease. 2015. CRC Press.
Dewick, Paul M. 2009. Medicinal Natural Products : A Biosynthetic Approach. 3rd Edition. University of Nottingham UK
GLIKOSIDA FLAVONOL
Aglikon Flavonol

3’
4’
4’
7 2 7
5’
3
4 4
5 3
5

3,5,7-trihydroxy-2-(3,4,5- 3,5,7-trihydroxy-2-(4-
trihydroxyphenyl)chromen-4-one hydroxyphenyl)chromen-4-one
MYRICETIN KAEMPFEROL
3’

4’
7
2
4
3
5

2-(3,4-dihydroxyphenyl)-3,5,7-
trihydroxychromen-4-one
KUERSETIN
• Flavonol tersebar luas dalam daun dan
Penyebara menjadi ko-pigmen takwarna pada bunga
sianik dan asianik, dapat juga ditemukan
n dalam bawang, anggur merah, minyak
zaitun, buah, dan jeruk.

• Setelah hidrolisis, berupa bercak kuning


pada kromatogram bila disinari dengan
Ciri khas sinar UV, maksimal spektrum pada 350-386
nm
Harbone, J.B. 1987. Metode Kimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.,
terj KosasihPadmawinata, edisi II. Penerbit ITB Bandung
TANAMAN YANG MENGANDUNG
FLAVONOL
Sumber Tanaman Famili Bagian yang
Flavonoid digunakan

Flavonol Getonia floribunda Combretaceae Bunga

Rosmarinus Lamiaceae Daun


officinalis L.

Salvia officinalis L Lamiaceaae Herba


(Sage)
TANAMAN YANG
MENGANDUNG
FLAVONOL
ASAL TANAMAN
Kingdom: Plantae

Filum Tracheophyta

Class Magnoliopsida

Order: Myrtales

Family: Combretaceae

Genus: Getonia

Species: G. floribunda

Sumber : http://eol.org/pages/2900101/names?
KANDUN KHASIA
GAN T
4′-hydroxy-6,7,8,3′-
tetramethoxyflavo
nol Antimycobacteri
al
4′-hydroxy-6,7,8-
trimethoxyflavonol Antioksidan

pachypodol
ISOLASI
FLAVONOL
Salshabilla N.S
PROSEDUR KERJA ISOLASI
G. Floribunda (150g) dikeringkan tanpa pemanasan. Bunga
PREPARASI ini di tumbuk hingga berbentuk serbuk
&
EKSTRAKSI

Sampel bubuk G. Floribunda diekstraksi dengan Etil asetat


sebanyak 3 kali dan methanol sebanyak 3 kali

Penghilangan pelarut dengan cara masing-masing ekstrak


di kurangi tekananya sehingga dapat dihasilkan ekstrak
dengan Etil Asetat 3.93 g dan methanol sebanyak 5.37
PROSEDUR KERJA ISOLASI
• Ekstrak Etil Asetat menggunakan Flash Column Chromatography
(FCC), di elusi dengan gradient system dari Et0Ac/hexane (0-100%)
dan MeOH(5-100%) .
Fraksinasi • Menghasilkan 10 fraksi E1-E10
• Fraksi E8 dipisahkan dengan CC pada kolom silika gel, dielusi
dengan CH2CL2 (40%) untuk memberikan 5 subfraksi E8.1-E8.5.
Subfraksi E8.3 (322.8 mg) di kromatografi kolom lagi , dielusi
menggunakn EtOAc/hexane (50%), untuk menhasilkan7
subfractions, E8.3.1-E8.3.7. setelah itu subfraksi E8.3.1 (69.4 mg) di
murnikan dengan kolom Sephadex LH-20 menggunakan MeOH
sebagai pelarut untuk memberikan serbuk kuning pucat senyawa 1
• Pemurnian sub-fraksi E8.4 (251.2 mg) oleh kromatografi kolom
dengan silica gel dan menggunakan MeOH/CH2Cl2 (99%) sebagai
pelarut yang memberikan warna kuning pucat pada bubuk senyawa
2 (21.3 g).
PROSEDUR KERJA ISOLASI
The MeOH extract was subjected to FCC on silica gel,
eluted with gradient solvent system of MeOH/EtOAc,
Fraksinasi to give 19 fractions, M1–M19. Fraction M4 (111.0 mg)
was purified by preparative TLC using EtOAc/CH2Cl2
(2%) as developing solvent to afford an additional
amount of 2 (17.5 mg). Fraction M5 (19.7 mg) was
separated by preparative TLC using EtOAc/CH2Cl2
(50%) as eluent and further purified by preparative
TLC using n-BuOH/ CH2Cl2 (99%) as developing
solvent to obtain an additional amount of 1 (4.3 mg).
SENYAWA 1
40-hydroxy-6,7,8,30-tetramethoxyflavonol (1) Pale yellow powder; UV (MeOH) lmax (log e) 226
Fraksinasi
(4.31), 350 (4.39) nm; IR (KBr) nmax 3419, 2939, 1657, 1591, 1515, 1461, 1354, 1273, 1218 cm1;

SENYAWA 2
Pale yellow powder; UV (MeOH) lmax (log e) 227 (3.15), 341 (3.43) nm; IR (KBr) nmax 3144, 2925,
2853, 1733, 1647, 1595,1462,1437, 1355 cm1;
IDENTIFIKASI
FLAVONOL SECARA
KIMIA, FISIKA DAN
SPEKTROSKOPI
TWO NEW FLAVONOLS
FROM FLOWERS OF
GETONIA FLORIBUNDA
ROXB.
 Analisis menggunakan Spektroskopi UV, IR, 1D
dan 2D NMR dan analisis MS
 Senyawa flavonol yang terkandung:
 4’-hydroxy-6,7,8,30-tetramethoxyflavonol
 4’-hydroxy-6,7,8-trimethoxyflavonol
 Pachypodol

 Kromatografi digunakan untuk memisahkan 2


flavonol
 Strukturnya diidentifikasi melalui MS dan
dibandingkan dengan data pada literature
SENYAWA 1
 Sebuk kuning

 Rumus molekul C19H18O8 berdasarkan peaknya pada m/z 397,0983

 Spektrum IRnya menunjukkan adanya gugus hidroksil (3419 cm-1) dan


karbonil tidak jenuh pada (1657 cm-1)
 Spektrum UVnya menunjukkan adanya absorbansi pada λmaks 226 and
350 nm
 Data NMR, UV, dan IR digabungkan untuk menentukan kerangka flavonoid.
 Senyawa 1 dinyatakan sebagai flavonol baru, 40-hidroksi-6,7,8,30-
tetrametoksiflavonol.
SENYAWA 2
 Bubuk kuning pucat dan menampilkan ion pada m/z 367,0769 pada MS
konsisten dengan molekul C18H16O7
 Ini dikonfirmasi oleh korelasi HMBC dari H-20/60 sampai C-2, C-40, C-60/20
dan dari H-30/50 sampai C-10, C-40, C-50/30 serta korelasi NOESY antara
H-20/60 dan H-30/5. Perubahan kimiawi C-40 (dC 160.9) membantu
membangun keterikatan kelompok hidroksi pada hal ini posisi. Oleh karena
itu, senyawa 2 didefinisikan sebagai 40-hidroksi 6,7,8,
-trimetoksirflavonol.
SENYAWA 3
 Dinyatakan sebagai pachypodol dengan membandingkannya data
spektroskopi dengan yang dilaporkan dalam literatur
SUMBER
 Suttaratrungse,K., et al. (2015). Two new flavonols from flowers of Gentonia
floribunda Roxb. Phytochemistry Letters, 11, 316-319.
FLAVANON
FLAVANON

Tidak memiliki ikatan


rangkap antara C2 dan C3

 Flavanon, prekursor langsung dari sebagian besar flavonoid, disintesis dari


asam amino fenilalanin atau tirosin.
 Bentuk glikosida yang paling umum adalah hesperidin
AGLIKON FLAVANON
3’
4’
3’
4’
7
7 2
2
4 3
4 3
5
5

5,7-dihydroxy-2-(3-hydroxy-4- 5,7-dihydroxy-2-(3-hydroxy-4-
methoxyphenyl)-2,3-dihydrochromen-4-one methoxyphenyl)-2,3-dihydrochromen-4-one
Hesperetin Naringenin
FLAVANON : SIFAT DAN
PENYEBARAN
 Flavanone paling banyak terdapat dalam jeruk maupun lemon.
 Tanwarna – colorless - tak berwarna
 Merupakan perantara dalam biosintesis kelompok flavonoid yg lainnya (flavon,
flavonol, isoflavonoid)
 Kebanyakan memiliki λ max 290 nm
 Terkadang sangat pahit
TANAMAN YANG MENGANDUNG
FLAVANON
Sumber Tanaman Famili Bagian yang
Flavonoid digunakan

Flavanon Citrus aurantiifolia Rutaceae Kulit buah

Citrus limon Combretaceae Kulit buah

https://www.ars.usda.gov/ARSUserFiles/80400525/Articles/jfca19_S74-S80.pdf
TANAMAN YANG
MENGANDUNG
FLAVANON
ASAL TANAMAN
    Kingdom: Plantae
        Division: Magnoliophyta
                Class: Magnoliopsida
                    Order:
Sapindales                      
   Family: Rutaceae
                            Genus: Citrus L.
                                Species: Citrus
aurantiifolia
KHASIA
T
antimicrobial

antithrombotic

diuretic

antidiabetic

anti-inflammatory

antioxidant

anticancer 
CARA ISOLASI
FLAVANON
Adinda Ayu Rafika A. (1506722065)
PENDAHULUAN
“A Method for the Isolation and Identification of the
Flavanone Glycosides of Citrus Fruit Juices”

Fraksi glikosida flavanon diisolasi dari sari jeruk, anggur, lemon, dan limun
dengan ekstraksi etil asetat dan kromatografi. Glikosida flavanon dipisahkan
dengan kromatografi pada poliamida. Sari anggur mengandung 7-
neohesperidosides and 7-rutinosides, yaitu isosakuranetin, hesperetin, and
naringenin. Sedangkan 7-rutinosides juga ditemukan di sari jeruk. Sari
lemon mengandung 7-rutinosides yaitu isosakuranetin, hesperetin,
naringenin, and eriodictyol, dan glikosida yang mengandung rhamnose,
glucose, and an flavanone belum teridentifikasi. Sari limun mengandung 7-
rutinosides yaitu hesperetin, naringenin, and eriodictyol.
METODE ISOLASI FRAKSI
FLAVANON (1)
100 ml sari buah Sari buah
Ekstrak etil asetat
diekstraksi 2x Ekstrak eter diekstraksi 4x
digabung dan
dengan 100 ml dibuang dengan 100 ml etil
dievaporasi (40°C)
eter asetat

Residu disebar dan Mengumpulkan 50


dipindahkan Kolom dielusi fraksi (@5 ml),
Spektrum UV (200-
menggunakan <5 dengan air, 50 ml kolom dicuci
350 mu)
ml air dengan pertama dibuang sebelum
kolom digunakan kembali
METODE ISOLASI FRAKSI
FLAVANON (2)

Fraksi flavanon diberi


bercak pada plat
Dikeringkan, plat
dan dikembangkan Plat diperiksa di
disemprot dengan
dengan bawah panjang
AlCl3 1% dalam
nitrometana : gelombang UV
metanol : H2O (5 : 2 : etanol
0,025)
HASIL DAN DISKUSI (1)
 2 puncak, yaitu pada 280-285 mu dan
320-325 mu  indikasi flavanon

 Fraksi 1-10 : tidak ada karakteristik


absorpsi UV maksimum  bukan
flavonoid
 Fraksi 10-30 : sekitar 295 dan 325 mu
 turunan cinnamic acid
 Fraksi 30-45 : sekitar 285 dan 325 mu
 glikosida flavanon (naringin,
naringenin, hesperidin, dan hesperetin)
 Maksimum sari jeruk dan anggur 
fraksi 33-34
 Maksimum sari lemon dan limun 
fraksi 37-40

 Perbedaan ini kemungkinan disebabkan


karena perbedaan distribusi glikosida
flavanon pada sari buah
HASIL DAN DISKUSI (2)
PEMURNIAN
FLAVANON
Adinda Ayu Rafika A. (1506722065)
PENDAHULUAN
“Purification and Identification of Flavanone Glycosides
in the Peel of the Sweet Orange”

Dari kulit jeruk, Citrus sinensis, glikosida flavanone naringin dan


isosakuranetin 7-rhamnoglucoside telah diisolasi dalam jumlah kecil dan
dimurnikan dengan kromatografi kolom, menggunakan Magnesol sebagai
adsorben. Hesperidin, glikosida flavanone mayor dibuat dalam bentuk
kromatografi murni.
FRAKSI 2-1
(ISOSAKURANETIN 7-RHAMNOGLUCOSIDE)
Fraksi 2-1 dimurnikan dengan rekromatografi 4x, pada kolom Ekstraksi aglikon :
yang mengandung Magnesol, hingga kertas kromatogram
5 mg fraksi 2-1 murni dihidrolisasi
terindikasi memiliki kemurnian tinggi dari fraksi ini. dengan refluks menggunakan HCl
3% selama 4 jam, lalu diekstraksi
dengan etil asetat. Dengan
Larutan etil asetat fraksi pemurnian fraksi 2-1 menghasilkan
kromatografi kertas, ditemukan
endapan flokulan putih (hasil rekristalisasi etil alkohol 95%
mengandung gula ramnosa dan
sebagai agregat putih)
glukosa.

Spektrum UV : max. 225, 283, 331mu ; min. 247, 315 mu;


Nilai Rf aglikon :
panjang gelombang max 283 mu
 0,94 dalam BAW

 0,83 dalam 60% acetic acid


Nila Rf : 0,59 (dalam n-butil alkohol (6) : asam asetat (1) : air
(2)), 0,79 (dalam asam asetat 15%), 0,51 (dalam aquades)  0,97 dalam NBW
FRAKSI 2-2 (NARINGIN)
Fraksi 2-2 dimurnikan dengan rekromatografi Ekstraksi aglikon :
menggunakan 2 kolom Magnesol.
Sama dengan sebelumnya

Pada reduksi eluat 2-2 murni yang dikeringkan, fraksi ini


menghasilkan padatan putih dengan sedikit semburat Nilai Rf aglikon :
kuning.
 0,93 dalam BAW

 0,76 dalam 60% acetic acid


Spektrum UV : max. 225, 283, 330mu ; min. 245, 316 mu;
panjang gelombang max 283 mu  0,82 dalam NBW

Nila Rf : 0,52 (dalam BAW), 0,80 (dalam asam asetat 15%),


0,63 (dalam aquades)
FRAKSI 2-3 (HESPERIDIN)
Fraksi 2-3 dimurnikan dengan rekromatografi Ekstraksi aglikon :
menggunakan 3 kolom Magnesol.
Sama dengan sebelumnya

Pada pelarutan fraksi 2-3 murni dalam metil alkohol


panas, fraksi ini membentuk kristal jarum putih. Nilai Rf aglikon :
 0,92 dalam BAW

Spektrum UV : max. 255, 284, 331 mu ; min. 247, 316  0,78 dalam aquades
mu; panjang gelombang max 284 mu
 0,92 dalam NBW

Nila Rf : 0,45 (dalam BAW), 0,75 (dalam asam asetat


15%), 0,50 (dalam aquades)
IDENTIFIKASI
FLAVANON
(DIHIDROFLAVON
)
UJI WARNA
 Perubahan menjadi senyawa yang berwarna merah dengan
berbagai pereaksi pereduksi

Uji Shinoda (Mg/HCl) Uji Zn/HCl

Larutkan hablur flavonoid dalam Larutkan hablur flavonoid dalam 1


1 atau 2 tetes etanol atau 2 tetes etanol

Tambah serbuk Mg dan 1 tetes Tambah serbuk Mg dan 1 tetes HCl


HCl 5 M 5M
Periksa menggunakan latar belakang
Periksa menggunakan latar putih, hanya dihidroflavonol berubah
belakang putih, larutan berubah warna jadi merah lembayung.
warna jadi merah lembayung Flavanon berubah warna jadi merah
jambu lemah
Uji Pacheco (NaOAc/Ac2o/HCl)

Panaskan 1 mg cuplikan di atas nyala api, mula-mula


dengan campuran hablur NaOAc dan 0,1 ml Ac2O; lalu 0,1
ml HCl pekat

Warna merah hanya terjadi pada dihidroflavonol


HPLC-MS
 Spektrometri massa HPLC dilakukan pada HP HPLC series 1100
dikombinasikan dengan alat perangkap ion spektrometer detektor
LCQ dengan sumber elektrospray.
 Kondisi: ionisasi elektrospray (mode ion positif)
 Voltase elektrospray diatur ke 5,0 kV
 Suhu kapiler adalah 210 ◦C
 Spektrum massa dari flavanon dari m/z 100-2000 u diukur
menggunakan 500 ms untuk waktu pengumpulan dan tiga mikro
scans dijumlahkan
 HPLC dihubungkan ke spektrometer massa melalui stopkontak UV
SPEKTRUM NMR
 Spektrum HNMR dan CNMR dicatat pada 600 MHz pada Varian
Unity Inova-600.
 Tetramethylsilane (TMS) digunakan sebagai pelarut standar
internal
 Deuterasi aseton (CD3COCD3) sebagai pelarut
 Sampel untuk analisis NMR diperoleh dengan HPLC semi-
preparatif
HASIL
 Spektrum UV-Vis flavon menunjukkan dua puncak absorpsi
utama: pita I (330-380 nm) dan pita II (240-280 nm) [15].
Gambar. 1
Gambar. 2
 Semua karakterisitik ion aglikon pada puncak 1-3 menunjukkan
hilangnya karakteristik 161 u dari pengamatan pada gula heksosa,
puncak 1 menunjukkan ion molekuler intens [M + H] + pada m/z 449
dan ion molekuler aglikon intens [A]+ pada m/z 288, sedangkan puncak
4 hanya menunjukkan ion molekuler aglikon intens [A] + pada m/z 288.
 Puncak 2 menunjukkan ion molekuler intens [M + H] + pada m/z 433
dan ion molekuler aglikon intens [A]+ pada m/z 272
 Puncak 5 hanya menunjukkan ion molekuler aglikon intens [A] + pada
m/z 272.
 Puncak 3 menunjukkan ion molekuler intens [M + H] + pada m/z 463
dan ion molekuler aglikon intens [A]+ pada m/z 302, yang dihasilkan
dari eliminasi 161 u, yang merupakan dari pengamatan gula heksosa
 Puncak 6 hanya menunjukkan ion molekuler aglikon intens [A] + pada
m/z 302
Gambar. 3
 Untuk memastikan struktur ion pada m/z 433 (puncak 2) dan m/z 463
(puncak 3), spektrum NMR dilakukan.
 Spektrum NMR dari puncak 2 khas dari flavanone (Tabel 1), spektrum
HNMR menunjukkan sinyal downfield (δ12,068) karena gugus hidroksi
berikatan dengan hidrogen pada posisi 5, proton aromatik dari doublet
meta-coupled pada δ6,125 dan δ6,152 berhubungan dengan cincin 6, 8-
proton.
 Pergeseran kimia antara δ3,204 dan δ3,862 karena proton glukosa pada
posisi 2-6. Pergeseran kimia proton glukosa pada posisi 1 adalah antara δ
5,048 dan δ5,080, yang menyarankan substituen α. Data HNMR
menunjukkan adanya substitusi para pada posisi 5,7 dan 4.
 Spektrum C NMR menunjukkan salah satu sinyal karbon karbonil
(δ197,280), 3 karbon aromatik teroksigenasi (δ164,112; δ166,013; dan
δ158,108), dan 6 karbon glukosa (δ100,221; δ73,729; δ76,898; δ70,33;
δ77,193; δ61,73).
 Semua spectrum UV, ion [M + H]+ dan data NMR mendukung bahwa
struktur senyawa puncak 2 adalah 5,4-dihidroksi flavanon-7-O-α-
glukosida (naringenin-7-O-α-glukosida) .
 Puncak 3 ditentukan sebagai flavanon dari data spektral yang serupa
(HNMR, CNMR) (Tabel 2) dengan puncak 2 kecuali dengan sinyal
tambahan pada δ4,037 dalam HNMR dan δ55,643 di CNMR, yang
menyarankan adanya -OCH3.
 Semua data ini mendukung bahwa struktur senyawa puncak 3 adalah
5,3’-dihidroksi-4’-metoksi flavanon-7-O-α-glukosida (hesperetin-7-O-α-
glukosida) (Gambar 4).
 Karena kurangnya sampel, struktur puncak 1 tidak dapat diidentifikasi
oleh NMR, kemungkinan struktur puncak 4 adalah 3’, 4’, 5,7-
tetrahidroksi flavanon dari data spektrum UV dan data ion [M + H]+,
dan puncak 1 adalah glikosidanya.
 Struktur puncak 1 yang sebenarnya harus ditentukan lebih lanjut.
Gambar. 4
KESIMPULAN
 5,4’ – dihidroksi flavanon-7-O-α-glukosida(naringenin-7-O-α-
glukosida) dan 5,3’ -dihidroksi-metoksi flavanon-7-O-α-
glukosida (hesperetin-7-O-α-glukosida) terdapat pada kulit
Citrus changshan-huyou Y. B. Chang
FLAVANONOL
FLAVANONOL : STRUKTUR
3-hydroxy-2-phenyl-2,3-
dihydrochromen-4-one

 Mirip dengan flavanon, hanya saja C3 berikatan dengan satu atom hidrogen dan
satu gugus -OH
 Terdapat dalam jumlah yang sedikit sekali jika dibandingkan dengan flavonoid lain

 Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena konsentrasinya rendah


AGLIKON FLAVONONOL
3’
4’
7 2

4 3

2-(3,4-dihydroxyphenyl)-3,5,7-trihydroxy-2,3-dihydrochromen-4-one
FLAVANONOL : SIFAT
Stabil dalam
asam klorida
Tidak berwarna panas tetapi
terurai oleh basa
menjadi kalkon

Flavanonol yang
diasetilasi
rasanya sangat
manis
TANAMAN YANG MENGANDUNG
FLAVANONOL
Sumber Tanaman Famili Bagian yang
Flavonoid digunakan

Flavanonol Pulicaria incisa Asteraceae Buah

Smilax glabra Rhizoma

Larix gmelinii Pinaceae Pinaceae


ASAL TANAMAN

    Kingdom: Plantae
Phylum: Tracheophyta
                Class: Magnoliopsida
                    Order: Asterales
                        Family: Asteraceae
                            Genus: Pulicaria
                                Species: Pulicaria incisa
CARA ISOLASI
DAN PEMURNIAN
FLAVANONOL
Adinda Ayu Rafika A. (1506722065)
PENDAHULUAN
“Phytochemical screening, antioxidant activity and
isolation the compounds of Pulicaria incisa”

Tanaman obat di Mauritania kurang dikenal dibandingkan dengan di negara


tetangga. Studiini menunjukkan bahwa Pulicaria incisa tersebar luas di
Mauritania dan, digunakan untuk tujuan pengobatan, seperti meredakan
pilek, flu dan demam. Studi fitokimia buah tersebut memungkinkan kita
untuk mengungkap adanya alkaloid, flavonoid, tanin, asam ellagic, saponin,
sterol, dan terpen. Selanjutnya akan dikemukakan bahwa keberadaan
metabolit ini terkait dengan aktivitas antioksidan tanaman ini
EKSTRAKSI
Tanaman
dikeringkan, Filtrasi dan Fase sikloheksana
dihaluskan dan diekstrak beberapa digabung dan
dimaserasi 24 jam kali dengan dikeringkan dengan
dalam metanol-air sikloheksana Na2SO4
(8:2), ulangi 3x

Fase aqueous Ekstrak dikeringkan


Serbuk ekstrak diambil dengan dengan Na2SO4 dan
sikloheksana kloroform dan etil digunakan butanol,
didapat asetat, didapat filtrasi, dapat
ekstraknya ekstrak butanol
ISOLASI
Fraksi F5
Ekstrak etil asetat Fraksi F2
menggunakan
dilakukan fraksinasi dikromatografi dengan
kromatografi adsorpsi
kromatografi kolom sistem gerak
dengan sikloheksana-
hingga mendapat 7 sikloheksana-etil
etil asetat, didapatkan
fraksi, F1-F7 asetat (6:4)
5 sub fraksi

Subfraksi F5.3
mengandung produk
mayor endapan dalam Endapan dicuci Didapatkan senyawa
CH3Cl-etil asetat dengan kloroform B
(85:15)
HASIL EKSTRAKSI DAN
ISOLASI
PEMISAHAN DAN
PEMURNIAN
Ekstrak Pulicaria incisa kering yang telah dilakukan fraksinasi menjadi 7 fraksi
(F1-F7). Kemudian F2 dan F5 dikromatografi dan menghasilkan senyawa 1 dan
senyawa 2.
IDENTIFIKASI
FLAVANONOL
(DIHIDROFLAVO
NOL)
SENYAWA C2 :
DIHIDROFLAVONOL
 Senyawa 2 berupa serbuk
putih yang larut dalam
metanol
 Bereaksi dengan reagen Neu
yang menunjukkan fluoresensi
biru di bawah sinar UV pada
365 nm, menyerupai struktur
flavonoid.
 Spektrum massa dalam
positive mode electrospray
(ESI+) menunjukkan ion
molekuler kuasi pada m/z 289
[M + H]+ yang menunjukkan
 Spektrum H-NMR senyawa C2 terdapat di 300 MHz dalam metanol
deuterasi menunjukkan tiga sinyal grup karakteristik cincin flavonoid
A, B dan C.
 Integrasi sinyal spektrum proton menunjukkan bahwa struktur
tersebut memiliki 12 proton dan spektrum HMQC-NMR
mengkonfirmasi temuan ini. Spektrum C NMR dari senyawa ini
memiliki 12 sinyal berbeda yang sesuai dengan 12 karbon flavonoid.
 Antara 12 karbon ini, dibedakan 7 karbonil yang terdeteksi pada δC
197,10 ppm serta karbon 2 dan 3, karakteristik dihidroflavonol
(masing-masing 72,21 ppm dan 83,55 ppm), selain empat CH
aromatik.
 Analisis spektrum HMBC menunjukkan bahwa proton H-6 berkorelasi
dengan karbon C-4a (100,63 ppm), C-5 (163, 90 ppm), C-7 (167, 79
ppm) dan C-8 (95,09 ppm).
SENYAWA C2 :
DIHIDROFLAVONOL
 Spektrum 13C NMR
menunjukkan resonansi
downfield khas pada δC
197,10 ppm, karakteristik
resonansi karbonil C-4
dari kerangka flavanonol

Anda mungkin juga menyukai