NAMA : SUTIKNO
NIM : 030203349
UPBJJ : MANADO
Dari segi etimologi, kata sistem berasal dari Bahasa Yunani yaitu systema, kata kerjanya
sunita’nai yang berarti menyebabkan berdiri bersama, to place together, menempatkan bersama, dan
dalam Bahasa Inggris dikenal dengan system, yang mempunyai satu pengertian yaitu sehimpunan
bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan
yang tidak terpisahkan. Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit
dan bumi yang bekerja bersama – sama sehingga dapat lihat bahwa sistem terdiri dari unsure –
unsure yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsure tersebut
hilang atau tidak berfungsi maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi disebut sebagai
suatu sistem.
Untuk terbentuknya suatu Negara, terdapat beberapa elemen atau unsure utama yang
membentuk pengertian Negara, antara lain :
1) Warga Negara
Istilah warga Negara merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu Staatsburger,
sedangkan dalam bahasa Inggris adalah ctizen, dan pada terjemahan istilah Prancisnya
adalah citoyen.
2) Wilayah Negara
Wilayah Negara diartikan sebagai ruang yang batas Negara dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administrative dan/atau aspek fungsional.
Mengenai wilayah Negara Kesatuan RI, Pasal 25 huruf A UUD 1945 menegaskan
bahwa “NKRI” adalah sebuah Negara kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah
yang batas – batas dan hak – haknya ditetapkan dengan undang – undang Peta Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Pemerintahan Negara
Pemerintahan Negara dalam arti sempit adealah lembaga Negara yang
menyelenggarakan kekuasaan eksekutif (pemerintah), disebut lembaga eksekutif.
Lembaga eksekutif memegang kekuasaan pemerintahan menurut dan berdasarkan
konstitusi Negara.
Pemerintahan Negara dalam arti luas adalah keseluruhan lembaga Negara yang
menyelenggarakan administrasi Negara sesuai dengan wewenangnya masing – masing
untuk mencapai tujuan Negara.
Dalam kamus Webster (1962) dijelaskan istilah administer berasal dari Prancis kuno, dan
Latin, administrare, dan ad + ministrare yang dalam bahasa Inggris berarti to serve. Istilah to
administer dapat berarti :
To manage atau to direct, yaitu mengendalikan atau memimpin, seperti dalam kalimat to
administer a government, yang berarti mengendalikan pemerintahan.
Ti serve out to dispense, yaitu melayani, melaksanakan, atau membagikan, seperti pada
kalimat to administer the sacraments.
Agar lebih konprehensif dan untuk lebih memahami bahasan pengertian dan ruang
lingkup administrasi Negara dikemukakan beberapa definisi administrasi Negara dari
ahli – ahli berikut:
1) Public Administration adalah organisasi dan manajemen dari manusia dan benda
guna mencapai tujuan – tujuan pemerintah. Public administration adalah suatu seni
dan ilmu tentang manajemen yang digunakan untuk mengatur urusan – urusan
Negara (Dwigh Waldo, 1982)
2) John M Pfifner dan Robert V.Presthus (1960), administrasi Negara didefinisikan
sebagai koordinasi usaha – usaha perorangan dan kelompok untuk melaksnakan
kebijakan pemerintah.
3) Administrasi Negara adalah :
a. Suatu kerja sama kelompok dalam lingkungan pemerintah.
b. Mempunyai peranan penting dalam perumusan kebijakan umum/Negara dan
oleh karenanya merupakan sebagian dari proses politik.
c. Dalam beberapa hal berbeda dengan administrasi privat.
d. Sangat erat kaitannya dengan berbagai macam kelompok swasta dan perorangan
dalam menyajikan pelayanan kepada masyarakat(Felis A Nigro.1970)
4) Administrasi Negara adalah studi tentang seluruh proses, organisasi dan individu
yang bertindak sesuai dengan peranan dan jabatan resmi sehubungan dengan
pelaksanaan peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh lembaga – lembaga
legislative, eksekutif, dan peradilan (Gordon,1982).
b. Pentingnya Perencanaan
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutma
dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis.
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi,
membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas
kerja organisasi.
e. Perencanaan Program
Perencanaan adalah salah satu proses dasar manajerial, yang diikuti bersamaan dengan
pengorganisasian, staffing, kepemimpinan dan kontroling. Sedangkan interpretasi dari
‘program’ dalam penggunaan umum. Secara formal, pembuatan perencanaan memuat
mengenai beberapa hal, yaitu:
Apa? Tugas yang harus diselesaikan.
Siapa? Orang yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan itu.
Kapan? Waktu (jam, hari, tanggal, bulan, tahun) untuk menyelesaikan.
Bagaimana? Kuantitas dan kualitas kegiatan yang diperlukan
Dimana? Struktur yang paling tepat untuk mencapai target yang ditetapkan.
4. E- GOVERNMENT
a. Pengertian E-government
E – government merupakan istilah yang menurut Conrad (2001) diberikan untuk suatu
pemerintahan yang mengadopsi teknologi yang berbasis internet yang dapat melengkapi dan
meningkatkan program dan pelayanannya.
Tujuan utamanya adalah untuk memberikan sesuatu yang terbaik kepada pengguna jasa atau
untuk memberikan kepuasan maksimal.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya e – government
merupakan upaya pemanfaatan dan pendayagunaan telematika untuk meningkatkan efisiensi
dan cost-effective pemerintahan, memberikan berbagai jasa pelayanan kepada masyarakat
secara lebih baik, menyediakan akses informasi kepada publik secara lebih luas, dan
menjadikan penyelenggaraan pemerintahan lebih bertanggung jawab (accountabel) serta
transparan kepada masyarakat.
Di dalam Bahan Mata Pokok (BMP) ini saya meringkas secara sederhana Materi Mata
Kuliah , yaitu :
1. Identifikasi dan Perumusan Masalah Kebijakan Publik
2. Menyusun Agenda Kebijakan
3. Memformulasi Kebijakan
4. Mengimplementasi Kebijakan
5. Mengevaluasi Hasil dan Dampak Kebijakan.
Untuk mempertajam pemahaman tentak Karakteristik Masalah kebijakan ada baiknya saya sajikan
sebuah anatomi tentang deskripsi masalah sebagai berikut:
Marilah kita sekarang memperhatikan pendapat beberapa orang ahli tentang agenda
kebijakan.
J.W. Kingdom(1984)
Policy agenda is the list of problems to which officials and people outside of government
closely associated with those officials, are paying some serious attention at any given
time.
Agenda kebijakan adalah daftar hal – hal atau masalah kepada apa para pejabat
pemerintah dan orang – orang yang terkait erat dengan pejabat tersebut, sedang
memberikan perhatian yang serius terhadap masalah itu pada suatu saat vtertentu.
James E.Anderson(1979)
Andreas menyatakan bahwa kita sering mendengar atau membaca tentang adanya
berbagai tuntutan (demands) dari berbagai kelompok masyarakat atau individu akan
perlunya tindakan pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah yang ada.
T.A.Birkland (2007)
Menurut Birkland; Sebuah agenda adalah sebuah kumpulan masalah, penyebab
timbulnya masalah, simbol – simbol, dan unsur – unsur lain yang terdapat dalam masalah
publik yang mendapat perhatian dari publik dan pejabat pemerintah.
Terdapat beberapa jenis isu atau masalah yang ditempatkan pada agenda sistemik dan
agenda institusional yang disebutkan oleh ahli yang bernama Lester dan Stewart (2000),
yaitu :
a. Subject issues, yaitu isu atau masalah yang relatif luas dan besar seperti masalah
polusi udara, air, perawatan kesehatan, dan sebagainya,
b. Policy issues, yaitu isu atau masalah yang berada di sekitar legislasi tertentu seperti
masalah yang telah diatur dalam UU Lingkungan Hidup, UU Ketenagakerjaan, UU
Perlindungan anak, dan sebagainya
c. Priject issues, yaitu isu atau masalah yang terkait dengan proyek dan lokalitas tertentu
misalnya masalah pembangunan gedung baru DPR-RI, pembelian pesawat
keperisidenan, pencabutan subsidi BBM, Dan sebagainya.
d. New issues, yaitu isu atau masalah yang baru muncul seperti masalah hujan asam,
polusi udara dalam ruangan, radio aktif, dan sebagainya.
e. Cyclical issues, yaitu isu atau masalah yang terjadi secara reguler seperti masalah
defisit anggaran, masalah lindungan hukum TKI atau TKW, dan sebagainya.
f. Recurrent issues, yaitu isu atau masalah yang muncul kembali karena kegagalan
pilihan kebijakan sebelumnya seperti masalah kemiskinan.
Banyak pendapat tentang penyusunan agenda kebijakan, tetapi menurut hemat saya menyusun
agenda kebijakan itu pada intinya adalah proses mempertemukan perumusan masalah dengan benar
dan penentuan alternatif solusi pemecahan masalah yang juga benar sehingga menghasilkan agenda
kebijakan yang akan dipakai untuk mengatasi masalah yang ada.
3. Memformulasi Kebijakan
3.1. Model Perumusan Kebijakan Publik
Proses memformulasi kebijakan publik tentunya mempunyai kaitan dengan proses lainnya yang
telah diuraikan pada modul sebelumnya, yaitu proses memasukkan masalah ke dalam agenda
kebijakan. Masalah yang telah berada dalam agenda inilah yang nantinya benar – benar akan
diuraikan, dipertimbangkan, dan diputuskan alternatif pemecahannya untuk mengatasi masalah.
Keputusan kebijakan sebelum diimplementasikan perlu mendapatkan adopsi dan legitimasi dari
badan tertentu yang memang diberi hak untuk mengesahkannya agar upaya posisi dan eksistensi
kebijakan itu semakin kuat dan mendapat dukungan dalam mewujudkan secara riil.
a. Model Perumusan
Proses perumusan kebijakan publik bukanlah pekerjaan yang gampang dan sederhan
melainkan suatu proses yang sangat kompleks, dinamis dan bisa melibatkan beberapa
komponen yang berbeda – beda.
Dari sekian banyak jenis model perumusan kebijakan publik, saya akan menguraikan dari
hasil rujukan pada pandangan Thomas R.Dye(1978), Brian Hogwood dan Lewis
Gunn(1984), James Anderson (1984), MichaelHowlett dan M.Ramesh(1995), dan James
Lester dan Joseph Stewart Jr.(2000).
1. Model Rasional
Model rasional, kadang – kadang juga dinamakan model rasional komprehensif, pada
hakikatnya adalah merupakan sebuah model yang berasal dari proses pembuatan
keputusan di dunia bisnis yang kemudian diadaptasikan ke dalam dan diterapkan di
sektor publik.
2. Model Inkremental
Bahwa perumusan kebijakan publik adalah kelanjutan dari aktivitas pemerintah di masa
lain dengan melakukan modifikasi secara inkremental (sedikit demi sedikit).
3. Model Sistem
Model sistem aslinya berasal dari dan dikembangkan oleh para ahli biologi yang
kemudian diterapkan pada kajian ilmu politik utamanya oleh DavidbEaston (1979) yang
menyatakan bahwa perumusan kebijakan publik utamanya dipengaruhi oleh adanya
tuntutan tentang dibuatnya kebijakan baru atau untuk mendukung kebijakan yang telah
ada.” Public policy formation is intially affected by demands for new policies or support
for the existing policies”.
3.2. Aktor – Aktor dalam Arena Perumusan Kebijakan
Perumusan kebijakan publik banyak melibatkan peran aktor kebijakan baik yang
resmi atau tidak resmi.
Berikut ini akan saya sajikan ringkasan kategorisasi aktor pembuat rumusan
kebijakan publiak sebagai berikut :
a. Legislatif
Dalam sebuah sistem politik demokratis, badan legislatif ( yang berisi para
pimpinan dan anggota legislatif) punya peran yang sangat penting dalam proses
pembuatan peraturan ( Undang – undang ) dan kebijakan penting lainnya.
b. Eksekutif
Dalam sistem pemerintahan presidensial peran badan eksekutif ( presiden dengan
seluruh jajaran eksekutif di bawahnya) mempunyai peran yang sangat penting ,
baik dalam proses perumusan maupun pelaksanaan peraturan perundangan dan
kebijakan strategis.
c. Badan – badan Administratif (Birokrasi)
Secara umum, bahwa badan – badan administrasi ( jajaran borakrasi ) memiliki
peran utama hanya dalam hal pelaksanaan kebijakan, sedang perumusannya
dilakukan oleh peajabat politik.
d. Badan Pengadilan
Di Amerika nSerikat Badan Pengadilan ( Mahkamah) mempunyai peran sangat
penting dalam perumusan kebijakan publik.
e. Kelompok Kepentingan.
Sementara kita telah bisa memahami bahwa pemerintah memiliki peran penting
dalam perumusan kebijakan, kenyataan politik modern telah memberikan ruang
yang besar dan signifikan atas peran kelompok kepentingan dalam proses
perumusan kebijakan publik di hampir semua negara.
f. Partai Politik
Walaupun partai politik utamanya lebih tertarik perhatiannya pada pemilihan
umum untuk memperoleh kekuasaan sehingga dapat mengontrol kinerja
pemerintah, tetapi mereka juga punya peran yang cukup penting di bidang
kebijakan .
g. Warga secara Individu
Walaupun tugas utama perumusan kebijakan publik terletak di tangan pemerintah,
namun dalam banyak hal warga secara individual juga berpartisipasi secara
langsung dalam proses pembuatan keputusan.
h. Organisasi Penelitian
Aktor lain yang juga terlibat dalam proses kebijakan adalah para peneliti yang ada
di berbagai kampus dan kelompok pemikir ( thing tanks ).
i. Media Massa
Tidak bisa dipungkiri bahwa media massa mempunyai peran yang sangat penting
dalam menghubungkan kepentingan negara dengan warga negaranya.
4. Mengimplementasikan Kebijakan
4.1. Model Implementasi Kebijakan
Keseluruhan implementasi kebijakan dievaluasi dengan cara mengukur luaran program
berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran program dilihat melalui dampaknya terhadap sasaran yang
dituju baik individu dan kelompok maupun masyarakat. Luaran implementasi kebijakan adalah
perubahan dan diterimanya perubahan oleh kelompok sasaran.
Proses implamintasi kebijakan bukanlah suatu proses yang sederhana, ia adalah proses yang
sangat kompleks terlebih bila dalam proses implamentasi tersebut melibatkan banyak aktor dan
instusi dengan berbagai nilai dan kepentingan yang ada padanya maka implementasi kebijakan
tersebut senantiasa berada dalam situasi yang sulit. D. W. Brinkerhoff dan B. L. Crosby (2002)
ketika menjelaskan mengenai manajemen reformasi kebijakan, juga mengidentifikasi 4 (empat)
karakteristik implementasi kebijakan yang signifikan berikut ini.
1. Policy implementation is really a linier, coherent process. Implementasi kebijakan bukanlah
sebuah proses yang linier. Walaupun tujuan dan obyektif kebijakan telah ditetapkan secara
jelas, tanpa acap kali implementasi kebijakan tidak berjalan secara mulus, berurut-urutan,
dan bervariasi.
2. No single agency can manage the policy-implementation effort. Tidak ada satu agensi (aktor
implementasi) tunggal yang mampu menangani usaha-usaha implementasi kebijakan. Proses
implementasi kebijakan membutuhkan dukungan dan kerja sama banyan agensi lain baik di
dalam maupun luar pemerintah, swasta dan masyarakat sipil.
3. Policy implementation creates winners and losers. Implementasi kebijakan dapat
memunculkan pihak yang menang dan yang kalh. Pelaksanaan kebijakan diharapkan mampu
memberikan manfaat bagi mereka yang menjadi ‘beneficiaries’ dari kebijakan tersebut.
4. New policies generally do not come with budgets. Kebijakan baru pada umumnya tidak
disertai dengan anggaran yang disediakan untuk itu. Implementasi kebijakan membutuhkan
anggaran yang cukup untuk mewujudkannya.
Tabel .1
Model Implementasi Kebijakan
No. Nama Pakar Fokus Analisis
1 Derthick (1972); Pressman dan ‘Model Kegagalan’: analisis kegagalan
Wildavsky (1973); Bardach (1973) implementasi kebijakan.
2 Van Meter dan Van Horn (1975); Hood ‘model Atas-Bawah’: analisis faktor-faktor yang
(1976); Gunn (1978; Sabatier dan menjadikan keberhasilan implementasi.
Mazmanian (1979)
3 Lipsky (1971); Wetherley dan Lipsky ‘Model Atas-bawah’: analisis pentingnya peran
(1977); Elmore (1978, 1979); Hjern, aktor lain dan interaksi organisasi.
dkk. (1978)
4 Majone dan Wilavsky (1978) Browne ‘Model Hibrida’: analisis implementasi sebagai:
dan Wildavsky (1984) Lewis dan Flynn - Evolusi
(1978, 1979) Hjern (1982) Hjern dan - Pembelajaran
Porter (1981) Ripley dan Franklin - Kontinum kebijakan-tindakan
(1982) Sabatier (1986a) Hughes (1994) - Analisis antar-organisasi
- Tipe-tipe kebijakan
- Bagian dari subsistem kebijakan
- Manajemen
Sumber: W. Parsons , 1995: 463
Gambar 01
Model Linier Implementasi Kebijakan
(dikutip dari Baedhowi, 46-48)
Sukses dilaksanakan
Keputusan
kebijakan
Dalam Perkuat
Agenda Institusi
Isu
Kebijakan Tidak ada Gagal
kebijakan
Tidak Tingkatkan
kemauan
politik
Gambar.02
Model Interaktif Implementasi Kebijakan
(Thomas R. Dye. 1981. Understanding Public Policy, Prentice-Hall International, Inc., Englewood
Cliffs, NY)
Isu Kebijakan
Agenda Kebijakan
Tahap Keputusan
Karakteristik Kebijakan
Arena Konflik
Publik Birokrasi
Tolak/Laksanakan Laksanakan/Tolak
Tabel .2
Evaluasi Terhadap Proses Kebijakan
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
formulir implementasi dampak
Ex-ante On-going Ex-post
Evaluation Evaluation Evaluation
“sebelum” “ketika” “sesudah”
Evaluasi yang dilakukan pada Evaluasi yang dilakukan pada Evaluasi yang dilakukan pada
tahap penetapan masalah dan tahap pelaksanaan kebijakan tahap akhir untuk mengetahui
alternatif kebijakan untuk untuk mengetahui sejauh kinerja dan dampak kebijakan,
menyelisik sejauh mana mana pelaksanaan kebijakan apakah biaya yang telah
kebijakan dibuat sesua dengan telah sesuai dengan prosedur, dikeluarkan sepadan dengan
masalah yang dihadapi sumber, waktu dan tujuan manfaat dan keuntungan yang
masyarakat dan merespons kebijakan sebagaimana yang bakal diperoleh masyarakat
kepentingan serta kebutuhan telah dirumuskan pada tahap sebagai penerima konsekuinsi
mereka formulasi kebijakan
Agak mirip dengan tabel di atas, perlu kiranya disimak pendapat Rossi, Freeman, dan
Wright (1979) yang lebih konfrehensif tentang tipologi evaluasi sebagai berikut:
Tabel.3
Tipologi Evaluasi
Evaluasi Evaluasi Evaluasi Evaluasi Biaya-
Perencanaan dengan Dampak Keuntungan dan
Pengenbangan Memonitor Kebijakan Biaya-Efektivitas
Program/kebijakan (4)
(1) (2) (3)
Tujuan Mendesain Menilai proses Menilai Menghitung tingkat
program/kebijakan implementasi efektivitas efisiensi ekonomis
sesuai dengan kebijakan kebijakan program/kebijakan
tujuan-tujuan yang berdasarkan dalam
diinginkan desain mencapai
kebijakan tujuan-
tujuannya
Pertany 1. Luasnya dan 1. Apakah 1. Apakah 1. Berapa biaya
aan tersebarnya implement kebijakan yang telah
Evalua populasi asi telah dikeluarkan
si masalah yang kebijakan menghasi untuk masing-
hendak sesuai lkan masing unit
dipecahkan dengan / perubaha program?
2. Riset & mengarah n yang 2. Berapa besar
pengembangan ke diinginka perbandingan
untuk kelompok n? antara total
perencanaan sasaran? 2. Apakah biaya dengan
dan 2. Apakah perubaha manfaat/keuntu
implementasi implement n yang ngan yang
kebijakan asi terjadi diperoleh
kebijakan signifika
sesuai n secara
dengan substansi
desaain f?
kebijakan?
Evaluasi kebijakan yaitu proses untuk menilai kinerja kebijakan adalah juga merupakan
salah satu bagian dari proses kebijakan yang sangat penting. Pandangan lama melihat aktivitas
menilai kebijakan hanya dilakukan pada bagian akhir proses pelaksanaan kebijakan, tetapi
kemudian pandangan tersebut berubah di mana seluruh proses kebijakan:formulasi, implementasi,
dan evaluasi perlu juga dinilai untuk mengetahui kin erjanya.
Banyak arti atau definisi evaluasi kebijakan yang telah diberikan oleh para pakar, mulai dari
yang singkat atau sederhana, misalnya dari Dye “Evaluasi kebijakan adalah proses pembelajaran
tentang konsekuensi kebijakan publik” sampai dengan yang panjang dan kompleks, misalnya dari
Weiss: “Evaluasi program atau kebijakan adalah penilaian secara sistematis terhadap pelaksanaan
dan atau dampak program/kebijakan dibandingkan dengan sejumlah standar penilaian baik yang
eksplisit maupun implisit sebagai sarana untuk meningkatkan mutu program atau kebijakan”.
1. Diagnosis Organisasi
a. Pengertian Diagnosis
Diagnosis adalah suatu proses mengerti bagaimana fungsi organisasi saat ini dan
menyediakan informasi yangdiperlukan untuk mendesain intervensi perubahan.
Hal yang perlukan dalam melakukan diagnosis orgamnisasi, agar adanya suatu
kesuksesan dalam melakukan diagnosis, serta mendapatkan hasil yang optimal dalam
melakukan perubahan dan pengembangan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karena pentingnya proses diagnosis, konsultan
dank lien harus sama – sama sepakat bahwa cirri – cirri diagnosis yang harus terdapat
adalah sebagai berikut :
1. Kesederhanaan, artinya informasi yang digali harus tidak rumitdan dapat
dipresenrtasikan.
2. Kejelasan, konsultan harus mampumemilih dan menggunakan instrument tolok ukur
tentang apa yang terjadi dalam organisasi yang menyebabkan tumbuhnya
ketidakseimbangan.
3. Keterlibatan, peranan konsultan adalah untuk membantu kliennyamemecahkan
berbagai masalah yang dihadapi oleh klien tersebut.
4. Identifikasi faktor – faktor utama, artinya konsultan menggunakan kumpulan
variable utama tanpa distorsi atau rekayasa dalam diagnosis.
5. Menyoroti faktor – faktor kritikal, guna menemukan akar permasalahan dan tidak
sekedar mengenali berbagai gejala yang segera tampak, konsultan menyoroti faktor –
faktor yang sifatnya kritikalterhadap keberhasilan organisasi.
6. Penumbuhan rasa urgensi. Pada fase diagnosis , konsultan harus mampu
menumbuhkan perasaan urgensi dalam diri semua pihak yang berkepentingan dalam
organisasi .
Ada beberapa criteria umum yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kualitas
elemen organisasi:
a. Kemampuan berdaptasi, yaitu kemampuan mengarahkan
kegiatan dan tenaga dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Tanggungjawab, yaitu kesesuaian antara tujuan individu dan tujuan
organisasi.
c. Identitas, yaitu kejelasan misi dan peran masing – masing unit.
d. Komunikasi, yaitu kelancaran arus data dan informasi antar unit dalam
organisasi
e. Integrasi, yaitu hubungan baik dan efektif antar pribadi dan kelompok,
terutama dalam mengatasi konflik dan krisis.
f. Pertumbuhan, yaitu iklim yang sehat dan positif yang mengutamakan
eksperimen dan pembaruan.
c. Proses Diagnosis
Proses mdiagnosis dilakukan dengan langkah – langkah adalah :
- Pertama , mengidentifikasi wilayah permasalahan tentative
- Kedua , pengumpulan data.
- Ketiga, menganalisis data sehingga data berubah bentuknya menjadi informasi, yang
mutakhir, relevan, akurat dan lengkap.
- Keempat, umpan balik data.
- Kelima , konsultan dan klienmengidentifikasi wilayah permaslahan bersama – sma.
- Keenam, setelah diperoleh kesepakatan antara konsultan dank lien tentang hakikat
permasalahan yang dihadapi organisasi.
Data yang dikumpulkan didasarkan pada identifikasi wilayah permasalahan tentative
yang telah dilakukan sebelumnya.
Maka pengumpulan data perlu dilakukan secara terencana dan teliti, berikut adalah
teknik – teknik mengumpulan data sebagai berikut:
a. Menentukan sasaran
b. Menyeleksi variable sentral
c. Menyeleksi teknik pengumpulan data
d. Evaluasi efektivitas pengumpulan data
Seorang konsultan melakukan proses diagnosis perlu mengetahui rambu – rambu sebagai
berikut :
a. Masalah kerahasiaan
b. Diagnosis yang Berlebihan
c. Diagnosis Krisis
d. Diagnosis yang Mengancam
e. Kebiasaan Konsultan
f. Diagnosis Gejala
3. Kaizen ( Ky’zen )
Kaizen menjadi refleksi dari sikap orang Jepang dan organisasinya memandang kerja
dari kehidupan. Kaizen merupakan salah satu kunci mengapa organisasi ataupun
perusahaan Jepang lebih tahan dan unggul dalam menghadapi perubahan dan
tantangan ataupun tuntutan lingkungan terhadap organisasi dibandingkan dengan
organisasi atau perusahaan Negara – Negara Eropa dan Amerika Serikat.
2. Intervensi Organisasi
a. Pengertian Intervensi
Menurut Miftah Toha (2003) Intervensi dimaksudkan untuk menetapkan cara-cara apakah
yang patut digunakan untuk merencanakan perbaikan berdasarkan masalah yang ditemukan
dalam proses diagnosis dan pemberian umpan balik. Intervensi berarti keikutsertaan klien
dan konsultan bersama-sama merencanakan proses perbaikan berdasarkan atas masalah
yang dijumpai dalam proses diagnosis. Kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan dalam
rangka menata dan memperbaiki kembali fungsi organisasi dalam memberikan kesempatan
kepada anggota organisasi untuk bekerja dalam tim ataupun mereka mengelola suatu tim
serta memelihara (sustainable) organisasi agar teteap dapat beralan dengan baik sesuai
dengan tujuan organisasi.
(Arif (2011); French dan Bell), intervensi pengembangan organisasi adalah serangkaian
kegiatan terstruktur yang didalamnya terdapat unit - unit organisasi terpilih (kelompok atau
sasaran individu) melakukan tugas yang secara langsung atau tidak langsung sasaran tugas
dihubungkan dengan perbaikan organisasi.
b. Rencana Intervensi
Menurut Miftah Thoha (1997), yang perlu mendapat perhatian dalam merencanakan
kegiatan intervensi adalah berikut ini:
1. Kesiapan Klien untuk Melakukan Perubahan
Kesiapan klien untuk mengadakan perubahan organisasi sebenarnya dapat dilihat
sewaktu klien mengumpulkan data.
2. Kepastian bahwa Perubahan Tersebut Masih dalam Batas kekuasaan dan
Kewenangan Organisasi.
3. Kesiapan Sumber – sumber Internal untuk membantu Mengatur, Memonitor, dan
Memelihara Proses Perubahan.
Sumber – sumber tersebut dapat berupa dana dan fasilitas – fasilitas lain yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan perubahan termasuk orang yang akan mengerjakan
membantu pelaksanaan.
c. Tipe – Tipe Intervensi
Siagian (1995) menjabarkan tipe – tipe intervensi dalam rangka perubahan organisasi
yang dapat dilakukan oleh konsultan :
1. Kejelasan.
Dalam kegiatan perubahan organisasi yang sedang dilakukan oleh sekelompok
orang, terkadang seorang konsultan perlu memberikan tambahan penjelasan kepada
kelompok sehingga diharapkan terjadi salah presepsi atau adanya salah pengertian di
antara anggota kelompok tersebut.
2. Simpulan
Agar dalam kegiatan kelompok dalam proses pengambilan keputusan maka
konsultan perlu membuat simpulan mengenai hasil kegiatan atau pembicaraan.
3. Sintesis
Sintesis dibutuhkan sebagai usaha untuk menyatukan prsepsi dan bahasa kelompok
sehingga berbagai pendapat yang muncul tidak berakibat pada berbagai macam
interpretasi, terutama interpretasi yang didasarkan atas unsure subjektivitas.
4. Generalisasi
Generalisasi diperlukan untuk agar tidak ada anggota kelompok merasa ditinggalkan
oleh kelompoknya karena dianggap memberikan pendapat atau ide yang tidak lazim
atau aneh.
5. Mendalami
Konsultan memerlukan informasi secara lebih intensif kepada kelompok atau
memerlukan ide – ide tambahan agar pemahamannya terhadap proses dalam
kelompok semakin meningkat.
6. Bertanya
Sebagai seorang konsultan maka pekerjaan yang penting adalah bertanya kepada
kelompok tentang sesuatu hal yang perlu diketahui.
7. Mendengarkan
Mendengarkan yang dilakukan oleh seorang konsultan tidak berarti bersifat pasif,
tetapi dilakuan sambil memusatkan perhatiannya pada yang disampaikan oleh lawan
bicaranya, seperti gerak – gerik dan raut wajah.
8. Merefleksikan Perasaan
Hal ini yang perlu dimiliki konsultan adalah rasa empati terhadap anggota kelompok.
9. Pemberian Dukungan
Konsultan harus memberikan dorongan terhadap anggota kelompok dalam
menyampaikan idea tau pendapat, bahkan memuji dengan tindakan positif.
10. Konseling
Konseling dibutuhkan dalam proses kelompok apabila kelompok mengalami
konsultan tentang suatu permaslahan tertentu yang mereka tidak dapat mengatasinya
sendiri.
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian secara posisi
yang ada pada perusahaaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan atau
bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.
Desain organisasi merupakan proses perkembangan hubungan dan penciptaan struktur untuk
mencapai tujuan organisasi sedangkan struktur merupakan hasil dari proses desain yang
merupakan suatu kegiatan yang bersifat kontinu dan dirancang oleh manajer.
Selain memiliki struktur, organisasi juga memiliki desain organisasi.
Desain organisasi, Ivancevich (2008) mendefinisikannya sebagai proses penentuan
keputusan untuk memilih alternatif kerangka kerja jabatan, proyek pekerjaan, dan
departemen. Dengan demikian, keputusan atau tindakan-tindakan yang dipilih ini akan
menghasilkan sebuah struktur organisasi.
Desain organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai komponen dan bagian
organisasi.
Desain organisasi memberikan kerangka yang menghubungkan wewenang karena struktur
merupakan penetapan dan penghubung antar posisi para anggota organisasi. Jika seseorang
memiliki suatu wewenang, maka dia harus dapat mempertanggungjawabkan wewenangnya
tersebut.
Selain memiliki struktur, organisasi juga memiliki desain organisasi.
Desain organisasi, Ivancevich (2008) mendefinisikannya sebagai proses penentuan keputusan
untuk memilih alternatif kerangka kerja jabatan, proyek pekerjaan, dan departemen. Dengan
demikian, keputusan atau tindakan-tindakan yang dipilih ini akan menghasilkan sebuah struktur
organisasi.
D. RINGKASAN ADPU4341 TEORI ORGANISASI
1. Struktur Organisasi
Robbins (2007) mendefinisikan struktur organisasi sebagai penentuan bagaimana pekerjaan
dibagi, dibagi, dan dikelompokkan secara formal.
Sedangkan organisasi merupakan unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar, terdiri dari
dua orang atau lebih, dan berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus-menerus guna
mencapai serangkaian tujuan bersama.
a. Konsep Dasar Pengorganisasian
Dalam suatu organisasi, diperlukan Kerangka kerja yang akan diproses sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan. Kerangka kerja organisasi tersebut disebut sebagai desain
organisasi (organizational design) sedangkan bentuk fisik dari kerangka kerja tersebut
dinamakan struktur organisasi (organizational structure).
Struktur organiasi pada dasarnya merupakan desain organisasi dimana manajer
melakukan alokasi sumber daya organisasi yang dikoordinasikan dengan tujuan dan
rencana yang ditetapkan, mencakup tentang pembagian kerja serta penjelasan bagaimana
rencana organisasi akan dilaksanakan.
Salah seorang teoritis organisasi yang konsepnya tentang konfigurasi struktur organisasi
cukup banyak diikuti adalah Henry Mintzberg yang dituangkan dalam buku yang
berjudul Struckture In Fives :Designing Effective Organization.Mintzberg membagi
konfigurasi struktur organisasi menjadi lima yaitu :
Struktur sederhana
Birokrasi mesin
Birokrasi professional
Struktur devisional, dan
Adhocracy
1. Strategic Apex
2. Midle Line
3. Operating Core
4. The Support Staff ( Staf Pendukung)
5. Teknostruktur
Kelima elemen dasar organisasi tersebut jika disusun dalam suatu konfigurasi struktur
organisasi adalah sebagai berikut :
Strategic
apex
Operating Core
Gbr.1
Lima Elemen Dasar Sebuah Organisasi
c. Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kelangsungan,
eksistensi, keberadaan, dll yang menyangkut organisasi baik da dari dalam maupun dari
luar.
Ada 2 macam lingkungan dalam organisasi :
1. Lingkungan Khusus (internal)
2. Lingkungan Umum (eksternal)
Ad. 1 Lingkungan internal
Antara lain :
– Human resources (SDM) = skill
Kemajuan organisasi ditentukan oleh SDM.
Dimana ancaman atau pengaruh eksternal akan mempengaruhi kemajuan dan
kehancuran organisasi, tergantung SDM di dalam organisasi itu.
Ad. 2 Lingkungan eksternal
Lingkungan eksternal pada dasarnya ada 2 :
– Lingkungan makro (atau jauh) : berasal dari luar dan sifatnya tidak langsung
– Lingkungan mikro (atau dekat) : berasal dari luar yang sifatnya langsung
d. Mengelola Perubahan Lingkungan
Perubahan reaktif adalah suatu respon bertahap terhadap peristiwa ketika muncul.
Bidang-bidang Perubahan Organisasi
Perubahan yang terjadi dalam organisasi, setidaknya meliputi tiga bidang umum, yaitu:
Struktur dan rancangan organisasi. Yang termasuk ke dalam bidang ini adalah rancangan
pekerjaan, departementalisasi, hubungan pelaporan, distribusi otoritas, mekanisme
koordinasi, struktur lini-staf, rancangan keseluruhan, budaya, manajemen sumber daya
manusia
Teknologi dan Operasi, meliputi teknologi informasi, peralatan, proses pekerjaan, urutan
pekerjaan, sistem pengendalian Orang. Dalam hal ini yang dipengaruhi adalah kemampuan
dan keterampilan, kinerja, persepsi, ekspektasi, sikap dan nilai Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi adalah Suatu usaha terencana yang berskala organisasi, dikelola
dari puncak, dan dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan kesehatan organisasi
melalui intervensi yang terencana dalam proses organisasi yang menggunakan pengetahuan
perilaku Teknik Pengembangan Organisasi.
2. Teknologi
Teknologi dalam organisasi memiliki peranan utama dalam mempelajari sifat-sifat dari
teknologi suatu organisasi dan hubungan teknologi terhadap struktur organisasi. Dalam teori
organisasi yaitu dengan prinsif ketergantungan (contingency), menyatakan bahwa karakteristik
organisasi mempunyai ketergantungan terhadap faktor-faktor teknologi yang pada akhirnya
berkembang menjadi pendekatan modern dalam teori organisasi. Menurut James Thomson,
teknologi organisasi tidak didasarkan pada penyelidikan yang dilakukan dilapangan, melainkan
merupakan suatu pembahasan teoritis yang disusun berdasarkan landasan-landasan pemikiran
yang telah muncul sebelumnya.
Berikut adalah temuan penelitian dari ketiga ahli organisasi tersebut :
a. Joan Woodward
Woodward seorang sosiolog industry dari Inggris adalah orang pertama yang berusaha
menghubungkan pengaruh teknologi pada struktur organisasi
b. Charles Perrow
Perrow memfokuskan pada teknologi pengetahuan. Ia seolah mengoreksi asumsi
Woodward bahwa teknologi tidak hanya berupa teknologi industry.
c. James D.Thompson
Woodward memfokuskan perhatiannya pada dampak teknologi organisasi terhadap
pemilihan struktur organisasi, sedangkan Perrow lebih memusatkan perhatiannya pada
pengaruh kompleksitas teknologi terhadap struktur organisasi.
a. Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi telah merasuki organisasi. Organisasi banyak
mengalami perubahan terutama organisasi yang banyak mengadopsi teknologi
informasi yang sudah canggih.
Dampak perkembangan teknologi informasi pada organisasi adalah terbentuknya
struktur organisasi yang baru yang fasilitas oleh teknologi informasi yang canggih.
Dalam organisasi teknologi informasi yang canggih umumnya digunakan untuk
mendukung seperti berikut :
a) System Informasi di Antara Para Eksekutif
b) Jaringan Kelompok
c) Informasi Alir Kerja
b. Perencanaan, Strategi, dan Tujuan
Sebuahrencanastrategis. Iniadalahcetak-birudarikegiatan, strategi dan
rencanakerjabagiorganisasiandaataubisnisanda yang dirancang agar
andabisameraihtujuanandasecaraefisien, bijaksana, dan berbiayaefektif.
RencanaStrategisebaiknyadibuatdenganmengikutipendekatanempatlangkahsederhana
:
1. Membuat MISI
Misiharusmerangkumdenganjelassiapaanda, apatujuan yang inginandaraih dan
bagaimanaandaakanmelakukannya. Janganterlalupanjang dan rumit.
Sepertinamanya, misiharusringkas: sebuah ‘pernyataan’ .
2. Mengidentifikasi TUJUAN (GOAL)
Tujuanmerupakanturunandarimisi. Segalasesuatudalammisi yang
menunjukkanorganisasiandaharus ‘beradaditempattertentu’ (mencapaihal pada
tahaptertentu) selamajangkawaktutertentumembutuhkantujuan.
3. Menentukan SASARAN (OBJECTIVES)
Sasaranadalahsesuatu yang mendorongandamencapaitujuan. Tanpasasaranmakacita-
citaandahanyaakanmengapung di angkasa dan tidakakanpernahtercapai.
4. Membuat RENCANA KERJA
Rencanakerjatidakselalutercantumdalamrencanastrategi, tetapipastiadagunanya.
Sayangnya, rencanakerja juga sangatmenyitawaktu.
Sebuahrencanakerjaadalahpenjelasanterincitentangkegiatantertentu yang
diperlukanuntukmemenuhisasaran yang direncanakan.
3. Organisasi, Kekuasaan, dan Konflik
Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemapuan aktual atau kemampuan potensial yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut akan bersikap atau bertindak sesuai
dengan yang diharapkan atau yang dinginkan. Semakin tinggi kedudukan seseorang di
dalam organisasi maka semakin besar pula kekuasaan yang dimilikinya dan begitu pula
sebaliknya. Seseorang atau sekelompok orang atau suatu lembaga sosial akan mempunyai
kekausaan yang semakin besar manakala mereka dapat menguasai informasi, ilmu
pengetahuan atau sumber daya. Jika kedudukan seseorang dalam organisasi tidak
mempunyai kekuasaan yang semakin besar maka berarti kekuasaan yang dimiliki tidak
efektif dan bersifat semu.
Kekuasaan dan Ketergantungan
Secara matematis kita dapat mendiagnosa kekuasaan dengan cara mengukur tekanan
ketergantungan (dependent variable pressure) yang mengalir dengan arah yang berlawanan
dari hubungan kekuasaan. Atau dengan kata kata lain, bahwa jika X mempunyai kuasa atas
Y, maka hal ini dapat diukur melalui derajad ketergantungan Y terhadap X. Umumnya
seseorang bersedia untuk mematuhi orang lain dan orang lain tersebut bersedia mengikuti
perintahnya mempunyai ketergantungan terhadap orang yang mempunyai kekuasaan dan
apalagi jika kekuasaannya efektif.
Perbedan dan KonflikdalamOrganisasi
Ketergantungantujuan dan persaingan dengansumberdaya yang
terbatasakanmenciptakanperbedaan dan
konflikdalamorganisasiakantetapimeskipundemikian dunia
tanpaperbedaanbarangkaliakansangatsulitdibayangkan.
Perbedaanadasejakmanusiadilahirkanke dunia. Perbedaanlahir
bersamaandengankedatanganmanusiakeduani. Awalnyalemahkemudianmenguat.
Awalnyabersifatpribadi dan
lambatlaunmerambahkedalamorganisasiketikaindividutersebutmenjadianggotaorganisasi.
Perbedaantidakmungkindapatdihindari. Perbedaanmerupakanpeluang dan sekaligus juga
ancaman. Perbedaanituibaratpisaudapatdigunakanmemotongapasaja yang
bermanfaatataumerugikan. Perbedaanakanmemberikanmanfaat dan juga
dapatmemberikanmudarat. Perbedaanharusdikelolasecaraprofesional agar
menajdipotensipositif. Yang harusdipahamiadalah dunia tanpaperbedaanopini,
tanpaperbedaannilai, tanpaperbedaanprioritas ,tanpaperbedaanmisi dan harapan di
ibaratkanmataharitanpabayang-bayang dan menjadi dunia tumpul yang
fungsinyasangatrendah.
Untukmengenalperbedaansecaramendalammakakitaharusmengenalargumen, kompetisi
(persaingan) dan konflik.
1. PERAN PEMIMPIN
Seorang pemimpin dalam organisasi memiliki peran yang sangat penting, karena tidak hanya
sekedar memimpin, tetapi harus bisa memberikan visi dan misi atau arah kemana organisasi akan
dibawa. Pemimpin juga harus mengenal pribadi bawahan dan mampu menggerakkan semua potensi
dan tenaga bawahan seoptimal mungkin demi suksesnya sebuah organisasi.
Kepemimpinan melihat jauh ke depan dan dari luar organisasi, bukan hanya di permukaan dan di
dalam organisasi. Secara singkat, ada lima peranan penting seorang pemimpin dalam organisasi,
yakni:
1. Menciptakan visi
2. Membangun tim
3. Memberikan penugasan
4. Mengembangkan orang
5. Memotivasi anak buah
1. Menciptakan Visi
Seorang pemimpin bertugas membuat visi bagi organisasinya. Visi adalah pernyataan tentang cita-
cita organisasi—apa yang ingin dicapai dan akan menjadi seperti apa sebuah organisasi. Visi harus
bisa menyatukan kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dapat memudahkan proses pengambilan
keputusan dalam organisasi. Visi akan membantu pemimpin dan timnya dalam menghadapi
tantangan perusahaan.
Pernyataan visi harus mampu menjadi inspirasi dalam setiap tindakan yang dilakukan setiap
anggota organisasi. Pernyataan visi yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut,
a. Succint
Pernyataan visi harus singkat
b. Appealing
Visi harus jelas dan memberikan gambaran tentang masa depan yang akan memberikan
semangat pada customer, stakeholder, dan anggota organisasi.
c. Feasible
Visi yang baik harus dapat dicapai dengan resource, energi, waktu.
d. Meaningful
Pernyataan visi harus dapat mengunggah emosi positif anggota organisasi, namun tidak
boleh menggunakan kata – kata yang mewakili sebuah emosi.
e. Measurable
Pernyataan visi harus dapat diukur sehingga memungkinkan untuk melakukan pengakuan
kinerja sehinggasetiap anggota organisasi dapat mengetahui apakah visi dapat dicapai atau
belum.
2. Membangun Tim
Seorang pemimpin harus dapat memilih orang-orang yang tepat untuk mengisi posisi yang tepat.
Agar tidak sampai salah memilih anggota tim, tidak ada salahnya jika pemimpin meluangkan waktu
untuk mewawancarai calon karyawan yang akan direkrutnya.
3. Mengalokasikan Tugas
Pemimpin yang baik mengenal anak buahnya dengan baik. Dia dapat menganalisa anggota timnya
dan menempatkan orang yang mumpuni pada posisi yang tepat sesuai dengan kompetensinya.
Pemimpin yang baik akan mengalokasikan tugas bagi anggota timnya sesuai dengan keahlian
dan passion mereka masing-masing.
4. Mengembangkan Orang
Jaman telah berubah. Dulu, banyak orang yang setia bekerja di satu tempat untuk waktu yang lama.
Tetapi sekarang, banyak orang tidak ragu untuk berpindah – pindah tempat kerja karena merasa
tidak bisa berkembang di suatu tempat. Mereka ingin belajar dan menjadi lebih pintar. Seorang
pemimpin harus memahami hal tersebut. Ia harus bisa membaca potensi orang-orang yang
dipimpinnya, serta mengembangkan kemampuan dan value mereka.
5. Memotivasi Anak Buah
Tim yang bersemangat adalah kekuatan bagi organisasi yang sehat. Untuk menjaga semangat tim,
pemimpin harus dapat menginspirasi dan memotivasi anak buahnya. Tim yang bahagia dan
bersemangat pasti mau bekerja keras dan berusaha maksimal demi mencapai target dan kesuksesan
organisasi.
a. Pengertian Kekuasaan
Istilah kekuasaan, seperti halnya istilah “cinta” merupakan kata yang tidak pernah bosan –
bosannya dipakai dalam pembicaraan sehari – hari.Kekuasaan sering dikaitkan dengan
kekuatan dan kekerasan sehingga sering kali dibenci orang karena penyalahgunaannya
menimbulkan sesuatu yang dikutuk orang.
Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin.
b. Sumber dan Jenis Kekuasaan
1. Kekuasaan imbalan
2. Kekuasaan paksaan (coercive power)
3. Kekuasaan Legitimasi (legitimate power)
4. Kekuasaan keakhlian (expert power)
5. Kekuasaan Referensi ( referent power)
c. Dinamika Kekuasaan
Kekuasaan, bukanlah suatu kondisi yang statis, melainkan dinamis sesuai dengan kondisi
yang berubah dan tindakan – tindakan individu. Berkaitan dengan hal ini, marilah kita
cermati Social exange Theory dan strategic Contingencies Theory.
Social exchange theory menjalankan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selama
proses – proses mempengaruhi terjadi antara pemimpin dan pengikut.
Proses – proses politis yang umum dalam organisasi adalah berikut ini :
a) Koalisi
Koalisi atau aliansi dibentuk untuk mendukung atau menentang suatu kebijakan,
program, atau perubahan tertentu.
b) Kontrol terhadap Keputusan Penting
Kekuasaan dapat dipertahankan dengan mengendalikan atau mengontrol keputusan
– keputusan penting.
c) Kooptasi
Tujuan dari kooptasi untuk mengurangi oposisi terhadap suatu kebijakan yang
dukungannya dibutuhkan.
d) Pelembagaan
Merupakan proses atau upatya dari anggota sistem sosial yang mempunyai
kekuasaan untuk melindungi dan meningkatkan kekuasaannya.
d. Penggunaan Kekuasaan
Untuk dapat mengerti bagaimana penggunaan kekuasaan oleh pemimpin yang dapat
mempengaruhi para pengikut, terlebih dahulu perlu memperhatikan proses yang
mencampurinya, seperti motivasi dan usaha.
Perhatikan gambaran hubungan yang mungkin terjadi antara kekuasaan pemimpin dan
motivasi para pengikut.
Tabel.
Hasil Berbagai Jenis Kekuasaan
Sumber
Komitmen Menurut Perlawana
Kekuasaan
Legitimasi Dapat terjadi Mungkin Dapat terjadi
Imbalan Dapat terjadi Mungkin Dapat terjadi
Memaksa Kurang mungkin Dapat terjadi Mungkin
Keahlian Mungkin Dapat terjadi Dapat terjadi
Referensi Mungkin Dapat terjadi Dapat terjadi
Kekuasaann
Pemimpin
Gambar
Model Kepemimpinan
3. KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN
F. RINGKASAN ADPU4533
ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
1. ETIKA JABATAN
a. DILEMA ETIKA JABATAN
Etika jabatan adalah pedoman perbuatan atau tingkah laku sejawat (sesama pegawai dan
atau pejabat lainnya), atasan, dan masyarakat dengan tekanan pada sifat baik dan buruk, patut
dan tidak patut. Pejabat berbuat etis berarti bahwa ia berbuat seperti yang telah diucapkannya
pada saat ia diangkat menjadi pejabat. Berdasarkan catatan Indonesia Coruption Watch (ICW)
selama than 2005 sebanyak 69 kasus korupsi dengan 239 orang terdakwa yang diperiksa dan
diputus oleh pengadilan di seluruh Indonesia mulai dari tingkat pertama (Pengadilan Negeri),
banding (pengadilan Tinggi), kasasi hingga peninjauan kembali.
Setiap hari para pegawai atau pejabat Negara menghadapi beragam situasi yang menguji
kejujuran dan etika pribadi dalam profesi mereka. Namun, sampai saat ini penerapan sanksi
terhadap pelanggaran etika jabatan tidak tegas sehingga ikut andil menyebabkan munculnya
banyak sekali praktek penyelewengan dan korupsi yang meliputi hampir semua segi praktik
pemerintahan antara lain terjadi di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Program pemberantasan korupsi sebagai bagian dari upaya untuk mendorong proses demokrasi
masih sangat bertumpu pada kemampuan politik seorang pemimpin. Selain itu, program
pemberantasan korupsi masih berada pada format politik lama yang sewaktu–waktu dapat
mengancam momentum pemberantasan korupsi, terutama jika kemauan pimpinan politik
bergeser sesuai dengan kepentingan politiknya. Tentusaja hal ini juga ikut andil mengakibatkan
kinerja pemberantasan korupsi justru berjalan ditempat bahkan mundur. Padahal tidak ada
alasan untuk menghalalkan perilaku tidak etis dalam pelaksanaan pemerintahan. Kecurangan,
pemborosan, dan penyalahgunaan (korupsi) tidak mempunyai tempat dalam pemerintahan.
b. MOTIVASI PELANGGARAN ETIKA JABATAN
Banyak pejabat penyelenggara Negara melakukan perbuatan tidak etis dengan banyak alasan,
antara lain alasan yang sama versinya dengan keserakahan atau ideologi. Menurut Nigro dan
Nigro (dalam Joko Widodo, 2001) terdapat 8 bentuk penyimpangan/perbuatan tidak etis yang
sering dilakukan oleh para penyelenggara Negara, diantaranya sebagai berikut:
1. Ketidakjujuran (Dishonesty)
2. Perilaku yang Buruk (Unethical Behaviour)
3. Mengabaikan Hukum (Disregard of the Law)
4. Faforitisme dan Menafsirkan Hukum
5. Perlakuan yang tidak adil terhadap pegawai
6. Inefisiensi Bruto (Gross Inefficiency)
7. Menutupi Kesalahan
8. Gagal Menunjukan Inisiatif
Adapun alasan alasan besar yang melatarbelakangi/memotivasi para penyelenggara Negara
melakukan tindak tidak etis, antara lain itikad baik, ketidaktahuan akan hukum, kode etik, dan
kebijakan prosedur, egoism, keserakahan, kewenangan dan kekuasaan, persahabatan,
keuntungan pribadi dan keluarga, kebodohan, ikut arus, dan hanya mengikuti perintah.