Anda di halaman 1dari 19

PARA PEMANGKU KEPENTINGAN DAN ETIKA

BISNIS DI STARBUCKS COFFEE MX MALL


MALANG

Disusun oleh:
Radifan Arisyi (175020207111027)
Nathasya Felia Zahra (175020207111030)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Starbucks Corporation merupakan perusahaan kedai kopi terbesar di
dunia yang berasal dari Amerika. Starbucks Coffee pertama kali dibuka di
Seattle pada tahun 1971 oleh Jerry Baldwin, Zev Siegel dan Gordon Bowker
dengan nama II Giornale.
Nama Starbucks pun terbentuk pada tahun 1987, ketika Starbucks dijual
pada Howard Schultz. Dengan perjalan waktu puluhan tahun tersebut, saat ini
Starbucks memiliki lebih dari 15.000 kedai kopi yang tersebar di lebih 44
negara. Starbucks pertama di luar Seattle adalah di Vancouver dan Chicago pada
tahun 1987 sedangkan cabang pertama di luar Amerika Utara terletak di Tokyo,
Jepang yang dibuka pada tahun 1996.
PT Mitra Adhi Perkasa mendapatkan lisensi untuk mengoperasikan
Starbucks di Indonesia dan menunjuk Anthony Cottan untuk meluncurkan dan
mengelola merk tersebut. Anthony dengan delapan orang anggotanya dari
Jakarta belajar selama tiga bulan di Seattle, sebelum membuka toko pertama
pada bulan Mei 2002. Pada tahun 2016, Starbucks sudah mendirikan lebih dari
200 gerai di Indonesia, salah satunya yaitu Starbucks yang terdapat di MX
Malang.
Dibandingkan dengan gerai kopi lainnya, Starbucks memiliki cita rasa
yang berbeda dari pesaingannya. Selain itu, desain tempat dan penataan ruangan
pada Starbucks dan adanya fasilitas tambahan seperti WiFi juga menambah nilai
lebih dari Starbucks. Namun, karena pelayanan dan fasilitasnya yang lebih
dibandingkan gerai kopi lainnya membuat harga kopi di Starbucks lebih mahal
dibandingkan gerai kopi lain. Letaknya yang strategis yang berada di dalam
pusat perbelanjaan membuat peluang Starbucks untuk dikunjungi sebagai
tempat bersantai dan beristirahat setelah berjalan-jalan di Mall lebih besar.
Namun, karena harganya yang cukup mahal dan tidak sesuai dengan daya beli
konsumen di Malang menjadikan salah satu ancaman bagi Starbucks. Selain itu,
adanya warung-warung kopi di sekitar MX Malang dengan harga yang lebih
murah dan cita rasa kopi yang hampir sama juga merupakan salah satu ancaman
bagi Starbucks di MX Malang.
BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PARA PEMANGKU KEPENTINGAN


PERUSAHAAN
Pengenalan terhadap konsep lingkungan organisasi perusahaan yang
berkembang sejalan dengan berkembangnya pendekatan sistem dalam
manajemen, telah mengubah cara padang manajer dan para ahli teori
manajemen terhadap organisasi, terutama mengenai bagaimana suatu organisasi
perusahaan dapat mencapai tujuannyasecara efektif. Melalu pengakuan terhadap
berbagai elemen di lingkungan luar perusahaan yang akan berpengaruh terhadap
efektivitas pencapaian tujuan, para peneliti di Standford Research Institute
(SRI) memperkenalkan konsep stakeholder (pemangku kepentingan) pada tahun
1963 (Freeman dan Raid, 1983; 89) yang mula-mula merujuak pada pengertian :
“those groups without whose support the organization would cease to
exist” (berbagai kelompok tertentuyang tanpa dukungan mereka maka
perusahaan akan berhenti) (Ismail Solihin, 2014: 73)
Perusahaan dapat mempertahankan keberadaanya selama ini karena
kemampuan yang mereka miliki untuk menciptakan nilai (value) dan berbagi
hasil usaha perusahaan yang dapat diterima oleh berbagai kelompok pemangku
kepentingan. Lalu apa dan siapa yang dimaksud pemangku kepentingan
(stakeholders) itu, dan mengapa mereka sangat penting bagi kelangusngan
hidup perusahaan?
1. Pada awalnya yang dimaksud stakeholder mencakup para pemegang
saham (shareowners), para karyawan (employees), para pelanggan
(customers), para pemasok (suppliers), para pemberi pinjaman (lenders)
dan masyarakat luas (society)
2. Freeman (1984; 46) “setiap kelompok atau individu yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan”.
3. Jones serta Robbins dan Coulter masing-masing mendefinisikan
stakeholder sebagai kumpulan individu maupun lembaga yang memiliki
kepemilikan, tuntutan, kepentingan terhadap organisasi perusahaan
(Jones: 1995) dan dipengaruhi oleh keputusan dan berbagai tindakan
yang dilakukan organisasi perusahaan (Robbins dan Coulter:2003).
Mereka memiliki kepentingan terhadap apa yang dihasilkan oleh
perusahaan dan juga bagaimana perusahaan menjalankan usahanya.
Konsep pemangku kepentingan (stakeholders) harus dipahami secara berbeda
dengan konsep lingkunga perusahaan (business environment). Dalam konsep
buseiness environment, perhatian lebih ditujukan pada dampak atau pengaruh
yang dapat diberikan lingkungan terhadap kinerja dan pencapaian tujaun
perusahaan. Sedangkan konsep stakeholder, perusahaan dapat mempengaruhi
pemangku kepentingan melaului keputusan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Dengan kata lain, konsep ini menunjukkan hubungan timbal balik secara
berlanjut antara aksi yang dilakukan perusahaan dengan reaksi yang diberikan
oleh pemangku kepentingan.
Pemangku kepentinga akan memberikan dukungan terhadap perusahaan,
apabila mereka memperoleh imbalan yang sebanding atau lebih besar dari
perusahaan dibandingkan dengan kontribusi yang mereka berikan kepada
perusahaann (Donaldson dan Preston: 1995). Untuk lebih jelasnya tentang apa
yang diberikan dan apa yang didapat oleh pemangku kepentingan (stakeholders)
bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
Lihatlah tabel berikut :
STAKEHOLDERS KONTRIBUSI KE IMBALAN DARI PERUSAHAAN
PERUSAHAAN
INSIDE
STAKEHOLDERS
Uang dan modal Deviden dan peningkatan harga saham
Shareholders
Kemampuan dan Gaji, bonus, status dan kekuasaan
Managers keahlian
Upah, bonus, promosi dan pekerjaan
Workforce Kemampuan dan yang stabil
keahlian
OUTSIDE
STAKEHOLDERS
Pembelian barang dan Kualitas dan harga barang/jasa
Customers
jasa
Suppliers Pembelian input dengan harga wajar
Government Input berkualitas tinggi
Persaigan bisnis yang sehat
Peraturan untuk
menjalankan bisnis
Unions
secara benar Kompensasi yang adil
Community
Perundingan yang sehat Penghasilan, pajak, dan kesempatan
kerja
Infrastruktur sosial dan
ekonomi
Sumber : Gareth R. Jones (1995). Organizational Theory: Text and Cases,
Addison Wesley. Hlm 22
2.2 PEMBAGIAN PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
BERDASARKAN KEDUDUKAN MEREKA DALAM PENGELOLAAN
PERUSAHAAN

2.2.1 BERDASARKAN KEDUDUKAN MEREKA DALAM


PENGELOLAAN PERUSAHAAN
Berdasarkan kedudukan pemangku kepentingan dalam pengelolaan
perusahaan, Jones (1995) membagi pemangku kepentingan menjadi 2, yaitu
inside stakeholders dan outside stakeholders.
INSIDE STAKEHOLDERS
Terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap
sumber daya perusahaan. Inside stakeholder terdiri dari :
1. PEMEGANG SAHAM (SHAREHOLDERS)
Adalah pemilik perusahaan, apabila perusahaan berbentuk
perseroan terbatas (PT). Untuk perusahaan persekutuan
(partnership), pemilik perusahaan adalah para sekutu yang
melakukan penyetoran modal. Sedangkan bagi perusahaan
perseorangan (single proprietorship), pemilik usahanya adalah
pengusaha itu sendiri yang melakukan investasi dengan
menanggung seluruh resiko usaha yang dijalankan.
2. MANAJER (MANAGERS)
Merupakan pekerja perusahaan yang bertanggung jawab untuk
mekoordinasi berbagai sumber daya organisasi dan memastikan
bahwa tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai. Kontribusi yang
diberikan manajer terhadap perusahaan berbeda dengan yang
diberikan pemegang saham, dimana manajer memberikan
kemampuan dan keahlian yang digunakan untuk mengelola
perusahaan agar dapat memperoleh keuntungan dari peluang-
peluang usaha dan meminimalisir risiko dari berbagai ancaman
usaha.
3. KARYAWAN (WORKFORCE)
Workforce meliputi seluruh pekerja nonmanajer (nonmanageerial
empployees). Karyawan memiliki serankaian tugas yang harus
dilakukan sesuai dengan uraian jabatan (job descriptioni) yang
telah ditentukan oleh perusahaan. Kontribusi yang diberikan
karyawan kepada perusahaan adalah dengan melakukan berbagai
tugas dan kewajiban yang telah diberkan perusahan kepada
mereka, dengan menggunakan berbagai kemampuan dan keahlian
yang meraka miliki.

OUTSIDE STAKEHOLDERS
Adalah orang maupun pihak (constituencies) yang bukan pemilik
perusahaan, pemimpin perusahaan, dan bukan pula karyawan
perusahaan–tetapi memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan/atau
dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan
(Jones, 1995: 24) yang termasuk outside stakeholders adalah pelanggan
(customers), pemasok (suppliers), pemerintah (government), serikat
pekerja (unions), komunitas lokal (local communities), masyarakat umum
(general public)
(Robbins dan Coulter, 2003: 75) tidak membagi pemangku kepentingan
perusahaan kedalam kategori inside dan outside stakeholders, tetapi
apabila unsur-unsur pemangku kepentingan yang dikemukakan oleh
Robbins dan Coulter (seperti pada tabel) disusun kembali kedalam
kategorisasi Jones, maka terdapat empat unsur tambahan yang termasuk
kedalah outside stakeholders, yaitu : media (media), asosiasi perdagangan
dan industri (trade and industry associations), pesaing (competitors) serta
kelompok-kelompok aksi sosial dan politk (social and political action
groups)
1. PELANGGAN (CUSTOMERS)
Merupakan kelompok outside stakeholders yang paling besar
jumlahnya. Pelanggan bersedia menukaruang yang merka miliki
dengan produk yang dihasilkan perusahaan, selama mereka
beranggapan bahwa mereka membeli dengan harga yang pantas
atau lebih murah dengan apa yang seharusnya mereka bayarkan.
2. PEMASOK (SUPPLIERS)
Semakin tinggi tikat persaingan, maka mengakibatkan peran
pemasok semakin penting. Melalui pasokan input yang bermutu
disertai dengan harga yang kompetitif, perusahaan dapat
menghasilkan produk dengan harga dan kualitas yang bersaing.
3. KREDITOR (CREDITORS)
Kreditor menyediakan dana, dalam hal ini kreditor disini adalah
Bank, dimana bank mengharapkan bunga dari pinjaman yang
dilakukan oleh perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga sangat tergantung dengan kinerja perusahaan
tersebut.

4. PEMERINTAH (GOVERNMENT)
Salah satu arah kebijakan ekonomi Indonesia adalah ingin
menguranginya utang luar negeri yang digunakan untuk
pembangunan Indonesia, oleh karena itu pemerintah ingin
mendongkrak pemasukan dari sektor pajak. Oleh karena itu
pemerintah sangat berkepentingan untuk memjukan dunia usaha di
Indonesia, selain untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan
pendapatan perkapita, juka akan meningkatkan pendapatan
pemerintah dari sektor pajak.
5. SERIKAT PEKERJA (UNIONS)
Para pekerja bersedia untuk bekerja disuatu perusahaan karena
memiliki sebuah kepentingan, hal ini sama halnya dengan
perusahaan yang mempekerjakan pekerja, karena memiliki
kepentingan. Namun perbedaan kepentingan yangn dimiliki oleh
perusahaan dan pekerja dapat menimbulkan konflik, jika konflik
ini tidak diselesaikan degan cara yang baik akan menimbulkan
kerugian di kedua belah pihak
6. KOMUNITAS LOKAL (LOCAL COMMUNITIES)
Komunitas memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap
perusahaan di daerahnya. Hal ini karena perusahaan memberikan
mereka pekerjaan, pendapatan, perbaikan standar hidup, dll.
Namun perusahaan pun juga membutuhkan komunitas lokal
sebagai penyedia lahan usaha dan tenaga kerja.
7. MASYARAKAT UMUM (GENERAL PUBLIC)
Di negara-negara industri maju, masyarakat umum akan merasa
senang apabila produsen dalam negeri dapat menyaingi produsen
asing. Hal ini tidak mengherankan karena kemakmuran suatu
negara memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan keberhasilan
perusahaan-perusahaan domestiknya untuk menyaingi perusahaan-
perusahaan asing. Namun masyarakat juga menuntu perusahaan
untuk melakukan kegiatan bisnisnya dengan penuh tanggung
jawab, dan mengharapkan perusahaan untuk menahan diri dari
melakukan hal-hal yang dapat merugikan pemangku kepentingan.
8. MEDIA (MEDIA)
Media memiliki kepentinga terhadap perusahaan, dimana dunia
bisnis merupakan pemasang iklam utama maupun aktivita promosi
lainnya, yang sangat menunjang kelangsungan bisnis media. Selain
itu perusahaan merupakan salah satu sumber berita yang sangat
penting bagi media massa.
9. ASOSIASI PERDAGANGAN DAN INDUSTRI (TRADE AND
INDUSTRY ASSOCIATIONS)
Asosiasi perdangangan dan industri dapat melindungi citra
perusahaan, seperti APLI (Asasosiasi penjualan Langsung
Indonesia) yang menentang praktek permainan uang yang
dilakukan perusahaan berkedok Multilevel Marketing (MLM)
karena hal ini dapat merugikan dan menjatuhkan citra perusahaan
yang berbisinis dibidang MLM.
10.PESAING (COMPETITORS)
Pesaing sangat berkepentingan terhadap perencanaan maupun
tindakan strategis yang dilakukan sebuah perusahaan. Dengan
adanya pesaing, maka perusahaan akan berlomba-lomba untuk
mengeluarkan produk-produk baru yang lebih baik dan lebih
unggul dari perusahaan yang lain.
11.PEDAGANG GROSIR DAN PENGECER (WHOLESALERS
AND RETAILERS)
Pedangan grosir dan pengecer membantu perusahaan untuk
mendistribusikan produk yang diproduksi oleh perusahaan kepada
masyarakat atau pelanggan. Pemasaran memiliki kepentingan
terhadap kinerja perusahaan, mereka berharap agar perusahaan
menciptakan produk yang berkualitas, dengan harga yang bersaing,
dsb.
12.KELOMPOK AKSI SOSIAL DAN POLITIK (SOCIAL AND
POLITICAL ACTION GROUPS)
Perusahaan saat ini emakin dituntut untuk menjalankan tanggung
jawab sosialnya terhadap pemangku kepentingan. Berbagai elemen
masyarakat yang umumnya tergabung dalam kelompok aksi sosial
dan politik semakin kritis dalam menaggapi berbagai aksi yang
dilakukan oleh perusahaan yang melakukan kegiatan usahanya
dengan mengabaikan tanggung jawab sosialnya.
2.3 PEMBAGIAN PARA PEMANGKU KEPNETINGAN
BERDASARKAN AKTIVITAS PERUSAHAAN
Perusahaan memiliki interaksi dengan berbagai pihak dalam melakukan
aktivitas bisninya. Interaksi yang terjadi dengan berbagai pihak yang
terlibat dalam kegiatan poduksi dan penjualan barang dan jasa disebut
dengan interaksi utama atau primer, sedangkan interaksi yang terjadi
antara perusahaan dengan berbagai pihak sebagai turunan dari aktivitas
utama perusahaan disebut dengan interaksi sekunder. Berdasarkan
aktivitas tersebut, Post dkk., (2002: 11-12), membagi pemangku
kepentingan perusahaan (stakeholders) kedalam dua kategori yaitu
primary stakeholders dan secondary stakeholders.
2.3.1 PRIMARY STAKEHOLDER
Adalah berbagai kelompok yang berinteraksi dengan perusahaan dan
memengaruhi kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan utama
perusahaan yaitu menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat.
Yang termasuk dalam primary stakeholders adalah, investor
(stockholders) dan kreditor sebagai penyedia dana, karyawan (employees)
yang memberikan keahlian dan pengetahuannya bagi perusahaan,
pemasok (suppliers) yang menyediakan bahan baku produksi untuk
persuahaan, saluran pemasaran (wholesellers and retailers) yang
memasarkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, dan yang terakhir
adalah pelanggan (customers)
2.3.2 SECONDARY STAKEHOLDERS
Adalah orang-orang ataupun berbagai kelompok di dalam masyarakat–
yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak langusng–oeleh
kegiatan-kegiatan utama (primary acivities) perusahaan maupun oleh
keputusan-keputusan yang dibuat perusahaan.
Secondary Stakeholders terdiri dari, masyarakat umum (general publik),
berbagai tingkatan pemerintah (baik pusat maupun daerah), kelompok
aktivis sosial (social activist groups), media, masyarakat/komunitas lokal
(local communities), dan investasi asing (forign investment).

2.4 ETIKA BISNIS


Dalam melakukan aktivitasnya, perusahaan harus memperhitungkan berbagai
akibat yang dapat ditimbulkan oleh keputusan maupun tidanak yang diambil
oleh perusahaan terhadap para pemangku kepentingan baik inside stakeholders
maupun outside stakeholders. Perusahan tidak hanya melihat akibat yang
ditimbulkan dari segi ekonomi tetapi juga dari segi moral, dan oleh karena itu
diperlukan etika bisnis oleh perusahaan dalam melaukan kegiatan usahanya.
2.4.1 PENGERTIAN ETIKA DAN ETIKA BISNIS
Etika (ethics) merupakan suatu konsepsi mengenai tindakan yang benar dan
salah. Menurut Post, Lawrance dan Waber (2002: 102), etika memberikan
panduan apakah suatu perlaku tertentu dapat digolongkan sebagai perilaku yang
bermoral atau tidak bermoral. Pemiliha perilaku ke dalam berbagai kategori
perilaku etis dan tidak etis sangat dibutuhkan untuk menjaga dan memelihara
kelangsungan dan kesinambungan organisasi kehidupan dimanapun di dunia ini.
Etika sendiri bersumber dari moralitas yang merupakan sistem nilai tentang
bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia (Keraf, 1991: 20), ilmu
ini dapat berasal dari agama, ajaran orang tua, guru di sekolah, orang yang
dikagumid, dsb.
Etika bisnis (business ethics) merupakan penerapan etika secara umum
terhadap perilaku bisnis. Secara khusus makna etika bisnis menunjukkan
perlaku etis maupun tidak etis yang dilakukan manajer dan karyawan dari suatu
organisasi perusahaan (Griffin dan Ebert, 1999: 82). Etika bisnis bukan
merupakan suatu etika yang berbeda dari etika pada umumnya (Post dkk., 2002:
103) dan etika bisnis bukan merupakan suatu etika yang hanya berlaku di dunia
bisnis.
2.4.2 ALASAN MENGAPA BISNIS HARUS ETIS
Menurut Post dkk., (2002: 104) terdapat tujuh alasan yang mendorong
perusahaan untuk menjalankan bisnisnya secara etis, yaitu:
1. Meningkatnya Harapan Publik agar Perusahaan Menjalankan
Bisnisnya Secara Etis
Perusahaan yang tidak berhasil dalam menjalankan bisnisnya akan
mendapatkan sorotan, kritik bahkan hukuman. Hal tersebut akan
berdampak buruk dalam kelangsungan perusahaan dan bahkan dapat
mengakibatkan kegagalah dalam sebuah usaha.
2. Agar Perusahaan Tidak Melakukan Berbagai Tindakan yang
Membahayakan Pemangku Kepentingan Lainnya
Seperti dengan tidak profesionalnya pekerjaan yang dilakukan sebuah
perusahaan akan mengakibatkan kerugian pada pihak lain, dalam hal
ini pemangku kepentingan yang lain. Seperti halnya yang terjadi pada
kasus lumpur lapindo.
3. Penerapan Etika Bisnis di Perusahaan Dapat Meningkatkan
Kinerja Perusahaan
Dengan penerapa etika-etika pada perusahaan akan meningkatkan
kinerja para karyawan dimana akan mengakibatkan meningkatnya
pula produktivitas perusahaan.
4. Meningkatkan Kualitas Hubungan Bisnis di Antara Pihak-pihak
yang Melakukan Bisnis
Penerapan etika bisnis seperti kejujuran, bertanggung jawab, tepat
waktu, dll. Akan memberikan dampak positif bagi hubungan suatu
perusahaan dengan perusahaan yang lain, yang akan mempermudah
kedua belah pihak untuk melakukan hubungan bisnis.
5. Agar Perusahaan Terhindar dari Penyalahgunaan yang
Dilakukan Karyawan Maupun Pesaing yang Bertindak Tidak Etis
Sebagai contoh, dengan menerapkan etika bisnis hal-hal seperti
kejahatan pencurian uang perusahaan yang dilakukan pemilik dan
pimpinan perusahaan yang merupakan faktor utama yang
menyebabkan kebangkrutan suatu usaha dapat dihindari.
6. Dapat Menghindari Terjadinya Pelanggaran Hak-hak Pekerja
oleh Pemberi Kerja
Dengan adanya dan diterapkannya etika bisnis maka akan
terhindarnya pelanggaran hak-hak pekerja yang dilakukan oleh
pemberi kerja. Kemudian dengan memberikan perlakuan etis kepada
pekerja maka citra perusahaan pun akan meningkat yang akan
mengakibatkan banyaknya konsumen yang tertarik. Dan juga dengan
memanusiakan pekerja, maka pekerja akan merasa senang dan akan
meningkatkan produktivitas kerja mereka yang akan sangat
menguntungkan bagi perusahaan.
7. Mencagah Perusahaan Memperoleh Sanksi Hukum Karena Telah
Menjalankan Bisnis secara Tidak Etis
Dengan menerapkan etika bisnis, maka akan mencegah perusahaan
memperoleh sanksi atas perilaku-perilaku nonetis yang akan
dilakukan. Dan perusahaan dapat memilih perilaku-perilaku etis yang
akan dilakuakan sehingga tidak mendapatkan sanksi.

2.4.3 ETIKA BISNIS PADA BERBAGAI FUNGSI PERUSAHAAN


Karena operasionalisasi perusahaan sangat terspesialisasi ke dalam
berbagai bidang profesi, sehingga setiap fungsi perusahaan cenderung memiliki
masalah-masalah etika tersendiri. Berikut ini berbagai permasalahan etika yang
terjadi di beberapa bidang fungsional perusahaan, yaitu:
1. Bidang Akuntansi
Para manajer, investor, pemerintah, instansi pajak, dan serikat pekerja
membutuhkan data-data akuntansi untuk membuat berbagai keputusan
penting. Kejujuran, integritas, dan akurasi merupakan syarat mutlak
yang harus diterapkan oleh fungsi akuntansi. Namun, seringkali
bagian akuntansi perusahaan menyusun laporan palsu untuk
memperoleh manfaat/keuntungan finansial dan hal ini dianggap tidak
etis.
2. Bidang Keuangan
Pelaksanaan fungsi keuangan secara tidak etis menimbulkan berbagai
kerugian bagi para investor. Misalnya melalui praktik window
dressing terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan
mengajukan pinjaman ke bank, seolah-olah perusahaan memiliki rasio
keuangan yang sehat sehingga layak mendapatkan kucuran kredit.
Penggelembungan nilai agunan perusahaan juga merupakan
pelanggaran etika keungan karena perusahaan dapat mempeeroleh
kredit melebihi nilai agunan kredit yang sesungguhnya.
3. Bidang Produksi dan Pemasaran
Pemerintah Indonesia telah memberlakukan Undang-undang Nomor 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam UU ini dijelaskan
berbagai perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha, antara
lain pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang:
 Tidak memenuhi atau tidak seesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan
jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam
label atau etiket barang tersebut.
 Tidak sesuai dengan ukuran, takaran timbangan, dan jumlah
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
 Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau
kemanjuran sebagaiman dinyatakan dalam label, etiket, atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
4. Bidang Teknologi Informasi
Pada era 1990-an sampaiawal tahun 2000 bidang teknologi informasi
memiliki pertumbuhan masalah etika yang paling besar. Hal-hal yang
dapat memunculkan permasalahan etika dalam bidang ini meliputi:
seranagn terhadap wilayah privasi seseorang; pengumpulan,
penyimpanan, dan akses terhadap informasi usaha terutama melalui
transaksi e-commerce; serta perlindungan hak cipta yang menyangkut
pembuatan software, musik, dan hak kekayaan intelektual (Spinello,
1997).

2.4.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG TIMBULNYA


MASALAH ETIKA BISNIS
Menurut Post dkk. (2002: 112-113) terdapat empat faktor yang menjadi
penyebab tumbulnya masalah etika bisnis di perusahaan, yaitu:

1. Mengejar Keuntungan dan Kepentingan Pribadi


Perusahaan terkadang mempekerjakan pekerja yang memiliki nilai-
nilai pribadi tidak layak. Para pekerja ini menempatkan
kepentingannya untuk memperoleh kekayaan melebihi kepentingan
lainnya.
2. Tekanan Persaingan Terhadap Laba Perusahaan
Berbagai perusahaan makanan dan minuman di Indonesia ditengarai
menggunakan pewarna makanan dan minuman yang tidak aman untuk
dikonsumsi manusia tetapi harganya murah bahkan menggunakan
formalin untuk pengawet mayat agar dapat menekan biaya produksi
dan mendapatkan harga jual produk yang rendah ketika perusahaan
berada dalam situasi persaingan yang sangat keras.
3. Pertentangan antara Tujuan Perusahaan dengan Nilai
Perorangan
Kegiatan restrukturisasi perusahaan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan yang dapat menimbulkan
penurunan moral karyawan yang sangat hebat sebagaimana yang
pernah terjadi di perusahaan Nynex merupakan salah satu contoh
masalah etika pada saat perusahaan hendak mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang tidak dapat diterima oleh para pekerjanya.
4. Pertentangan Etika Lintas Budaya (Cross-Culutral
Contradiction)
Saat perusahaan melakukan kegiatan usahanya di berbagai negara di
mana standar etika negara asing berbeda dengan standar etika du
negara asal perusahaan. Hal ini timbul karena adanya relativisme etis
(ethical relativism) yaitu ketidaksamaan cara pandang terhadap suatu
perbuatan sebagai etis atau tidak etis yang terjadi antara masyarakat
suatu negara dengan negara lainnya atau suatu agama dengan agama
lainnya. Sebagai contoh, prnggunaan unsur lemak babi untuk produk
maanan, tidak akan menimbullkan permasalahan yang serius di
wilayah Eropa dan Amerika tetapi sangat serius di Indonesia.

2.5 KAITAN MATERI DENGAN PERUSAHAAN


2.5.1 STAKEHOLDERS
INSIDE STAKEHOLDERS
1. Shareholders (pemegang saham)
Ada 4 shareholders yang dimiliki oleh Starbucks companya, yaitu :
1. Howard Schultz
Pendiri dan CEO (CEO) Starbucks Corporation, Howard Schultz adalah
pemegang saham Starbucks terbesar. Menurut Yahoo Finance, Schultz
memegang sekitar 29,6 juta saham kopi pada bulan Desember 2015.
Schultz bergabung dengan Starbucks Coffee Company sebagai direktur
ritel dan pemasaran pada tahun 1982. Dia kemudian menggabungkan
Starbucks pada tahun 1985, setelah Il Giornale Coffee Company membeli
aset Starbucks Coffee Company. Sejak kembali ke Starbucks di tahun
2008, Schultz menjabat sebagai presiden dan CEO. Pada akhir 2016, dia
mengumumkan bahwa dia akan menyerahkan jabatan CEO Kevin
Johnson pada 2017.

2. John Culver
etelah menjadi ketua lama dan pemegang saham besar James Shennan Jr.
menjual sebagian besar saham Starbucks-nya pada bulan Februari 2016,
John Culver menjadi pemegang saham individual terbesar Starbucks yang
baru dicetak. Pada Mei 2016, Culver memegang 314.768 saham
Starbucks menurut Yahoo Finance. Sejak bergabung dengan Starbucks
pada bulan Agustus 2002, Culver telah memegang banyak posisi,
termasuk presiden bisnis Starbucks 'China dan Asia Pasifik, presiden
Starbucks Coffee International, dan bertugas di peran eksekutif senior
lainnya dengan segmen Produk Konsumen Global, bisnis layanan
makanan dan Bisnis kopi terbaik di Seattle Culver saat ini adalah ketua
grup Global Retail di Starbucks.
3. Clifford Burrows
Clifford Burrows, yang telah bekerja di Starbucks sejak April 2001,
adalah pemegang saham individual terbesar ketiga di Starbucks, dengan
280.024 saham pada November 2015 menurut Yahoo Finance. Burrows
menjabat sebagai wakil presiden Starbucks Inggris pada tahun 2006 dan
presiden bisnis perusahaan Eropa, Timur Tengah dan Afrika dari tahun
2006 hingga 2008. Dia mengelola Starbucks Coffee US dari 2008 hingga
2011 dan mengambil alih pengawasan Amerika dan AS pada tahun 2011.
Pada tahun 2014 , Burrows bergabung dengan Teavana sebagai presiden
kelompok perusahaan AS dan Amerika. Burrows sejak saat itu menjadi
presiden grup Starbucks Siren Retail pada bulan September 2016.
4. Mellody L. Hobson
Mellody Hobson melampaui CEO Kevin Johnson yang baru diangkat
dengan jumlah saham pada tahun 2016. Hobson bertugas di dewan
direksi Starbucks sejak Februari 2005 dan pada tanggal 1 September
2016, memiliki 163.743 saham perusahaan sesuai dengan Yahoo Finance.
Sejak tahun 2000 Hobson menjabat sebagai presiden dari Ariel
Investments LLC, sebuah firma yang berbasis di Chicago dan merupakan
salah satu dewan direksi di Estee Lauder Companies, Inc. dan
DreamWorks Animation SKG, Inc.
2. Managers / Director
Director : Anthony Cottan
Managers (Daerah Malang) : Gigih
3. Workforce
Workforce atau pekerja yang dimiliki oleh starbucks dipilih dan diseleksi
secara ketat. Mereka menetapkan standard yang tinggi untuk pekerja mereka
yaitu minimal berpendidikan S1 jurusan perhotelan atau pariwisatan (untuk
barista) dan di starbucks, mereka menerapkan Equal Opportunty Employer
(kesamaan kesempatan bagi pekerja). Di starbucks mereka juga memiliki
mutu yang tinggi, sehingga mereka dapat mencapai kesuksesan. Dan hal ini
dibuktikan dengan naiknya penghasilan bersih sebesar $278.9 juta (37 sen
per saham) pada tahun 2016 yang melebihi dua kali lipat dari target tahun
sebelumnya yaitu $150 juta (20 sen per saham). Sementara pendapatan kotor
juga naik sebesar 6.2% dari target awal sebesar 11%.
Outside Stakeholders
Ada beberapa outside stakeholders yang dimiliki oleh Starbucks company, yaitu
1. Suppliers
Starbucks Company memiliki syarat dan ketentuan dalam memilih supplier
mereka. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas produk yang mereka
tawarkan. Lalu Starbucks bergantung pada hubungan mereka denan
produsen kopi diluar perusahaan sebagai penyedia kopi hijau bagi
perusahaan kopi mereka.
Lalu untuk untuk membantu memastikan pasokan kopi hijau berkualitas
tinggi di masa depan, dan untuk memperkuat peran kepemimpinan
perusahaan di industri kopi, Starbucks mengoperasikan enam pusat
dukungan petani. Pusat dukungan petani dikelola oleh ahli agronomi dan
keberlanjutan yang bekerja dengan komunitas petani kopi untuk
mempromosikan praktik terbaik dalam produksi kopi yang dirancang untuk
meningkatkan kualitas dan hasil kopi.
2. Customers
Meningkatnya laba yang diterima oleh starbucks membuktika banyaknya
customers atau pelanggan yang menukarkan uang mereka demi membeli
produk yang dijual oleh starbucks. Hal ini juga membuktikan kualitas
pelayanan dan barang yang dijual oleh starbucks sangat terjamin kualitasnya
3. Creditors
Dengan laba yang semakin meningkat, bisa dipastika bahwa akan banyak
creditors yang berani memberikan pinjaman kepada perusahaan ini.
Sehingga starbucks bisa mencari dana untuk mengembangkan
perusahaannya kejenjang yang lebih tinggi.
2.5.2 ETIKA BISNIS
Banyaknya pelanggan, investor, kreditor dan pihak-pihak lain, serta
meningkatnya jumlah pendapatan yang diterima oleh starbucks dari tahun
ketahun membuktikan bahwa mereka menjalankan etika bisnis dengan sangat
baik. Sehingga tidak muncul permasalahan-permasalahan yang berarti yang
dapat merusak citra, dan kelangsungan usaha starbucks tersebut. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa, perusahaan ini telah menjalankan
etika bisnis dengan baik dan benar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa perusahaan starbucks dapat mengembangkan
usahanya, karena :
 Laba bersih yang didapat melebihi target
 Selalu terjadi kenaikan jumlah pembeli dari tahun ke tahun
 Perusahaan dapat menjalankan etika bisnis dengan baik
3.2 Saran
Strabucks harus semakin berinovasi lagi baik dalam menu, fasilitas,
maupun pelayanan yang ada agar para konsumen tetap tertarik untuk membeli
produk yang ditawarkan pada Starbucks. Untuk etika bisnis, karena sudah
memiliki etika bisnis yang baik, sebaiknya dijaga dan lebih ditingkatkan lagi
agar nama baik yang sudah dimiliki Starbucs tetap terjaga.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
Laporan Laba Rugi
LAPORAN KEUANGAN STARBUCKS MX

Penjualan Rp.50.600.000,00
Jumlah retur dan potongan penjualan Rp. 200.450,00 -

Penjualan Bersih Rp. 50.399.550,00

Harga Pokok Penjualan Rp. 13.000.000,00 - -


Laba Bruto Rp. 37.399.550,00

Beban Operasional :
1. Beban Pemasaran
Beban Telepon Rp. 150.000,00
Beban Kendaraan Rp. 170.000,00
Beban Restaurant lain-lain Rp. 100.000,00
Beban Depresiasi Gedung Rp 200.000,00
Beban Depresiasi Peralatan Rp. 50.000,00
Beban Perlengkapan Restaurant Rp. 1.000.000,00
Beban Gaji Karyawan Rp. 10.000.000,00 +

Jumlah Beban Pemasaran Rp. 11.670.000,00

2. Beban Administrasi Umum :

Beban Depresiasi Gedung Rp. 135.000,00


Beban Depresiasi Peralatan Rp. 50.000,00
Beban Perlengkapan Restaurant Rp. 350.000,00
Beban Gaji Rp. 270.000,00 +
Jumlah Beban Administrasi Umum Rp. 805.000,00

Jumlah Beban Usaha Rp.12.475.000,00 -

Laba Usaha Rp.24.924.550,00/tahun

Anda mungkin juga menyukai