LATAR BELAKANG
1
2
3
4
2.2 Pembahasan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. A dengan kasus luka bakar
berdasarkan analisa data yang diperoleh saat pengkajian tanggal 25 Mei 2015
pukul 11.45 WIB adalah ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan
Edema dan hipovolemia, kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan akibat peningkatan evaporasi dan kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan kerusakan jaringan subkutis. Berikut ini adalah pembahasan
dari masing-masing diagnosa :
2.2.1 Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan edema dan
hipovolemia
Apabila luas luka bakar menutupi tubuh >30%, maka perpindahan cairan
akan terjadi, baik pada jaringan yang terbakar atau jaringan yang tidak terbakar.
Edema yang berkembang sebagian besar disebabkan oleh hiponatremia akibat dari
kehilangan protein di dalam jaringan yang terbakar dan luasnya berkurang oleh
kerja substansi vasoaktif yang bersirkulasi. Selain itu cedera panas menurunkan
7
potensial membran sel, membiarkan natrium dan air masuk kedalam sel sehingga
menyebabkan pembengkakan (Mima, 2010).
Pada kasus luka bakar yang disebabkan sengatan listrik akan terjadi
penurunan cardiac output yang diakibatkan oleh penurunan tekanan darah arterial
yang akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan sistem hormonal. Peningkatan
aktifitas sistem saraf simpatis memacu kontraksi miocardium, frekuensi denyut
jantung, dan tonus vena (menimbulkan peningkatan perload). Takikardi dan
peningkatan kontraktilitas miocardium memacu terjadinya iskemik pada pasien
dengan penyakit arteri coroner dan peningkatan preload. Aktivasi sistem saraf
simpatis juga meningkatkan resistensi perifer, jika aktivasi ini sangat meningkat
akan menurunkan aliran darah ke ginjal dan jaringan, sehingga suplai oksigen
menjadi berkurang (Kusmastuti, 2012).
Daerah dengan luka bakar terutama yang melingkar bisa membengkak 7-10
hari setelah perlukaan. Edema dapat menghambat sirkulasi. Elevasikan anggota
gerak untuk membantu mengurangi edema. Untuk mencegah timbulnya
kontraktur akibat luka bakar, sendi harus dijaga berada dalam posisi ekstensi atau
netral selama luka bakar menyembuh (Lia Kartika dan Laura S. Himawan, 2007).
Penjelasan tersebut sesuai dengan implementasi yang diberikan yaitu batasi
gerakan pada kepala, leher dan punggung dengan tujuan untuk mencegah
kontraktur akibat luka bakar.
2.2.2 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat
peningkatan evaporasi
Selama terjadi fase hipermetabolik, insulin akan meningkat, namun
peningkatan level katekolamin, glukagon, dan kortisol akan menetralkan hampir
semua efek metabolik dari insulin. Peningkatan mobilisasi asam amino dan free
fatty acids dari simpanan otot perifer dan jaringan adiposa merupakan akibat dari
ketidakseimbangan hormon-hormon tersebut. Beberapa hormon akan
mengeluarkan substrat yang digunakan untuk produksi energi salah satunyasecara
langsung sebagai trigliserid. Substrat lainnya akan berkontribusi terhadap sintesis
protein di liver, dimana mediator humoral akan meningkatkan produksi reaktan
fase akut. Sintesis protein yang serupa juga terjadi pada sistem imun guna
menyembuhkan kerusakan jaringan. Meskipun fase hipermetabolik ini melibatkan
8
Kerusakan yang ditimbulkan pada luka bakar full thickness yaitu kerusakan
seluruh lapisan kulit sehingga kulit berwarna kecoklatan, kasar dan tidak nyeri
(Gurnida, 2011).
Ceftriaxon merupakan golongan antibiotik cephalosporin yang digunakan
secara parenteral. Ceftriaxon bekerja untuk menghambat sintesis dinding sel
bakteri yang menyebabkan lisis bakteri. Besar dosis yang diberikan untuk dewasa
dan anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun sebesar 1-2 gram ceftriaxone
diberikan sekali sehari (setiap 24 jam). Pada kasus yang parah atau infeksi yang
disebabkan oleh organisme cukup sensitif, dosis dapat dinaikkan menjadi 4 gram,
diberikan sekali sehari. Untuk pemberian melalui injeksi intravena, ceftriaxon-
AFT 500 mg dilarutkan dengan air steril dalam 5ml, atau ceftriaxon-AFT 1 g
dalam 10 ml. Pemberian intravena harus diberikan selama 2-4 menit. Hal tersebut
sesuai dengan implementasi yang diberikan pada Tn.A yaitu injeksi Ceftriaxon
1x1 gram. Pemberian dosis sebesar 2x1 gram sudah sesuai dalam teori karena usia
Tn.A adalah 19 tahun. Kegunaan dari injeksi pada Tn.A adalah untuk mencegah
adanya infeksi atau sepsis pada luka bakar sesuai dengan fungsi kerjanya
(Pharmaceuticals, 2016).
Ketorolac merupakan obat non steroid anti inflamasi (NSAID). Efek dari
ketorolac ini adalah menghambat biosintesis prostaglandin dan memberikan efek
anti inflamasi. Pada pasien dewasa ketorolac diberikan dosis 30 mg ketorolac
tromethamine/dosis secara injeksi intravena. Efek analgesik ketorolac selama 2-3
jam tergantung pada dosis yang diberikan (Pharmaceuticals, 2016). Hal tersebut
sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami pembengkakan pada kaki sehingga
ketorolac dapat mencegah peradangan pada luka bakarnya.
Pada pemberian injeksi ranitidin 1x1 miligram merupakan obat anti
histamin yang digunakan untuk mengurangi produksi asam lambung. Ranitidin
injeksi intravena ditoleransi dengan baik pada tingkat dosis sampai dengan 100
mg 4 kali sehari. Ranitidin diindikasikan untuk pengobatan ulkus duodenum,
ulkus lambung jinak, refluks esofagitis, dan kondisi lain dimana terjadi
peningkatan asam lambung seperti induksi lesi, baik ulkus dan erosi, gejala
gastrointestinal, profilaksis perdarahan berulang dari perdarahan ulkus, termasuk
pencegahan asam aspirasi syndrom (Kline, 2015).
10
Pasca trauma pasien luka bakar proses glukogenesis akan terus berlangsung.
Asam amino yang dihasilkan dari katabolisme protein di otot diambil oleh liver
dalam jumlah besar akan lebih digunakan untuk memproduksi glukosa daripada
digunakan sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi. Kebutuhan
energi akan disediakan oleh cadangan lemak (sekitar 80-90%). Pasien dengan luka
bakar berat mengalami empat kali peningkatan ambilan glukosa oleh ekstremitas
yang terkena luka bakar. Pada saat yang sama area yang terbakar memproduksi
sejumlah besar laktat yang merupakan hasil dari respirasi anaerobik sel. Laktat ini
akan dikembalikan ke liver untuk proses glukoneogenesis, dalam siklus Cori. Satu
mol glukosa menghasilkan 2 ATP melalui glikolisis tetapi melalui
glukoneogenesis membutuhkan 3 ATP. Hal ini menambah peningkatan laju
metabolisme berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2014:88). Dari
uraian tersebut pemberian berupa injeksi Ranitidin diperlukan sebagai terapi untuk
mencegah ulkus akibat peningkatan asam lambung.
Pengobatan yang diberikan yaitu setelah resusitasi cairan diberikan, maka
obat antibiotik dapat dititrasi dalam dosis intravena. Tekanan darah, denyut nadi,
tingkat pernapasan, dan keadaan kesadaran harus dipantau setiap saat. Jadi,
berdasarkan uraian tersebut pemberian implementasi observasi tanda-tanda vital
sudah tepat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Stander (2011:29).
Pemberian diet tinggi protein yang dilakukan pada penderita luka bakar
harus meningkatkan jumlah asupan protein dalam diet karena protein dapat
membantu membangun dan memperbaiki kulit. Diet tinggi protein juga menjaga
kesehatan untuk melawan infeksi. Makanan kaya protein antara lain: susu,
yoghurt, dadih, keju, daging, kacang-kacangan, keledai (tempe/tahu), lentil, buah
kering, dan kacang polong (Ledbetter, 2010:9).
3.1 Kesimpulan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Mei 2015 di ruang Instalasi Gawat
Darurat. Pengkajian meliputi data umum, keadaan umum, pengkajian primer dan
pengkajian sekunder. Dari pengkajian tersebut didapatkan diagnosa
ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan edema dan hipovolemia,
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat
peningkatan evaporasi, dan kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
kerusakan jaringan subkutis. Intervensi, implementasi, dan evaluasi yang
dilakukan berdasarkan dengan diagnosa keperawatan.
3.2 Saran
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis memperoleh beberapa
saran yang dapat dipertimbangkan sebagai tambahan acuan untuk program
selanjutnya yaitu antara lain:
1. Bagi perawat
Dapat melaksanakan metode triase kegawatdaruratan yang sesuai sehingga akan
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan gawat darurat yang komprehensif
dan meminimalkan masalah yang timbul pada pasien luka bakar.
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber materi untuk menambah pengetahuan mahasiswa mengenai
asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien luka bakar di instalasi gawat
darurat dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat
tercipta tenaga keperawatan yang 12rofessional dan dapat memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif.
3. Bagi penulis lainnya
Untuk menggali secara lebih dalam dan meningkatkan teori serta penemuan yang
mendukung kasus Luka Bakar.
12
DAFTAR PUSTAKA