Anda di halaman 1dari 12

UPACARA NURUNKEUN DI DESA CITEUREUP KECAMATAN

CITEUREUP KABUPATEN BOGOR


(Studi Kajian Living Qur’an)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah living qur’an

Dosen pengampu : Dr. Hj. Erwati Aziz. M. Ag

Disusun oleh :

Nur Metta Chumairoh Azzuhro 15.11.11.032

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

SURAKARTA

2017
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas
ridha dan karunia-Nya karya tulis ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW., karena atas jasa
beliaulah kita menjadi masyarakat yang beradab dan berilmu pengetahuan.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan terutama


disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai
pihak, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari, sebagai mahasiswa yang masih memiliki keterbatasan


pengetahuan sehingga penulis masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah
ini, karena makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik
dan berguna di masa yang akan datang.

Harapan penulis dalam penulisan makalah ini, semoga dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis, dan pembaca serta rekan mahasiswa umumnya. Amin.

Surakarta, 19 November 2017

PENULIS

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kota Bogor merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Barat.
Karena mampu mengelolah tata kotanya yang selaras dengan lingkungannya
yang sejuk dan asri. Kota Bogor dapat di katakana sebagai salah satu Kota
Pariwisata, karena memiliki banyak tempat menarik untuk dikunjungi, seperti :
Kebun Raya Bogor, Taman Kencana, Taman Buah Mekar Sari, Taman Topi,
serta Istana Bogor yang merupakan salah satu Istana Presiden Republik
Indonesia yang sering digunakan untuk menyelenggarakan pertemuan tingkat
nasional dan internasional serta memiliki keunikkan tersendiri dengan adanya
rusa – rusa yang dipelihara di area kebunnya.
Tak hanya itu saja, Bogor yang termasuk kedalam suku Sunda juga
memiliki kebudayaan – kebudayaan yang sangat menarik. Mulai upacara adat,
rumah adat, permainan tradisional, rumah adat, makaan – minuman khas Sunda,
dan lain sebagainya. Salah satu yang sangat menarik adalah pagelaran upacara
adat Sunda. Di mulai dari adat pernikahan, kehamilan, kelahiran, hingga
kematian.
Di dalam adat kelahiran, terdapat tujuh macam upacara adat untuk
kelahiran dan masa bayi. Ada upacara memelihara Tembuni/placenta, upacara
Nenjrag Bumi, upacara Puput Puseur, upacara Ekah, upacara Nurunkeun,
upacara Cukuran/ Marhabaan, dan upacara Turun Taneuh, dari ketujuh upacara
tersebut, terdapat upacara yang menarik dan menjadikan al-Qur’an sebagai
bagian dari upacara tersebut. Upacara itu adalah upacara Nurunkeun.
Upacar Nurunkeun adalah sebuah upacara yang diperuntuk kepada bayi
yang pertama kali di bawa keluar rumah/ halaman rumah, dengan maksud untuk
mengenalkan lingkungan dan sebagai pemberitahuan kepada tentangga bahwa

3
bayi tersebut sudah dapat digendong dan dibawa jalan – jalan keluar rumah.
Upacara ini bisa dilakukan setelah 40 hari dari kelahirannya. Pada pelaksaannya
terdapat pengajian yang menjadikan al-Qur’an bagian dari acara tersebut.
Sebelum bayi dibawa keluar, terdapat pengajian yang cukup unik. Seperti
pada umumnya, pengajian diawali dengan dzikir tahlil dan dilanjut dengan
pembacaan surat Lukman, Yusuf, dan Muhammad bagi bayi laki – laki dan
pembacaan surat Maryam bagi anak perempuan. Hal tersebut bertujuan agar di
bayi (laki – laki atau perepuan) dapat menjadi seorang anak yang memiliki
kepribadian seperti Lukman, ketampanan seperti Yusuf, keshalihan seperti
Muhammad, dan keta’atan seperti Maryam.
Setelah selesai, bayi tersebut di payungi denga paying hias, kemudian di
sawer oleh para jama’ah pengajian dengan koin, makan, mainan, baju, dan
hadiah lainnya. Setelah itu, bayi akan di bawa keluar rumah atau halaman rumah
untuk diperkenalkan kepada para tetangga.
Dari penjelasan diatas telah kita ketahui bersama bahwa terdapat
penggunaan al-Qur’an dalam fenomena masyarakat. Namun, apa sebenarnya
maksud dan tujuan dari penggunaan ayat al-Qur’an tersebut dalam upacara ini.
Maka dari itu, peneliti akan meneliti, fenomena al-Qur’an dalam upacara
Nuurnkeun di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.

B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang yang telah dipaparkan beberapa permasalahan,
yaitu:
1. Bagaimana prosesi Tradisi Nurunkeun di desa Citeureup ?
2. Bagaimana fenomena living qur’an yang terkandung dalam upacara
Nurunkeun di desa Citeureup ?

4
C. Tujuan Penulisan
Dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan Tradisi Nurunkeun di desa Citeureup.
2. Menjelaskan fenomena living qur’an yang terkandung dalam Tradisi
Nurunkeun di desa Citeureup.

D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wacana
keilmuan mengenai kebudayaan khususnya upacara Nurunkeun di desa
Citeureup.
2. Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam studi sosial pada
umumnya dan pada living qur’an pada khususnya dan untuk pengembangan
penelitian berikutya.
3. Secara prraktis dapat menambah wacana tentang Nusantara dan dapat
mengenalkan tradisi lain dari kebudayaan Sunda yang beraneka ragam.

E. Tinjauan Pustaka
Dari berbagai literature, peneliti menyadari bahwa kajian terkait living
qur’an dalam masyarakat muslim mendapat apresiasi, yang berupa penelitian
lagsung maupun hanya sekedar opini. Berangkat dari literature ini, peneliti
menemukan berbagai karya tulis yang memiliki relevan terhadap upacara
Nurunkeun ini, diantaranya:
Pertama, buku karya Ali Shodiqin dengan judul Atropologi al-Qur’an
Model Dialektika dan Budaya yang ditulis oleh Ali Shodiqin. Buku ini
merupakan hasil disertasi beliau yang menjelaskan bagaimana nilai – nilai al-
Qur’an terhadap tradisi – tradisi berlaku masyarakat Arab. Proses enkulturasi

5
tersebut dilihat sejak masa pewahyuan al-Qur’an, yang berlangsung selama
kurang lebih dua puluh tiga tahun.1
Kedua, buku yang berjudul Pasaraya Tafsir Indonesia dari Kontestasi
Metodologi hingga Kontekstualisasi oleh M. Nurudin Zuhudi. Dalam buku ini
beliau menjelaskan pemeliharaan dan pengamalan al-Qur’an dan menjadikannya
menyaetuh realitas kehidupan adalah suatu keniscayaan. Salah satu bentuknya
adalah dengan selalu berusaha untuk memfungsikannya didalam kehidupan
sehari – hari ditengah – tengah zaman modern ini. Oelh Karena itu, mempelajari,
menggali makna, dan mengamalkan al-Qur’an adalah suatu kewajiban yang
sudah semestinya tidak bisa ditinggalkan.2
Ketiga, buku Be a Living Qur’an Petunjuk Praktis Penerapan Ayat – Ayat
al-Qur’an dalam kehidupan Sehari – hari karya Ibrahim Eldeeb. Buku ini
menjelaskan tentang bagaimana langkah – langkah maupun petunuk yang bisa
dipakai bagi umat islam untuk menarik kecintaannya terhadap al-Qur’an.3
Keempat, jurnal Universitas Pajadjaran Bandung yang berjudul Upacara
Kelahiran Adat Sunda, karya Fatimah Ayunda. Jurnal ini menjelaskan bahwa
upacara kelahiran adat Sunda merupakan upacara adat yang harus dilestarikan,
kerena banyak para orang tua masa kini yang tidak menghiraukan dan
melestarikan upacara adat tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa beberapa penelitian
telah dilakukan di tanah Sunda dalam mengungkap beberapa perilaku yang khas
pada masyarakat pesisir. Akan tetapi, penelitian secara living qur’an dalam
uapara Nurunkeun khususya di desa Citeureup ini belum ada yang meneliti, yang
nantinya akan menambah wawasan baru dalam kebudayaan Sunda.

1
Ali Shodiqin, Antropologi al-Qur’an Model Dialektika Wahyu & Budaya, (Yogyakarta: Ar
Ruzz Media, 2008),hlm. 22-24
2
M. Nurudin Zuhudi, Pasaraya Tafsir Indonesia dari Konsentrasi Metodologi hingga
Kontektualisasi, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2014), hlm. 126
3
Ibrahim Eldeeb, Be a Living Qur’an Petunjuk Praktis Penerapan Ayat – Ayat al-Qur’an
dalam kehidupan Sehari – hari. (Jakarta: Mizan, 2002), hlm. 34

6
F. Kajian Teori
Secara garis besar, obejek penelitian al-Qur’an, menurut Sahoron
Syamsuddin, terdiri dari empat kategori, yaitu:
1. Penlitian yang menempatkan teks al-Qur’an sebagai objek kajian. Dalam hal
ini, teks al-Qur’an diteliti dan dianalisis dengan meotde dan penedekatan
tertentu, sehingga pneliti dapat menemukan ‘sesuatu’ yang diharapkan dari
penelitiannya. Sesuatu yang dimaksud disini bisa saja berupa konsep – konsep
tertentu yang bersumber dari teks tersebut.
2. Penelitian yang menempatkan hal – hal di luar teks al-Qur’an, namun
berkaitan erat dengan kemunculannya sebagai objek kajian.
3. Penelitian yang menjadikan pemahaman terhadap tekas al-Qur’an sebagai
objek penelitian.
4. Penelitian yang memberikan perhatian pada respon masyarakat terhadap teks
al-Qur’an dan hasil penafsiran seseorang. Termasuk dalam respon ini adalah
resepsi masyarakat terhadap teks al-Qur’an yang dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari – hari. Teks al-Qur’an yang hidup di masyarakat itulah yang
disebut the living Qur’an.4

Living Qur’an yang maksud bukan bagaimana individu atau sekelompok


orang memahami al-Qur’an (penafsiran), namun bagaimana al-Qur’an tersebut
direspin oleh masyarakat muslim dalam realitas sehari – hari (everyday life of the
Qur’an) menurut pergaulan social hingga apa yang mereka lakukan merupakan
sebuah panggilan jiwa yang menjadi kewajiban umat muslim untuk memuliakan
al-Qur’an.5

Selain itu living qur’an juga melahirkan sebuah paradigma baru bagi
perkembangan kajian al-Qur’an kontenporer, sehingga tidak hanya berkulat pada

4
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: Teras,
2007), h;m. xi - xiv
5
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, …. , hlm. 40

7
teks saja. Dalam living Qur’an, kajian tafsir akan lebih banyak mempresiasi
respond an perilaku masyarakat terhadap teks al-Qur’an.6

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ini adalah penelitian lapangan.
Peneliti terjun langsung ke lapangan guna meneliti dan mngungkap objek –
objek yang terkait dengan fokus penelitian.
2. Lokasi
Penelitian ini mengambil lokasi di daerah tempat diadakannya upacara
Nurunkeun, yaitu desa Citeureup Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor
Jawa Barat.
3. Subyek dan Informan Penelitian
Untuk mendapatkan informasi data yang diperoleh dalam penelitian
ini, maka ditentukan subyek dan informan penelitian. subyek penelitian
adalah benda, keadaan atau orang, tempat data melekat yang
dipermasalahkan. 7 Subyek dalam penelitian ini adalah respon masyarakat
terdapat Q.S. Lukman, Yusuf, Muhammad, dan Maryam dalam upacra
Nurunkeun di Desa Citeureup.
Sedangakan, informan penelitian adalah pelaku upacara Nurunkeun,
tokoh masyarakat, warga desa, dan kepala desa CIteureup Kecamatan
Citeureup Kabupaten Bogor Jawa Barat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengumpulkan
seluruh informasi baik dari informan yang terkait dengan tujuan penlitian
ataupun buku – buku yang berhubungan dengan masyarakat Sunda pada
umumnya. Setelah terkumpulnya informasi terkumpulnya informasi tersebut

6
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, …. , hlm. 42
7
Moleong Lexy J, Meotodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm. 90

8
barulah disaring menjadi sebuah adata yang valid dengan tema pembahasan.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah :
a. Interview
Interview merupakan wawancara yang melibatkan orang – orang yang
bersangkutan dalam pelaksaan ritual Tradisi Nurunkeun dengan
menyiapkan daftar pertanyaan secara terperinci dan sistemati.8 Percakapan
yang dilakukan secara langsung dengan tatap muka pada pelaku
pelaksanaan. Penulis mengaktifkan diri dalam bertanya mengenai makna
simbol yang digunakan pada upacara Nurunkeun sehingga dapat
membantu memperoleh informasi yang akurat.
b. Observasi
Observasi merupkan pengamatan dan penglihatan yang mempunyai
artian khusus sebagai pendengar dan pengamat untuk memahami, mencari
jawaban pada bukti – bukti yang ada dalam lingkup segala sesuatu yang
9
akan diteliti Dengan mencatat dan mendokumentasikan selama
berlangsungnya acara ritual khususnya Tradisi Nurunkeun selaku hal yang
akan diteliti. Pengamatan memberikan batasan pada hal yang dianggap
penting untuk diperhatikan. Observasi juga menjadi salah satu kunci
dalam penelitian lapangan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu menuliskan beberapa keterangan atau informasi
mengenai prosesi Tradisi Nurunkeun dan memberi gambaran mengenai
fenomena living qur’an dari ritual Tradisi Nurunkeun tersebut, dan untuk

8
Basrowi dan Suwandi, Memahami Peneitian Kualitatf, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
127
9
Koentjaraningat, Metode – Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1991),
h. 108 – 111.

9
mempermudah melakukan dokumntasi dan pemahaman, penulis mengikut
sertakan beberapa bukti foto.10
d. Keabsahan data
Keabsahan data adalah pengujian data yang didapat dalam penelitian
untuk mengetahui apakah data tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau
tidak. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan keabsahan data digunakan
teknik triangulasi.11Triagulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu sendiri demi
keperluan pengecekkan ataun perbandingan terhadap data tersebut.
Penelitian ini menggunakan teknik triangulas sumber, yaitu
perbandingkan dan pengecekkan balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.
Triangulasi sumber digunakan unuk membandungkan data – data yang
diperoleh dari subyek dan informan. Hal ini dapat dilakukan dan dicapai
dengan jalan:
1.) Membandingkan dan mengecek data yang diperoleh dai hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, begitu juga dengan data
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan, dan
sebaliknya,
2.) Membandingkan apa yang dikatakan subyek dan informan.

5. Metode Analisis Data


Metode ini merupakan metode yang dipakai untuk menganalisis data
sesuai dengan pengamatan, fakta yang ada, atau menganalisis kejadian secara
spesifik atau lainnya dapat juga berupa tingkah laku, sikap, ataupun hal
lainnya. Penelitian living qur’an yang berupa penelitia di lapangan harus
melalui pengamatan baik itu sikap ataupun perilaku yang objek meterialnya

10
Ibid, h. 158
11
Moleong Lexy J, Meotodologi Penelitian Kualitatif, …. , hlm. 100

10
berupa masyarakat itu sendiri, maka dari itu metode yang akan digunakan
adalah sebagai beriku :
a. Reduksi data, yaitu mereduksi data atau merangkum data yang telah
terkumpul dan memilah data yang sesuai dengan data yang akan diteliti
sehingga data dapat terfokus dengan baik pada objek kajian, sehingga
akan mempermudah mengelola data.12
b. Penyajin data, yaitu sekumpulan informasi terorganisasikan, tersusun
dalam pola hubungan, yang memberikan kemungkinan adanyapenarikkan
kesimpulan, pengambilan tindakkan atau merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yng telah dipahami. Maka, dalam penyajian data, peneliti
harus menyususn informasi secara teratur dan runtut sehingga mudah
dilihat, dibaca, dan mudah dipahami.
c. Penarikkan kesimpulan, yaitu mencari benda – benda, mencatat
keteraturan pola – pola penjelasan. Kesimpulan dapat menjadi jawaban
atas rumusan masalah yang telah dirumuskan dan merupakan temuan baru
yang dapat berupa diskripsi suatu obyek, hubungan interaktif, dan teori.13

Setelah data serta keterangan terkumpul, kemudian peneliti menganalisa


dan menyusun laporan penelitian. Metode laporan penelitian yang digunakan
adalah kualitatif deskriptif yaitu mengolah data dengan melaporkan apa yang
telah diperoleh selama penelitian serta memberikan interprestasi terhadap data
suatu kebulatan yang utuh dengan mempergunakan kata – kata, sehingga
dapat menggambarkan obyek penelitian pada saat penelitian dilakukan.

Ketiga analisa data tersebut, sebagai sesuatu yang berhubungan dan


berlangsung pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam
bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum dianalisis.

12
H. Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta:Paradikma, 2005), h.
69
13
Sugiono, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gramedia 2008), hlm. 87

11
H. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan terdiri dari 5 bab, pada masing – masing bab akan ada
sub bab masing – masing, akan tetapi denga satu kesatuan yang utuh.
Bab pertama terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat
dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan gambaran umum nurunkeun dan suku Sunda
khususnya di desa Citeureup kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor, terdiri atas
beberapa sub bab seperti : nurunkeun, prosesi Tradisi Nurunkeun, sejarah desa
Citeureup, sistem keagaman dan kepercayaan di desa Citeureup, sistem sosial
dan kekerabatan di desa Citeureup serta mata pencaharian masayarakat desa
Citeureup.
Bab ketiga berisikan landasan teori living qur’an, terdiri dari beberapa sub
bab seperti: pengertian al-Qur’an, living qur’an, dan kegunaan al-Qur’an bagi
masyarakat.
Bab keempat membahas analisa kritis Tradisi Nurunkrun di desa
Citeureup, bab ini akan berisikan mengenai fenomena living qur’an dalam tradisi
nurunkeun.
Bab lima berupa penutup yang akan berisikan kesimpulan dan saran.

12

Anda mungkin juga menyukai