Anda di halaman 1dari 16

PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN

Disusun guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Perencanaan dan Pembiayaan Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Adri Efferi, M.Ag
Semester I

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1 MPI - A
1. Siti Asfiyah ( MP - 19003 )
2. Yogik Delta Hermawan ( MP - 19004 )
3. Nur Ida Alamsyah ( MP – 19007 )

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia pendidikan merupakan sebuah lingkungan akademik yang
sangat kompleks. Dimana di dalamnya terdapat berbagai macam
stakeholder yang terlibat. Untuk mewujudkan sebuah pendidikan yang
sukses dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan, maka harus
mempunyai sebuah perencanaan pendidikan yang matang. Pada dasarnya
perencanaan adalah salah satu unsur penting dalam dunia manajemen,
terutama manajemen pendidikan. Perencanaan pendidikan mempunyai
posisi strategis dalam keseluruhan proses pendidikan yang berjalan.
Dengan adanya perencanaan pendidikan maka akan mampu memberikan
kejelasan arah dan usaha dalam proses penyelenggaraan pendidikan
tersebut.1
Perencanaan pendidikan yang baik adalah perencanaan yang
mungkin dan mampu untuk dilaksanakan. Di dalam perencanaan tersebut
juga harus dapat dijelaskan tentang tujuan yang akan dicapai, ruang
lingkup pekerjaan yang akan dijalankan seperti apa, orang-orang yang
akan terlibat siapa saja, serta langkah-langkah dan metode kerja seperti apa
yang akan digunakan.2
Sehingga pendidikan di Indonesia menjadi jauh lebih berkembang
dan lebih baik lagi. Ini sangat penting, karena pendidikan merupakan
komponen vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kualitas
sumber daya manusia disuatu negara sangat berpengaruh terhadap arah
dan tujuan dari negara itu sendiri. Namun berbicara tentang perencanaan
pendidikan, tidak bisa berhenti sampai disini saja. Masih banyak jalan
terjal yang harus dilewati, terutama melalui pendekatan dalam

1
Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan Di Sekolah Dasar”, Jurnal
PPKn & Hukum Vol. 12 No. 2 Oktober 2017, hlm. 142 - 243, diakses pada tanggal 21 September
2019, https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JPB/article/download/4696/4458
2
Manap Soemantri, Perencanaan Pendidikan, PT Penerbit IPB Press, Bogor , 2014, hlm.
2 -3.
mewujudkan perencanaan pendidikan. Pendekatan ini penting, karena
dengan melalui pendekatan terutama dalam konteks perencanaan
pendidikan, kita semua atau komponen terkait akan sama-sama memahami
apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh dunia pendidikan saat ini. Sehingga
feedback nya adalah perencanaan pendidikan tersebut dapat tepat sasaran
dan bisa berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Melihat
permasalahan di atas, maka akan dibahas tentang “Pendekatan Dalam
Perencanaan Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
penulis sajikan adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian perencanaan pendidikan?
2. Bagaimanakah konsep pendekatan dalam perencanaan pendidikan?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian perencanaan pendidikan.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep pendekatan dalam perencanaan
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Pendidikan


Perencanaan merupakan salah satu fungsi dari sebuah manajemen yang
sangat penting. Kegiatan perencaaan selalu melekat pada kehidupan
sehari-hari, baik kita sadari maupun tidak. Perencanaan merupakan suatu
aktivitas universal manusia. Suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang
berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan
diantara berbagai macam alternatif yang ada. Sebagai sebuah “ide”
perencanaan ini sudah dikenal sejak masa Yunani, yaitu sejak mulai
munculnya kota-kota berpola misalnya kota di lembah Euphirat. Tetapi
terkait modern planning, mulai dikenal sejak abad ke 19 yaitu sejak
mulainya revolusi industri di Eropa Barat. Sedangkan perencanaan sebagai
sebuah teori aktif dan mandiri baru mulai dikembangkan tidak lebih dari
30 tahun yang lalu. Selain itu perencanaan juga merupakan serangkaian
kegiatan berpikir yang berkesinambungan dan rasional untuk memecahkan
suatu permasalahan secara sistematik, efektif, dann efisien.3
Sebuah rencana sangat mempengaruhi sukses tidaknya sebuah
pekerjaan. Oleh karena itu, pekerjaan yang baik dan sukses adalah yang
mempunyai perencanaan yang benar-benar matang. Secara umum,
perencanaan pendidikan merupakan segala bentuk perencanaan yang
berhubungan dengan dunia pendidikan (memulai, menjalani, dan
mencapai pendidikan). Berikut ini akan dijelaskan tentang pengertian
perencanaan pendidikan menurut para tokoh, diantaranya adalah sebagai
berikut:

3
Saraswati, “Kearifan Budaya Lokal Dalam Perspektif Teori Perencanaan”, Jurnal
PWK Unisba, hlm. 6 – 7, diakses pada tanggal 21 September 2019,
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/pwk/article/download/17808/17730
1. Menurut Guruge yang dikutip oleh Abin, menjelaskan bahwa
perencanaan pendidikan merupakan proses mempersiapkan kegiatan
pada masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan sebagai
tugas dari perencanaan pendidikan.
2. Y. Dor, menjelaskan bahwa perencanaan pendidikan merupakan
serangkaian proses pengambilan keputusan pada masa depan untuk
pembangunan ekonomi dan sosial secara menyeluruh di negara
tertentu. Maksudnya adalah perencanaan pendidikan sangat ditentukan
oleh cara, sifat, dan proses dalam pengambilan keputusan. Sehingga
secara tidak langsung akan melibatkan banyak komponen yang
berproses di dalamnya.
3. C. E Bebby, perencanaan pendidikan merupakan kegiatan memandang
ke depan dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas, biaya, dan
sistem pendidikann yang diarahkan pada kenyataan ekonomi dan
politik. Dengan tujuan untuk pengembangan sistem itu sendiri dan
untuk kebutuhan negara dan para siswa.
4. Afifuddin, menjelaskan bahwa perencanaan pendidikan bukan hanya
sebagai pola dasar, melainkan juga sebagai petunjuk dalam
pengambilan keputusan tentang cara dalam mencapai tujuan tertentu.
Oleh karena itu, perencanaan pendidikan tidak berhenti pada saat
tersusunnya dan disetujuinya rencana tersebut oleh pengambil
keputusan. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana
pengimplementasiannya.4

B. Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan


Pendekatan dalam perencanaan pendidikan mempunyai tujuan utama
yaitu untuk merumuskan sebuah perencanaan yang tepat dan efektif.
Sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Sehingga
perencanaan yang dirumuskan benar-benar tepat sasaran dan juga dapat

4
Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2011,
hlm. 27-29.
dilaksanakan dengan maksimal. Menurut para ahli, ada berbagai jenis
pendekatan yang digunakan dalam perencanaan pendidikan, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan kebutuhan sosial (social demand approach)
Perencanaan pendidikan dengan pendekatan sosial ini oleh para
ahli sering disebut dengan pendekatann tradisional. Karena fokus yang
hendak dicapai dalam pendekatan ini adalah tercapainya pemenuhan
kebutuhan atau tuntutan seluruh individu terhadap layanan pendidikan
dasar, pemberian layanan pembelajaran untuk membebaskan populasi
buta huruf, dan pemberian layanan pendidikan guna membebaskan
masyarakat dari rasa ketakutan karena penjajahan, kebodohan, serta
kemiskinan. Melihat fokus dari pendekatan sosial di atas, maka
pendekatan ini biasanya dilaksanakan pada negara-negara yang baru
merdeka (negara berkembang), dengan kondisi masyarakat yang
pendidikan dan ekonominya masih rendah. Sebelum menggunakan
pendekatan ini dalam perencanaan pendidikan, maka hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a) Melakukan analisis terhadap pertumbuhan penduduk
b) Melakukan tingkat partisipasi warga masyarakatnya dalam dunia
pendidikan
c) Melakukan analisis terhadap mobilitas peserta didik dari tingkat
sekolah dasar hingga perguruan tinggi
d) Melakukan analisis tentang jenis layanan seperti apa yang
dinginkan oleh masyarakat.
e) Melakukan analisis tentang tenaga pendidik dan kependidikan
f) Melakukan analisis tentang keterkaitan antara output satuan
pendidikan dengan tuntutan masyarakat (kebutuhan sosial
masyarakat).5

5
Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan Di Sekolah Dasar”, Jurnal
PPKn & Hukum Vol. 12 No. 2 Oktober 2017, hlm. 152 – 153, diakses pada tanggal 21 September
2019, https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JPB/article/download/4696/4458
Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat beberapa kelebihan dan
kekurangan penggunaan kebutuhan sosial di dalam perencanaan
pendidikan. Berikut ini kelebihan dari pendekatan kebutuhan sosial:

a) Pendekatan ini cocok untuk diterapkan di negara-negara yang baru


merdeka dengan layanan pendidikan yang masih sangat rendah,
dan masih banyak yang buta huruf.
b) Pendekatan ini akan lebih cepat dalam memberikan pemerataan
layanan pendidikan dasar yang dibutuhkan masyarakat. Karena
sistemnya langsung bersentuhan dengan masyarakat, sehingga
benar-benar mengatahui keadaan real nya seperti apa.6

Sedangkan kelemahan dari pendekatan kebutuhan sosial dalam


perencanaan pendidikan adalah sebagai berikut:

a) Pendekatan kebutuhan sosial cenderung menjawab persoalan yang


dibutuhkan pada saat itu, hal ini ditunjukkan dengan wujud
pemenuhan kebutuhan dan tuntutan layanan pendidikan
masyarakat yang sebesar-besarnya. Sehingga kurang
mempertimbangkan segi efisiensi biaya.
b) Pendekatan ini lebih menekankan aspek kuantitas. Sehingga
kurang memperhatikan kualitas dan efektivitas pendidikan. Oleh
karena itu, pendekatan ini cenderung “boros”.
c) Output yang dihasilkan dari pendekatan ini cenderung kurang bisa
memenuhi tuntutan kebutuhan yang ada di masyarakat. Hal ini
diakibatkan kurangnya perhatiannya dari segi kualitas.
d) Pendekatan ini lebih menekankan pada aspek pemerataan.7

6
https://fuadmje.wordpress.com/2011/11/06/pendekatan-perencanaan-pendidikan/
diakses pada tanggal 21 September 2019.
7
Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan Di Sekolah Dasar”, hlm. 153-
154.
2. Pendekatan Kebutuhan Ketenagarakerjaan (man power approach)
Menurut Guruge, pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan bertujuan
untuk mengarahkan kegiatan pendidikan pada usaha untuk memenuhi
kebutuhan nasional akan tenaga kerja (man power or person power).
Pendekatan ini biasanya mengutamakan keterkaitan lulusan sistem
pendidikan dengan tuntutan terhadap dunia kerja di berbagai sektor.
Tekanannnya adalah relevansi program pendidikan dalam berbagai
sektor pembangunan dilihat dari pemenuhan ketenagakerjaan.8 Selain
itu, tujuan yang akan dicapai adalah pendidikan diperlukan untuk
membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik
hingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui penghasilan
yang memadai, hal ini dikarenakan adanya pengaitan langsung dengan
usaha pemenuhan dasar setiap orang. Pada dasarnya, pendidikan
vokasional dan teknologi baik dalam tingkat menengah maupun
perguruan tinggi merupakan prioritas utama. Implikasi dari pendekatan
kebutuhan ketenagakerjaan adalah pendidikan harus diorientasikan
kepada pekerjaan yang mungkin diperlukan dipasaran dunia kerja saat
ini. Semuanya harus jelas, baik dalam hal jenis pekerjaan, level
pekerjaan, persyaratan kerja, hingga mobilitas kerjanya seperti apa.9
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pendekatakan
ketenagakerjaan ini adalah sebagai berikut:
a) Melakukan analisis tentang beragam kebutuhan yang diperlukan
oleh dunia kerja yang ada dimasyarakat secermat mungkin.
b) Melakukan analisis tentang beragam bekal pengetahuan dan
keterampilan apa yang perlu dimiliki oleh peserta didik agar
mampu secara cepat beradaptasi terhadap perkembangan IPTEK
yang terjadi dalam dunia kerja.

8
Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, hlm. 55.
9
Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamduddin Makmun, Perencanaan Pendidikan: Suatu
Pendekatan Komprehensif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 240 – 241.
c) Melakukan kajian terhadap sistem layanan pendidikan yang terbaik
dan mampu memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk terjun
ke dalam dunia kerja. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya
link and match antara lembaga pendidikan dengan dunia industri.
Ini yang perlu ditingkatkan, terutama di Indonesia.10
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari pendekatan
perencanaan pendidikan dengan ketenagakerjaan ini. Adapun
kelebihannya adalah sebagai berikut:
a) Layanan pendidikan disatuan pendidikan tertentu mempunyai
aspek korelasi yang tinggi dengan tuntutan dunia kerja yang
dibutuhkann masyarakat.
b) Pendekatan ketenagakerjaan (man power approach) mengharuskan
adanya hubungan yang erat antara lembaga pendidikan dengan
dunia usaha dan industri. Hal ini tentu, mempunyai tujuan yang
sangat positif yaitu untuk meminimalisir terjadinya kesenjangan
antara dunia pendidikan dengan dunia industri atau dunia usaha.
Dampak utamanya adalah mampu mengurangi angka
pengangguran di Indonesia.11
Sedangkan kelemahan dari pendekatan ketenagakerjaan
dalam perencanaan pendidikan menurut M.H Philips adalah
sebagai berikut:
a) Perkiraan kebutuhan tenaga kerja disuatu sektor industri
biasanya hanya berlaku rata-rata 5-8 tahun. Sedangkan siklus
pendidikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan tenaga kerja
adalah rata-rata 15-20 tahun. Dengan demikian, sulit diperoleh
perhitungan yang pasti terkait hubungan antara kebutuhan
tenaga kerja dengan output pendidikan.

10
Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan Di Sekolah Dasar”, hlm. 154.
11
Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan Di Sekolah Dasar”, hlm. 154.
b) Tuntutan pendidikan untuk suatu lapangan kerja selalu berubah
dengan cepat, mengikuti perkembangan teknologi dan standar
pendidikan itu sendiri.
c) Terlalu berfokus terhadap kebutuhan tenaga kerja, sehingga
kurang memperhatikan berbagai aspek. Misalnya aspek tujuan-
tujuan sosial, kultural, hingga demokrasi.12

Selain itu, kelemahan secara umum yang terdapat dalam


pendekatan ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

a) Mempunyai peranan yang terbatas terhadap perencanaan


pendidikan. Karena pendidikan akan mengabaikan peran
sekolah menengah umum, dan lebih mengedepankan peran
sekolah kejuruan, guna memenuhi kebutuhan dunia kerja.
Namun dalam realitasnya juga output dari sekolah kejuruan
belum maksimal.
b) Perencanaan pendidikan melalui pendekatan ketenagakerjaan
ini lebih menggunakan orientasi, klasifikasi, dan rasio antara
permintaan dan persediaan. Padahal perubahan dalam dunia
kerja begitu cepat, sehingga lembaga pendidikan utamanya
kejuruan sering kurang mampu untuk mengantisipasi
perubahan tersebut dengan baik.13

Oleh karena itu, perencanaan pendidikan yang realistis


sangat penting guna merespon berbagai macam dinamika
permasalahan yang akan terjadi dikemudian hari dalam kaitannya
dengan dunia pendidikan. Dengan pendekatan man power
approach, pada dasarnya adalah untuk mencari keseimbangan
antara lapangan kerja yang tersedia dengan jumlah murid yang
diizinkan memasuki jalur pendidikan yang sesuai dengan

12
Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamduddin Makmun, Perencanaan Pendidikan....,
hlm. 242 – 243.
13
Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan Di Sekolah Dasar”, hlm. 154
– 155.
permintaan lapangan kerja tersebut. Dengan demikian, jumlah
murid yang diizinkan untuk mengikuti suatu jenis pendidikan
tertentu disesuaikan dengan kebutuhan kerja yang ada. Sehingga
kesenjangan antara output pendidikan dengan dunia kerja dapat
teratasi.14

3. Pendekatan efisiensi biaya (cost benefit approach)


Cost benefit approach merupakan sebuah pendekatan dalam
perencanaan pendidikan yang bersifat ekonomi dan berpangkal dari
konsep “Invesment in human capital” atau investasi terhadap sumber
daya manusia. Setiap investasi sewajarnya harus mendatangkan
keuntungan yang menjadi feedback dari investor tersebut. Dalam
konteks pendidikan, tentu memerlukan sebuah investasi yang besar
dan karena itu keuntungan investasi tersebut harus dapat
diperhitungkan jika pendidikan itu memang mempunyai nilai ekonomi.
Secara konspetual pendidikan mempunyai nilai ekonomi, maksudnya
adalah pendidikan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di
suatu negara tertentu, utamanya di Indonesia.
Keterkaitan pendidikan dengan ekonomi dapat dijelaskan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, diantaranya
adalah tenaga kerja, pengetahuan, dan teknologi. Faktor-faktor ini
hanya dapat diwujudkan dengan masuknya peran pendidikan melalui
human factor. Sebab pada dasarnya pembangunan ekonomi dilakukan
oleh manusia dan untuk manusia. Adapun terkait pembangunan SDM
hanya dapat dilakukan oleh pendidikan, bukan dengan ekonomi.
Pendekatakan ini disebut juga dengan pendekatan rate of education
(percobaan di Rusia). Pendekatan ini bertujuan untuk mengukur
pendidikan dari sudut hasil atau keuntungan yang didapatkan. Jika
suatu jenis pendidikan menghasilkan lulusan yang mampu
memberikan return yang jauh lebih besar dari input biaya pendidikan

14
Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamduddin Makmun, Perencanaan Pendidikan....,
hlm. 243.
yang dihabiskan, maka jenis pendidikan tersebut harus terus
dipertahankan dan dikembangkan. Namun sebaliknya, jika tidak
memberikan keuntungan akan segera dievaluasi apakah jenis
pendidikan tersebut perlu dilanjutkan atau tidak.15

Pendekatan efisiensi biaya juga mempunyai karakteristik yang


khas, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Pendidikan memerlukan biaya investasi yang tidak sedikit. Oleh


karena itu perencanaan pendidikan yang disusun harus
mempertimbangkan aspek ekonominya.
b) Pendekatan efisiensi biaya mempunyai asumsi bahwa kualitas
layanan pendidikan di lembaga tertentu akan menghasilkan output
yang baik dan secara langsung akan berkontribusi pada
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain itu, perbedaan
pendapatan seseorang ditentukan oleh kualitas pendidikannya,
bukan latar belakang sosialnya.
c) Perencanaan pendidikan berorientasi dengan serius kepada
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan SDM
yang unggul diharapkan income masyarakat juga akan meningkat.
d) Pendekatan efisiensi biaya berasumsi bahwa program pendidikan
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi akan menempati prioritas
pembiayaan yang besar.16

Terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dari perencanaan


pendidikan melalui pendekatan efisiensi biaya ini, diantaranya adalah
sebagai berikut:

Pertama, kelebihan pendekatan efisiensi biaya adalah perencanaan


yang disusun akan mempunyai aspek fungsional dan keuntungan yang
ekonomis. Sehingga bentuk-bentuk layanan pendidikan yang kurang

15
Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, hlm. 57-59.
16
Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan Di Sekolah Dasar”, hlm. 155.
produktif dapat ditiadakan melalui pendekatan efisiensi biaya ini.
Selain itu pendekatan ini juga selalu memilih alternatif yang
menghasilkan keuntungan lebih banyak daripada biaya yang
dikeluarkan.

Kedua, kelemahan dari pendekatan efisiensi biaya adalah


pendekatan ini akan mengalami kesulitan dalam menentukan jumlah
biaya dan keuntungan secara pasti dari layanan pendidikan terkait;
pendekatan efisiensi biaya mengabaikan hubungan antara penghasilan
seseorang dengan faktor internal individu (motivasi, kelas sosial,
orientasi hidup) dan hanya melihat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan penghasilan; perbedaan pendapatan seseorang tidak semata-
mata menunjukkan kemampuan produktivitas individual, tetapi ada
faktor lain yaitu konvensi sosial atau kerja kelompok; dan keuntungan
pendidikan tidak hanya diukur berupa finansial semata, melainkan juga
dapat dilihat dari keuntungan sosial budaya.17

4. Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif dalam perencanaan pendidikan dianggap
sebagai pendekatan yang lebih lengkap karena mampu mencakup
segala bentuk situasi dan kondisi. Pendekatan ini memiliki beberapa
ciri khas, diantaranya adalah keterpaduan orientasi dan kepentingan
terhadap pengembangan individual dan kelompok; keterpaduan antara
pemenuhan ketenagakerjaan dan mempersiapkan pengembangan
kualitas akademik guna melakukan studi lanjut; memiliki konsep
bahwa seluruh unsur yang terlibat dalam proses layanan pendidikan
merupakan suatu sistem; dan proses layanan pendidikan berada dalam
komando kepala satuan pendidikan terkait serta harus diadakan
evaluasi secara menyeluruh terkait perencanaan pendidikan tersebut.

17
Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamduddin Makmun, Perencanaan Pendidikan....,
hlm. 247 - 249.
Kelebihan dari pendekatan integratif adalah semua sumber daya
yang dimiliki akan dapat diberdayakan dengan maksimal; dapat
memberikan peluang secara maksimal bagi seluruh warga sekolah
untuk berkontribusi sesuai dengan status dan perannya masing-masing;
perencanaan pendidikan yang terpadu akan mampu menghadapi
perubahan atau dinamika sosial, ekonomi dan budaya di era
globalisasi; pelaksanaan pendekatan terpadu akan mampu
menginternalisasi warga sekolah untuk membangun sikap dan pola
perilaku yang integral guna melaksanakan setiap agenda di
masyarakat; dan output dari layanan pendidikannya akan lebih lengkap
baik dari kualitas akademik, kepribadian dan keterampilannya.

Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah pendekatan ini


memerlukan sumber daya manusia yang benar-benar ideal;
perencanaan pendidikan integratif ini menuntut kualitas pengelolaan
manjemen secara transparan, akuntabel, dan visioner; dan perencanaan
pendidikan integratif ini menuntut kualitas Peran Serta Masyarakat
(PSM) dalam meningkatkan layanan pendidikan disetiap satuan
pendidikan.18

18
Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan Di Sekolah Dasar”, hlm. 156
– 159.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan di atas, maka
kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan pendidikan merupakan segala bentuk perencanaan yang
berhubungan dengan dunia pendidikan (memulai, menjalani, dan
mencapai pendidikan). Selain itu juga terdapat berbagai macam
pengertian terkait perencanaan pendidikan dari para tokoh, diantaranya
menurut Guruge, Y. Dor, C.E Bebby, dan Afifuddin.
2. Pendekatan dalam perencanaan pendidikan dibagi menjadi empat
macam yaitu
a) Pendekatan kebutuhan sosial (social demand approach)
b) Pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan (man power approach)
c) Pendekatan efisiensi biaya (cost benefit approach)
d) Pendekatan integratif

B. Saran
Setelah penulis menyusun makalah ini, maka penulis mempunyai
beberapa saran yaitu:
1. Bagi perencana pendidikan, dalam kaitannya dengan penggunaan
perencanaan pendidikan hendaknya menggunakan jenis pendekatan
yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga rencana yang dinginkan
dapat dijalankan dengan maksimal dan sukses. Selain itu juga harus
menguasai pengelolaan manajemen yang modern (update).
2. Bagi kepala sekolah, kepala sekolah sebaiknya bersikap terbuka
dengan siapapun, terutama dengan satuan pendidikan guna menjalin
sebuah kerja sama dalam rangka memajukan pendidikan di
sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://fuadmje.wordpress.com/2011/11/06/pendekatan-perencanaan-pendidikan/
diakses pada tanggal 21 September 2019.
Manap Soemantri, Perencanaan Pendidikan, PT Penerbit IPB Press, Bogor , 2014.
Muhammad Sahnan, “Urgensi Perencanaan Pendidikan Di Sekolah Dasar”,
Jurnal PPKn & Hukum Vol. 12 No. 2 Oktober 2017, diakses pada tanggal
21 September 2019,
https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JPB/article/download/4696/4458
Saraswati, “Kearifan Budaya Lokal Dalam Perspektif Teori Perencanaan”,
Jurnal PWK Unisba, diakses pada tanggal 21 September 2019,
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/pwk/article/download/17808/17
730
Sarbini dan Neneng Lina, Perencanaan Pendidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung,
2011.
Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamduddin Makmun, Perencanaan Pendidikan:
Suatu Pendekatan Komprehensif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009.

Anda mungkin juga menyukai