Anda di halaman 1dari 53

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
GLOSSARY DAN DAFTAR SINGKATAN

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
1.2. DASAR HUKUM ..................................................................................... 2
1.3. MAKSUD PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ......................................... 3
1.4. TUJUAN PENGAWASAN PENGENDALIAN.................................................. 3
1.5. ORGANISASI PENYELENGGARA BSPS...................................................... 4

BAB-2 GAMBARAN UMUM BSPS

2.1. MEKANISME KEGIATAN BSPS................................................................. 5


2.2. PELAKU KEGIATAN BSPS BENTUK UANG ................................................. 26
2.3. LOKASI, BESARAN NILAI DAN ALOKASI .................................................. 30
2.4. SUMBER DANA ..................................................................................... 31

BAB 3 METODOLOGI

3.1. PENGERTIAN PENGAWASAN DAN PENGEDALIAN..................................... 32


3.2. PENGERTIAN BERJENJANG ............................................. 34
3.3. PENDEKATAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN .................................. 34
3.4. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM .................................................. 36
3.5. INDIKATOR KINERJA PELAKU ............................................................... 37

BAB 4 PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

4.1. PERSIAPAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN .................................... 47


4.2. PERENCANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ............................... 47
Pengawasan dan Pengendalian
4.3 PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ................................. 48
4.4 PENGOLAHAN DATA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN......................... 49
4.5 UPAYA TINDAK LANJUT ........................................................................ 50

Pengawasan dan Pengendalian


BAB-1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Perkembangan kebutuhan pokok manusia selain pangan dan sandang


adalah papan. Papan yang merupakan kebutuhan rumah setiap tahunnya
semakin bertambah seiring pertambahan rumah tangga di Indonesia.
Sebagai bagian kebutuhan hidup, rumah telah menjadi hak dasar rakyat
Indonesia. Pasal 28 H Amandemen UUD 1945, menyatakan bahwa “setiap
warga negara berhak untuk mendapat tempat tinggal dan lingkungan hidup
yang baik sehat”. Sebagai pelaksanaan amanat undang undang dasar,
pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kebutuhan
dan permasalahan perumahan.

Upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rumah layak huni


masyarakat adalah dengan memfasilitasi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) dalam bentuk bantuan keuangan dan bantuan teknis
pendampingan guna mengungkit upaya swadaya masyarakat membangun
rumah dalam kegiatan Bantuan Stimulan Rumah Swadaya (BSPS) sesuai
dengan amanat UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman yang menyatakan bahwa “Rumah Swadaya adalah rumah
yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat”, sehingga masyarakat
dapat memiliki rumah layak huni.

Pelaksanaan kegiatan BSPS yang merupakan kegiatan dari Direktorat


Rumah Swadaya, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melibatkan banyak pihak mulai
dari Pemerintah Provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota, Kepala Satuan Kerja,
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Fasilitator, Masyarakat Penerima BSPS,
Toko/Penyedia bahan bangunan dan Kepala Desa dengan lokasi
desa/kelurahan yang tersebar di provinsi seluruh Indonesia, kecuali provinsi
DKI Jakarta.

Pengawasan dan Pengendalian 1


Untuk menjamin terlaksananya maksud dan tujuan dari penyelenggaraan
BSPS ini, maka Pengawasan dan pengendalian kegiatan BSPS dilakukan
secara berjenjang. Untuk membantu terlaksananya hal tersebut maka
modul Pengawasan dan pengendalian Berjenjang ini disusun.

1.2. DASAR HUKUM

1. Undang Undang Dasar (UUD) 1945 dan Amandemen UUD 1945 pasal 5,
pasal 18, pasal 20 dan pasal 28 H ayat 1;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5188);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara nomor 101)
4. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 16)
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Laksana Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
05/PRT/M/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang
Organisasi dan Tata Laksana Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 466)
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Belanja Bantuan Pemerintah pada
Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1340) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas

Pengawasan dan Pengendalian 2


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Belanja Bantuan Pemerintah pada
Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1745)
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
07/PRT/M/2018 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 403)
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
07/PRT/M/2018 Tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya;
9. SE Dirjen PP No 7 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Penyeleng
garaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.

1.3. MAKSUD PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pengawasan dilakukan untuk mengamati, mengidentifikasi serta


mengantisipasi permasalahan untuk pencapaian sasaran kegiatan BSPS.
Pengawasan dan Pengendalian dilakukan pada tahap pengusulan lokasi
BSPS, penetapan lokasi, penyiapan masyarakat, penetapan calon Penerima
BSPS, pencairan, penyaluran, dan pemanfaatan BSPS, dan pelaporan.

Pengendalian dilakukan untuk menjaga kesesuaian antara rencana


dengan realisasi pelaksanaan kegiatan BSPS.

Pengawasan dan Pengendalian sebagaimana dimaksud dilakukan oleh


KPA/Kepala Satker dengan melibatkan Dinas. Dalam melaksanakan
Pengawasan dan Pengendalian sebagaimana dimaksud KPA/Kepala Satker
dapat menunjuk pihak ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pihak ketiga sebagaimana dimaksud merupakan
perorangan atau badan usaha.

1.4. TUJUAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Tujuan kegiatan Pengawasan dan pengendalian berdasarkan Permen PUPR


No.7 Tahun 2018 Tentang BSPS (Pasal 28 dan 29 ) adalah:

Pengawasan dan Pengendalian 3


1. Menjaga tersalurkannya dana BSPS dan terlaksananya pembangunan/
peningkatan kualitas rumah oleh penerima bantuan secara tepat
sasaran, tepat penggunaan, dan tepat waktu
2. Menjaga tercapainya kinerja para pelaku BSPS di masing-masing
jenjang secara optimal.

1.5. ORGANISASI PENYELENGGARA BSPS

Gambar 1.1 Organisasi Penyelenggara BSPS

MENTERI PUPR

DIREKTUR JENDERAL
PENYEDIAAN PERUMAHAN

DIREKTORAT RUMAH
SWADAYA

KPA /
KEPALA SATKER

PROVINSI BANK / POS


PEJABAT PEMBUAT PENYALUR*
TIM KOORDINASI BSPS KOMITMEN (PPK)

KABUPATEN / KOTA KORDINATOR TOKO / PENYEDIA


FASILITATOR (KORFAS) BAHAN BANGUNAN**
TIM TEKNIS

TENAGA FASILITATOR
LAPANGAN (TFL)

PENERIMA BANTUAN
(PB)

Pengawasan dan Pengendalian 4


BAB-2 GAMBARAN UMUM BSPS

2.1. MEKANISME KEGIATAN BSPS

2.1.1 Persiapan

1. Pengusulan Kegiatan BSPS Pengusulan untuk calon lokasi BSPS ditujukan


kepada Menteri Rakyat c.q Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan yang
dilakukan pemerintah daerah, yakni:
a. bupati/walikota dengan tembusan gubernur; atau
b. Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Selain usulan dari pemerintah daerah, usulan calon lokasi dapat juga
disampaikan dari menteri/kepala lembaga negara atau ketua/anggota
lembaga tinggi negara. Usulan calon lokasi BSPS meliputi nama
desa/kelurahan mengacu pada basis data terpadu yang dilengkapi dengan
data:
a. jumlah rumah tidak layak huni; dan
b. jumlah kebutuhan kekurangan Rumah Swadaya.
Usulan calon lokasi BSPS oleh bupati/walikota dilakukan verifikasi oleh
pemerintah daerah provinsi. Dalam hal pemerintah provinsi tidak melakukan
verifikasi, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan dapat melakukan
verifikasi. Usulan lokasi BSPS oleh Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta dilakukan verifikasi oleh Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan.
Verifikasi dilakukan untuk menentukan daftar panjang urutan prioritas calon
lokasi BSPS. Verifikasi usulan dilakukan berdasarkan:
a. tingkat kemiskinan di kabupaten/kota;
b. proporsi jumlah rumah tidak layak huni terhadap jumlah rumah
dikabupaten/kota;
c. proporsi jumlah kekurangan rumah terhadap jumlah rumah tangga di
kabupaten/kota;
d. kepedulian pemerintah daerah dalam bidang perumahan; dan

Pengawasan dan Pengendalian 5


e. program prioritas Pemerintah Pusat.

Kepedulian pemerintah daerah dalam bidang perumahan meliputi:


a. mempunyai data rumah tidak layak huni dan kekurangan rumah yang
mutakhir;
b. mempunyai program bantuan pemerintah daerah dalam bidang
perumahan;
c. menyediakan dana pendamping kegiatan BSPS dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah; dan
d. evaluasi kinerja pelaksanaan kegiatan BSPS tahun sebelumnya.

Sedangkan yang dimaksud program prioritas Pemerintah Pusat meliputi:


a. perintah langsung Presiden;
b. program prioritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
c. kegiatan berdasarkan usulan kementerian/lembaga/ lembaga tinggi
negara sesuai basis data terpadu atau data lapangan; dan/atau
d. kegiatan berdasarkan kesepakatan bersama dan/atau perjanjian
kerjasama.

Dalam hal pelaksanaan kegiatan PBRS dalam 1 (satu) hamparan telah


selesai maka KPB dapat mengusulkan prasarana, sarana, dan utilitas umum
(PSU) berupa jalan dan drainase kepada Menteri c.q Direktur Jenderal
Penyediaan Perumahan. Usulan PSU oleh KPB dilakukan oleh:
a. Bupati/Walikota dengan tembusan Gubernur; atau
b. Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Usulan PSU dilakukan verifikasi oleh Direktorat Jenderal Penyediaan


Perumahan.

2.1.2 Penetapan Lokasi


Berdasarkan hasil verifikasi diperoleh daftar panjang urutan calon lokasi
BSPS. Dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran, selanjutnya
dilakukan penetapan lokasi BSPS untuk kabupaten/kota yang dilakukan oleh
Menteri. Berdasarkan lokasi kabupaten/kota maka Direktur Jenderal

Pengawasan dan Pengendalian 6


Penyediaan Perumahan menetapkan lokasi desa/kelurahan.

2.1.3 Penyiapan Masyarakat

Calon Penerima Bantuan Keputusan Menteri dan Keputusan Direktur


Jenderal Penyediaan Perumahan merupakan dasar untuk PPK melakukan
langkah-langkah persiapan penyiapan masyarakat yang meliputi seleksi
calon bank/pos penyalur, pembentukan tim teknis kabupaten/kota, serta
penunjukkan dan pembekalan Korfas dan TFL. Seleksi bank/pos penyaluran
terbagi meliputi:
a. Penyiapan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) pemilihan bank/pos penyalur.
KPA menyusun KAK pemilihan calon bank/pos penyalur sebagai acuan
dalam proses pemilihan bank/pos penyalur BSPS, yang paling sedikit
mencakup:
1) gambaran umum program BSPS;
2) maksud dan tujuan BSPS;
3) gambaran jumlah dan sebaran BSPS;
4) tugas dan tanggung jawab bank/pos;
5) kriteria dan persyaratan bank/pos penyalur;
6) jadwal pemilihan bank/pos penyalur;
7) rancangan perjanjian kerjasama; dan
8) korespondensi.

b. pejabat dan tim penilai pemilihan bank/pos penyalur. Pejabat penilai


pemilihan bank/pos penyalur adalah seorang pejabat/pegawai memiliki
keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah yang ditugaskan dengan
Keputusan KPA. Tim penilai bertugas melakukan penilaian atau evaluasi
proposal yang diajukan oleh calon bank/pos penyalur. Tim penilai terdiri
atas pejabat/pegawai dan para pihak yang berkompeten paling sedikit 3
(tiga) orang untuk menilai kelayakan proposal calon bank/pos penyalur.

c. undangan kepada calon bank/pos penyalur. Pejabat pemilihan bank/pos


penyalur mengundang paling sedikit 3 (tiga) bank/pos yang membuka

Pengawasan dan Pengendalian 7


rekening pada bank mitra kerja Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Kementerian Keuangan untuk mengikuti proses pemilihan bank/pos
penyalur atau pos yang bersedia membuka rekening pada bank yang
menjadi mitra kerja. Undangan kepada calon bank/pos penyalur
dilampirkan KAK.

d. mekanisme dan persyaratan penyaluran BSPS. Mekanisme dan


penyaluran BSPS dilakukan oleh pejabat pemilihan bank/pos penyalur
untuk memberikan pemahaman kepada calon bank/pos penyalur yang
mengikuti proses pemilihan. Apabila diperlukan, penjelasan dapat
dilakukan oleh KPA, PPK, dan/atau narasumber. Calon bank/pos penyalur
diberikan kesempatan untuk melakukan mengklarifikasi substansi dan
dapat dilakukan secara langsung maupun tertulis sesuai kebutuhan.

e. penerimaan dan penilaian proposal dari calon bank/pos penyalur yang


berminat Setelah dilakukan penjelasan substansi mengenai mekanisme
dan persyaratan sebagai calon bank/pos penyalur, maka calon bank/pos
penyalur menyusun proposal sebagai bentuk penawaran kegiatan
penyaluran BSPS. Proposal ditujukan kepada pejabat pemilihan bank/pos
penyalur, paling sedikit memuat:

1. pernyataan minat dan bersedia mengikuti ketentuan dalam


pemilihan bank/pos penyalur.
2. gambaran rencana pelaksanaan penyaluran BSPS, meliputi:
a) pemahaman terhadap KAK;
b) strategi pelaksanaan penyaluran dan pelayanan pemanfaatan
bantuan termasuk di lokasi terpencil;
c) sumber daya manusia yang mendukung penyaluran BSPS;
d) unit kerja/layanan yang melayani pemanfaatan bantuan/penarikan
dana;
e) sistem dan mekanisme pelaporan;
f) pernyataan kesanggupan;

Pengawasan dan Pengendalian 8


g) korespondensi;

3. pernyataan kesanggupan meliputi:


a) menyetorkan jasa giro yang timbul akibat penyaluran BSPS melalui
Treasury Notional Pooling (TNP);
b) melaporkan kinerja penyaluran dan pelayanan pemanfaatan
bantuan secara berkala;
c) diaudit oleh pihak berwenang;
d) mengembalikan sisa dana BSPS yang tidak termanfaatkan;
e) mengikuti seluruh tahapan proses pemilihan bank/pos penyalur.
f) evaluasi proposal. Untuk menentukan penawaran terbaik dari calon
bank/pos penyalur, dilakukan penilaian proposal, dengan indikator
yang tercantum dalam KAK. Berdasarkan hasil penilaian calon
bank/pos penyalur dipilih bank/pos penyalur yang memiliki hasil
penilaian terbaik dan ditetapkan. Pejabat pemilihan bank/pos
penyalur membuat berita acara pemilihan bank/pos penyalur dan
melaporkan hasil penetapan bank/pos penyalur kepada KPA.
g) penunjukan bank/pos penyalur. Berdasarkan berita acara pemilihan
dan penetapan bank/pos penyalur dari pejabat pemilihan bank/pos
penyalur, KPA atau PPK menerbitkan surat penunjukan bank/pos
penyalur sebagai penyalur BSPS.
h) rancangan perjanjian kerjasama PPK dan bank/pos penyalur
melakukan pembahasan rancangan perjanjian kerjasama (PKS)
(Format III-1) yang terlampir dalam KAK. Rancangan PKS yang
telah disepakati dan ditandatangani bersama. Perubahan PKS
dapat dilakukan dengan adendum yang disepakati kedua belah
pihak.

Pembentukan Tim Teknis KPA membentuk tim teknis yaitu Dinas dan
dapat melibatkan:
a. pejabat/pegawai pada dinas yang melaksanakan urusan
pemerintahan bidang perencanaan pembangunan;

Pengawasan dan Pengendalian 9


b. pejabat/pegawai pada dinas yang melaksanakan urusan
pemerintahan bidang pemberdayaan masyarakat;
c. camat di lokasi BSPS; dan/atau
d. kepala desa/lurah di lokasi BSPS.
Penunjukkan TFL dan Korfas TFL ditetapkan melalui kontrak
dengan PPK berdasarkan keterampilan untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat. TFL dalam melaksanakan tugas
dikoordinasikan oleh Korfas yang ditetapkan melalui kontrak
dengan PPK. Korfas mempunyai cakupan wilayah kerja untuk 1
(satu) kabupaten/kota. Dalam hal alokasi BSPS kabupaten/kota
berjumlah lebih dari 500 unit dapat dilakukan penambahan Korfas.
Pembayaran TFL dan Korfas dilakukan oleh satker dengan
anggaran dari DIPA Satker. Perekrutan TFL dan Korfas, dilakukan
oleh Satker dan dapat melibatkan pemerintah daerah dan pihak
lain. Dalam hal diperlukan, pemerintah daerah dapat menambah
jumlah TFL sesuai kebutuhan dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Kriteria Umum untuk TFL dan Korfas,
meliputi:
a) warga Negara Indonesia;
b) sehat jasmani-rohani;
c) memiliki dedikasi yang tinggi dan berjiwa sosial untuk
membantu masyarakat;
d) bukan anggota partai politik atau tim sukses pemilihan kepala
pemerintahan;
e) bersedia bekerja penuh waktu (full time) selama masa
kontrak;
f) mampu mengoperasikan komputer dan mengoperasikan
aplikasi MS-Office (Word, Excel, dan Power Point); dan
g) diutamakan bertempat tinggal di lokasi kegiatan.

TFL harus memiliki kompetensi teknik konstruksi dan pemberdayaan dan


akan mendampingi kurang lebih 50 penerima bantuan. Dalam hal di lokasi

Pengawasan dan Pengendalian 10


tidak diperoleh TFL dengan kompetensi teknis dan pemberdayaan, Satker
atau Dinas dapat merekrut TFL dengan kompetensi teknis dan kompetensi
pemberdayaan yang bekerja secara tim dengan jumlah dampingan kurang
lebih 2 : 100 orang penerima bantuan atau sesuai kebutuhan.
Kriteria Khusus Korfas:
a. berpendidikan paling kurang S1, diutamakan dari Teknik Sipil atau
Teknik Arsitektur;
b. berpengalaman dalam pendampingan BSPS atau program sejenis
minimal 3 (tiga) tahun; dan
c. diutamakan telah mengikuti kursus/pelatihan bidang teknis bangunan
yang dibuktikan dengan sertifikat atau surat keterangan mengikuti
kursus/pelatihan.
Kriteria Khusus Fasilitator Teknik
a. berpendidikan sekurang-kurangnya D3 sipil atau arsitektur
b. berpengalaman dalam pekerjaan konstruksi bangunan, rumah/
perumahan, atau pernah sebagai fasilitator teknis; dan
c. diutamakan telah mengikuti kursus/pelatihan bidang teknis bangunan
yang dibuktikan dengan sertifikat atau surat keterangan mengikuti
kursus/pelatihan.

Kriteria Khusus Fasilitator Pemberdayaan


a. berpendidikan sekurang-kurangnya D3 semua jurusan dengan
pengalaman 3 tahun; atau
b. S1 semua jurusan dengan pengalaman minimal 1 tahun di kegiatan
program pemberdayaan.

Korfas dan TFL yang telah direkrut, wajib mengikuti pembekalan sebelum
ditugaskan sesuai surat perintah kerja atau kontrak. Penyiapan masyarakat
dilakukan melalui pendampingan TFL untuk memberdayakan masyarakat
calon penerima pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pelaporan, dan pengembangan mandiri paska kegiatan.

Kesatu, tahap perencanaan dilakukan melalui:

Pengawasan dan Pengendalian 11


a. sosialisasi dan penyuluhan;
b. verifikasi calon penerima bantuan;
c. kesepakatan calon penerima bantuan; dan
d. identifikasi kebutuhan dan penyusunan proposal.

Kedua, tahap pelaksanaan melalui bimbingan teknis dalam pemeriksaan


bahan bangunan, teknik konstruksi bangunan dan kualitas bangunan.
Ketiga, tahap pengawasan melalui pemantauan pelaksanaan konstruksi
rumah oleh sesama anggota kelompok. Keempat, tahap pelaporan melalui
bimbingan teknis dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban kegiatan
BSPS. Kelima, tahap pengembangan mandiri pasca melalui bimbingan
teknis dan supervisi dalam pemanfaatan, pemeliharaan, serta
pengembangan.

Tahap perencanaan secara detail dilakukan dengan cara sebagai berikut:


a. sosialisasi dan penyuluhan Sosialisasi merupakan kegiatan
penyebarluasan informasi mengenai penyelenggaraan BSPS kepada
masyarakat. Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh dinas kabupaten/kota
secara berjenjang melalui camat/kepala distrik, kepala desa/lurah/
kepala kampung/wali nagari, dan tokoh masyarakat maupun langsung
kepada masyarakat. Metode sosialisasi disesuaikan dengan karakteristik
masyarakat setempat, melalui pertemuan langsung atau tidak langsung
melalui media publikasi seperti televisi, radio, media cetak. Penyuluhan
merupakan kegiatan pemberian petunjuk dan bimbingan kepada
masyarakat, khususnya calon penerima bantuan dalam kegiatan BSPS.
Kegiatan ini dilakukan oleh Dinas, tim teknis, Korfas, atau TFL. Hal-hal
yang disampaikan dalam penyuluhan antara lain prosedur kegiatan, tata
cara pelaksanaan program, tanggung jawab penerima bantuan, sanksi,
ketentuan rumah layak huni, penyusunan rencana anggaran biaya,
pelaporan kegiatan dan lain-lain. Penyuluhan dapat dilakukan melalui
forum pertemuan atau dilakukan kepada orang-perseorangan. TFL
mendokumentasikan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan sesuai dengan
Format III-2.

Pengawasan dan Pengendalian 12


b. Verifikasi Calon Penerima Bantuan (CPB) Verifikasi CPB merupakan
kegiatan pemeriksaan data masyarakat secara administrasi dan faktual
untuk memperoleh CPB yang memenuhi kriteria dan persyaratan pada
lokasi BSPS. Verifikasi dilakukan oleh TFL didampingi oleh perangkat
desa/ kelurahan/ kampung/ nagari atau nama lain sejenis dengan cara
mendatangi rumah masyarakat berdasarkan data rumah tidak layak huni
setelah kegiatan sosialisasi. Hal-hal yang diverifikasi meliputi:
1. kelengkapan administrasi mencakup dokumen mengenai:
a) warga negara Indonesia yang sudah berkeluarga;
b) memiliki atau menguasai tanah;
c) belum pernah memperoleh BSPS atau program sejenis;
d) berpenghasilan paling banyak sebesar upah minimum provinsi;
e) bersedia berswadaya dan membentuk kelompok.
2. kelayakan komponen bangunan (penilaian rumah tidak layak
huni)
a) Rumah dalam kondisi tidak layak huni untuk kegiatan PK, yang
ditentukan melalui pemeriksaan, dengan rincian:
1) persyaratan rumah layak huni (keselamatan bangunan,
kesehatan penghuni, kecukupan minimum luas bangunan);
2) penilaian keselamatan bangunan
i. komponen struktur bangunan (pondasi, sloof, kolom/
tiang, ring balok, kerangka atap); dan
ii. kualitas bahan penutup atap, lantai, dinding
3) penilaian kesehatan penghuni
i. pencahayaan;
ii. penghawaan; dan
iii. ketersedian MCK.
4) Penilaian kecukupan minimum luas bangunan
b) Rumah dalam kondisi rusak total atau belum ada bangunan
untuk kegiatan PBRS.

2.1.4 Hasil verifikasi calon penerima bantuan

Pengawasan dan Pengendalian 13


Dalam proses verifikasi didokumentasikan untuk dokumen administrasi, foto
rumah, serta format penilaian RTLH (Format III-3). Verifikasi berfungsi juga
untuk mengidentifikasi CPB, menyusun rencana kegiatan setiap CPB, dan
strategi pelaksanaan kegiatan setiap kelompok. Identifikasi calon penerima
bantuan meliputi:
1. penilaian keswadayaan CPB melalui kegiatan memeriksa dan menilai
kemampuan masyarakat dalam melakukan penanganan rumah atau
menyelesaikan rumah;
2. pengisian hasil identifikasi keswadayaan dan kebutuhan penanganan
rumah (Format III-4);
3. pengumpulan dokumen administrasi;
4. pemetaan lokasi rumah untuk pembentukan KPB;
5. identifikasi kemampuan CPB bertukang atau calon tukang/pekerja diluar
CPB dalam rencana pelaksanaan konstruksi BSPS sesuai Format III-5;
6. identifikasi CPB yang berkebutuhan khusus atau keswadayaan rendah
untuk memberikan masukan terhadap forum rembuk warga dalam
pembentukan KPB berdasarkan karakteristik kemampuan bertukang;
7. pengisian format rekapitulasi hasil verifikasi dan identifikasi CPB;
8. berdasarkan isian format, selanjutnya dilakukan rekapitulasi data CPB
setiap lokasi dampingan (Format III-6). Rekap digunakan sebagai dasar
untuk melakukan penyepakatan CPB dalam forum rembuk warga. c.
Kesepakatan CPB Kesepakatan CPB dilakukan untuk memenuhi
akuntabilitas dalam penentuan CPB berdasarkan prinsip tepat sasaran
dan kegotongroyongan. Kesepakatan CPB BSPS dilakukan melalui
rembuk warga untuk:
a. menentukan CPB BSPS;
b. membentuk KPB dan bersepakat untuk tanggung renteng dalam
pelaksanaan kegiatan BSPS; dan
c. menentukan toko/penyedia bahan bangunan. Kesepakatan CPB
dilakukan setelah diverifikasi dan memperoleh daftar nama CPB yang
akan diusulkan. Kesepakatan ini diprakarsai oleh CPB dan difasilitasi

Pengawasan dan Pengendalian 14


oleh TFL serta dihadiri oleh perangkat desa/kelurahan/kampung/
nagari atau nama lain sejenis dan dapat dihadiri oleh masyarakat
bukan CPB. Berdasarkan daftar nama CPB dilakukan pembentukan
KPB. Pembentukan KPB dilakukan oleh CPB yang difasilitasi oleh TFL
dan perangkat desa/kelurahan/ kampung/nagari atau nama lain
sejenis dengan memperhatikan kedekatan lokasi rumah, kemampuan
bertukang, tingkat keswadayaan. KPB diberi nama sesuai
kesepakatan, melaksanakan fungsi gotong-royong, tanggung jawab
tanggung renteng, membuat kesepakatan sosial untuk bertanggung
jawab secara berkelompok dalam melaksanakan program BSPS
(Format III-7 Kesepakatan Sosial). KPB dilakukan penetapan melalui
Keputusan Kepala desa/lurah/kepala kampung/wali nagari sesuai
Format III-8. Kegiatan kesepakatan CPB didokumentasikan oleh TFL
dalam bentuk laporan sesuai dengan Format III-2. KPB melakukan
survey terhadap toko/penyedia bahan bangunan untuk ditetapkan
dalam kesepakatan. Survey toko/penyedia bahan bangunan meliputi
ketersedian dan harga satuan bahan bangunan, ketersediaan sarana
angkutan serta persyaratan administrasi sesuai Format III-9.
Kesepakatan yang dilakukan oleh KPB sesuai Format III-10 sebagai
toko/penyedia bahan bangunan yang akan bekerjasama dengan
KPB. d. Identifikasi Kebutuhan dan Penyusunan Proposal Berupa
Uang CPB didampingi TFL dalam melakukan identifikasi rencana
penanganan rumah dan menentukan kebutuhan PKRS atau PBRS.
Hasil identifikasi kebutuhan dituangkan dalam dokumen teknis yang
menjadi bagian dari proposal. Dokumen proposal terdiri atas :
1. dokumen administrasi meliputi:
a) surat permohonan sesuai dengan Format III-11;
b) salinan KTP dan KK yang masih berlaku;
c) surat pernyataan penghasilan disahkan oleh pejabat yang
berwenang sesuai Format III-12;
d) salinan sertifikat hak atas tanah/surat bukti kepemilikan

Pengawasan dan Pengendalian 15


tanah/surat keterangan menguasai tanah dari pejabat yang
berwenang sesuai format yang berlaku di daerah setempat
menggunakan Format III-13; dan
e) surat pernyataan mengikuti program sesuai Format III-14.
2. dokumen teknis sesuai meliputi:
a) spesifikasi teknis untuk kegiatan peningkatan kualitas rumah
swadaya sesuai Format III-15 atau Gambar teknis untuk
kegiatan PBRS sesuai Format III-16;
b) Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai Format III-17;
c) kuitansi sesuai Format III-18. Proposal penerima bantuan
selanjutnya disusun berdasarkan pengelompokkan setiap KPB
yang dilengkapi dengan:
1. Keputusan Kepala desa/Lurah tentang KPB sesuai Format
III-8;
2. pernyataan tanggung renteng dari KPB sesuai Format III-7
Dokumen proposal KPB selanjutnya disusun dan
dikelompokkan setiap desa/kelurahan/kampung/nagari dan
diperiksa oleh TFL pendamping untuk memastikan
kelengkapannya. Proposal yang sudah diklasifikasikan
berdasarkan desa/kelurahan/ kampung/nagari atau nama
lain sejenis disampaikan kepada Korfas untuk diverifikasi
kelengkapan dan kebenaranya, selanjutnya disampaikan
kepada tim teknis untuk diverifikasi kembali dan disahkan.
d) Verifikasi dan pengesahan proposal menggunakan Format III-
19. Dokumen yang telah disahkan selanjutnya diajukan oleh
Dinas kepada PPK dengan melampirkan surat permohonan
penetapan penerima bantuan sesuai Format III-20.
a) Penyusunan dan Pengajuan Proposal Berupa PSU Bantuan
berupa PSU diberikan sebagai bentuk insentif dari Pemerintah
Pusat kepada KPB yang menunjukan kinerja baik dalam
pelaksanaan PBRS secara berkelompok dalam 1 hamparan.

Pengawasan dan Pengendalian 16


KPB yang telah menyelesaikan PBRS secara berkelompok
dalam 1 (satu) hamparan dapat mengajukan proposal
pembangunan PSU. Pengajuan proposal oleh KPB berdasarkan
penilaian kinerja pelaksanaan PBRS oleh Dinas. Dalam
penyusunan proposal KPB didampingi oleh Dinas dan
diketahui kepala desa/lurah/ kampung/nagari atau nama lain
sejenis ditujukan kepada bupati/walikota. Persyaratan
penerima bantuan berupa PSU meliputi:
1. KPB yang mendapatkan bantuan PBRS dalam satu
hamparan;
2. jumlah paling sedikit 15 (lima belas) unit rumah; dan
3. mendapat rekomendasi dari Dinas.

KPB yang memenuhi persyaratan menyusun dan mengusulkan


proposal permohonan bantuan pembangunan PSU yang sudah
diverifikasi oleh dinas disampaikan kepada bupati/walikota.
Proposal PSU terdiri atas:
1) permohonan dari Ketua KPB yang memuat data usulan
komponen dan volume PSU sesuai Format III-21.
2) data pendukung meliputi :
a) kesiapan lahan yang dinyatakan clear and clean dari
pejabat yang berwenang sesuai Format III-22.
b) hasil verifikasi dari Dinas sesuai Format III-23.
c) surat bupati/walikota atau gubernur untuk Provinsi DKI
Jakarta sesuai Format III-24.
2.1.4. Penetapan CPB
a. Berupa Uang Proposal diajuhkan Dinas kepada PPK untuk dilakukan
pemeriksaan kelengkapan dokumen proposal. Proposal yang dinyatakan
memenuhi persyaratan maka penerima bantuan ditetapkan dengan
Keputusan PPK yang dilampirkan Daftar Penerima Bantuan (DPB) sesuai
Format III-25 dan disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau
Kepala Satuan Kerja.

Pengawasan dan Pengendalian 17


Keputusan PPK tentang penerima bantuan disampaikan kepada
bank/pos penyalur sebagai dasar bank/pos penyalur membuka rekening
atas nama penerima bantuan.
b. Berupa PSU Proposal diajukan oleh bupati/walikota kepada PPK untuk
melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen proposal. Proposal yang
memenuhi persyaratan, ditetapkan menjadi penerima bantuan sesuai
Format III-
Selanjutnya KPA dan PPK melakukan persiapan pengadaan barang dan
jasa konstruksi pembangunan PSU sesuai dengan kententuan peraturan
perundang-undangan.
2.1.5 Pelaksanaan
1. Pelaksanaan BSPS Berupa Uang
a. Pencairan Bantuan
PPK menyusun Surat Permintaan Pembayaran (SPP) berdasarkan
Keputusan PPK tentang penerima bantuan dan diajukan kepada Pejabat
Pembuat Surat Perintah Membayar (PPSPM). PPSPM melakukan
kelengkapan dokumen dan setelah dinyatakan lengkap diterbitkan Surat
Perintah Membayar (SPM). Dokumen SPM disampaikan kepada KPPN
untuk proses agar dana bantuan dapat disalurkan ke rekening KPA pada
bank/pos penyalur. Proses penyaluran dana BSPS mengikuti ketentuan
pencairan langsung (LS) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Penyaluran Bantuan.
PPK membuat surat perintah penyaluran dana (SPPn) yang ditujukan
kepada pejabat bank/pos penyalur sesuai Format IV-1 yang dilampirkan
Daftar Penerima Bantuan (DPB). Berdasarkan surat perintah penyaluran
dana, maka bank/pos penyalur menyalurkan bantuan dari rekening
Satuan Kerja ke rekening penerima bantuan.
c. Pemanfaatan Bantuan
Pemanfaatan bantuan dilakukan oleh penerima bantuan dengan
ketentuan sebagai berikut:

Pengawasan dan Pengendalian 18


1) pemanfaatan bantuan dilakukan dalam II (dua) tahap dengan setiap
tahap sebesar 50 % (lima puluh persen) untuk membeli bahan
bangunan dan membayar upah kerja;
2) bantuan tahap II dapat dilakukan apabila pelaksanaan konstruksi
mencapai atau setara dengan pemasangan bahan bangunan sebesar
paling sedikit 30 % (tiga puluh persen)
3) pembelian bahan bangunan dilakukan dengan cara pemindahbukuan
uang dari rekening penerima ke rekening toko/penyedia bahan
bangunan setelah bahan bangunan dikirim oleh toko/penyedia bahan
bangunan dan diterima oleh penerima BSPS;
4) pembayaran upah kerja dilakukan dengan cara penarikan tunai dari
rekening penerima bantuan;
5) toko/penyedia bahan bangunan tempat pembelian bahan bangunan
dipilih dan ditunjuk oleh KPB berdasarkan survey dan kesepakatan
kelompok sesuai Format III-9 dan Format III10, dengan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a) memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);
b) memiliki tempat/alamat sesuai dengan Surat Ijin Tempat Usaha
(SITU);
c) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
d) melakukan usaha perdagangan bahan bangunan yang diketahui
oleh masyarakat umum;
e) membuka rekening khusus untuk kegiatan BSPS di bank yang
sama dengan bank/pos penyalur;
f) memiliki sarana angkutan pengiriman bahan bangunan;
g) lokasi toko/penyedia bahan bangunan diutamakan dekat dengan
penerima BSPS;
h) bersedia membayar pajak sesuai ketentuan perundangundangan;
dan
i) membuat perjanjian kerja sama dengan KPB.
Apabila toko/penyedia bahan bangunan tidak memiliki SIUP dan

Pengawasan dan Pengendalian 19


SITU dan KPB bersepakat melakukan penunjukkan toko/penyedia
bahan bangunan yang dituangkan dalam Berita Acara maka KPB
mengusulkan kepada KPA. KPA berdasarkan surat permohonan
KPB menetapkan penunjukkan toko/penyedia bahan bangunan
setelah melalui analisis kelayakan. Apabila toko/penyedia bahan
bangunan tidak dapat menyediakan seluruh kebutuhan bahan
bangunan bagi KPB, maka toko/penyedia bahan bangunan dapat
bekerjasama dengan penyedia bahan bangunan lain dengan
syarat toko/penyedia bahan bangunan yang kontrak kerjasama
dengan KPB bertanggung jawab terhadap pemenuhan kontrak
kerjasama.
6) penerima bantuan melakukan pemanfaatan bantuan berdasarkan
Daftar Rencana Pemanfaatan Bantuan (DRPB) sesuai Format IV-2
dalam setiap tahap.
Apabila terjadi perubahan dokumen perencanaan yang meliputi
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Daftar Rencana Pemanfaatan
Bantuan (DRPB) yang telah diajukan dalam dokumen proposal, maka
dapat menggunakan Format IV-3. 7) ketua KPB melakukan
perjanjian kerja sama pembelian bahan bangunan dengan pemilik
toko bahan bangunan sesuai Format IV-4.
7) toko/penyedia bahan bangunan mengirim bahan bangunan ke
tempat penerima bantuan sesuai DRPB dan perjanjian kerjasama
dalam 2 (dua) tahap. Apabila Toko/penyedia bahan bangunan dapat
mengirim seluruh bahan bangunan (tahap 1 dan tahap 2) sekaligus
dalam rangka percepatan dan kemudahan pengiriman berdasarkan
kesepakatan dengan KPB dapat dilakukan tetapi pembayaran tetap
dalam 2 (dua) tahap. Apabila terjadi kondisi tertentu seperti
keterbatasan waktu pelaksanaan dan kesulitan akses ke lokasi, maka
pengiriman bahan bangunan dan pembayaran bahan bangunan
dapat dilakukan dalam 1 (satu) tahap berdasarkan Keputusan KPA
berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi di lokasi dan laporan Tim

Pengawasan dan Pengendalian 20


Teknis kabupaten/kota.
8) bukti penerimaan uang untuk upah kerja berupa slip penarikan dan
bentuk pertanggungjawaban upah kerja berupa kuitansi (Format IV-
5) atau bukti lain yang sah dari penerima bantuan kepada tukang
atau pekerja dengan dibuktikan dengan dipakainya bahan bangunan
sesuai DRPB.
9) penerima bantuan menyusun laporan penggunaan dana tahap 1 dan
tahap 2 didampingi oleh TFL, dan diverifikasi oleh Korfas dan Tim
Teknis sesuai Format IV-6, Format IV-7, Format IV-8 dan Format IV-
9 serta melampirkan dokumen pertanggungjawaban. Mekanisme
pemanfaatan bantuan (Ilustrasi besaran bantuan PKRS sebesar
Rp.15.000.000,-)

1. Alternatif 1 Pemanfaatan bantuan dalam 2 tahap dibedakan


berdasarkan penggunaan dana untuk pembelian bahan bangunan
dan pembayaran upah kerja.
a. Tahap 1 Bahan Bangunan dan Tahap 1 Upah Kerja
1) penerima bantuan menyusun DRPB Tahap 1 untuk pembelian
bahan bangunan sebesar Rp.6.250.000,- dan Tahap 1 untuk
pembayaran upah kerja sebesar Rp.1.250.000,
2) penerima bantuan menerima bahan bangunan tahap 1 senilai
Rp.6.250.000,- sesuai DRPB tahap 1
3) pemindahbukuan dari penerima bantuan ke toko/penyedia
bahan bangunan Tahap 1 sebesar Rp.6.250.000,-
4) pelaksanaan konstruksi mencapai paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dan mempertanggungjawabkan dana sebesar
Rp.6.250.000,- untuk bahan bangunan tahap 1
5) setelah progres fisik mencapai paling sedikit 30%, dilakukan
penarikan dana dari tabungan penerima bantuan sebesar
Rp.1.250.000,-
6) pembayaran upah kerja tahap 1 kepada tukang/pekerja
sebesar Rp.1.250.000,- 7) penyusunan Laporan Penggunaan

Pengawasan dan Pengendalian 21


Dana (LPD) Tahap 1 sebesar Rp.7.500.000,-

b. Tahap 2 Bahan Bangunan dan Tahap 2 Upah Kerja


1) penerima bantuan menyusun DRPB tahap 2 untuk pembelian
bahan bangunan sebesar Rp.6.250.000,- dan tahap 2 untuk
pembayaran upah kerja sebesar Rp.1.250.000,-
2) penerima bantuan menerima bahan bangunan senilai
Rp.6.250.000,- sesuai DRPB tahap 2
3) pemindahbukuan dari penerima bantuan ke toko/penyedia
bahan bangunan Tahap 2 sebesar Rp.6.250.000,-
4) pelaksanaan konstruksi mencapai 100% (seratus persen) dan
mempertanggungjawabkan dana sebesar Rp.6.250.000,- untuk
bahan bangunan tahap 2
5) setelah progres fisik mencapai 100%, dilakukan penarikan
dana dari tabungan penerima bantuan sebesar Rp.1.250.000,-
6) pembayaran upah kerja tahap 2 kepada tukang/pekerja
sebesar Rp.1.250.000,- 7) penyusunan Laporan Penggunaan
Dana (LPD) Tahap 2 sebesar Rp.7.500.000,-

2. Alternatif 2 Pemanfaatan bantuan dalam 2 tahap berdasarkan


besaran penggunaan dana. a. Tahap 1
1) penerima bantuan menyusun DPRB Tahap 1 sebesar
Rp.7.500.000,- untuk pembelian bahan bangunan
2) penerima bantuan menerima bahan bangunan senilai
Rp.7.500.000,- sesuai DRPB tahap 1
3) pemindahbukuan dari penerima bantuan ke toko/penyedia
bahan bangunan Tahap 1 sebesar Rp. 7.500.000,-
4) pelaksanaan konstruksi mencapai paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dan membuat laporan penggunaan dana tahap
1 senilai Rp. 7.500.000,- b. Tahap 2
5) penerima bantuan menyusun DPRB Tahap 2 sebesar Rp.
7.500.000,- untuk pembelian bahan bangunan senilai

Pengawasan dan Pengendalian 22


Rp.5.000.000,- dan pembayaran upah kerja senilai
Rp.2.500.000,-
6) pemindahbukuan dari penerima bantuan ke toko/penyedia
bahan bangunan Tahap 1 sebesar Rp. 5.000.000,-
7) penarikan tunai untuk upah kerja Tahap 1 dan Tahap 2
sebesar Rp. 2.500,000,- 4) Pelaksanaan konstruksi telah
mencapai 100 % (seratus persen) maka membuat laporan
penggunaan dana tahap 2 senilai Rp. 7.500.000,-

3. Alternatif 3
Pemanfaatan bantuan dalam 2 tahap berdasarkan besaran dan
penggunaan dana.
a. Tahap 1
1) penerima bantuan menyusun DPRB Tahap 1 sebesar
Rp.7.500.000,- untuk pembelian bahan bangunan senilai
Rp.6.250.000,- dan pembayaran upah kerja senilai
Rp.1.250.000,-
2) penerima bantuan menerima bahan bangunan tahap 1
senilai Rp.6.250.000,- sesuai DRPB tahap 1
3) pemindahbukuan dari penerima bantuan ke toko/penyedia
bahan bangunan Tahap 1 sebesar Rp.6.250.000,- dan
penarikan tunai dari tabungan penerima bantuan sebesar
Rp.1.250.000,- untuk pembayaran upah kerja tahap 1
4) pelaksanaan konstruksi mencapai paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dan mempertanggungjawabkan dana
sebesar Rp.6.250.000,- untuk bahan bangunan tahap 1
5) pembayaran upah kerja tahap 1 kepada tukang/pekerja
sebesar Rp.1.250.000,- 6) penyusunan Laporan
Penggunaan Dana (LPD) Tahap 1 sebesar Rp.7.500.000,-
b. Tahap 2
1) penerima bantuan menyusun DPRB Tahap 2 sebesar
Rp.7.500.000,- untuk pembelian bahan bangunan senilai

Pengawasan dan Pengendalian 23


Rp.6.250.000,- dan pembayaran upah kerja senilai
Rp.1.250.000,-
2) penerima bantuan menerima bahan bangunan tahap 2
senilai Rp.6.250.000,- sesuai DRPB tahap 2
3) pemindahbukuan dari penerima bantuan ke toko/penyedia
bahan bangunan Tahap 2 sebesar Rp.6.250.000,- dan
penarikan tunai dari tabungan penerima bantuan sebesar
Rp.1.250.000,- untuk pembayaran upah kerja tahap 2
4) pelaksanaan konstruksi mencapai 100% (seratus persen)
dan mempertanggungjawabkan dana sebesar
Rp.6.250.000,- untuk bahan bangunan tahap 2
5) pembayaran upah kerja tahap 2 kepada tukang/pekerja
sebesar Rp.1.250.000,-
6) penyusunan Laporan Penggunaan Dana (LPD) Tahap 2
sebesar Rp.7.500.000,-

Pengawasan dan Pengendalian 24


Gambar 2.1 Bagan Alir Kegiatan BSPS Dalam Bentuk Uang

Pemindah Bukuan ke Toko


/Penyalur Bahan Bangunan Tahap 1

Tidak
Termanfaatkan

Tidak
Termanfaatkan

Pemindah Bukuan ke Toko


/Penyalur Bahan Bangunan Tahap 2

Pengawasan dan Pengendalian 25


2.2. PELAKU KEGIATAN BSPS BENTUK UANG

1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mempunyai
lingkup pengaturan , (Bab I Pasal 3 Permen PUPR No.7 Tahun 2018)
Lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi:
a. bentuk BSPS
b. jenis kegiatan dan besaran BSPS
c. penerima BSPS
d. penyelenggaraan BSPS dan
e. pengawasan dan pengendalian.

2. Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan


Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (PUPR) dibantu oleh Direktur Rumah Swadaya
dan/atau Pejabat Tinggi Madya terkait, mempunyai tugas :
a. Melakukan pembinaan penyelenggaraan BSPS,
b. Memberikan persetujuan tahapan pemanfaatan BSPS
c. Melakukan pemantauan dan evaluasi.

3. Pemerintah Provinsi
Pemerintah provinsi dibantu oleh Tim Koordinasi Provinsi, mempunyai tugas :
a. Melakukan sosialisasi kebijakan,
b. Mengevaluasi usulan pemerintah kabupaten/kota berkoordinasi dengan
Pokja PKP Provinsi,
c. Melakukan pembinaan kepada pemerintah kabupaten/kota,
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi

Tim Koordinasi Provinsi terdiri atas unsur:


a. SKPD yang menangani bidang perumahan
b. SKPD yang menangani bidang pemberdayaan
c. SKPD yang menangani bidang perencanaan pembangunan

4. Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah kabupaten/kota dibantu oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota,

Pengawasan dan Pengendalian 26


bertugas:
a. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat
b. Melakukan seleksi calon penerima BSPS
c. Memverifikasi proposal dari calon penerima BSPS
d. Melakukan pembinaan dan pendampingan masyarakat
e. Melakukan pengawasan dan pengendalian
f. Melakukan pemantauan dan evaluasi

Tim Teknis Kabupaten/Kota terdiri atas unsur:


a. SKPD yang menangani bidang perumahan
b. SKPD yang menangani bidang pemberdayaan
c. SKPD yang menangani bidang perencanaan pembangunan
d. Camat di lokasi BSPS
e. Kepala Desa / Lurah
Kepala Desa/Lurah, mempunyai tugas:
a. Melakukan sosialisasi, penyuluhan, dan pemberdayaan masyarakat
b. Mengetahui atau mengesahkan hasil seleksi calon penerima BSPS
c. Memfasilitasi penyiapan kelengkapan administrasi calon penerima BSPS
d. Menetapkan Kelompok Penerima Bantuan (KPB)

5. KPA/Kepala Satker
KPA/Kepala Satker adalah Kepala Satker penyelenggara BSPS baik di Pusat
maupun Provinsi, dibantu oleh pihak ketiga, mempunyai tugas :
a. Menyusun petunjuk teknis penyaluran
b. Mengesahkan SK penetapan penerima BSPS
c. Menetapkan Tim Koordinasi provinsi dan Tim Teknis kabupaten/kota
d. Melakukan pembinaan pelaksanaan BSPS.

6. PPK
PPK adalah PPK penyelenggara BSPS di Pusat atau PPK Provinsi yang
dibantu oleh pihak ketiga, mempunyai tugas :
a. Melakukan seleksi calon penerima bantuan
b. Menetapkan penerima BSPS

Pengawasan dan Pengendalian 27


c. Menyalurkan bantuan
d. Melakukan perikatan dengan penerima BSPS dan/atau pihak ketiga
(antara lain bank/pos penyalur, penyedia barang/jasa)
e. Melakukan Pengawasan dan pengendalian
f. Melakukan tindak turun tangan.

7. Koordinator Fasilitator (Korfas)


Koordinator Fasilitator berkedudukan di Kabupaten/Kota mempunyai tugas
membantu PPK dalam :
a. Melakukan koordinasi dan pembinaan kepada Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL)
b. Mengendalikan pelaksanaan BSPS
c. Mengendalikan pengusulan proposal BSPS dan DRPB2
d. Menghimpun, memeriksa, dan menyampaikan laporan dari TFL kepada
PPK melalui konsultan manajemen
e. Mengelola sistem informasi manajemen BSPS tingkat kabupaten/kota
f. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat dan melakukan tindak turun
tangan sesuai kewenangan

8. Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)


TFL mempunyai tugas:
a. Melakukan sosialisasi, penyuluhan, dan pembekalan masyarakat
b. Melakukan seleksi calon penerima BSPS
c. Mendampingi calon penerima BSPS dalam penyusunan dan pengajuan
proposal
d. Mendampingi penerima BSPS dalam pemanfaatan bantuan
e. Mendampingi penerima BSPS dalam penyusunan laporan
pertanggungjawaban
f. Menyusun laporan kegiatan

9. Kelompok Penerima Bantuan (KPB)


KPB merupakan himpunan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
sebagai penerima BSPS dengan keanggotaan maksimal 20 Penerima

Pengawasan dan Pengendalian 28


Bantuan (PB). Mempunyai struktur organisasi (i) Ketua merangkap anggota
(ii) sekretaris merangkap anggota (iii) bendahara merangkap anggota dan
(iv) anggota. Keanggotaan dan struktur organisasi KPB disahkan oleh Lurah
atau Kepala Desa.

Kelompok Penerima Bantuan (KPB) mempunyai tugas :


a. Membuat Gambar Kerja dan Rencana Anggaran Biaya yang didampingi
Fasilitator masyarakat;
b. Menyepakati tata cara pengadaan bahan bangunan;
c. Mengikuti kegiatan pemberdayaan BSPS, sejak dari tahapan sosialisasi
pelaksanaan BSPS, rembug warga dalam rangka validasi hasil klarifikasi,
pembentukan KPB, penguatan kelompok dan reviu Gambar Kerja dan
Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB), Penarikan Dana dan
Persiapan Pelaksanaan Konstruksi Tahap 1, dan Penarikan Dana dan
Persiapan Konstruksi Tahap 2 dalam pelaksanaan kegiatan BSPS.
d. Mengikuti dan mematuhi aturan pelaksanaan dan pemberdayaan BSPS
sesuai dengan hasil musyawarah warga;
e. Menyelesaikan pelaksanaan pembangunan baru atau peningkatan
kualitas rumah sesuai dengan GK dan jadwal yang ditetapkan dengan
didampingi oleh fasilitator/TFL;
f. Meningkatkan keswadayaan bersama anggota KPB dan menyiapkan
sumber daya dan dana pendamping/tambahan dalam rangka
melengkapi bantuan yang diterimanya;
g. Melakukan penarikan dana secara berkelompok yang didampingi oleh
fasilitator;
h. Membuat laporan setiap tahapan.
i. Menyusun notulensi dan berita acara hasil musyawarah bersama
anggota KPB.

Dalam melaksanakan tugasnya KPB mendapatkan bimbingan dari TFL,


Lurah atau Kepala Desa.

Pengawasan dan Pengendalian 29


10. Penerima Bantuan
Penerima Bantuan, mempunyai tugas :
a. Mengikuti sosialisasi, penyuluhan, dan pembekalan dalam pelaksanaan
BSPS
b. Membentuk kelompok penerima bantuan (KPB), dengan ketentuan
jumlah anggota KPB paling banyak 20 (dua puluh) orang termasuk
Ketua dan Sekretaris
c. Menyusun dan mengajukan proposal
d. Memanfaatkan bantuan sesuai dengan rencana yang disepakati
e. Bertanggung jawab terhadap pemanfaatan bantuan
f. Menyusun laporan pertanggungjawaban

11. Toko/Penyedia Bahan Bangunan


Toko/Penyedia Bahan Bangunan, mempunyai tugas :

a. Menyediakan dan mengirim bahan bangunan sesuai kontrak


b. Mengadministrasikan dan menyampaikan dokumen pembelian dan
pengiriman bahan bangunan kepada penerima BSPS
c. Menyetorkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

12. Bank/Pos Penyalur


Bank/Pos Penyalur, mempunyai tugas:
a. Membuat rekening dan menyalurkan bantuan dalam bentuk uang
kepada penerima BSPS sesuai SK PPK
b. Melayani penerima BSPS dalam pemanfaatan bantuan
c. Menyusun laporan penyaluran BSPS berbentuk uang

2.3. LOKASI, BESARAN NILAI DAN ALOKASI

Usulan lokasi BSPS ditujukan kepada Menteri c.g. Direktur Jenderal yang
dilakukan oleh bupati/walikota dengan tembusan gubernur. Usulan lokasi
BSPS meliputi nama desa/kelurahan yang dilengkapi dengan data:
a. jumlah Rumah tidak layak huni, dan

Pengawasan dan Pengendalian 30


b. jumlah kebutuhan kekurangan Rumah Swadaya. Usulan lokasi BSPS
yang dilakukan oleh bupati/walikota dilakukan verifikasi oleh
pemerintah daerah provinsi.

Dalam hal pemerintah daerah provinsi tidak melakukan verifikasi, Direktorat


Jenderal Penyediaan Perumahan melakukan verifikasi. Berdasarkan hasil
verifikasi dilakukan penetapan lokasi BSPS. Lokasi BSPS untuk daerah
kabupaten/kota ditetapkan oleh Menteri. Lokasi BSPS untuk desa/kelurahan
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

BSPS berbentuk uang digunakan untuk membeli bahan bangunan dan


membayar upah kerja. Besaran nilai BSPS untuk jenis kegiatan ditetapkan
oleh Menteri.

Alokasi unit rumah per desa ditetapkan oleh Direktur Rumah Swadaya.

2.4. SUMBER DANA

Dana BSPS berasal dari bantuan pemerintah melalui APBN dan National
Affordable Housing Program (NAHP)-World Bank Loan.

Pengawasan dan Pengendalian 31


BAB 3- METODOLOGI

3.1. PENGERTIAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


George R Terry mengemukakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas:
Planning, Organizing, Actuating dan Controling disingkat POAC.
Controlling dibahasa Indonesiakan menjadi Pengawasan atau
Pengendalian. Perbedaan mendasar antara Pengawasan dan
Pengendalian adalah :

1. Pengawasan dapat dilakukan secara periodik (berkala) sedangkan


2. Pengendalian harus dilakukan setiap saat.

Di dalam Permen PUPR No 07 tahun 2018 tentang PUPR dinyatakan bahwa:

1. Pengawasan dilakukan untuk mengamati, mengidentifikasi serta


mengantisipasi permasalahan untuk pencapaian sasaran kegiatan BSPS
(pasal 28)
2. Pengendalian dilakukan untuk menjamin kesesuaian antara rencana
dengan realisasi pelaksanaan kegiatan BSPS.(pasal 29).

Untuk melengkapi pengertian diatas, George R. Terry (Sukarna, 2011:110)1


mengemukakan bahwa Controling, adalah:

“Controlling can be defined as the process of determining what is to


accomplished, that is the standard, what is being accomplished. That is the
performance, evaluating the performance, and if the necessary applying
corrective measure so that performance takes place according to plans, that
is conformity with the standard.”

(“Pengawasan dan Pengendalian dapat dirumuskan sebagai proses


penentuan apa yang harus dicapai yaitu standard, apa yang sedang
dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilamana perlu
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan
rencana, yaitu selaras dengan standard ).

Definisi lain tentang Pengawasan dan Pengendalian antara lain adalah:

1. Pengawasan dan Pengendalian adalah proses dalam menetapkan


ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung

1
https://www.hestanto.web.id/teori-manajemen-menurut-george-r-terry

Pengawasan dan Pengendalian 32


pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah
ditetapkan tersebut. (Schermerhorn, 2002)2

2. Pengawasan dan Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa


segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah
direncanakan . (Stoner,Freeman,&Gilbert,1995)

Terry (Sukarna, 2011: 116), mengemukakan proses Pengawasan dan


Pengendalian sebagai berikut, yaitu:

1. Determining the standard or basis for control (menentukan standard


atau dasar bagi wasdal)
2. Measuring the performance (ukuran pelaksanaan)
3. Comparing performance with the standard and ascerting the difference,
it any (bandingkan pelaksanaan dengan standard dan temukan jika ada
perbedaan)
4. Correcting the deviation by means of remedial action (perbaiki penyim
pangan dengan cara-cara tindakan yang tepat).

Bagan Alir Proses Pengawasan dan Pengendalian dapat dilihat pada


Gambar 3.1

Gambar 3.1 Bagan Alir Proses Wasdal


Umpan Balik

Pengambilan
Apakah Kinerja Tindakan Koreksi
Penentuan
Penilaian yang dicapai Tidak dan Melakukan
Standard dan evaluasi ulang
Metode sesuai dengan
Kinerja atas Standar
Penilaian Standar ?
yang telah
Kinerja ditetapkan

Ya

Tujuan Tercapai

2
shanti.staff.uns.ac.id/files/2016/04/pengawasan-pengendalian-organisasi.ppt

Pengawasan dan Pengendalian 33


Menurut G. R. Terry dalam Sukama (1992, hal. 116) proses Pengawasan dan
Pengendalian terbagi atas 4 tahapan, yaitu:

Menentukan standar dan rencana pengukuran sebagai dasar pengukuran


1. Mengukur pelaksanaan
2. Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan temukanlah perbedaan jika
ada.
3. Memperbaiki penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang tepat.

3.2. PENGERTIAN BERJENJANG


Pengawasan dan Pengendalian berjenjang mengandung arti bahwa
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh setiap tingkatan pelaku
terhadap tingkatan pelaku di bawahnya.

Jenjang tingkatan pelaku yang dimaksud adalah:


1. Subdit Pelaksanaan Bantuan Swadaya
2. Kepala Satuan Kerja (Ka Satker)
3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
4. Tim Koordinasi Provinsi
5. Tim Teknis Kabupaten/Kota
6. Koordinator Fasilitator (Korfas)
7. Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)

3.3. PENDEKATAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


Dalam melakukan kegiatan pengawasan dan pengendalian kegiatan BSPS
para pelaku harus memperhatikan pendekatan-pendekatan di dalam
kegiatan BSPS sebagai berikut:

Pengawasan dan Pengendalian 34


1. Pendekatan Sistem kegiatan BSPS

Gambar 3.2. Pendekatan Sistem Kegiatan BSPS

OUTPUT

INPUT PROSES
- Kebijakanaan
- Dana Stimulan PENYE Rumah Layak Huni (RLH)
- Keswadayaan -Tepat Waktu
LENGGARAAN
- Bantuan Teknis -Tepat Sasaran
- Penerima Bantuan BSPS -Tepat Mutu
- Bank Penyalur -Terhuni
- Toko/Penyedia BB
- Lain lain

Umpan Balik

Dalam mengawasi kegiatan BSPS pelaku Pengawasan dan Pengendalian


harus memperhatikan bahwa kegiatan BSPS sebagai suatu system yang
memiliki unsur-unsur input, process, output dan feedback (umpan balik)
seperti tercantum dalam Gambar 3.2. Peran wasdal dan pengendalian besar
pengaruhnya dalam tahapan feedback terhadap input (masukan) dan
proses, sehingga diharapkan dengan adanya feedback dapat dihasilkan
output (keluaran) dan yang ditetapkan dalam tujuan.

2. Pendekatan Proses Kegiatan BSPS

Dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan BSPS pelaku Pengawasan dan


Pengendalian harus memperhatikan mekanisme dan prosedur kegiatan
yang berlaku seperti tercantum dalam Gambar 2.1 Bagan Alir Kegiatan
BSPS Dalam Bentuk Uang.

3. Pendekatan Pelaku Kegiatan BSPS

Dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan BSPS pelaku Pengawasan dan


Pengendalian harus memperhatikan kinerja dari para pelaku seperti yang
tercantum pada struktur organisasi seperti tercantum di dalam Gambar
1.1 Organisasi Penyelenggara BSPS, terkait dengan indikator pelaku pada
peran, tugas dan fungsi dari para pelaku kegiatan BSPS.

Pengawasan dan Pengendalian 35


4. Pendekatan Pemberdayaan

Dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan BSPS pelaku Pengawasan dan


Pengendalian harus memperhatikan ketepatan sasaran penerima bantuan
yaitu MBR penerima bantuan yang berperan sebagai pelaku utama
pembangunan. Fasilitasi pemerintah berupa bantuan uang dan bantuan
teknis berfungsi untuk mengungkit kemampuan penerima bantuan. Dengan
proses pemberdayaan diharapkan MBR penerima bantuan mampu untuk
mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sendiri
pelaksanaan pembangunan rumahnya.

5. Pendekatan Mutu Teknis

Dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan BSPS pelaku Pengawasan dan


Pengendalian harus memperhatikan mutu teknis bangunan terkait dengan
keselamatan, kesehatan dan kecukupan luas serta keterhuniannya setelah
proses pembangunan selesai.

6. Pendekatan Jadwal Waktu

Dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan BSPS pelaku Pengawasan dan


Pengendalian juga harus memperhatikan ketepatan waktu. Pelaksanaan
kegiatan BSPS harus sudah selesai sebelum kontrak kerja TFL, kontrak
kerja Korfas, kontrak kerja Konsultan Manajemen berakhir serta sebelum
masa akhir tahun anggaran tutup. Semua jadwal kontrak harus sudah
diadopsi di jadwal RKTL dan kurva S nya. Untuk jadwal kontrak berbeda
dapat mempunyai jadwal RKTL yang berbeda pula.

3.4. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM

Sesuai dengan tujuan program BSPS, maka sasaran indikator program


adalah:

1. Tepat Sasaran
2. Tepat Manfaat
3. Tepat Prosedur
4. Tepat Mutu
5. Tepat Waktu
6. Akuntabel

Pengawasan dan Pengendalian 36


3.5. PELAKU INDIKATOR KINERJA
Sesuai dengan peran, tugas dan fungsi (Bab VI Pasal 28-29 Permen PUPR
Tahun 2018) untuk kegiatan pengawasan dan pengendalian pelaku
kegiatan BSPS, maka indicator kinerja dari pelaku kegiatan BSPS pada
masing-masing jenjang dapat terbagi atas:

1. Variabel Indikator Kinerja Satker, PPK, Tim Koordinasi


Provinsi dan Tim Teknis Kab/Kota

Tabel 3.1. Variabel Wasdal Satker, PPK, TK Prov dan TT Kab/Kota


TK TT
No Variabel Wasdal Satker PPK Standar Keterangan
Provinsi Kab/Kota
1 SK Lokasi V - - -

Tahap 1

Tahap 2 SK ALOKASI
Dirjen PP
Tahap 3

Tahap 4

2 SK Penetapan V SK ALOKASI
Alokasi Dirjen PP
3 SK Penetapan V SK ALOKASI
Besaran Nilai BSPS Dirjen PP
5 Petunjuk Teknis V SE Dirjen PP
Penyaluran BSPS No.7 2018
6 Alokasi Hasil V V V V SK PB
Verifikasi Penetapan
PPK
7 Penyusunan V V V V Jml Hasil
Proposal Verifikasi
8 Penetapan V V V V SK ALOKASI
Penerima Bantuan Dirjen PP
9 Kesesuaian SK V V V V Sesuai
Alokasi dengan SK SK ALOKASI
Penetapan Penerima Dirjen PP
Bantuan
10 Pencairan dari V V V V Sesuai Jml
KPPN ke Bank SK PB
11 Penyaluran Dana ke V V V V Sesuai Jml
Rekening PB SK PB
12 Penyerahan Buku V V V V Sesuai Jml
Tabungan SK PB
13 Transfer keToko V V V V Sesuai Jml
Bahan Bangunan SK PB
14 Kendala Pencairan & V V V V Dicatat di
Penyaluran Kolom
Keterangan

Pengawasan dan Pengendalian 37


TK TT
No Variabel Wasdal Satker PPK Standar Keterangan
Provinsi Kab/Kota
15 Pengiriman Bahan V V V V Sesuai Jml
Bangunan t-1 SK PB
16 Pengiriman Bahan V V V V Sesuai Jml
Bangunan t-2 SK PB
17 Pelaks. V V V V Sesuai Jml
Pembangunan SK PB
Progr 0%
18 Pelaks. V V V V Sesuai Jml
Pembangunan Prog SK PB
30%
19 Laporan Penggunaan V V V V Sesuai Jml
Dana-1 SK PB
20 Pelaks. V V V V Sesuai Jml
Pembangunan SK PB
Prog100%
21 Laporan V V V V Sesuai Jml
Penggunaan Dana- SK PB
2
22 Kendala Pelaks. V V V V Dicatat di
Pembangunan Kolom
Keterangan
23 SK Tim Koordinasi V V V V Setelah SK
Provinsi Alokasi Dirjen
PP
23 Unsur Tim V V V V Setelah SK
Kordinasi Alokasi Dirjen
PP
24 Jumlah Personil V V V V Setelah SK
Alokasi Dirjen
PP
25 Penyampaian SK Ke V V V V Setelah SK
anggota Tim Alokasi Dirjen
PP
26 Keterlibatan TK V V V V Terlibat
Prov dalam keg.
27 Jumlah Kab/kota V V V Sejumlah
Kab/Kota
28 Kontrak Konsultan V V Kontrak kerja
Manajemen dengan PPK
29 Ketua Tim keg. nya V V Sesuai KAK
sesuai KAK ?
30 Komposisi TA V V Sesuai KAK
31 TA keg nya sesuai V V Sesuai KAK
KAK
32 Kontrak Kons Manaj V V SPK PPK
Individuil
33 Kompoisisi TA V V Sesuai KAK
34 Pelaporan KM V V V Sesuai KAK
(W/Pr//I) ke PPK
35 SK TT kab/Kota V V V V Setelah SK
Alokasi Dirjen
PP

Pengawasan dan Pengendalian 38


TK TT
No Variabel Wasdal Satker PPK Standar Keterangan
Provinsi Kab/Kota
36 Jumlah Kec dan V V V V Sesuai JML
Desa SK Penetapan
37 Komposisi Tim V V V V Setelah SK
Teknis Kab/Kota Alokasi Dirjen
PP
38 Penyampaian SK ke V V V V Setelah SK
anggota TT Alokasi Dirjen
PP
39 Keterlibatan TT V V V V Terlibat
dalam keg BSPS

2. Variabel Kinerja Bank Penyalur

Tabel 3.2 Variabel Indikator Kinerja Korfas dan TFL

No Variabel Wasdal Bank Penyalur Standar Keterangan

1 Data Bank / Pos Penyalur Sesuai SPK


(Nama) V PPk
2 Data Wilayah (Data Sesuai SPK
Provinsi, Kabupaten, V PPk
Kecamatan)
3 Data Cabang, KCP, Sesuai SPK
Kastor Kas, Unit V PPk
Pelayanan BSPS
4 Jumlah Nasabah Sesuai SPK
Bank/Penyalur V PPk
5 Pengalaman Penyaluran Pengalaman
BSPS V
6 Jumlah Personil Sesuai
Pelayanan BSPS V Kebutuhan
7 Lokasi Penerima BSPS Sesuai SK
yang dilayani V Penetapan PB
8 Jumlah Penerima BSPS Sesuai SK
yang dilayani V Penetapan PB
9 Kontrak dengan Sesuai SK
Satker/PPK V Penetapan PB
10 Pembukaan Rekening Sesuai SK
Satker V Penetapan PB
11 SK Penerima Bantuan Sesuai SK
yang sudah diterima V Penetapan PB
12 Tanggal Penerimaan SK Sesuai SK
(PPK) Penerima Bantuan V Penetapan PB
13 Pembukaan Rekening Sesuai SK
Penerima Bantuan V Penetapan PB
14 Penyerahan Buku Sesuai SK
Tabungan V Penetapan PB

Pengawasan dan Pengendalian 39


No Variabel Wasdal Bank Penyalur Standar Keterangan

15 Biaya Administrasi Sesuai Aturan


Pembukaan dan V Bank dan
Penutupan Buku PMK
Rekening
16 Pencairan Dana BSPS Sesuai SK
V Penetapan PB
17 Penerimaan SPPn dari Sesuai SK
PPK V Penetapan PB
18 Penyaluran Dana dari Sesuai SK
Rekening Giro Satker ke V Penetapan PB
Rekening Penerima
19 Waktu Penyaluran Dana Sesuai SK
ke Rekening PB sejak V Penetapan PB
terbitnya SP2D
20 Transfer Dana Ke Sesuai SK
Rekening Toko V Penetapan PB
21 Data Penerima Bantuan Sesuai SK
Fasilitas Pelaporan V Penetapan PB
Online
22 Laporan Penyaluran Sesuai SK
BSPS ke PPK (hard dan V Penetapan PB
softcopy)
23 Penyetoran dana BSPS Juknis BSPS
yang tidak tersalurkan di V SE Dirjen PP
rekening Giro No. 7 2018
23 Pengembalian Dana Juknis BSPS
BSPS yang tidak ditarik V SE Dirjen PP
oleh Penerima Bantuan No. 7 2018
Jumlah

3. Variabel Kinerja Korfas dan TFL

Variabel Kinerja Korfas dan TFL dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Indikator Kinerja Korfas dan TFL


No Variabel Wasdal Korfas TFL Standar Keterangan
1 Data Kontak Person V V SPK PPK
2 Data Wilayah Kerja V V SPK PPK
3 Data Personil V V SPK PPK
4 Berpengalaman dalam V V Sertifikasi dan
Program BSPS Srt Rekomendasi
5 Pengalaman dalam V V Sertifikasi dan
Pekerjaan Srt Rekomendasi
6 Surat Perintah Kerja V V Sesuai
7 Jangka Waktu Kontrak V V SPK PPK

Pengawasan dan Pengendalian 40


No Variabel Wasdal Korfas TFL Standar Keterangan
8 Jumlah Personil yang V V Juknis BSPS
dikoordinir
9 Mengikuti Pelatihan BSPS V V Sertifikasi dan
Srt Rekomendasi
10 Keterlibatan dalam V V Terlibat
Pelaksanaan BSPS
1.Sosialisasi Tingkat V V Terlibat
Desa/Kel
2.Verifikasi CPB V V Terlibat
3.Pembentukan KPB V V Terlibat
4.Survei Toko Bahan V V Terlibat
Bangunan
5.Pemilihan Toko V V Tidak terlibat
Bahan Bangunan
6.Verifikasi Proposal V V Terlibat
7.Pembukaan Rekening PB V V Terlibat
8.Kontrak Toko Bahan V V Terlibat
Bangunan
9.Rembug Warga V V Terlibat
10.Pemesanan Bahan V V Terlibat
Bangunan
11.Pemeriksaan BB yang V V Terlibat
diterima PB
12. Transfer dana Ke Toko V V Terlibat
BB
13.Pelaksanaan V V Terlibat
Pembangunan Fisik
14.Penarikan Dana Upah V V Terlibat
Kerja
15.Penyusunan Laporan V V Terlibat
Penggunaan
Dana
16.Kendala dan Per V V Tercatat dlm
masalahan Pelaporan
Pendampingan
Masyarakat
11 Koordinasi dan PeLaporan V V RKTL
a. PPK V V RKTL
b. Tim TeknisKab/Kota V V RKTL
c. Aparat Desa V V RKTL
d. Bank /Pos Penyalur V V RKTL
e.KMProv/KMW V V RKTL
f. Koordinator Fasilitator V V RKTL
Kab/kota
g. TFL V V RKTL
h. KPB V V RKTL
12 Laporan yang telah di Serah V V Sesuai Jadwal
kan Korfas
a. Buku Kerja Bulan 1 V V Sesuai Jadwal
b. Buku Kerja Bulan ke-2 V V Sesuai Jadwal
c.Buku Kerja Bulan Ke-3 V V Sesuai Jadwal
d. Buku Kerja Bulan Ke-4 V V Sesuai Jadwal

Pengawasan dan Pengendalian 41


No Variabel Wasdal Korfas TFL Standar Keterangan
e.Buku Kerja Bulan Ke-5 V V Sesuai Jadwal
f.Buku Kerja Bulan Ke-6 V V Sesuai Jadwal
13 Upload Foto Progres ke V V Sesuai Jadwal
Aplikasi Sirus
a. 30% V V Sesuai Jadwal
b. 100% V V Sesuai Jadwal

4. Variabel Indikator Toko/Penyalur Bahan Bangunan

Tabel. 3.4 Variabel Indikator Kinerja Toko/ Penyalur Bahan Bangunan

No Variabel Wasdal Toko/ Penyalur Standar Keterangan


Bahan Bangunan
Juknis BSPS SE
1 Data Toko / Penyalur Bahan V Dirjen PP No. 7
Bangunan (Nama, Lokasi) 2018
2 Data Pemilik toko (Nama, HP) SPK antara
V Toko dan
KPB/PB
3 Dokumen Legalitas Usaha
1. SIUP
2. SITU V Juknis BSPS SE
3. TDP Dirjen PP No. 7
4. Akta Pendirian 2018
5. NPWP
4 Data Rekening Toko V SPK antara
(Pribadi/Nama Toko) Toko dan
KPB/PB
5 Pembukaan Bank Rekening SPK antara
Toko V Toko dan
KPB/PB
6 Jenis V SPK antara
Rekening(Giro/Tabungan) Toko dan
KPB/PB
7 Jumlah PB/KPB yang dilayani SPK antara
V Toko dan
KPB/PB
8 Sarana angkutan Toko SPK antara
V Toko dan
KPB/PB
9 Lokasi PB Yang Dilayani SPK antara
(Nama Desa/Kel) V Toko dan
KPB/PB
10 Jarak Tempuh (dekat <3km, SPK antara
jauh >km) V Toko dan
KPB/PB
11 Kondisi Akses (mudah/sulit SPK antara
dijangkau) V Toko dan
KPB/PB

Pengawasan dan Pengendalian 42


No Variabel Wasdal Toko/ Penyalur Standar Keterangan
Bahan Bangunan
12 Proses Pemilihan Toko BB
(Mengajukanpenawaran/Pemi V Rembug Warga
lihan oleh KPB/Penunjukan
Langsung)
13 Survei harga bahan bangunan Juknis BSPS SE
(ada/tidak ada) tanggal V Dirjen PP No. 7
dilakukan oleh dan tanggal 2018
survey.
14 Penetapan Harga Bahan
bangunan (Harga standar
Kab/Kota, standar Toko, V SPK antara
harga hasil negosiasi) Toko dan
1. miliktoko/jenis/jumlah unit KPB/PB
2. sewa : jenis/jumlah unit

15 Kontrak Pembelian bahan


bangunan V SPK antara
1. Ada, tanggal: .. Toko dan
2. Tidak ada KPB/PB
16 Ketersediaan bahan
bangunan V SPK antara
1. Material fabrikasi (ada/tidak Toko dan
ada) KPB/PB
2. Material lokasi (ada/tidak
ada)

Pengawasan dan Pengendalian 43


No Variabel Wasdal Toko/ Penyalur Standar Keterangan
Bahan Bangunan
17 KPB/di lokasi terdekat rumah
PB/lainnya…)
1. Pembayaran ke rekening
toko (belum/sudah,
tanggal ….)
2. Waktu transfer Penerimaan
DRPB dan Pengiriman
Bahan Bangunan
(tanggal terima DRPB /
jumlah DRPB yang
diterima)
1. Jumlah Penerima bahan
bangunan (tahap 1/tahap SPK antara
2) V Toko dan
2. Tanggal mulai KPB/PB
pengiriman (thp 1/thp
2)
3.Tanggal Selesai
pengiriman (thp 1/thp2)
3. Tujuan lokasi pengiriman
(ke masing-masing
rumah KPB/dikoordinir
kerekening toko (< 3
hari/ > 3 hari, sebutkan
…hari)
4. Kendala Pengiriman Bahan
bangunan oleh toko
(tidak ada/ada,
sebutkan)

5. Indikator Kinerja Penerima Bantuan

Tabel 3.5 Variabel Kinerja Penerima Bantuan (PB)

No Variabel Wasdal Penerima Standar Keterangan


Bantuan (PB)
1 Data lokasi (kab/kota, V SK ALokasi
kecamatan, desa/kel) Dirjen PP
2 Data PB (No NBA/Nama/Jenis V SK ALokasi
Kelamin/NIK/Usia) Dirjen PP
3 Data KPB V SK ALokasi
Dirjen PP
4 Data TFL V SPK PPK

5 Status Perkawinan V Proposal


(Nikah/Janda/Duda) Kegiatan
BSPS

Pengawasan dan Pengendalian 44


No Variabel Wasdal Penerima Standar Keterangan
Bantuan (PB)
6 Pekerjaan V Proposal
(Buruh/Pedagang/Lainnya) Kegiatan
BSPS
7 Penghasilan(tetap/tidaktetap, V Proposal
rata rata per bulan: Rp …) Kegiatan
BSPS
8 Jumlahtanggungan (….orang) V Proposal
Kegiatan
BSPS
9 Apakah pernah menerima V Proposal
Bantuan Perumahan (tidak Kegiatan
pernah/ pernah, sebutkan) BSPS
10 Kondisi eksisting 0%: status V Proposal
kepemilikan tanah Kegiatan
(sertifikat/tidak sertifikat BSPS

11 Fisik rumah: V
a) Luas Rumah”….m2
b) Jumlah penghuni: ….
Orang
c) Kerusakan komponen
structural
(pondasi/sloof/kolom,
balok/ rangka atap) atau
kondisi material
d) Kerusakan komponen Non
Struktural (penutup
atap/lanai/dinding /kusen
pintu & jendela), kondisi
material
e) Pencahayaan
(mencukupi/tidak Proposal
mencukupi) minimal 10% Kegiatan
dari luas lantai) BSPS
f) Penghawaan (ventilasi)
g)Ketersediaan MCK
(dalam/luar/tidak ada)
h) Sumber Air Bersih
(Ada/Tidak ada)
i) Jarak dari rumah ke
sumber air bersih (< 10
m ; > 10m)
j) Sumber penerangan
utama (listrik/penerangan
lainnya)
12 Pelaksanaan BSPS : Jenis V Proposal
kegiatan : PKRS/PBRS Kegiatan
BSPS
13 Besaran Nilai Bantuan Rp. V SK PPK
(17,5/35/70) Juta Penetapan PB
14 Besaran Upah Tukang Rp. V SK PPK
(2,5/5/20) Juta Penetapan PB

Pengawasan dan Pengendalian 45


No Variabel Wasdal Penerima Standar Keterangan
Bantuan (PB)
15 Total seluruh PKRS/PBRS Rp V SK PPK
………………. Juta Penetapan PB
16 Swadaya Penerima Bantuan V RAB
(Dana/Material/Tenaga),
Sumber swadaya:
k) Tabungan
l) pinjaman bank
m) pinjaman non bank
n) keluarga lainnya
17 Waktu Pelaksanaan V RKTL
(hari/bulan)
Pelaksanaan pembangunan
a) Gotong royong V DRPB
b) Upah tukang
Pekerjaan pembangunan fisik
(PKRS/PBRS)
a) Luas rumah
b) Komponen structural V SE No.7
(pondasi,sloof,kolom, Dirjen PP
ringbalk, rangka atap) Petunjuk
c) Komponen son struktrual Teknis BSPS
(penutup, lantai, dinding, 2018
kusen pintu jendela)
d) MCK (dalam rumah/luar
rumah)
Penyerahan buku tabungan V Sesuai
(belum /sudah) Jadwal
Bahan bangunan yang sudah V DRPB
diterima (thp 1/thp 2)
Kesesuaian antara yang V DRPB
diterima dengan DRPB
(sesuai/tidak sesuai)
Keterlambatan pengiriman V Sesuai
bahan bangunan oleh toko Jadwal
(ada/tidak ada)
Progres pembangunan fisik V SE No.7
(0/30/100) Dirjen PP
Petunjuk
Teknis BSPS
2018
Kendala pembangunan fisik V Laporan qs
(tidakada/ada, ……)

Pengawasan dan Pengendalian 46


BAB-4 PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

4.1. PERSIAPAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


Kegiatan yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan perencanaan
Pengawasan dan Pengendalian adalah penetapan standar pengukuran yang
akan digunakan.
1. Standar dan Rencana yang digunakan dalam Pengawasan dan
Pengendalian kegiatan BSPS adalah:
2. Peraturan Menteri PUPR No 7 tahun 2018 tentang BSPS
3. Peraturan Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan No 7 tahun 2018
tentang Petunjuk Teknis BSPS
4. SK Menteri PUPR tentang Besaran Nilai dan Lokasi Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya
5. SK Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan tentang Alokasi Jumlah
Unit Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
6. Kontrak Kerja Satuan Kerja dengan Bank/Pos Penyalur
7. Kontrak Kerja Satuan Kerja dengan Konsultan Manajemen
8. Kontrak Kerja Satuan Kerja dengan Koordinator Fasilitator
9. Kontrak Kerja Satuan Kerja dengan Tenaga Fasilitator Lapangan
10. Kontrak Kerja antara Penerima Bantuan dengan Toko Bahan
Bangunan.
11. Kurva S rencana kegiatan BSPS yang menjadi sasaran Pengawasan
dan Pengendalian
12. Buku Panduan Rumah Layak Huni Kementerian PUPR.

4.2. PERENCANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Kegiatan yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan pelaksanaan


Pengawasan dan Pengendalian adalah penyusunan rencana pengukuran
yang akan digunakan.

Rencana kegiatan Pengawasan dan Pengendalian antara lain adalah:


1. Penetapan target pelaku dan lokasi Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan dan Pengendalian 47


2. Mempelajari progres rencana dari pelaku dan lokasi rencana
3. Penetapan jadwal waktu Pengawasan dan Pengendalian
4. Penyiapan instrumen Pengawasan dan Pengendalian
5. Penyiapan administrasi dan keuangan pelaksanaan Pengawasan dan
Pengendalian

Instrumen Pengawasan dan Pengendalian yang dipersiapkan antara lain


terdiri atas :
1. Form Pengawasan dan Pengendalian Satker
2. Form Pengawasan dan Pengendalian PPK
3. Form Pengawasan dan Pengendalian Tim Koordinasi Provinsi
4. Form Pengawasan dan Pengendalian Tim Teknis Kabupaten/Kota
5. Form Pengawasan dan Pengendalian Bank Penyalur
6. Form Pengawasan dan Pengendalian Koordinator Fasilitator (Korfas)
7. Form Pengawasan dan Pengendalian Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
8. Form Pengawasan dan Pengendalian Toko Bahan Bangunan
9. Form Pengawasan dan Pengendalian Penerima Bantuan

Secara detail bentuk dan isi form Pengawasan dan Pengendalian tersebut di
atas dapat dilihat pada Lampiran

4.3. PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian biasa dilakukan terhadap


pelaku dan lokasi BSPS dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut:

1. Sasaran Pengawasan dan Pengendalian

Sasaran pelaku dan lokasi Pengawasan dan Pengendalian pada dasarnya


dilakukan terhadap semua lokasi kegiatan BSPS, namun di dalam
pelaksanaannya dapat diprioritaskan terhadap pelaku dari lokasi kegiatan
BSPS yang diketahui banyak masalah dan mempunyai progres kegiatan
yang rendah.

Pengawasan dan Pengendalian 48


2. Pelaku Pengawasan dan Pengendalian

Di dalam Pengawasan dan Pengendalian berjenjang ini pelaku Pengawasan


dan Pengendalian adalah pelaku yang memiliki jenjang di atasnya. Sebagai
contoh Satker melakukan Pengawasan dan Pengendalian terhadap pelaku
pelaku yang berada di bawahnya.

3. Jadwal Pengawasan dan Pengendalian

Mengingat bahwa kegiatan Pengawasan dan Pengendalian adalah untuk


memperbaiki kinerja pelaku, maka Pengawasan dan Pengendalian dapat
dilakukan secara periodic, sebagai contoh Pengawasan dan Pengendalian
dilakukan diawal kegiatan, ditengah periode pelaksanaan kegiatan dan
menjelang akhir pelaksanaan kegiatan.

4. Metode Pengawasan dan Pengendalian

Metode Pengawasan dan Pengendalian dilakukan dengan metode observasi


ke lapangan dengan mengamati, mengambil dokumentasi foto dan
melakukan wawancara dengan menggunakan form wawancara yang telah
dipersiapkan seperti tercantum di dalam Lampiran. Form wawancara yang
digunakan disesuaikan dengan pelaku yang akan diwawancara.

Hasil dari wawancara kemudian diolah dan dianalisa untuk diketahui


permasalahannya dan dilakukan upaya tindak lanjutnya.

4.4. PENGOLAHAN DATA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


Hasil wawancara Pengawasan dan Pengendalian yang telah dilakukan
selanjutnya diolah untuk mengetahui permasalahan, sebab permasalahan
dan upaya tindak lanjut pemecahan masalah. Tabel pengolahan data hasil
Pengawasan dan Pengendalian dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Pengawasan dan Pengendalian 49


Tabel 3.3. Pengolahan Data Pengawasan dan Pengendalian

PENGOLAHAN DATA WASDAL

PELAKU WASDAL : PROVINSI :


NAMA PELAKU : KAB/KOTA :
TANGGAL WASDAL : KELURAHAN/DESA :

HASIL ANALISA USULAN TINDAK


NO INDIKATOR WASDAL STANDAR DEVIASI PERMASALAHAN
PENGUKURAN PERMASALAHAN LANJUT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

4.5. UPAYA TINDAK LANJUT


Setelah data hasil Pengawasan dan Pengendalian dimasukkan ke dalam tabel
pengolahan, kemudian dilakukan analisa dan dibuat usulan tindak lanjut.
Berdasarkan kepada usulan tindak lanjut ini maka pelaku Pengawasan dan
Pengendalian melakukan upaya tindak lanjut untuk memecahkan masalah
tersebut.

Pengawasan dan Pengendalian 50


LAMPIRAN

1. Format Pengawasan dan Pengendalian Satuan Kerja Penyediaan Rumah Swadaya


(Satker PRS)

2. Format Pengawasan dan Pengendalian Pejabat Pembuat Komitmen Rumah


Swadaya (PPK Ruswa).

3. Format Pengawasan dan Pengendalian Tim Koordinasi Provinsi (SNVT)

4. Format Pengawasan dan Pengendalian Tim Teknis Kabupaten/ Kota

5. Format Pengawasan dan Pengendalian Koordinator Fasilitator (Korfas)

6. Format Pengawasan dan Pengendalian Tenaga Fasilitator Lapangan (Fasilitator)

7. Format Pengawasan dan Pengendalian Bank Penyalur

8. Format Pengawasan dan Pengendalian Toko / Penyedia Bahan Bangunan

9. Format Pengawasan dan Pengendalian Penerima Bantuan (PB)

Anda mungkin juga menyukai