Deskripsi Singkat
Relevansi
1
keseluruhan dan dalam hubungannya satu dengan yang
lain. Namun tidak semua himpunan catatan yang lepas
dapat dijadikan administrasi.
Menurut Leonard D. White, bahwa Public administration
consist all those operations having for the purpose the
fulffillment and enforcemant of public police (“Administrasi
negara terdiri atas semua kegiatan negara dengan maksud
untuk menunaikan dan melaksanakan kebijaksanaan
negara”).
Dimock & Koenig membagi pengertian administrasi
dalam arti luas dan sempit. Pengertian luas administrasi
negara didefenisikan sebagai “kegiatan daripada negara
dalam melaksanakan kekuatan politiknya,” sedangkan
pengertian sempit, “administrasi negara didefenisikan
sebagai suatu kegiatan daripada badan eksekutif dalam
penyelenggaraan pemerintahan.”
Selanjutnya menurut Prayudi Atmosudirdjo (1981: 18 –
20), membagi pengertian administrasi dalam kategori:
Pertama, administrasi dalam arti sebagai apatatur/alat
(instrumen) negara, aparatur pemerintahan atau institusi
politik (kenegaraan) arti luas dan arti sempit dikurangi
angkatan perang. Dalam arti sempit ini dipergunakan
terutama jikalau Angkatan Perang sama sekali tidak
menjalankan tugas-tugas atau mencampuri aktivitas-
aktivitas “pemerintahan sipil”, yaitu dalam keadaan
bahaya.
Kedua, administrasi sebagai fungsi negara atau sebagai
aktivitas melayani pemerintah yakni sebagai kegiatan
“pemerintah operasional” (fungsional). Administrasi fungsi
hukum (juridishe functie) adalah penyelenggaraan
daripada undang-undang atau pelaksdanaan daripada
ketentuan-ketentuan Undang-undang secara konkrit,
kausal dan (kebanyakan) individu.
Ketiga, administrsi sebagai proses teknis penyelenggaraan
undang-undang. Dalam rangka pengertian administrasi
sebagai proses teknis ini terdapat “tata usaha”. Tatausaha
2
adalah esensi daripada pekerjaan kantor dan sebagai
fungsi atau aktivitas, tatausaha berarti pengelolahan,
perhitungan, dan penarikan sari dan serta penyusunan
ikhtisar tentang pekerjaan-pekerjaan dan kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan oleh administrasi.
Liang Gie dalam Triwulan dan Widodo (2011: 2)
menyebutkan bahawa administrasi adalah suatu
ranngkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok
orang dalam bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu. Sehingga dengan demikian, ilmu administrasi
dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari
proses kegiatan dan dinamika kerja sama manusia. Dari
defenisi administgrasi menurut Liang Gie kita mendapatkan
tiga unsur administrasi, yang teridiri dari :
Kegiatan melibatkan dua orang atau lebih.
Kegiatan dilakukan secara bersama-sama.
Ada tujuan tertentu yang hendak dicapai.
5
Apa yang dikemukakan oleh Philipus M.Hadjon tersebut
cukuplah beralasan. Sebagai perbandingan dalam istilah
asing tidak ada yang menambah atribut “negara” dalam
hukum administrasinya. Misalnya, di Belanda digunakan
istilah administratiefreht atau bestuusrecht, di Prancis
dipakai istilah droit administratif, di Jerman di kenal dengan
verwaltungsreht, dan di Inggris digunakan istilah
administrative law. Dari ke lima negara ini jelas tidak ada
yang menambahkan kata “negara” dalam Hukum
Administrasi.
Dengan penegasan arti “administrasi” adalah
“Pemerintahan”, maka dalam kajian Hukum Administrasi
masalah pemerintahan menjadi titik sentral. Dengan
demikian, kajian Hukum Administrasi menitik berat pada
aspek hukum pemerintahan, antara lain : hukum mengenai
kewenangan, organisasi publik, dan prosedur pemerintahan.
Pengertian Hukum Administrasi.
Hukum Administrasi memiliki beberapa pengertian
berdasarkan sudut pandang. Berikut akan dipaparkan
beberapa pengertian dari Hukum Administrasi menurut
beberapa pakar antara lain :
R. Abdoel Djamali, bahwa Hukum Administrasi Negara
adalah peraturan hukum yang mengatur administrasi, yaitu
hubungan antara warga negara dan pemerintahnya yang
menjadi sebab negara itu berfungsi.
Kusumadi Poedjosewojo, Hukum Administrasi Negara
adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur
bagaimana negara sebagai penguasa menjalankan usaha-
usaha untuk memenuhi tugasnya.
E. Utrecht, mendefenisikan Hukum Administrasisebagai
hukum yang menguji hubungan hukum istimewa yang
diadakan, akan kemungkinan para pejabat melakukan tugas
mereka yangkhusus.
Van Apeldoorn, memberikan pengertian Hukum Administrasi
Negara adalah keseluruhan aturan yang harus diperhatikan
6
oleh para pengusaha yang diserahi tugas pemerintahan
dalam menjalankan tugas.
Djokosutono, Hukum Administrasi Negara adalah hukum
yang mengatur tentang hubungan-hubungan hukum antara
jabatan dalam negara dan warga masyarakat.
Selanjutnya, untuk melihat defenisi atau pun pengertian
Hukum Administrasi secara mendalam, maka kita dapat
melihat bagamana konsep Hukum Administrasi di negara-
negara lain di dunia. Untuk itu tidak ada salahnya bila kita
melakukan perbandingan (komparasi) konsep dasar Hukum
Administrasi tiga negara, yaitu Amerika,Inggris dan Prancis.
Hukum Administrasi Amerika, bertumpuh pada Hukum
Administrasi Davis, bahwa :
“Administrative is the law concerning the powers and
procedures of administrative agencies, including especially
the law governing judicial review of administrative action.”
Berdasarkan defenisi tersebut titik berat pada proses
administrasi (APA 1946). Jadi produk regulation tidak
termasuk Hukum Administrasi. Begitupun dengan public
administration tidak termasuk lingkup Hukum Administrasi.
Hukum Administrasi Inggris.
Hukum Administrasi Inggris modern pada dasarnya sudah
meninggalkan konsep Dicey dan menggunakan kosep
Jennings. Menurut Jennings, “Administrative law is the law
relating to the administration” Berbeda dengan konsep
Amerika (Devis) dalam konsep Inggris, prosedur
administrasi tidak termasuk lingkup Hukum Administrasi.
8
Selanjutnya Algra, menyatakan bahwa subjek hukum
adalah setiap orang yang mempunyai hak dan kewajiban,
jadi mempunyai kewenangan hukum.
9
dalam negara itu atau alat-alat perlengkapan negara dan
warga masyarakat.
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya
objek Hukum Administrasi adalah sama dengan objek
HTN, yaitu negara (pendapat Soehino, S.H.). Pendapat
demikian dilandasi alasan bahwa HAN dan HTN sama-
sama mengatur negara. Namun kedua hukum itu berbeda,
yaitu HAN mengatur negara dalam keadaan bergerak,
sedangkan HTN dalam keadaan diam. Maksud dari istilah “
negara dalam keadaan bergerak” adalah negara tersebut
dalam keadaan hidup. Hal ini berarti bahwa jabatan atau
alat perlengkapan negara yang ada pada negara telah
melaksanakan tugasnya sesuai dengan dengan fungsinya
masing-masing. Istilah “negara dalam keadaan diam”
berarti bahwa negara itu belum hidup sebagaimana
mestinya. Hal ini berarti bahwa alat-alat perlengkapan
negara yang ada belum menjalankan fungsinya. Dari
penjelasan di atas dapat diketahui tentang perbedaan
antara HAN dan HTN.
Sedangkan menurut Phlipus M Hadjon (dalam Triwulan
dan Widodo) mengatakan, bahwa objek Hukum
Administrasi adalah kekuasaan pemerintahan (bestuur,
verwaltung). Adapun konsep pemerintahan (bestuur,
verwaltung) dibedakan dalam dua makna, yaitu materiil
dan formil. Dalam makna materiil konsep pemerintahan
sering dirumuskan secara negatif, yaitu kekuasaan negara
yang tidak termasuk kekuasaan legislatif dan kekuasaan
yudisial. Dalam makna formal diartikan sebagai bentuk
tertentu tindakan pemerintahan.
Penutup
Soal Latihan
10
3. Prajudi Atmosudirjo membagi pengertian administrasi
dalam tiga kategori, sebutkan dan jelaskan.
4. Jelaskan pengertian negara dilihat dari dua sudut
pandang yaitu, pertama secara etimologi dan kedua
secara formil dan materiil!
5. Dalam konteks Indonesia anda coba menyebutkan
istilah lain dari HTUN!
6. Jelaskan arti administrasi dalam kosep HAN dan
dalam konsep Ilmu administrasi negara!
7. Mengapa Hukum Administrasi tidak perlu menambah
atribut negara?
8. Bagaimana menurut saudara apa perlu HAN
mengatur tentang hubungan hukum antara pejabat
dan masyarakat? Jelaskan jawaban anda!
9. Jelaskan subjek dan objek Hukum Administrasi!
10. Jelaskan persamaan dan perbedaan HAN dengan
HTN.
Daftar Pustaka
11
Sadjino, H., 2011. Bab – Bab Pokok Hukum Administrasi.
LaksBang PRESSindo, Yogjakarta.
12
BAB II
Deskripsi Singkat
Relevansi
13
walaupun dalam perkembangannya menjadi studi yang
terpisah ( Sadjijono 2011 : 43 – 47 ).
Lebih lanjut dikatakan Hadjon, bahwa HTN dan
HAN memuat aruran-aturan yang menguasai jalannya
lingkaran politik dan pemerintahan, jadi aturan aturan
mengenai organisasi pemerintahan, mengenai alat-
alatnya, pengendalian, tentang dipengaruhinya pihak
penguasa oleh masyarakat umum dan perlindungan
hakim. Jadi HTN memuat prinsip-prinsip dasar, aturan-
aturan pokok dari tata tertib hukum publik. Aturan-
aturan pokok tersebut dapat ditemuka dalam dalam
berbagai konstitusi (undang-undang dasar). HAN juga
mengenal aturan-aturan yang berkaitan dengan proses
politik dan pemerintahan. Dengang demikian HTN terdiri
dari aturan-aturan mendasar dari tata tertib negara,
yakni lebih banyak berkaitan dengan proses politik
dalam masyarakat hukum dalam masyarakat hukum
tertentu dan organisasinya, HAN lebih banyak berusan
dengan pelaksanaan pembentukan aspirasi politik, jadi
lebih banyak dengan proses pemerintahan dan
organisasinya. Berarti HAN tidak terpisah dari HTN,
tetapi sebenarnya merupakan suatu bentuk lain
daripadanya.
Pemikiran tersebut lebih mendasar pada
pembagian kewenangan antara badan dalam struktur
ketatanegaraan dan hubungan hukum secara umum.
HTN memberikan tugas dan wewenang, fungsi, jabatan,
badan-badan lembaga pemerintahan, sedangkan HAN
bekerja ketika badan atau lembaga pemerintahan
tersebut akan menjalankan tugas dan wewenangnya.
HTN memeliki hubungan yang sangat erat dengan
HAN. HTN memberi tugas dan wewenang, jabatan pada
badan pemerintahan (administrasi), sedangkan
HANmengatur tugas dan wewenang, fungsi, jabatan
badan pemerintahan ketika dijalankan. Tugas dan
wewenang secara orgisatoris yang diperoleh dari HTN
14
akan jilankan, maka HAN mengaturnya. Oleh katera itu
HAN merupakan tindak lanjut dari HTN, artinya tugas
dan wewenang, fungsi, jabatan badan administrasi,
sebagaimana dikatakan oleh ten Berge, bahwa HAN
adalah sebagai perpanjang dari HTN atau hukum
sekunder dari HTN. Walaupun HTN dan HAN merupakan
jenis hukum yang berbeda, namun tidak dapat
dipisahakan secara tegas, karena ke-dua jenis hukum ini
mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Bahkan
pendapat lain mengatakan, bahwa HAN merupakan
bagian dari HTN. Hal ini diperkuat oleh Prayudi
Admosudirjo (1982), yang memandang “HAN sebagai
suatu pengkhususan atau spesialisasi dari salah satu
bagian HTN, yaitu bagian hukum mengenai administrasi
negara”.
Kranenburg (dalam Sadjijono, 2011) juga
menegaskan keterkaitan erat antara HTN dan HAN ini
sebagai pendapatnya yang mengatakan “geen studie va
het administrtiefrecht mogelijk (za) zijn zonder dat men
in het staatsrecht wondt ingeleid” ( kita tidak mungkin
mempelajari hukum administrasi tanpa didahului (
dengan pelajaran HTN). “geen wetenschappelijke
studievan het handelsrecht mogelijk, zal zijn zonder
voomfgaande inleiding in het bergelijk recht” (
hubungan semacam ini agaknya sama seperti yang
terjadi pada hukum dagang dean perdata).
Hubungan mendasar antara HAN dan HTN melalui
pendekatan isi dan objeknya, maka dapat digambarkan
bahwa “hukum tata negara” sebagai suatu gabungan
peraturan-peraturan yang mengadakan badan-badan
(kenegaraan), yang memberi kekuasaan kepada badan-
badan tersebut, yang membagi pekerjaan pemerintah
serta membagi pekerjaan itu pada badan yang tinggi
dan rendah.
Berkaitan dengan sebagaimana disebut
sebelumnya, HTN memperhatikan negara dalam
15
keadaan tidak bergerak (saat in rust) masih terbatas
pada struktur dan kewenangannya. Sedangkan HAN
sebagai gabungan peraturan-peraturan yang mengikat
badan-badan yang tinggi maupun rendah bila badan-
badan tersebut menggunakan kekuasaannya yang telah
diberikan oleh HTN, oleh karena itu HAN dikatakan
memperhatikan negara dalam keadaan bergerak (staat
in beweging).
Bila dilihat dari objek yang dipelajari, kedua bidang
hukum dimaksud dapat dipetakan, sebagai berikut :
Hukum Tata Negara fokus kajiannya, meliputi :
a. Jabatan – jabatan apa yang ada dalam susunan suatu
negara;
b. Siapakah yang mengadakan jabatan-jabatan itu;
c. Cara bagaimanakah jabatan-jabatan itu ditempati
oleh pejabat;
d. Fungsi jabatan-jabatan;
e. Kekuasaan hukuman jabatan-jabatan itu;
f. Hubungan antara masing-masing jabatan; dan
g. dalam batasan-batasan manakah organisasi
kenegaraan dapat melakukan tugasnya.
Hukum Administrasi Negara , objek kajiannya meliputi :
a. jabatan pemerintahan;
b. sifat jabatan pemerintahan;
c. akibat tindakan jabatan;
d. kedudukan hukum jabatan;
e. kekuasaan hukum (tugas dan wewenang) jabatan;
f. pengisian jabatan;
g. pembatasan jabatan;
h. Instrumen pengatur jabatan;
i. landasan yuridis kewenangan jabatan.
Di dalam memetakan objek kajian HTN dan HAN
Bagir Manan lebih sederhana dalam memetakannya,
yakni seara keilmuan hukum yang mengatur tingkah
laku negara atau alat perlengkapan negara dimasukkan
kedalam kelompok HTN, sedangkan hukum yang
16
mengatur tingkah laku pemerintah masuk ke dalam
kelompok HAN (Sadjijono 2011 : 45 – 46).
Penutup
Soal Latihan
Daftar Pustaka
19
BAB III
Deskripsi singkat
Bab ini membahas tentang sumber-sumber
Hukum Administrsi negara mengenai sumber hukum
materiil dan sumber hukum formil.
Relevansi
Materi ini merupakan upaya untuk
memberikan pengetahuan dan pemahan yang bersifat
mendasar kepada para mahasiswa tentang sumber-
sumber Hukum Administrasi Negara.
Tujuan Instruksional
Setelah mengikuti materi ini mahasiswa mamapu :
Menguasai serta menemukan sumber – sumber Hukum
Administrasi Negara formil maupun secara materiil.
20
digunakan sebagai bahan-bahan yang digunakan
sebagai olehpengadilan dalam nenuntaskan perkara.
Sumber hukum dapat dikelompokkan dalam dua jenis,
yakni sumber hukum formil dan sumber hukum materiil.
Sumber hukum formil lebih menekan bentuk aturan
hukum, sedangkan sumber hukum materiil lebih
menekan faktor-faktor yang mempengaruhi isi
ketentuan hukum tersebut.
c) Yurisprudensi;
d) Traktat.
21
langsung setiap penduduk pada suatu daerah. Dengan
demikian yang dimaksud dengan UU dalam arti materiil
adalah semua peraturan perundang-undangan dari tingkat
yang tinggi sampai tingkat yang rendah yang isinya
mengikat setiap penduduk.
2. Ketetapan MPR;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Keputusan Presidan;
22
UU dalam arti formil adalah semua keputusan pemerintah
yang ditetapkan oleh presiden dengan persetujuan wakil-
wakil rakyat.
23
pemerintah, sehingga kadang-kadang untuk menyelesaikan
masalah konkrit peraturan perundang-undangannya belum
ada. Ataupun kalau ada peraturan tersebut sudah tidak
sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk mengatasi
keadaan yang demikian ini maka kepada alat Administrasi
Negara diberikan suatu kebebasan bertindak yangsering
kita kenal dengan asas freies ermessen atau pouvoir
discretionnaire, yaitu kebebasan untuk bertindak dengan
tidak berdasarkan pada peraturan perundang-undangan.
Yurisprudensi
24
Yurisprudensi sebagai sumber hukum ini berkaitan dengan
prinsip bahwa hakim tidak boleh menolak mengadili
perkara yang diajukan kepadanya dengan alas an belum
ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
perkara tersebut, sehingga seorang hakim harus melihat
juga nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan keputusan
hakim yang terdahulu, apabila ia bertugas menyelesaikan
permasalahan yang belum da peraturan
perundangundangannya.
25
kekuatan hukum yang tetap langsung bisa dipakai sebagai
sumber hukum. Akan tetapi doktrin atau pendapat para ahli
HAN, baru dapat dipakai sebagai sumber hukum HAN
apabila doktrin tersebut sudah diakui oleh umum.
Traktat
1) Sejarah/historis :
26
a) UU dan system hukum tertulis yang berlaku pada masa
lampau di suatu tempat;
2) Sosiologis/Antropologis
3) Filosofis
27
maka hal-hal yang secara filosofis dianggap adil dijadikan
pula sebagai
Penutup
Soal Latihan.
28
Daftar pustaka
29
BAB IV
Deskripsi Singkat
Relevansi
Tujuan Instruksional
Pendahuluan
30
Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dan
bagian awal dari hukum administrasi, karena pemerintahan
(administrasi) baru dapat melaksanakan fungsinya atas
dasar wewenang yang diperolehnya, artinya keabsahan
tindakan pemerintahan atas dasar wewenang yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan. Wewenang
mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu
tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah
kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang
yang berlaku untuk melakukan hubungan hubungan
hukum.
31
Van der Pot; dalam bukunya Nederlandsch
Bestuursrecht mengatakan beschikking adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh alat – alat
pemerintahan, pernyataan-pernyataan kehendakalat-alat
pemerintahan itu dalam menyelenggarakan hak
istimewa, dengan maksud mengadakan perubahan
dalam lapangan perhubungan-perhubungan hukum.
36
Ad. c. Tindakan materill: Tindakan ini dilakukan untuk
kepentingan umum yang bersifat berbagai pihak
(bersegi dua), artinya melibat oihak dua atau lebih,
yakni pemerintah dan sipil (swasta) maupun pihak-pihak
lain. Tindakan hukum publik ini seperti membuat
perjanjian kerja, membuat memory of understanding
(MOU), vortband contruct, dan lain-lain.
Tindakan hukum publik ini membawa konsekuensi
dan akibat hukum dibidang hukum administrasi, oleh
karena itu disyaratkan adanya keabsahan tindakan
hukum yang dilakukan.
Selain tindakan hukum Publik, tindakan
pemerintah juga ada yang berbentuk hukum privat.
Tindakan hukum privat yang dimaksud, adalah tindakan
pemerintah dalam kedudukannya bukan sebagai
pemerintah, namun sebagai wakil dari badan hukum
(lichaam) dan bukan tugas untuk kepentingan umum,
sehingga tindakannya didasarkan pada ketentuan
hukum privat (keperdataan). Seperti tindakan jual beli
tanah, tukar guling, tukar menukar barang dan lain-lain
yang merupakan hubungan hukum perdata.
39
1986 (UU Peratun) adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN yang berisi
tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku, bersifat konkrit, individual dan
final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata. Unsur-unsur utama Keputusan TUN
seperti dirumuskan dalam Pasal 1 angka 3 UU Peratun,
yaitu :
Penetapan tertulis;
Konkrit;
Individual;
Final;serta
perdata.
40
arti yang sempit, akan tetapi badan/pejabat-pejabat dalam
lingkup pemerintahan dalam arti yang luas (legislatif
maupun yudikatif) bisa membuat keputusan/ketetapan
hanya saja keputusan/ketetapan itu dimaksudkan untuk
menyelenggarakan dan melaksanakan tugas-tugas dan
urusan pemerintahan dalam arti yang sempit (eksekutif).
Sedangkan KTUN yang ditentukan dalam UU Peratun hanya
KTUN yang dibuat oleh
41
bersifat umum, dan yang mungkin akan terjadi. Sebagai
contoh : peraturan (Keputusan) yang mengatur tentang
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelamar PNS. Di
sana tidak bisa disebut satu persatu calon pelamar,
43
- pseudo wetgeiving apabila ada keadaan-keadaan khusus
yang mendesak umumnya bisa disimpangi; sedangkan
peraturan umumnya tidak bisa disimpangi.
sebagai berikut :
44
a. berorentasikan untuk mencapai tujuan. Tujuan itu dapat
bersifat ekonomi, politik, sosial budaya, idiologis dan
bahkan kombinasi dariberbagai hal tersebut;
menerus.
45
peraturan dasarnya;
berwenang/berkuasa.
suatu keputusan;
46
c. Batas wilayah/ratione temporis: jangka waktu berlakunya
suatu
keputusan;
dibuat sah.
47
memaksa/istimewa/darurat Alat AN tidak legal atau
pengangkatannya mengandung kekurangan (sebagai
contoh pengangkatan presiden Habibie oleh presiden
Suharto sewaktu presiden Suharto dituntut oleh mahasiswa
untuk meletakkan jabatannya), apabila masyarakat umum
menerimanya sebagai suatu Alat AN yang legal, maka
perbuatan-perbuatan yang dilakukannya atau keputusan
yang dikeluarkannya adalah sah. Akan tetapi apabila
masyarakat tidak menerimanya maka keputusan yang
dikeluarkannya tidak sah. Dengan ada
keputusan/ketetapan sah dan ada keputusan/ketetapan
yang tidak sah. Suatu keputusan/ketetapan dikatakan tidak
sah apabila keputusan/ketetapan tadi tidak mengandung
kekurangan yang esensial atau dapat dikatakan bahwa
keputusan adalah sah apabila sudah diterima sebagai
bagian dari ketertiban hukum. Sedangkan
keputusan/ketetapan dianggap tidak sah apabila keputusan
tadi mengandung kekurangan yang esensial sehinggatidak
dapat diterima menjadi bagian dari ketertiban
hukum.Dalam Kehendak Alat AN yang Berkuasa Tidak
Boleh Ada Kekurangan Yuridis.
b) Dwang = paksaan
c) Bedrog = tipuan
48
oleh pejabat yang berwenang. Akan tetapi di dalam HAN
kekurangan yuridis berdasarkan salah kira (dwaling) hanya
akan mempengaruhi berlakunya suatu keputusan AN dalam
hal salah kira tersebut bertentengan dengan UU atau
bertentangan keadaan nyata, misalnya mengenai pokok
maksud, kualitas orang. Sebagai contoh : keputusan yang
dikeluarkan adalah ijin untuk mengimport 200 mobil
Hyundai akan tetapi ternyata yang datang 2000 mobil.
Penerimaan pegawai yang dipanggil adalah Amin seorang
insinyur Kimia, ternyata yang datang adalah Amin sarjana
pendidikan Kimia. Kepututsan yang dibuat berdasarkan
salah kira ini pada umumnya dapat dimintakan agar
ditinjau kembali atau dapat dibatalkan.
Bentuk Keputusan :
a) Lisan;
b) Tertulis
49
Keputusan dapat dibuat secara lisan apabila :
dalam HAN;
50
dengan tidak mengindahkan bentuk hanya batal, bilamana
kekurangan yang dinyatakan itu mungkin menjadi sebab
maka isi keputusan tersebut lain/berbeda dari yang
dimaksud atau keputusan tadi menimbulkan kerugian. Cara
pembuatan dan cara menjalankan/melaksanakan suatu
keputusan bisa juga mempengaruhi berlakunya suatu
keputusan.
Isi dan Tujuan keputusan harus Sesuai dengan Isi dan Tujuan
dari Peraturan yang Menjadi Dasarnya
51
kepentingan umum. Pembatalan perbuatan Alat TUN/AN
yang bertentangan dengan hukum dapat dimintakan
pembatalan melalui
52
suatu keputusan harus disetujui atau dimintakan
banding pada
53
formil, dalam hal dikemudian hari ternyata diketahui bahwa
keputusan itu mengandung kekurangan yang esensial.
Akan tetapi apabila keputusan/ketetapan tidak
mengandung kekurangan yang esensial alat administrasi
yang membuatnya tidak dapat membantah/menarik
kembali.
54
1. suatu keputusan/ketetapan yang dibuat karena yang
berkepentingan
ditentukan;
55
MACAM-MACAM KEPUTUSAN/KETETAPAN
ADMINISTRASI NEGARA
Keputusan/Ketetapan Positif
Perdagangan;
56
dikenai keputusan/ketetapan. Contoh : pemberian SK
pengangkatan PNS;
Keputusan/Ketetapan Negatif
berupa pernyataan :
Keputusan Deklaratour
57
mendirikan bangunan untuk industri dan diperkirakan akan
mengganggu lingkungan sekitarnya dalam radius 200m,
diharuskan untuk memperoleh ijin HO. Pak Salim yang
akan mendirikan pabrik tobong gamping meminta ijin HO,
kemudian oleh aparat yang berwenang dikeluarkan
keputusan mengenai ijin HO untuk mendirikan pabrik
tobong gamping untuk Pak Salim. Keputusan ini merupakan
keputusan deklaratour.
Keputusan Konstitutif
Keputusan Kilat
58
Keputusan Tetap
Keputusan Intern
Keputusan Ekstern
Dispensasi
59
dengan menyimpang dari syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam UU.
Ijin
Lisensi
suatu perusahaan.
Konsesi
Soal Latihan
Daftar Pustaka
61
--------1988, Peradilan Tata Usaha Negara, Liberty,
Yogyakarta.
62
BAB V
Deskripsi Singkat
Relevansi
Tujuan Instruksional
Pendahuluan
63
menyelenggarakan kepentingan umum ini AAN harus
mengindahkan asas-asa yang berlaku di dalam HAN. Asas-
asas ini sering dikenal dengan sebutan asas-asas umum
pemerintah yang baik. Tindakan AAN yang didasarkan pada
asas-asas umum pemerintahan yang baik ini dalam
lapangan HAN sangat diperlukan, mengingat kekuasaan
negara mempunyai wewenang yang istimewa di dalam
rangka penyelenggaraan kesejahteraan dan kepentingan
umum sangat luas. Apalagi Indonesia sebagai negara
hukum yang berorientasi pada negara kesejahteraan
(Welfare State), intensitas campur tangan negara dalam
kehidupan masyarakat semakin berkembang, sehingga
peranan HAN semakin dominant dan penting. Di dalam
menjalankan tugas dan fungsinya ini dengan asas
kebebasan bertindak (freies ermessen) yang dipunyainya
seringkali terjadi perbuatan AAN yang menyimpang dari
hukum yang berlaku yang tendensinya bisa mengakibatkan
kerugian pada warga masyarakat. Dengan demikian
kebutuhan terhadap perlindungan hukum pun semakin
diperlukan. Perlindungan hukum itu tidak saja diperlukan
untuk warga negara dari tindakan-tindakan AAN, akan
tetapi juga diperlukan oleh AAN dalam menjalankan
tugasnya.
64
Di Nederland pada tahun 1950 oleh Panitia De Monchy
telah dibuat suatu laporan mengenai asas-asas umum
pemerintah yang baik yang dinegara Belanda yang dikenal
dengan istilah Algemene Beginselen van Behoorlifk Bestuur
(ABBB). Ketentuan-ketentuan dalam asas-asas umum
pemerintahan yang baik ini dapat dijadikan dasar untuk
minta banding terhadap keputusan-keputusan yang
telahdiambil oleh badan-badan pemerintahan. Dengan
demikian asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat
digunakan sebagai landasan banding dan atau dasar
pengujian terhadap suatu keputusan/ketetapan
administrasi negara. SetiapAAN dalam menjalankan tugas
dan fungsinya, terutama dalam pelaksanaan asas frieies
ermessen harus senantiasa memperhatikan asas-asas
umum pemerintahan yang baik, walaupun ABBB ini
merupakan norma-norma maupun aturan-aturan hukum
yang tidak tertulis. Asas-asas umum pemerintahan yang
baik (ABBB) yang telah memperoleh tempat yang layak
dalam peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi di
Nederland dan dikembangkanoleh teori ilmu hukum yang
diakui oleh Prof. Kuntjoro Purbopranoto antara lain tiga
belas (13) asas, yakni :
competence);
65
7. Asas permainan yang layak (principle of fair play);
of arbritariness);
expectation);
66
Asas Kepastian Hukum
67
Prins ( 1978:102-103 ), mengemukakan enam (6) asas
yang harus diperhatikan oleh alat administrasi negara
dalam menarik kembali suatu keputusan / ketetapan yang
telah dikeluarkan, yakni :
Asas Keseimbangan
68
asas keseimbangan ini harus diperhatikan dua (2) syarat,
yaitu :
69
Namun demikian apabila alat administrasi negara akan
membuat atau mengeluarkan keputusan/ketetapan yang
kasusnya sama atau hampir sama, semestinya
keputusan/ketetapan yang dikeluarkan hendaknya jangan
bertentangan sifatnya.
Asas Motivasi
70
Asas Larangan Untuk Mencampuradukkan
Kewenangan atau
Pouvoir)
71
Asas Keadilan dan Kewajaran
72
agar di dalam melakukan perbuatan hukum yang
dilakukannya apabila dibatalkan dalam instansi banding
maupun dibatalkan oleh pengadilan yang berwenang, ia
harus menerima resiko untuk mengembalikan hak-hak dari
pihak yang dirugikan oleh perbuatannya.
Asas Kebijaksanaan
73
seluruh kepentingan nasional dalam arti kepentingan
bangsa, negara dan masyarakat. Maksud dari asas ini yaitu
bahwa segala tindakan alat administrasi negara harus
dilakukan berdasarkan kepentingan umum. Oleh karena itu
didalam menjalankan tugas dan wewenangnya, alat
administrasi negara harus mendahulukan kepentingan
umum diatas kepentingan pribadi dan golongan. Di
Nederland berlekunya asas-asas umum pemerintahan yang
baik tersebut telah diakui eksistensinya dalam peraturan
perundang-undangan. Asas yang telah mendapat tempat
yang jelas ini antara lain:
d. Asas kecermatan;
74
yang diajukan dengan dalih bahwa hukumnya tidak ada
atau hukumnya kurang jelas, sehingga seorang hakim
wajib memeriksa dan mengadili setiap perkara yang
diajukan kepadanya. Di dalam memeriksa dan mengadili
perkara yang diajukan kepadanya, seorang hakim sebagai
penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti
dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat.
Penutup
Soal Latihan.
75
4. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan :
Asas kepastian hukum.
Asas keseimbangan.
Asas kesamaan dalam pengambilan keputusan.
Asas bertindak cermat.
Asas motivasi untuk setiap keputusan.
Asas jangan campuradukkan kewenangan.
Asas permainan yang layak
Asas keadilan atau kewajaran.
Asas menanggapi pengharapan yang wajar.
Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan
yang batal.
Asas perlindungan atas pandangan hidup.
Asas kebijaksanaan (sapientia);
Asas penyelenggaraan kepentingan umum.
5. Hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam
menarik kembali suatu keputusan?
Daftar Pustaka
Yogyakarta;
76
Philipus, M. Hadjon, et al, 1993, Pengantar Hukum
Administrasi
Indonesia, Gadjahmada University Pess, Yogyakarta;
Prajudi Atmosudirdjo, Prof. Dr,1983, Hukum Administrasi
Negara,
Ghalia Indonesia, Jakarta;
77
BAB VI
KEWENANGAN PEMERINTAH
Diskrip Singkat
Relevansi
Materi ini sebagai upaya untuk memberikan
pengetahuan tentang wewenang, sumber dan cara
memperoleh kewenangan, kewenangan pemerintah
dalam pelayanan publik.
Tujuan Instruksional
Setelah mengikuti materi ini mahasiswa mampu :
1. mengetahui kewenangan pemerintah
2. menguasai sumber dan cara memperoleh
kewenangan
3. memahami kewenangan pemerintah daerah dalam
pelayanan publik.
Pengertian Wewenang.
Menurut KBBI (1988 : 1011) Wewenang adalah
hak dan kekuasaan untuk bertindak; kewenangan;
kekuasaan membuat keputusan memerintah, dan
melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Dari
sudut hukum menurut Soekarno K (1986 : 61) artinya
lebih menitik beratkan atau menekankan pada sumber-
sumber wewenang yang bersifat formal seperti
peraturan-peraturan dan norma-norma/ketentuan-
ketentuan yang memberi ketentuan tentang scope
(ruang lingkup) wewenang dan yang membatasi
(memberi batas) pada pelaksanaan wewenang.
78
Jadi wewenang yang dijalankan manajemen pada
instansi pemerintah adalah alat kekuasaan politik yang
ditetapkan sebagai kompetensi logis guna meningkatkan
kepentingan umum. Dapat dimengerti bahwa wewenang
dalam instansi pemerintah pada dasarnya adalah
rasional, dan dijalankan guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Dengan demikian dapat ditekankan di sini bahwa
wewenang mempunyai tujuan dan tujuan ini
memberikan kerangka umum tentang bagaimana
wewenang itu dilaksanakan.
Lebih lanjut dikatakan isitah Wewenang (“authority”)
adalah kekuasaan, kewibawaan dan kewenangan.
Dengan istilah “kekeuasaan” berarti lebih mendekati
pada unsur “paksaan”. Misalnya ada negara yang
memakai sistem “pemisahan kekuasaan”. Dalam hal ini
istilah “kekuasaa” lebih tepat digunakan sebagai
pengganti istilah kuasa (“power”) yang pada hakekatnya
yang mempuanyai kekuasaan adalah Negara dan Tuhan.
Sedangkan wewenang juga ada dalam perusahaan-
perusahaan dan di dalam keluarga. Di dalam lingkungan
keluarga walaupun ada wewenang tapi sukar dikatakan
ada kekuasaan, karena anggota yang satu tak dapat
memaksa anggota keluarga yang lain. “Kewibawaan”
lebih banyak dirasakan dalam segi spiritual, mental atau
psikologis. Karena mempunyai kekuasaan orang menjadi
tampak berwibawa. Jadi berkuasa dahulu baru
berwibawa. Kewibawaan pempunyai aspek kedalam
sedangkan kekuasaan mempunyai aspek keluar. Istilah
“wewenang” dimaksudkan, bahwa yang berwewenang
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab terhadap hasil karyanya itu
(perbuatannya).
79
Seiring dengan pilar utama negara hukum, yaitu asas
legalitas (legaliteitbeginsel atau het beginsel van
wetmatig heid van bestuur), berdasarkan prinsipn ini
tersirat bahwa wewenang pemerintah berasal dari
peraturan perundang-undangan(Ridwan dan Sudrajat
2009 : 137). Secara teoritis, kewenangan yang
bersumber dari peraturan perundang-undangan itu
diperoleh pemerintah bersumber pada tiga hal
(Triwulan dan Widodo 2011: 291 – 293), yaitu atribusi,
delegasi dan madat :
Atribusi
Atribusi ialah pemberian kewenangan oleh pembuat
undang-undang sendiri pasa suatu organ pemerintah
baik yang sudah ada maupun yang baru sama sekali.
Suatu atribusi menunjukkan kepada kewenangan yang
asli atas dasar ketentuan Hukum Tata Negara. Suatu
artribusi merupakan wewenang untuk membuat
keputusasn (besluit) yang langsung bersumber kepada
undang-undang dalam arti materiil. Rumusan lain
mengatakan, bahwa atribusi merupakan pembentukan
wewenang tertentu dan pemberiannya kepada organ
tertentu. Yang dapat membentuk wewenang adalah
organ yang berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan Hadjon (dalam Triwulan dan
Widodo 2011 : 291).
Menurut Indroharto (ibid), legislator yang
komponen untuk memberikan atribusi wewenang itu
dibedakan antara : Pertama, yang berkedudukan
sebagai orginal legislator. Di negara kita ditingkat pusat
adalah MPR sebagai pembentuk konstitusi (kostituante)
dan DPR bersama pemerintah sebagai yang melahirkan
suatu undang-undang, dan di tingkat daerah adalah
DPRD dan pemerintah daerah yang melahirkan
peraturan daerah. Kedua, yang bertindak sebagai
delegalited legislator, seperti presiden yang berdasarkan
pada suatu ketentuan undang-undang mengeluarkan
80
peraturan pemerintah di mana diciptakan wewenang-
wewenang pemerintahan kepada badan atau jabatan
TUN tertentu.
Delegasi.
Yang dimaksud delegasi adalah, penyerahan wewenang
yang dipunyai oleh organ pemerintah kepada organ
yang lain. Dalam delegasi mengandung suatu
penyerahan, yaitu yang semula kewenangan si A untuk
selanjutnya menjadi kewenangan si B. Kewenangan
yang diberikan oleh pemberi delegasi selanjutnyan
menjadi tanggung jawab penerima wewenang.
Dalam Hukum Administrsi Belanda telah
merumuskan pengertian delegasi dalam wet Belanda
yang dikenal dengan singkatan AWB (algemene wet
bestuurrecht). Dalam pasal 10 : 3 WAB, delegasi
diartikan sebagai penyerahan wewenang (untuk
membuat besluit) oleh pejabat pemerintah (pejabat
TUN) kepada pihak lain dan wewenang tersebut menjadi
tanggung jawab pihak lain tersebut. Yang
memberi/melimpahkan wewenang disebut delegans dan
yang menerima disebut delegatoris. Jadi, suatu delegasi
selalu didahului oleh adanya suatu atribusi wewenang.
Dalam pemberian/pelimpahan wewenang ada
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
Delegasi harus definitif, artinya delegasi tidak lagi
menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpakan
itu.
Delegasi harus berdasarkan peraturan perundang-
undangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan kala
ada ketentuan itu dalam peraturan perundang-
undangan.
Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam
hubungan hierarki kepegawaian tidak diperkenankan
adanya delegasi.
81
Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan),
artinya, delegans berwenang untuk meminta penjelasan
tentang pelaksanaan wewenang tersebut.
Peraturan kebijakan (belaidsregelen), artinya delegans
memberikan instruksi (petunjuk) tentang penggunaan
wewenang tersebut.
Berdasarkan konsep delegasi tersebut, maka tidak
dikenal delegasi umum dan tidak mungkin ada delegasi
dari atas ke bawahan.
Mandat
Pada mandat, di situ tidak jadi suatu pemberian
wewenang baru maupun pelimpahan wewenang dari
Badan atau Pejabat TUN yang satu kepada yang lain.
Dengan kata lain pejabat penerima mandat (mandataris)
bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat
(mandans). Di dalam pemberian mandat pejabat
pemberi mandat (mandans) menunjuk pejabat lain
(mandataris) untuk bertindak atas nama mandans
(pemberi mandat). Adaoun tangung jawab kewenangan
atas dasar mandat masih tetap pada pemberi mandat,
tidak beralih kepada penerima mandat.
Wewenang Pemerintah
Meskipun asas legalitas mengandung kelemahan ia
tetap memberi prinsip utama dalam setiap negara
hukum. Telah disebutkan bahwa asas legalitas
merupakan dasar dalam penyelenggaraan kenegaraan
dan pemerintahan. Dengan kata lain, setiap
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus
memiliki asas legitimasi, yaitu kewenangan yang
diberikan oleh undang-undang. Subtansi asas legitimasi
adalah wewenang. Mengenai wewenang itu, Stout
(dalam Ridwan dan Sudrajat 2014 : 136) mengatakan:
Wewenang merupakan pengertian yang berasal dari
hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan
sebagai keseluruhan aturan yang berkenaan dengan
perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan
82
oleh subjek hukum publik. Sedangkan menurut Tonnaer
(ibid) Kewenangan pemerintah dalam kaitan ini
dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan
hukum positif dan dengan begitu, dapat diciptakan
hubungan hukum pemerintah dengan warga negara.
Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian
hukum tata negara dan hukum administrasi. Begitu
pentingnya kewenangan ini maka konsep itu dapat
dikatakan sebagai hal yang paling penting dalam hukum
tata negara dan hukum administrasi negara. Selain hal
tersebut dalam kewenangan terdapat hak dan kewajiban
yang harus dijalankan.
Pemerintah atau administrasi negara merupakan subjek
hukum dan pendukung hak-hak dan kewajiban-
kewajiban.
Menurut Bagir Manan (1995 : 1), wewenang dalam
bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht).
Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat
atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus
berarti hak dan kewajiban (rechten en plichten). Dalam
kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung
pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri
(zelfregelen) dan mengelola sendiri (zelfbesturen),
sedangkan kewajiban secara horizontal berarti
kekuasaan untuk kekuasaan menyelenggarakan
pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertikal berarti
kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam arti
tertib ikatan pemerintahan secara keseluruhan.
Dalam kerangka negara hukum wewenang
pemerintah berasal dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dengan kata lain kewenangan hanya
diberikan oleh UU di mana pembuat UU dapat
memberikan wewenang pemerintah, baik kepada organ
pemerintah maupun kepada aparatur pemerintahan
misalnya, apakah pemerintah daerah memperoleh
wewenang dibidang penerbitan perizinan melalui
83
atribusi, maka perlu ditelaah urursan – urusan yang
menjadi wewenang pemerintah daerah berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
Untuk hal tersebut dapat dilihat ketentuan UU No. 12
tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang dalam
pasal 10 ayat (1) dinyatakan : Pemerintah daerah
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya,kecuali urusan pemerintah yang oleh
undang – undang ini ditentukan menjadi urusan
pemerintah.
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintah yang
menjadi kewenangan sebagaimana yang dimaksudkan
ayat (1), pemerintah daerah menjalankan otonomi
daerah seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah yang berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan.
Urusan pemerintah yang menjadi urusan pemerintahan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi :
1. Politik luar negeri
2. Pertahanan
3. Keamanan
4. Yustisi
5. Moneter dan fiskal nasional, dan
6. Agama
Lebih rinci lagi masalah pembagian urusan ini tertuang
dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah, Provinsi,
danKabupaten/Kota.
Dengan melihat ruang lingkup kewenangan
daerah di atas dapat dipastikan urusan penerbitan
perizinan termasuk dalam urusan otonomi daerah
bahkan sebenarnya menjadi bagian integral dari urusan
otonomi daerah, sebab wewenang penerbitan perizinan
diatribusikan kepada badandan pejabat administrasi
negara.
84
Penutup
Soal Latihan :
Daftar Pustaka
85
Marbun, SF, dkk, 2001, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum
Yogyakarta;
86
BAB VII
HUKUM KEPEGAWAIAN
Deskiripsi Singkat
Relevansi
87
2. Menguasai peraturan UU No. 43 Tahun 1999 yang
mengatur tentang Kepegawaian.
Identifikasi permasalahnya :
88
f. Jabatan birokrasi yang hanya menampung jabatan
struktural dan pengisiannya sering kali tidak
berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan;
89
dilakukan oleh
Pegawai Negeri;
3. Tugas dan wewenang Pegawai Negeri berupa public
service
dituangkan dalam Pasal 3 ayat (1) UU No. 43 tahun
1999 yang
menyatakan bahwa Pegawai negeri berkedudukan
sebagai unsur
aparatur Negara yang bertugas untuk memberikan
pelayanan
kepada masyarakat secara professional, jujur adil dan
merata
Materi Manajemen
90
Pengisian Staf (Staffing),Mengarahkan (Directing);
Pengawasan (Controlling);Penilaian (Evaluating).
Manajemen Kepegawaian
91
Kata manajemen merupakan perkembangan dari
pengertian administrasi. Istilah administrasi dalam Ilmu
Administrasi Negara berasal dari bahasa Latin
“administrare”, asal kata ad dan ministrare yang
diartikan sebagai “pemberian jasa atau bantuan”. Kata
administrasi mengandung arti “melayani” (to serve),
pimpinan (administrator) atau memimpin (to manage)
yang akhirnya berarti manajemen.
92
1. Pengadaan dan seleksi tenaga kerja/pegawai, yang
diketahui dari rangkaian kegiatan tentang pengadaan,
seleksi, dan pengangkatan melalui ujian calon pelamar
menjadi pegawai
93
penetapan norma, standar, prosedur, formasi,
pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya
PNS, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan,
pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan
hokum
Perencanaan
94
4). Bahwa manusia (yang menjadi anggota organisasi)
dihadapkan kepada keserba-terbatasan, baik dari fisik,
mental dan biologis karenanya harus diusahakan
terciptanya iklim kerjasama yang baik.
1. What
2. Where
3. When
4. Who
5. How
6. Why
Sehubungan dengan aturan hukum tentang
perencanaan administrasi kepegawaian, UU No.43
Tahun 1999 mengatur tiga hal pokok yaitu :
95
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) PP No. 97 Tahun 2000,
Formasi masing-masing satuan organisasi negara
disusun berdasarkan analisis kebutuhan dan penyediaan
pegawai sesuai dengan jabatan yang tersedia, dengan
memperhatikan norma, standar dan prosedur yang
ditetapkan pemerintah berupa:
1. Jenis pekerjaan;
2. Sifat pekerjaan;
96
Negara. Bagi PNS pusat diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian pusat. Sedangkan bagi lembaga
pemerintahan di daerah, penempatan dilakukan pada
kantor-kantor Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota, Badan Usaha Milik Daerah, atau
lembaga lain di luar instansi induknya, bagi PNS daerah
dan diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian daerah
Pengembangan Kualitas
97
Jenis pendidikan dan pelatihan (diklat) dapat dibedakan
dari segi waktu penyelenggaraan, yang terdiri atas :
98
diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat
atasannya langsung.
99
2. Kenaikan pangkat pengabdian, yang diberikan kepada
PNS yang akan diberhentikan dengan hormat dengan
hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun dan
diberikan kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih
tinggi (Pasal 27 ayat (1)).
Penggajian
Kesejahteraan
Cuti
100
Pasal 8 UU No. 43 Tahun 1999 menyebutkan bahwa setiap
Pegawai Negeri berhak atas cuti. Yang dimaksud dengan
cuti adalah tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka
waktu tertentu.
101
d. Alasan penting lainnya yang ditetapkan
kemudian dengan keputusan presiden. Cuti
karena alasan penting dapat diberikan untuk
paling lama dua bulan.
Perawatan
Tunjangan
102
Pasal 9 ayat (2) UU No. 43 Tahun 1999 disebutkan bahwa
setiap PNS yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani
dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang
mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan
apa pun juga, berhak memperoleh tunjangan. Yang
dimaksud dengan cacat jasmani dan/atau cacat rohani
yang didapat yaitu:
Uang duka
103
4. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak
bertanggungjawab ataupun sebagai akibat tindakan
terhadap anasir tersebut.
Pemberhentian
104
sebagai penghargaan atas jasa-jasa PNS selama bertahun-
tahun bekerja dalam dinas pemerintah. Pengaturan lebih
lanjut mengenai pensiun bagi PNS diatur dalam PP No. 34
Tahun 2003 tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan
PNS dan Janda/Duda.
c. Kurangnya sarana-prasarana
d. Budaya masyarakat
105
tidak menuntut mereka untuk saling memberikan
prestasi karena hasil yang diterima setiap bulannya
relatif tidak berubah. Hal ini berimbas pada kinerja yang
hanya berorientasi pada hasil bukanlah proses
penyelenggaraan pemerintahan yang menuntut adanya
totalitas dalam penyelengaaran tugasnya.
Pasal 7
106
c. hukuman disiplin berat.
a. teguran lisan;
Penutup
Soal Latihan
107
1. Jelaskan perubahan paradigma Hukum Kepegawaian
dengan identifikasi permasalahnya.
2. Bagaimana hubunghan hukum kepegawaian dengan
HAN.
3. Jelaskan ruang lingkup manajemen kepegawaian.
4. Sebutkan peraturan yang mengatur tentang
manajemen kepegawaian.
5. Jelaskan fungsi – fungsi manajemen Pegawai Negeri
Sipil.
Daftar Pustaka
BAB VIII
109
PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Deskripsi Singkat
Relevansi
110
yang terjabarkan di dalam kaidahkaidah/pandangan-
pandangan nilai yang mantab dan mengejawantah dan sikap
tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
menciptakan (sebagai “social engineering”), memelihara dan
mempertahankan (sebagai “social control”) kedamaian
pergaulan hidup. Penegakan Hukum secara konkret adalah
berlakunya
Hukum positif dalam praktik sebagaimana seharusnya patut
ditaati.
Oleh karena itu, memberikan keadilan dalam suatu
perkara berarti memutuskan perkara dengan menerapkan
hukum dan menemukan hukum in concreto dalam
mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materil
dengan menggunakan cara procedural yang ditetapkan oleh
Hukum formal. (Ridwan, HR. 2011:291)
Dalam melaksanakan hukum, akan ada banyak
tantangan dan hambatan yang akan terus berkembang
dengan ciri dan bentuk yang berbeda-beda sesuai
perkembangan jaman. Hal inilah yang kemudian menuntut
hukum dan aparat penegak hukum sebagai pelaksananya
untuk dapat menegakan Hukum dengan berusaha mengatasi
dan mencari pemecahan masalah yag timbul dari pelaksanaan
Hukum tersebut dalam rangka menjaga hukum tetap dapat
diterapkan.
Sehubungan dengan itu, Soerjono Soekanto
mengatakan penegakan Hukum bukan semata-mata berarti
pelaksanaan perundang-undangan, walaupun dalam
kenyataan di Indonesia kecendrungannya adalah demikian,
sehingga pengertian law enforcement begitu popular.
Penegakan Hukum di Indonesia harus berarti penegakan
Hukum yang mengandung nilai-nilai yang sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945.
111
Pengertian Penegakan Hukum dalam Administrasi
Negara
113
d) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum
tersebut berlaku atauditerapkan;
e) Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan padakarsa manusia didalam pergaulan hidup.
114
kemungkinan terjadinya dampak monoter. Selin itu,
instrumen ini berkaitan dengan rancangan anggaran
belanja negara, pembiayaan daerah melalui
perimbangan antara pusat dan daerah.
Untuk yang pertama, yakni instrumrn Yuridis memiliki 2 (dua)
poin :
a. Peraturan perundang-undangan (wet en regweling)
Sehubungan dengan penggunaan peraturan perundang-
undangan sebagai salah satu instrumrn pemerintah, perlu
diperhatikan ada beberapa tingkatan norma hukum
administrasi yaitu :
1. Keseluruhan norma – norma hukum tata usaha negara.
2. Pembentukan norma hukum tata usaha negara dalam
masyarakat yang tidak hanya dapat dilakukan pembuat
undang – undang (legislatif) dan badan-badan keadilan
saja, tetapi juga oleh aparat pemerintah dalam hal ini
badan atau pejabat tata usaha Negara.
Dan perlu diketahui bahwa dalam ilmu hukum dikenal
empat sifat norma hukum, yaitu :
Norma Umum abstrak, misalnya Undang-undang
Norma individual konkret, misalnya KTUN ( Ketetapan
Tata Usaha Negara)
Norma umum konkret, misalnya rambu-rambu lalu
lintas.
Noma individual abstrak, seperti misalnya : ijin
gangguan, ijin bangunan, dan sebagai.
b. Peraturan kebijakan ( beleidsregel )
Merupakan salah satu sasaran yang memberikan ruang
gerak bagi pejabat atau badan administrasi Negara untuk
melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya
terhadap undang – undang.
Ciri-ciri Peraturan Kebijakan menurut Bagir Manan
menyebutkan ciri-ciri peraturan kebijakan sebagai berikut :
1. Peraturan kebijakan bukan merupakan peraturan
perundang-undangan.
115
2. Asas-asas pembatasan dan pengujian terhadap
peraturan perundang – undangan tidak dapat
diberlakukan pada peraturan kebijaksanaan.
3. Peraturan kebijaksanaan tidak dapat diuji secara
wetmatigheid karena memang tidak ada dasar peraturan
perundang undangan untuk membuat keputusan
kebijaksanaan tersebut.
4. Peraturan kebijaksanaan dibuat berdasarkan Freies
Ermessen dan ketiadaan wewenang administrasi
bersangkutan membuat peraturan perundang-undangan.
c. Rencana ( het plan )
Perencanaan dibagi menjadi tiga kategori :
1. Perencanaan informative
2. Perencanaan indikatif
3. Perencanaan operasional atau normatif.
Penutup
Soal Latihan
Daftar Pustaka
117
Bagirmanan dan Kuntana Magnar, 1987, Peranan Peraturan
Perundang-undangan dalam Pembinaan Hukum
Nasional, Amrico, Bandung.
118
Prajudi Atmosudirdjo, Prof. Dr,1983, Hukum Administrasi
Negara,
Ghalia Indonesia, Jakarta;
119
BAB IX
GOOD GOVERNANCE
Deskripsi Singkat
Relevansi
120
Pendayaangunaan aparatur Negara wajib mendukung
kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan
dengan mempraktek good governance.
121
pengelolaan berbagai urusan penyelenggaraan negara
secara politik, ekonomi, dan administratif di semua
tingkatan.
122
Asas partisipasi adalah bentuk keikut sertaan warga
masyarakat dalam pengambilan keputusan atau
dengan kata lain ikut serta untukmengambil bagian
dalam proses bernegara, berpemerintahan dan
bermasyarakat baik itu melalui sitem perwakilan yang
secara mekanisme pemilihan secara langsung oleh
rakyat sebagai perentara di dalam menyampaikan
aspirasi secara ikut sertaan berpartisipasi dalam
pembangunan. Partisipasi masyarakat tidak hanya
dalam tahap imlementasi, akan tetapi secara
menyeluruh, mulai dari tahapan menyusun kebijakan,
pelaksanaan, evaluasi serta pemanfaatan hasil-
hasilnya.
2. Penegakan Hukum ( rule of law )
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan
pemerintahan yang profesional harus didukung oleh
penegakan hukum yang berwibawah dalam rangka
demokrasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Salah satu syarat kehidupan demokrasi adalah
adanya penegakan hukum yang adil dan dilaksanakan
tanpa pandang buluh. Tanpa ditopang oleh aturan
hukum dan penegakannya secara kosekuen,
partisipasi publik dapat berubah menjadi tindakan
anarkhis. Publik membutuhkan ketegasan dan
kepastian hukum. Tanpa kepastian dan ketegasan
dalam aturan hukum proses politik tidak akan
berjalan dan tertatat dengan rapi.
3. Transparansi ( taransparancy )
Transparansi adalah unsur lain yang menopang
terwujudnya Good and Clean Governance. Akibat
tidak adanya prinsip transparan ini, menurut banyak
ahli, Indonesia telah terjerembab ke dalam kubangan
korupsi yang sangat parah. Untuk tidak mengulangi
pengalaman masa lalu dalam pengelolaan kebijakan
publik harus ada keterbukaan setia paktivitas yang
menyangkut semua kepentingan publik. Hal ini
123
mutlak dilakukan dalam rangka menghilangkan
budaya korupsi dikalangan pelaksana pemerintahan
baik pusat maupun di bawahnya.
4. Daya Tanggap (Responsivenees)
Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-
prinsip Good and Clean Governance bahwa
pemerintah harus tanggap terhadap persoalan
persoalan masyarakat. Pemerintah harus memahami
kebutuhan masyarakatnya, bukan mengunggu
mereka menyampaikan keinginan-keinginannya,
tetapi pemerintah harus proaktif mempelajari dan
menganalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
5. Konsensus (kesepakatan)
Asas konsensus adalah bahwa keputusan apapun
harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui
konsensus ( kesepakatan). Terutama
menyangkut kebijakan –kebijakan penting dan
bersifat publik seyogianya diputuskan secara bersama
dengan seluruh unsur terkait karena urusan yang
mereka kelola adalah persoalan-persoalan publik
yang harus dipertangungjawabkan kepada rakyat.
6. Kesetaraan (Keadilan)
Kesetaraan (equity) adalah kesamaan dalam
perlakuan pelayanan publik. Asas kesetaraan ini
mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah untuk
bersikap dan berprilaku adil dalam hal pelayanan
publik tanpa mengenal perbedaan keyakinan, suku,
jenis kelamin, dan kelas sosial.
7. Efektifitas dan Efisiensi.
Pemerintah yang baik dan bersih harus memenuhi
kriteria efektif dan efisien,yakni berdaya guna dan
berhasil guna. Kriteria efektifitas (berdaya guna)
biasanya diukur dengan parameter produk yang
dapat5 menjangkau sebesar-besarannya kepentingan
masyarakat dan berbagai kelompok dan lapisan
sosial. Sedangkan Efisiensi umumnya diukur dengan
124
rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan semua masyarakat. Semakin kecil biaya
yang terpakai untuk kepentingan yang terbesar, maka
pemerintah tersebut termasuk dalam kategori
pemerintahan yang efisien.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban
pejabat publik terhadap masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi
kepentingan mereka. Setiap pejabat publik dituntut
untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan
perbuatan, moral maupun netralis sikapnya terhadap
masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas
akuntabilitas dalam upaya menuju pemerintah yang
bersih dan berwibawa.
9. Visi Strategis.
Visi strategis adalah pandangan – pandangan
strategis untuk menghadapi masa yang akan datang.
Kualifikasi i8ni penting dalam rangka realisasi Good
and Clean Governance. Dengan kata lain, kebijakan
apapun yang diambil saat ini, harus diperhitungkan
saat ini, harus diperhitungkan akibatnya pada sepuluh
atau dua puluh tahun ke depan. Tidak sekedar
memiliki agenda strategis untuk masa yang akan
datang, seorang yang menempati jabatan publik atau
lembaga profesional lainnya harus mempunyai
kemampuan menganalisis persoalan dan tatangan
yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.
UNDP (dikutip oleh LAN) (Dalam Sadjijono, 2008 :
151-153)
Penutup
Soal Latihan
125
1. Mengapa Good Governance merupakan Prasyarat utama
dalam penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan
?
2. Mengapa penyelenggara publik harus
mempertangungjawabkan apa yang mereka lakukan
baik secara pribadi maupun secata publik? Jelaskan!
3. Administrasi Negara dalam memilih kebuijakan X dan
bukan kebijakan Y, perlu ada penjelasannya. Jelaskan!
4. Bagaimana itu pemerintah yang baik menurut saudara.
5. Ada berapa prinsip – prinsip pokok yang saudara ketahui
yang menjadi asas Good and Clean Governance.
6. Perlukah masyarakat dan sektor swasta mterlibat dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersi ?
Jelaskan jawaban saudara!
Daftar Pustaka
Bagirmanan dan Kuntana Magnar, 1987, Peranan Peraturan
Perundang-undangan dalam Pembinaan Hukum
Nasional, Amrico, Bandung.
126
--------1987, Pokok – Pokok Hukum Administrasi Negara,
Liberty, Jogyakarta.
127