Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Unit Hemodialisa 1
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Unit Hemodialisa 1
DI UNIT HEMODIALISA
A. Pendahuluan
Hemodialisa (HD) merupakan unit yang beresiko tinggi terhadap terjadinya
penularan bloddborne viruses (Hep B, Hep C dan HIV) baik bagi para pasien maupun
petugas, Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) serta penyakit yang ditularkan melalui
udara.
Infeksi dapat terjadi karena beberapa faktor : aseptic tehnique dalam pemasangan
vasculer access, penggunaan vasculer access secara berulang - ulang, pemakaian
ruangan & alat-alat secara bersama, minimnya physical barirer diantara pasien ,
daya tahan tubuh menurun, sering dirawat di RS, kepatuhan petugas dalam
menerapkan kewaspadaan isolasi dalam praktek sehari-hari.
Perlu adanya Tim PPI sebagai motor penggerak dalam membuat, melaksanakan &
mengevaluasi program PPI.
B. Tujuan
1
Penggunaan sarana & alat-alat secara bersama-sama
Fokus pada :
Meliputi :
1. Pemberian edukasi
3. Pencegahan infeksi vasculer acces, IADP dan penularan Hep B, Hep C dan HIV
7. Penempatan pasien
2
1) Edukasi
Seluruh petugas HD, pasien & keluarga harus mendapatkan edukasi tentang
Pencegahan & Pengendalian Infeksi di HD → diimplementasikan → dimonitor →
evaluasi.
Edukasi dilakukan secara berulang-ulang sampai menjadi suatu kebiasaan.
Dokter & Perawat :
- Kewaspadaan Isolasi & Surveillance
- Pencegahan & penanganan tertusuk jarum/benda tajam
- Bundle IADP
Petugas Laundry:
- Cara penularan penyakit
- Kebersihan tangan & etika batuk
- Alat Pelindung Diri (APD)
- Penanganan linen
- Pencegahan & penanganan tertusuk jarum/benda tajam
Tehnisi :
- Cara penularan penyakit
- Kebersihan tangan & etika batuk
- Alat Pelindung Diri APD)
Untuk Cleaning Service :
- Cara penularan penyakit
- Kebersihan tangan & etika batuk
- Alat pelindung diri
- Cleaning & desinfeksi
- Penatalaksanaan sampah infeksi & non infeksi
Pasien & Keluarga :
- Personal hygiene
- Hand hygiene
- Etika batuk
- Tanda-tanda infeksi & perawatan vasculer acces
2) Kewaspadaan Isolasi
Kewaspadan Standard
a. Kebersihan tangan
d. Penanganan Linen
e. Pengendalian lingkungan
3
f. Penanganan limbah
g. Penempatan pasien
i. Etika batuk
3) Pencegahan infeksi vasculer acces, IADP dan penularan Hep B, Hep C dan HIV
4
Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu
pasien dan satu prosedur
Menggunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali
Mengguunakan single dose untuk obat-obat injeksi (bila
memungkinkan)
Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu
pasien atau mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian berikutnya
Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan
dipergunakan harus steril
Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
yang membuat
Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari satu pasien
Tidak melakukan re-caping
Sharp container tersedia dan mudah dijangkau
7) Penempatan pasien
Pasien dengan HBSAg positive dirawat diruang tersendiri
Alat – alat terpisah
5
Dialyzer tidak di re use untuk penderita Hepatitis B,untuk Hepatitis C dan Non B Non C
akan di Re Use sesuai pedoman dari PERNEFRI
Petugas tersendiri & sudah mendapat imunisasi
Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai dengan
ketentuan yang mengacu pada patient safety.
Isolasi mesin hemodialisis hanya diharuskan pada pengidap virus Hepatitis B (VHB),
tidak pada pengidap virus Hepatitis C (VHC) dan HIV.
Pemakaian dialiser proses ulang pada kasus infeksi hanya diperkenankan pada pasien
pengidap VHC, akan tetapi dilarang pada pengidap VHB dan HIV.
6
- Mengakhiri tindakan dialisis (Termination of hemodialysis)
- Pembilasan (Rinsing)
- Pembersihan (Cleaning)
Persyaratan:
- Tidak dilakukan pada pasien VHB (+) dan HIV (+) Prosese Re Use.
- Kualifikasi personil: Personil yang melakukan reuse harus mendapatkan pendidikan
yang adekuat, pelatihan atau pengalaman untuk dapat memahami dan melakukan
prosedur.( Perawat Hemodialisa )
- Dokter di fasilitas dialisis wajib memberikan kursus pelatihan untuk melakukan
proses dialiser pakai ulang.
- Semua pasien harus diberikan informed consent mengenai pemakaian dialiser
proses ulang.
- Peralatan yang dipakai untuk reuse harus dirancang, dibuat dan diuji untuk
melakukan proses yang dikehendaki.
- Personil yang melakukan reuse wajib mengenakan sarung tangan dan apron saat
menangani dialiser selama inisiasi dan terminasi dialisis dan selama prosedur
reprosesing.
- Pemeriksaan integritas membran seperti tes kebocoran tekanan udara sebaiknya
dilakukan diantara pemakaian.
- Prosedur reuse hanya dilakukan sampai maksimal 7 kali pada satu dialiser yang
sama.
E. Persyaratan Minimal Bangunan dan Prasarana
1) Unit hemodialisis mempunyai bangunan dan prasarana yang sekurang-
kurangnya terdiri dari:
a. Ruangan hemodialisis:
7
- Tersedia Sarana untuk mencuci tangan (wastafel/hand rub) di setiap area
pelayananpasien sehingga cuci tangan dapat dilakukan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien.
- Ruangan hemodialisis sekurang-kurangnya mempunyai kapasitas untuk 4
mesin hemodialisis.
- Rasio mesin hemodialisis dengan luas ruangan sekurang-kurangnya sebesar
1:8 m2.
- Semua pasien baru atau pasien yang kembali ke unit dialisis setelah
menjalani dialisis di lokasi yang mempunyai risiko tnggi atau tidak
diketahui derajat risikonya harus diperiksa kembali HbsAg dan Anti –HCV
dan anti HIV
8
5) Mempunyai sarana untuk mengolah limbah dan pembuangan sampah sesuai
peraturan yang berlaku (septic tank besar/rujukan limbah padat infeksius).
6) Dianjurkan memiliki fasilitas akses internet agar dapat mengirim laporan berkala
ke manajemen rumah sakit dan PERNEFRI Pusat (Indonesian Renal Registry).
G. Kesimpulan
Hemodialisa merupakan unit yang beresiko tinggi terhadap bloodborne viruses seperti
Hep B, Hep C dan HIV baik terhadap pasien maupun petugas
HAIs dapat dicegah dengan melakukan semua tindakan sesuai dengan prosedur
Diperlukan adanya edukasi tentang PPI baik bagi petugas, pasien maupun
keluarga/pengunjung.
Diperlukan adanya surveillace terhadap kejadian : Hep B, Hep C, HIV, IADP/BSI dan
infeksi pada akses vascular
9
tersebut, sulit didapatkan atau biaya pembelian yang relatif mahal.( SESUAI
KEBIJAKAN RS )
Evaluasi internal: dinilai dari SDM, sarana dan prasarana hemodialisis.
Evaluasi eksternal: dinilai dari kegiatan hemodialisis (jumlah pasien, adekuasi
hemodialisis, morbiditas dan mortalitas).
Perhatikan Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan
10