Anda di halaman 1dari 4

A.

Sistem Penganggaran Pembiayaan Kesehatan


Salah satu isu penting dalam penyelenggaraan sistem kesehatan di daerah adalah
pembiayaan kesehatan. Pembiayaan kesehatan yaitu dasar kemampuan sistem
kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Fungsi
pembiayaan kesehatan adalah salah satu penentu kinerja sistem kesehatan. Fungsi ini
tidak hanya terkait dengan proses mobilisasi dana tetapi juga dengan menyalurkan atau
mengalokasikannya dalam operasional sistem kesehatan. Fungsi pembiayaan menjadi
alat kontrol yang penting bagi penentu kebijakan dalam menyelenggarakan system
kesehatan di daerah Sistem Pembiayaan kesehatan sangat penting untuk mencapai
Universal Health Coverage, dengan sistem pembiayaan kesehatan dapat meningkatkan
pendanaan untuk kesehatan dan penggunaan dana kesehatan secara efisien dan efektif.
(WHO, 2010)

Alokasi penganggaran pembiayaan kesehatan di ndonesia berasal dari APBN dan APBD
yang disusun dalam dokumen perencanaan penganggaran kesehatan oleh Dinask
Kesehatan Pov/Kab/Kota. Untuk bantuan operasioal penyelenggaraan kesehatan
sumber pembiayaan dimasukkan dalam Dana Alokasi Khusus atau disebut DAK, yaitu
dana perimbangan dan bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khsus yang
mrupakan urusan daerah dan sesuai dengan proritas nasional.
Anggaran tersebut digunakan untuk pengadaan infrastruktur kesehatan, pengadaaan
obat-obatan dan perbekalan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan meliputi :
- Pembangunan Puskesmas
- Pembangunan Pos Kesehatan Desa
- Pengadaan Puskesmas Keliling
- Pengadaan Kendaraan Operasional
Sumber dana Penganggaran pembiayaan kesehatan di Daerah melalui Dinas Kesehatan
dapat dipetakan seagai berikut :

DEKON
Kebutuhan perbekalan kesehatan dan
APBN DAK bahan pendukung diagnosis,
operasional program dan menyediakan
BOK kebutuhan pendanaan kegiatan
peningkatan SDM, Promosi Kesehatan

KEMENKES
a APBD

JKN
Jasa Pelayanan, Pengobatan,
Pemeriksaan Penunjang, kamar rawat,
Promosi Kesehatan dan Edukasi di
Fasilitas Kesehatan (INA CBG) dan luar

a
gedung (Non-kapitasi)

HIBAH
d SWASTA
Indikasi over budgeting
pada salah satu sumber
pembiayaan

da
al
Penganggaran biaya kesehatan di tingkat Puskesmas
Kegiatan-kegiatan pokok puskesmas yang diselenggarakan oleh puskesmas sejak
berdirinya semakin berkembang , mulai dari 7 usaha pokok kesehatan , 12 usaha pokok
kesehatan, 13 usaha pokok kesehatan dan sekarang meningkat menjadi 20 usaha pokok
kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan kemampuan yang
ada dari tiap-tiap puskesmas baik dari segi tenaga , fasilitas, dan biaya atau anggaran
yang tersedia

Sumber pengangran pembiayaan kesehatan di Puskesmas bersumber dari dana APBN dan
APBD yang dialokasikan untuk biaya operasioanal dan biaya pelayanan kesehatan, adapun
Tahapan Penganggaran biaya kesehatan di Puskesmas meliputi :

1. BOK (BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN)


a. Pengalokasian BOK
Dana BOK yang merupakan bagian dari Dana Alokasi Khusus Non fisik
dialokasikan kepada setiap kabupaten dengan peruntukan bagi puskesmas,
Dana BOK tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan belanja tidak langsung
(gaji, tunjangan dll) belanja modal, upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif,
pembelian obat, vaksin, pemeliharaan gedung, kendaraan, biaya transportasi
rujukan..
b. Penggunaan Dana BOK
Dana BOK yang diterima dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan promotif dan
preventif serta kegiatan dukungan manajemen yang meliputi:
1) Upaya kesehatan masyarakat esensial dan pengembangan termasuk
pemenuhan kebutuhan pendukung kegiatan, pemberdayaan masyarakat,
dan kerjasama lintas sektoral serta manajemen puskesmas, dengan
kegiatan keluar gedung (kunjungan rumah) pada keluarga
2) Upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan meliputi pelayanan
kesehatan keluar gedung khususnya untuk menjangkau daerah
sulit/terpencil, pemberdayaan masyarakat, dan inovasi pelayanan
kesehatan.
3) Kegiatan STBM dan UKBM di wilayah kerjanya dan mengatasi berbagai
masalah kesehatan yang dihadapi di keluarga. Kegiatan untuk mewujudkan
desa STBM di desa oleh sanitarian/tenaga kesehatan lingkungan
puskesmas meliputi: pemicuan, Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
(IMAS) perilaku kesehatan, monitoring paska pemicuan, pembuatan dan
update peta sanitasi dan buku kader, kampanye cuci tangan pakai sabun,
kampanye higiene sanitasi sekolah, dan surveilans kualitas air (pra dan
paska konstruksi) serta verifikasi stop buang air besar sembarangan (SBS).

2. JAMPERSAL (Jaminan Persalinan)


a. Pengalokasian BOK
Dana Jampersal dialokasikan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten dihitung
berdasarkan formula dengan memperhatikan jumlah ibu hamil/ibu bersalin
resiko tinggi yang mempunyai hambatan akses menuju fasilitas pelayanan
kesehatan untuk pertolongan persalinan, tidak mempunyai biaya untuk
membayar jasa persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, dan kebutuhan
sewa rumah tunggu kelahiran beserta operasionalnya sebagai tempat transit
sementara mendekati hari kelahiran.
b. Pemanfatan Dana Jampersal
1) Transport lokal atau perjalanan dinas petugas kesehatan termasuk kader;
2) Sewa mobilitas/sarana transportasi rujukan;
3) Operasional Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) mencakup: 1) Sewa rumah, 2)
4) Makan dan minum bagi ibu hamil dan pendamping yang ada di RTK,
Langganan air, listrik, kebersihan;
5) Jasa pemeriksaan, perawatan dan pertolongan persalinan;
6) Honor PNS dan non PNS;
7) Belanja jasa pengiriman spesimen

3. Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional


Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dari
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dimanfaatkan seluruhnya untuk :
a. pembayaran jasa pelayanan kesehatan;
b. dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan.
Alokasi Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam dimanfaatkan untuk :
a. obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan melalui
SKPD Dinas Kesehatan, dengan mempertimbangkan ketersediaan obat, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dialokasikan oleh pemerintah
dan pemerintah daerah
b. kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya, meliputi :
1) upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif,
kuratif,dan rehabilitatif lainnya;
2) kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan;
3) operasional untuk puskesmas keliling;
4) bahan cetak atau alat tulis kantor; dan/atau
5) administrasi keuangan dan sistem informasi.
Permasalahan Pembiayaan Kesehatan didaerah :
1. keterbatasan Dana
Dana yang tersedia dalam anggaran di berbagai daerah di Indonesia mempunyai
keterbatasan dalam jumlahnya. Perencanaan dan anggaran yang dibuat sesuai dengan
kebutuhan tidak dapat dilanjutkan karena keterbatasan dana yang tersedia
2. Pemerataan dana yang belum ideal
Permasalahan pemerataan alokasi dana juga menjadi kendala dalam pembiayaan
kesehatan di daerah. Contohnya yaitu dana/ anggaran di daerah perkotaan mendapatkan
alokasi yang lebih besar atau tidak seimbang dengan daerah di pedesaan.
3. Alokasi dana yang kurang tepat
Alokasi dana dalam perencanaan dan anggaran seringkali tidak sesuai dengan
pelaksanaannya atau seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Misalnya kebutuhan imunisasi yang seharusnya dapat dilaksanakan pada 1000 bayi
ternyata data bayi tidak valid sehingga anya terimunisasi 100 bayi
4. Pengelolaan dana yang belum optimal
Dana – dana yang tersedia cukup belum tentu dapat menyelesaikan permasalahan
kesehatan dengan sekaligus. Demikian halnya dengan keterbatasan sumber dana.
Pengetahuan dan ketrampilan pengelola dana juga sangat penting. Sumber daya
manusia (SDM) yang melakukan pengelolaan dana perlu selalu mendapatkan
pengembangan ketrampilan melalui pelatihan – pelatihan manajemen keuangan yang
terencana.
5. Perubahan pola penyakit.
Hal ini juga menjadi penyebab tingginya biaya kesehatan. Seperti munculnya penyakit –
penyakit kanker di semua lapisan masyarakat, penyakit diabetes yang tidak hanya
menyerang masyarakat ekonomi tinggi namun juga sudah menyerang masyarakat
tingkat bawah. Perubahan pola ini tidak diimbangi dengan perilaku hidup sehat
masyarakat.
6. Perubahan pola pelayanan kesehatan.
Perkembangan ilmu kedokteran sangat mendukung pola pelayanan kesehatan di
masyarakat. Perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi menyebabkan pelayanan
kesehatan menjadi terkotak-kotak (fragmented health services) dan mejadi
permasalahan serius apabilan spesialisasi dan subspesialisasi satu sama lain tidak
berhubungan. Hal ini menyebabkan beban pelayanan kesehatan menjadi tinggi, dan
biasanya beban ini akan ditanggung oleh pasien atau akan ditanggung oleh fasilitas
kesehatan.

Upaya Penyelesaian Masalah :


1. Terhadap pemerintah, ialah meningkatkan alokasi biaya kesehatan dalam Anggaran
Pendaatan Belanja Negara (APBN)
2. Penyempurnaan system pelayanan, leih mengutamakan pelayanan kesehatan
masyarakat dan atau melaksanakan peayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu serta pemanfaatan dana yang tersedia
3. Meningkatkan SDM pengelolaan anggaran, tujuannya yaitu memberikan bekal kepada
pengelola anggaran tentang pengelolaan anggaran yang baik dan benar
4. Menetapkan standar baku mutu pelayanan kesehatan
5. Peningkatan upaya promosi kesehatan di bidang preventif tentang pelaksanaan hidup
sehat.

Refrensi :
1. Modul Penganggaran dan Pembiayaan Kesehatan Daerah, Kementerian Kesehatan
RI, 2017
2. Buku Panduan Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu, Kompak (Kolaborasi
Masyarakat dan Pelayanan untuk kesejahteraan Kemitraan Pemerintah Australia-
Indonesia, 2016

Anda mungkin juga menyukai