Anda di halaman 1dari 43

TUGAS 1

NAMA : SUTIKNO
NIM : 030203349
UPBJJ : MANADO

RINGKASAN BMP ADPU 4230

A. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN


REPUBLIK INDONESIA

1. ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM

a. Pengertian Sistem dan Pendekatan Sistem


Sebagai suatu sistem, administrasi Negara berinteraksi dengan sistem – sistem lain yang
merupakan faktor – faktor pembentuknya. Untuk itulah agar pemahaman kita terhadap
sistem administrasi Negara lebih utuh, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian sistem dan
pendekatan sistem secara konprenhensif.

Dari segi etimologi, kata sistem berasal dari Bahasa Yunani yaitu systema, kata kerjanya
sunita’nai yang berarti menyebabkan berdiri bersama, to place together, menempatkan bersama, dan
dalam Bahasa Inggris dikenal dengan system, yang mempunyai satu pengertian yaitu sehimpunan
bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan
yang tidak terpisahkan. Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit
dan bumi yang bekerja bersama – sama sehingga dapat lihat bahwa sistem terdiri dari unsure –
unsure yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsure tersebut
hilang atau tidak berfungsi maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi disebut sebagai
suatu sistem.

b. Warga Negara, Wilayah Negara, Dan Pemerintahan Negara


Administrasi Negara adalah administrasi mengenai Negara. Negara adalah sustu organisasi
di antara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang secara bersama – sama
mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan mengakui adanya suatu pemerintahan
yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia
yang ada di wilayahnya. Secara etimologi, istilah Negara lahir dari terjemahan Staat
( Belanda, Jerman ) dan State ( Inggris ). Kata Staat atau state berakar dari bahasa Latin,
status atau statum, yang bermakna menempatkan dalam keadaan berdiri, membuat berdiri,
dan menempatkan.
Konsep Negara sebagai organisasi kekuasaan ini sebenarnya dipelopori oleh
J.H.A.Logiman(1948) dalam bukunya yang berjudul Over De Theorie Fan Een Stelling
Staatareccht yang menyatakan bahwa keberadaan Negara itu bertujuan untuk mengatur
menyelenggarakan kepentinyan masyarakat yang dilengkapi dengan kekuasaan tertinggi.
Van Apeldorn (1981), mengemukakan beberapa gejala yang sebagian sebagai kenyataan,
sebagian lagi menunjuk pada gejala hukum. Dikemukakannya bahwa Negara mempunyai
berbagai arti, yaitu :
1) Perkataan Negara dipakai dalam arti penguasa, jadi untuk menyatakan orang atau orang
– orang yang memiliki kekuasaan tertinggi atas persekutuan rakyat yang bertempat
tinggal dalam suatu daerah.
2) Perkataan Negara diartikan juga sebagai suatu persekutuan rakyat, yakni untuk
menyatakan suatu bangsa yang hidup dalam suatu daerah, dibawah kekuasaan tertinggi,
menurut kaidah – kaidah hukum yang sama.
3) Negara ialah suatu wilayah tertentu.
4) Neagara diartikan sebagai kas Negara atau diskus, yang bermakna harta yang dipegang
oleh penguasa guna kepentingan umum.

Untuk terbentuknya suatu Negara, terdapat beberapa elemen atau unsure utama yang
membentuk pengertian Negara, antara lain :
1) Warga Negara
Istilah warga Negara merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu Staatsburger,
sedangkan dalam bahasa Inggris adalah ctizen, dan pada terjemahan istilah Prancisnya
adalah citoyen.
2) Wilayah Negara
Wilayah Negara diartikan sebagai ruang yang batas Negara dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administrative dan/atau aspek fungsional.
Mengenai wilayah Negara Kesatuan RI, Pasal 25 huruf A UUD 1945 menegaskan
bahwa “NKRI” adalah sebuah Negara kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah
yang batas – batas dan hak – haknya ditetapkan dengan undang – undang Peta Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Pemerintahan Negara
Pemerintahan Negara dalam arti sempit adealah lembaga Negara yang
menyelenggarakan kekuasaan eksekutif (pemerintah), disebut lembaga eksekutif.
Lembaga eksekutif memegang kekuasaan pemerintahan menurut dan berdasarkan
konstitusi Negara.
Pemerintahan Negara dalam arti luas adalah keseluruhan lembaga Negara yang
menyelenggarakan administrasi Negara sesuai dengan wewenangnya masing – masing
untuk mencapai tujuan Negara.

c. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


Dalam mewujudkan cita – cita dan tujuan nasional, sesuai dengan sistem pemerintahan
Negara berlandaskan Undang – undsng Dasar 1945, penyelenggaraan pemerintah pusat dan
daerah dilakukan melalui Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(SANKRI). Dengan demikian pada dasarnya SANKRI dapat dirumuskan sebagai
penyelenggaraan administrasi mengenai Negara dalam keseluruhan arti, unsur, dan
dinamikanya yang dilakukan oleh aparatur Negara.

Pengertian Administrasi Negara Sebagai Suatu Sistem


a. Pengertian dan Prinsip Administrasi
Secara umum para ahli sepaham bahwa yang disebut dengan administrasi nadalah suatu
proses atau rangkaian kegiatan manusia untuk mencapai sesuatu tujuan. Upaya untuk
mencapai tujuan tersebut dilakukan melalui kerja sama antara individu – individu yang
terlibat didalamnya.
Di zaman Romawi, terdapat banyak istilah yang berhubungan dengan administrasi, antara
blain seperti yang dikemukakan oleh Ulbert Silalahi (2005), yaitu:
1) Administer = pembantu, abdi, kaki tangan, penganut.
2) Administration = pemberian bantuan, pemeliharaan, perlakuan, pelaksanaan, pimpinan,
pemerintahan, pengelolaan.
3) Administro = membantu, mengabdi, memelihara, menguruskan, memimpin,
mengemudikan, mengatur.
4) Administrator = pengurus, penghelola, pemimpin

Dalam kamus Webster (1962) dijelaskan istilah administer berasal dari Prancis kuno, dan
Latin, administrare, dan ad + ministrare yang dalam bahasa Inggris berarti to serve. Istilah to
administer dapat berarti :
 To manage atau to direct, yaitu mengendalikan atau memimpin, seperti dalam kalimat to
administer a government, yang berarti mengendalikan pemerintahan.
 Ti serve out to dispense, yaitu melayani, melaksanakan, atau membagikan, seperti pada
kalimat to administer the sacraments.

b. Pengertian dan Ruang Lingkup Administrasi Negara


Dalam buku SANKRI (2003,2005) yang diterbitkan Lembaga Administrasi Negara
(LAN), memandu pengertian administrasi dalam pengertian sempit yaitu kegiatan tata
usaha; dan pengertian luas sebagai kegiatan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama,
kemudian dalam konteks administrasi Negara, memandang sebagai administrasi
mengenai Negara dalam keseluruhan unsure dan dinamikanya. Secara prinsip
mengartikan administrasi Negara sebagai sistem daan proses kerja sama rasional dan
manusiawi yang dilakukan oleh para penyelenggara pemerintahan negaradan warga
Negara dalam upaya mencapai tujuan – tujuan bersama dalam bernegara, sesuai posisi,
peran, kepentingan, dan tanggungjawab masing – masing dalam kehidupan Negara.
Administrasi Negara di Indonesia lebih merujuk kepada bekerjanya seluruh komponen
bangsa dan para penyelenggara Negara dalam mewujudkan cita – cita dan tujuan
Negara secara berdaya guna dan berhasil guna.

Agar lebih konprehensif dan untuk lebih memahami bahasan pengertian dan ruang
lingkup administrasi Negara dikemukakan beberapa definisi administrasi Negara dari
ahli – ahli berikut:
1) Public Administration adalah organisasi dan manajemen dari manusia dan benda
guna mencapai tujuan – tujuan pemerintah. Public administration adalah suatu seni
dan ilmu tentang manajemen yang digunakan untuk mengatur urusan – urusan
Negara (Dwigh Waldo, 1982)
2) John M Pfifner dan Robert V.Presthus (1960), administrasi Negara didefinisikan
sebagai koordinasi usaha – usaha perorangan dan kelompok untuk melaksnakan
kebijakan pemerintah.
3) Administrasi Negara adalah :
a. Suatu kerja sama kelompok dalam lingkungan pemerintah.
b. Mempunyai peranan penting dalam perumusan kebijakan umum/Negara dan
oleh karenanya merupakan sebagian dari proses politik.
c. Dalam beberapa hal berbeda dengan administrasi privat.
d. Sangat erat kaitannya dengan berbagai macam kelompok swasta dan perorangan
dalam menyajikan pelayanan kepada masyarakat(Felis A Nigro.1970)
4) Administrasi Negara adalah studi tentang seluruh proses, organisasi dan individu
yang bertindak sesuai dengan peranan dan jabatan resmi sehubungan dengan
pelaksanaan peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh lembaga – lembaga
legislative, eksekutif, dan peradilan (Gordon,1982).

c. Perkembangan dan Peran Administrasi Negara


Administrasi Negara akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga
mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya, dapat dipengaruhi konfigurasinya.
Kajian perkembangan ilmu administrasi Negara dari kurun waktu atau masa ke masa
sebagai berikut v:
1) Masa Penjajahan Belanda
Pada masa pemerintahan colonial Belanda peran administrasi Negara masih sangat
terbatas, terutama sebagai alat untuk menjaga keamanan dan ketertiban hukum bagi
usaha pengumpulan sumber daya dari bumi Indonesia, yang pada waktu itu disebut
sebagai Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah dan rakyat Belanda.
2) Masa Penjajahan Jepang
Pada masa penjajahan Jepang yang berlangsung singkat tahun 1942 – 1945, tidak
terpikirkan tentang pentingnya penerapan ilmu administrasi
3) Masa Awal Kemerdekaan sampai Orde Baru
Menurut Sadly Abdul Djabar (2003) pada masa awal kemerdekaan, orientasi
administrasi Negara masih pekat dengan nuansa politis, memperkokoh argumentasi
eksistensi bagi republic yang baru merdeka, baik di dalam maupun ke luar negeri.
4) Masa Reformasi dan Seterusnya
Di era reformasi, bangsa dan Negara kita ditentang dengan adanya dampak
perubahan paradigm berpikir dalam pembangunan nasional. Ada tantangan terhadap
penegakan supermasi hukum. Ada tantangan pemerataan kesejahteraan sosial.

d. Tata Nilai Dalam SANKRI


Berbagai dimensi nilai harus diperhatikan dalam sistem dan proses penyelenggaraan
Negara dan pembangunan Bangsa, serta diwujudkan dalam kenyataan hidup masyarakat
bangsa dan dalam hubungan antar bangsa, untuk itulah kita bernegara.

2. MANAJEMEN ADMINISTRASI NEGARA INDONESIA


2.1 Perencanaan dan Penganggaran
a. Arti Perencanaan
Banyak ahli dalam bidang manajemen maupun administrasi yang telah menjelaskan
arti dan pentingnya perencanaan.
Perencanaan mengandung pengertian sebagai suatu proses, kumpulan, dan fungsi
manajemen.
Dengan demikian para ahli yang menjelaskan mengenai pengertian dari perencanaan
maka bagai mana kita membuat bahasan dari perencanaan tersebut.
Dari beberapa pengertian mengenai perencanaan tersebut dan dari berbagai literature
mengenai arti perencanaan maka dapat dibuat suatu batasan dari perencanaan, di mana
perencanaan adalah sebagai suatu :
 Proses
 Keputusan
 Fungsi Manajemen

b. Pentingnya Perencanaan
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutma
dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis.
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi,
membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas
kerja organisasi.

c. Cirri – cirri Perencanaan yang Efektif


Suatu perencanaan yang baik dan efektif adalah apabila memenuhi cirri – cirri berikut ini:
1) Harus berdasarkan tujuan yang jelas
2) Mempunyai sifat yang sederhana, tidak rumit
3) Mudah dianalisis dan diklasifikasikan dalam suatu tindakan berdasarkan standar
4) Bersifat fleksibel, tidak kaku, sewaktu – waktu dapat diadakan penyesuaian tanpa
mengganggu sasaran atau tujuan yang ingin dicapai
5) Tersedianya sumber – sumber yang dipergunakan dalam perencanaan
6) Dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan, seperti “ apa, mengapa, bilamana,di
mana,siapa, dan bagaimana”.
7) Bersifat operasional, dapat dilaksanakan dengan kemampuan yang ada,
8) Bersifat ambisius tapi relastis,
9) Berkelangsungan jika sesuatu dimulai maka terus dilaksanakan sampai selesai
10) Mempunyai skala prioritas.

d. Tahapan dalam Perencanaan


Ada Lima Tahapan atau langkah – langkah penting diantaranya adalah :
1) Perincian secara lengkap dan jelas
2) Perumusan kebijakan
3) Analisis dan penetapan cara dan sasaran
4) Penunjukan pelaksna
5) Penentuan sistem pengendalian

e. Perencanaan Program
Perencanaan adalah salah satu proses dasar manajerial, yang diikuti bersamaan  dengan
pengorganisasian, staffing, kepemimpinan dan kontroling.  Sedangkan interpretasi dari
‘program’ dalam penggunaan umum. Secara formal, pembuatan perencanaan memuat
mengenai beberapa hal, yaitu:
Apa?  Tugas yang harus diselesaikan.
 Siapa? Orang yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan itu.
 Kapan? Waktu (jam, hari, tanggal, bulan, tahun) untuk menyelesaikan.
 Bagaimana? Kuantitas dan kualitas kegiatan yang diperlukan
 Dimana? Struktur yang paling tepat untuk mencapai target yang ditetapkan.

3. STRATEGI PENYUSUNAN ADMINISTRASI NEGARA


a. Pengertian Strategi
Strategi berawal dari turunan kata dalam Bahasa Yunani yaitu Strat -egia, yang berarti
kepemimpinan atau pasukan, seni memimpin pasukan ‘Komandan Militer’ pada zaman
demokrasi Athena. Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi
kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga
(misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen
strategi,
Terkait dengan konsep strategi di atas, bagaimana cara untuk melaksanakan penyempurnaan
administrasi Negara Indonesia saat ini?
Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia sudah termaktub dalam pembukaan
UUD 1945 yaitu:
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2) Memajukan kesejahteraan umum
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdmaian abadi
dan keadilan sosial.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)) 2015 – 2019 adalah tahapan
ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2015 – 2025 yang
telah ditetapkan melalui Undang – undang nomor 17 Tahun 2007. Dengan berpayung
kepada Undang – undang Dasar 1945 dan Undang – undang nomor 17 Tahun 2007 tentang
RPJP,RPJMN 2015 – 2025, disusun sebagai penjabaran dari Visi,Misi, dan Agenda ( Nawa
Cita).
Upaya mewujudkan tujuan Negara dilaksanakan melalui proses yang bertahap, terencana,
terpadu, dan berkesinambungan.
Undang – undang nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional tahun 2005 0 2025 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk
mewujudkan Indonesia yang mandiri, Maju, Adil, dan Makmur, dengan penjelasan sebagai
berikut :
1) Mandiri, berarti mapu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain.
2) Maju, berarti tingkat kemakmuran yang tinggi disertai dengan system dan kelembagaan
politik dan hukum yang mantap.
3) Adil, tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun.
4) Makmur, seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi sehingga dapat
memberikan makna dan arti penting bagi bangsa – bangsa lain.

4. E- GOVERNMENT
a. Pengertian E-government
E – government merupakan istilah yang menurut Conrad (2001) diberikan untuk suatu
pemerintahan yang mengadopsi teknologi yang berbasis internet yang dapat melengkapi dan
meningkatkan program dan pelayanannya.
Tujuan utamanya adalah untuk memberikan sesuatu yang terbaik kepada pengguna jasa atau
untuk memberikan kepuasan maksimal.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya e – government
merupakan upaya pemanfaatan dan pendayagunaan telematika untuk meningkatkan efisiensi
dan cost-effective pemerintahan, memberikan berbagai jasa pelayanan kepada masyarakat
secara lebih baik, menyediakan akses informasi kepada publik secara lebih luas, dan
menjadikan penyelenggaraan pemerintahan lebih bertanggung jawab (accountabel) serta
transparan kepada masyarakat.

b. Implementasi dan Kegunaan E-government


Dalam implementasinya, E-gov kemudian dikembangkan menjadi berbagai model
interaksi, di antaranya yang paling populer adalah :
1) G2C (Government ti Citizen), yakni merupakan upaya memerintah untuk memperbaiki
interaksi dengan masyarakat melalui berbagai portopolio teknologi informasi.
2) G2B (Government to Business), yang ditunjukan untuk membangun lingkungan bisnis
yang kondusip agar roda perekonomian dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
3) G2G (Government to Government), sebagai sarana pemerintah untuk berkomunikasi dan
bertukar informasi secara intensif dengan negara – negara lain.
4) G2E (Government to Employee), yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan
kesejahteraan para pelaksana pelayanan publik (Wardiana,2003).

Pelayanan publik yang diberikan pemerintah melelui konsep e-goverment npada


umumnya dikemas dalam tiga bentuk informasi, yaitu :
1) Publikasi, yang dilaksanakan melalui komunikasi satu arah, di mana pemerintah
mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dapat diakses secara bebas dan
langsung oleh masyarakat.
2) Interaksi, di mana masyarakat dapat melakukan komunikasi dua arah dengan
pemerintah, baik secara langsung (misalnya dengan chatting) maupun tidak langsung
(melalui email atau newsletter.
3) Transaksi, yang terutama dimaksudkan untuk kegiatan perpindahan uang dari satu pihak
ke pihak lain yang dilakukan secara secured dan privacy.
E-government ini dapat diimplementasikan dalam beberapa contoh berikut :
1) Penyediaaan sumber informasi, khususnya informasi yang sering dicari oleh
masyarakat. Informasi ini dapat diperoleh langsung dari tempat kantor
pemerintahan, dari kios info (infi kios) ataupun dari internet yang dapat diakses oleh
masyarakat di manapun dia berada.
2) Penyediaan mekanisme akses melalui kios informasi yang tersedia di kantor
pemerintahan dan juga di tempat umum.
3) E- procurement, yaitu suatu mekanisme di mana pemerintah dapat melakukan tender
secara on-line dan transparan kepada masyarakat luas.

c. Peran E-government dalam Transformasi Administrasi Negara


Kegunaan dan peran e-government dapat digambarkan bahwa dengan pendayagunaan
teknologi informasi dalam e-government, pekerjaan yang dapat diselesaikan menjadi
lebih banyak, dan dalam waktu yang lebih sedikit serta kepuasan konsumen juga
semakin luas.
Pada bagian berikut secara luas akan dibahas bagaimana e-government akan dapat
melakukan revitalisasi manajemen pemerintahan.
1. Pengelolaan Kebijakan
Dalam dinas usaha,, inovasi adalah kata yang wajib. Inovasi senantiasa diperlukan
untuk memenangkan kompetisi.
2. Pelayanan Informasi
Telah dijelaskan bahwa dalam konsep e-government paradigma pelayanan harus
berubah total. Face to face, satu atap, formulir, loket antrean, bising, tidak nyaman,
tanda tangan, dan kegiatan pelayanan sebagaimana kita lihat atau alami, harus segera
ditinggalkan.
3. Pelayanan Publik
Pelayanan publik telah sedikit disinggung pada kegiatan belajar sebelumnya. Konsep
pelayanan tidak selalu harus dikaitkan dengan pemberian layanan langsung kepada
pengguna jasa ( front – end ) tetapi juga di dalam internal pemberi jasa itu sendiri
(back –end).

d. Pengembangan E-Government di Indonesia


Beberapa contoh dalam pengembangan inisiatif Implementasi e- government di Indonesia
adalah:
1) Penayangan hasil pemilu sejak tahun 2009 secara on-line dan real time.
2) RI-Net, yaitu sistem yang menyediakan email dan akses internet kepada para pejabat;
3) Portal nasional yang disediakan oleh kementrian yang bertanggung jawab di bidang
informasi dan komunikasi. Layanan informasi ini dapat diperoleh melalui situs
www.indonesia.go.id
4) Sistem informasi di masing – masing kementerian dan non kementerian ;
5) Pengguna berbagai media komunikasi elektronik (internet) di beberapa pemerintah daerah
di Indonesia.
Melalui pengembangan e-government dilakukan sistem penataan manajemen dan proses
kerja di lingkungan pemerintah dengan mengotomasi pemanfaatan teknologi informasi.
Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2(dua) aktivitas yang berkaitan yaitu:
a. Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen, dan proses kerja secara
elektronis.
b. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat vdiakses secara
mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negar.

B. RINGKASAN BMP ADPU4410 KEBIJAKAN PUBLIK

Di dalam Bahan Mata Pokok (BMP) ini saya meringkas secara sederhana Materi Mata
Kuliah , yaitu :
1. Identifikasi dan Perumusan Masalah Kebijakan Publik
2. Menyusun Agenda Kebijakan
3. Memformulasi Kebijakan
4. Mengimplementasi Kebijakan
5. Mengevaluasi Hasil dan Dampak Kebijakan.

1. Identifikasi dan Perumusan Masalah Kebijakan Publik


1.1. Karakteristik Masalah Kebijakan
Ada beberapa dalam perumusan masalah ditinjau dari segi Karakteristik Masalah
Kebijakan menurut para ahkli :
a. Menurut Charles O.Jones(1977): “problem identification” akan menghasilkan
“demand for action to resolve a problem”. Kemampuan mengidentifikasi masalah
kebijakan akan mempermudahdan memperlancar perumus kebijakan menemukan
alternatif pemecahan masalah kebijakan.
b. Menurut Wiliam N.Dunn (1981) dalam mengantarkan uraiannya tentang Structuring
Policy Problems, mengutip pendapat Russell L. Ackoff (1974): “Successful problem
solving requires finding the right solution to the right problem. We fail more aften
because we solve the wrong problem than because we get the wrong solution to the
right problem”.
Kutipan Dunn atas pernyataan Ackoff tersebut di atas mempertegas posisi Dunn
yang menunjukkan betapa pentingnya identifikasi masalah dan kaitannya dengan
upaya mencari alternatif solusinya.
Oleh karena itu, maka kegiatan mengidentifikasi masalah kebijakan menjadi conditio
sine quanon bagi upaya menemukan alternatif pemecahan dengan benar.
Keberhasilan ndalam memecahkan masalah ditentukan oleh dua hal, yaitu1)
Mengidentifikasikan masalahnya dengan benar, 2) Menemukan alternatif bsolusinya
yang benar pula.

Perumus kebijakan perlu mengidentifikasi problem publik sehingga dapat


memastikan diri apakah problema publik tersebut bisa diangkat menjadi isu dan
mengubah isu menjadi isu kebijaka, masuk keagenda pemerintah dan dicarikan
alternatif pemecahannya.
c. Menurut Palumbo ( dalam Parsons,1997 ) mendefinisikan karakteristik masalah
kebijakan ke dalam konteks, ‘agenda setting’, yaitu defining nature, size, and
distribution of problem. Perumus kebijakan dalam merumuskan masalah
kebijakannya perlu memahami apa sifat – sifat alami yang melekat pada masalah
tersebut, seberapa benar ukuran masalah tersebut dan seberapa luas sebaran masalah
dan dampaknya pada masyarakat?

Untuk mempertajam pemahaman tentak Karakteristik Masalah kebijakan ada baiknya saya sajikan
sebuah anatomi tentang deskripsi masalah sebagai berikut:

NO DIMENSI MASALAH OPSI


1 Penyebab Timbulnya Personal – Tidak Personal
Masalah ; Disengaja – Datang Tiba – tiba
Dialokasikan – Dihindari
Sederhana – Kompleks

2 Karakter Masalah : Tingkat Berat/Buruknya masalah sedang


Berat/Buruknya Masalah berkembang stabil, atau menurun terhadap pola –
Kondisi Kejadian pola sosial :
Kebaruan /Orisinalitas Masalah : Kelas, penduduk, kohor, umur, dan seterusnya.
Keterdekatan Masal Baru muncul – sudah sering
Relevan secara pribadi- Sebuah masalah Sosial
pada umumnya.
Krisis
Memunculkan krisi – Tidak Muncul Krisis
Krisis Darurat – Tidak Darurat.
3 Karakteristik Populasi yang Terkena Patut – Tidak Patut
Musibah Layak – Tidak Layak
Dikenali – Tidak Dikenali
Simpatik – Mengancam

4 Orientasi Tujuan – Alat Mencapai Instrumental – Ekspresif


Tujuan dari Mereka Yang
Mendefinisikan Masalah :
5 Karakter Solusi Masalah: Tersedia – Tidak Tersedia
Diterima –mDitolak
Terbeli – Tidak Terbeli/Mahal.

1.2. Wilayah dan Ruang Lingkup Masalah Kebijakan


Kajian ini menjadi penting karena masalah yang dihadapi oleh masyarakat itu ada di
mana – mana, jenisnya berbeda – beda.
Masalah ada di mana – mana, pada masyarakat manapun dan pada level
pemerintahan manapun. Ada masalah muncul pada level lokal, provinsi, nasional ,
ataupun internasional dan mempunyai dampak nasional.
Menurt Jones di dalam masyarakat terdapat sejumlah problema publik yang
kontroversial yang kemudian disebutnya sebagai”bundles of controversial public
problems” atau singkat kata ‘ issue areas’ ( wilayah isu )
Jones memberikan contoh issue di Amerika Serikat sebagai berikut :
Bidang/Wilayah masalah kebijakan luar negeri:
- Hubungan dengan negara lain
- Bantuan ekonomi kepada negara lain

Bidang/wilayah masalah kebijakan pertahanan :


- Angkatan bersenjata Amerika Serikat
- Bantuan keamanan bagi negara lain

Bidang/wilayah masalah kebijakan dalam negeri :


- Sumber daya manusia (kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, pelatihan kerja).
- Sumber daya fisik dan alam( lingkungan, energi, transportasi, perumahan,
pertanian, ilmu pengetahuan).
- Hak – hak sipil;
- Pengendalian sosial (penegakkan hukum, pengawasan obat terlarang, dukungan
komunitas);
- Pengendalian ekonomi;
- Organisasi pemerintahan
- Perpajakan
- Bantuan keuangan kepada pemerintah negara bagian dan lokal.

1.3. Perumusan <asalah Kebijakan


Sebagaimana juga telah dijelaskan sebelumnya bahwa bidang atau wilayah dan
ruang lingkup masalah kebijakan ini sangat beragam dan terdapat di level
pemerintahan manapun, William N.Dunn(1981) menyebut adanya 4 jenjang tipe
masalah kebijakan yang diilustrasikan sebagai berikut:

Kebijakan – kebijakan Strategis

Isu – isu Mayor


(Mayor Issues)
Isu – Isu Sekunder
(Secondary Issues)

Isu – Isu Fungsional


(Fungtional Issues)

Isu – Isu Minor


(Minor Issues)

Sumber :diadopsi dari W.N.Dunn,1981

2. Menyusun Agenda Kebijakan


a. Arti Agenda Kebijakan
Dalam kamus The American Heritager of the English Language dijumpai kata ‘Agenda’
diartikan sebagai “ A list or program of thinks to be done” (sebuah daftar hal – hal atau
program yang hendak dilakukan).

Marilah kita sekarang memperhatikan pendapat beberapa orang ahli tentang agenda
kebijakan.
 J.W. Kingdom(1984)
Policy agenda is the list of problems to which officials and people outside of government
closely associated with those officials, are paying some serious attention at any given
time.
Agenda kebijakan adalah daftar hal – hal atau masalah kepada apa para pejabat
pemerintah dan orang – orang yang terkait erat dengan pejabat tersebut, sedang
memberikan perhatian yang serius terhadap masalah itu pada suatu saat vtertentu.
 James E.Anderson(1979)
Andreas menyatakan bahwa kita sering mendengar atau membaca tentang adanya
berbagai tuntutan (demands) dari berbagai kelompok masyarakat atau individu akan
perlunya tindakan pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah yang ada.
 T.A.Birkland (2007)
Menurut Birkland; Sebuah agenda adalah sebuah kumpulan masalah, penyebab
timbulnya masalah, simbol – simbol, dan unsur – unsur lain yang terdapat dalam masalah
publik yang mendapat perhatian dari publik dan pejabat pemerintah.
Terdapat beberapa jenis isu atau masalah yang ditempatkan pada agenda sistemik dan
agenda institusional yang disebutkan oleh ahli yang bernama Lester dan Stewart (2000),
yaitu :
a. Subject issues, yaitu isu atau masalah yang relatif luas dan besar seperti masalah
polusi udara, air, perawatan kesehatan, dan sebagainya,
b. Policy issues, yaitu isu atau masalah yang berada di sekitar legislasi tertentu seperti
masalah yang telah diatur dalam UU Lingkungan Hidup, UU Ketenagakerjaan, UU
Perlindungan anak, dan sebagainya
c. Priject issues, yaitu isu atau masalah yang terkait dengan proyek dan lokalitas tertentu
misalnya masalah pembangunan gedung baru DPR-RI, pembelian pesawat
keperisidenan, pencabutan subsidi BBM, Dan sebagainya.
d. New issues, yaitu isu atau masalah yang baru muncul seperti masalah hujan asam,
polusi udara dalam ruangan, radio aktif, dan sebagainya.
e. Cyclical issues, yaitu isu atau masalah yang terjadi secara reguler seperti masalah
defisit anggaran, masalah lindungan hukum TKI atau TKW, dan sebagainya.
f. Recurrent issues, yaitu isu atau masalah yang muncul kembali karena kegagalan
pilihan kebijakan sebelumnya seperti masalah kemiskinan.

Banyak pendapat tentang penyusunan agenda kebijakan, tetapi menurut hemat saya menyusun
agenda kebijakan itu pada intinya adalah proses mempertemukan perumusan masalah dengan benar
dan penentuan alternatif solusi pemecahan masalah yang juga benar sehingga menghasilkan agenda
kebijakan yang akan dipakai untuk mengatasi masalah yang ada.

3. Memformulasi Kebijakan
3.1. Model Perumusan Kebijakan Publik

Proses memformulasi kebijakan publik tentunya mempunyai kaitan dengan proses lainnya yang
telah diuraikan pada modul sebelumnya, yaitu proses memasukkan masalah ke dalam agenda
kebijakan. Masalah yang telah berada dalam agenda inilah yang nantinya benar – benar akan
diuraikan, dipertimbangkan, dan diputuskan alternatif pemecahannya untuk mengatasi masalah.
Keputusan kebijakan sebelum diimplementasikan perlu mendapatkan adopsi dan legitimasi dari
badan tertentu yang memang diberi hak untuk mengesahkannya agar upaya posisi dan eksistensi
kebijakan itu semakin kuat dan mendapat dukungan dalam mewujudkan secara riil.

a. Model Perumusan
Proses perumusan kebijakan publik bukanlah pekerjaan yang gampang dan sederhan
melainkan suatu proses yang sangat kompleks, dinamis dan bisa melibatkan beberapa
komponen yang berbeda – beda.
Dari sekian banyak jenis model perumusan kebijakan publik, saya akan menguraikan dari
hasil rujukan pada pandangan Thomas R.Dye(1978), Brian Hogwood dan Lewis
Gunn(1984), James Anderson (1984), MichaelHowlett dan M.Ramesh(1995), dan James
Lester dan Joseph Stewart Jr.(2000).
1. Model Rasional
Model rasional, kadang – kadang juga dinamakan model rasional komprehensif, pada
hakikatnya adalah merupakan sebuah model yang berasal dari proses pembuatan
keputusan di dunia bisnis yang kemudian diadaptasikan ke dalam dan diterapkan di
sektor publik.
2. Model Inkremental
Bahwa perumusan kebijakan publik adalah kelanjutan dari aktivitas pemerintah di masa
lain dengan melakukan modifikasi secara inkremental (sedikit demi sedikit).
3. Model Sistem
Model sistem aslinya berasal dari dan dikembangkan oleh para ahli biologi yang
kemudian diterapkan pada kajian ilmu politik utamanya oleh DavidbEaston (1979) yang
menyatakan bahwa perumusan kebijakan publik utamanya dipengaruhi oleh adanya
tuntutan tentang dibuatnya kebijakan baru atau untuk mendukung kebijakan yang telah
ada.” Public policy formation is intially affected by demands for new policies or support
for the existing policies”.
3.2. Aktor – Aktor dalam Arena Perumusan Kebijakan
Perumusan kebijakan publik banyak melibatkan peran aktor kebijakan baik yang
resmi atau tidak resmi.
Berikut ini akan saya sajikan ringkasan kategorisasi aktor pembuat rumusan
kebijakan publiak sebagai berikut :
a. Legislatif
Dalam sebuah sistem politik demokratis, badan legislatif ( yang berisi para
pimpinan dan anggota legislatif) punya peran yang sangat penting dalam proses
pembuatan peraturan ( Undang – undang ) dan kebijakan penting lainnya.
b. Eksekutif
Dalam sistem pemerintahan presidensial peran badan eksekutif ( presiden dengan
seluruh jajaran eksekutif di bawahnya) mempunyai peran yang sangat penting ,
baik dalam proses perumusan maupun pelaksanaan peraturan perundangan dan
kebijakan strategis.
c. Badan – badan Administratif (Birokrasi)
Secara umum, bahwa badan – badan administrasi ( jajaran borakrasi ) memiliki
peran utama hanya dalam hal pelaksanaan kebijakan, sedang perumusannya
dilakukan oleh peajabat politik.
d. Badan Pengadilan
Di Amerika nSerikat Badan Pengadilan ( Mahkamah) mempunyai peran sangat
penting dalam perumusan kebijakan publik.
e. Kelompok Kepentingan.
Sementara kita telah bisa memahami bahwa pemerintah memiliki peran penting
dalam perumusan kebijakan, kenyataan politik modern telah memberikan ruang
yang besar dan signifikan atas peran kelompok kepentingan dalam proses
perumusan kebijakan publik di hampir semua negara.
f. Partai Politik
Walaupun partai politik utamanya lebih tertarik perhatiannya pada pemilihan
umum untuk memperoleh kekuasaan sehingga dapat mengontrol kinerja
pemerintah, tetapi mereka juga punya peran yang cukup penting di bidang
kebijakan .
g. Warga secara Individu
Walaupun tugas utama perumusan kebijakan publik terletak di tangan pemerintah,
namun dalam banyak hal warga secara individual juga berpartisipasi secara
langsung dalam proses pembuatan keputusan.
h. Organisasi Penelitian
Aktor lain yang juga terlibat dalam proses kebijakan adalah para peneliti yang ada
di berbagai kampus dan kelompok pemikir ( thing tanks ).
i. Media Massa
Tidak bisa dipungkiri bahwa media massa mempunyai peran yang sangat penting
dalam menghubungkan kepentingan negara dengan warga negaranya.

4. Mengimplementasikan Kebijakan
4.1. Model Implementasi Kebijakan
Keseluruhan implementasi kebijakan dievaluasi dengan cara mengukur luaran program
berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran program dilihat melalui dampaknya terhadap sasaran yang
dituju baik individu dan kelompok maupun masyarakat. Luaran implementasi kebijakan adalah
perubahan dan diterimanya perubahan oleh kelompok sasaran.
Proses implamintasi kebijakan bukanlah suatu proses yang sederhana, ia adalah proses yang
sangat kompleks terlebih bila dalam proses implamentasi tersebut melibatkan banyak aktor dan
instusi dengan berbagai nilai dan kepentingan yang ada padanya maka implementasi kebijakan
tersebut senantiasa berada dalam situasi yang sulit. D. W. Brinkerhoff dan B. L. Crosby (2002)
ketika menjelaskan mengenai manajemen reformasi kebijakan, juga mengidentifikasi 4 (empat)
karakteristik implementasi kebijakan yang signifikan berikut ini.
1. Policy implementation is really a linier, coherent process. Implementasi kebijakan bukanlah
sebuah proses yang linier. Walaupun tujuan dan obyektif kebijakan telah ditetapkan secara
jelas, tanpa acap kali implementasi kebijakan tidak berjalan secara mulus, berurut-urutan,
dan bervariasi.
2. No single agency can manage the policy-implementation effort. Tidak ada satu agensi (aktor
implementasi) tunggal yang mampu menangani usaha-usaha implementasi kebijakan. Proses
implementasi kebijakan membutuhkan dukungan dan kerja sama banyan agensi lain baik di
dalam maupun luar pemerintah, swasta dan masyarakat sipil.
3. Policy implementation creates winners and losers. Implementasi kebijakan dapat
memunculkan pihak yang menang dan yang kalh. Pelaksanaan kebijakan diharapkan mampu
memberikan manfaat bagi mereka yang menjadi ‘beneficiaries’ dari kebijakan tersebut.
4. New policies generally do not come with budgets. Kebijakan baru pada umumnya tidak
disertai dengan anggaran yang disediakan untuk itu. Implementasi kebijakan membutuhkan
anggaran yang cukup untuk mewujudkannya.

Keempat karakteristik implementasi kebijakan tersebut di atas walaupun belum sepenuhnya


menggambarkan karakter implementasi kebijakan secara utuh, mengingat begitu banyaknya aneka
ragam jenis kebijakan dan proses implementasinya, akan tetapi telah mampu memberikan gambaran
awal kepada kita tentang kompleksitas implementasi kebijakan.

Tabel .1
Model Implementasi Kebijakan
No. Nama Pakar Fokus Analisis
1 Derthick (1972); Pressman dan ‘Model Kegagalan’: analisis kegagalan
Wildavsky (1973); Bardach (1973) implementasi kebijakan.
2 Van Meter dan Van Horn (1975); Hood ‘model Atas-Bawah’: analisis faktor-faktor yang
(1976); Gunn (1978; Sabatier dan menjadikan keberhasilan implementasi.
Mazmanian (1979)
3 Lipsky (1971); Wetherley dan Lipsky ‘Model Atas-bawah’: analisis pentingnya peran
(1977); Elmore (1978, 1979); Hjern, aktor lain dan interaksi organisasi.
dkk. (1978)
4 Majone dan Wilavsky (1978) Browne ‘Model Hibrida’: analisis implementasi sebagai:
dan Wildavsky (1984) Lewis dan Flynn - Evolusi
(1978, 1979) Hjern (1982) Hjern dan - Pembelajaran
Porter (1981) Ripley dan Franklin - Kontinum kebijakan-tindakan
(1982) Sabatier (1986a) Hughes (1994) - Analisis antar-organisasi
- Tipe-tipe kebijakan
- Bagian dari subsistem kebijakan
- Manajemen
Sumber: W. Parsons , 1995: 463

Gambar 01
Model Linier Implementasi Kebijakan
(dikutip dari Baedhowi, 46-48)

Fase Agenda Fase Keputusan Fase Pelaksanaan

Sukses dilaksanakan
Keputusan
kebijakan
Dalam Perkuat
Agenda Institusi
Isu
Kebijakan Tidak ada Gagal
kebijakan
Tidak Tingkatkan
kemauan
politik

Keberhasilan pelaksanaan kebijakan tergantung pada kemampuan instansi pelaksana. Jika


implementasi kebijakan gagal maka yang disalahkan biasanya adalah pihak manajemen yang
dianggap kurang memiliki komitmen sehingga perlu dilakukan upaya yang lebih baik untuk
meningkatkan kapasitas kelembagaan pelaksana.

Gambar.02
Model Interaktif Implementasi Kebijakan
(Thomas R. Dye. 1981. Understanding Public Policy, Prentice-Hall International, Inc., Englewood
Cliffs, NY)

Isu Kebijakan

Agenda Kebijakan

Tahap Keputusan

Karakteristik Kebijakan

Arena Konflik

Publik Birokrasi

Tolak/Laksanakan Laksanakan/Tolak

Pengambil Pertanggung- Pelaksana


kebijakan jawaban kebijakan
menilai dan terhadap publik menilai dan
memobilisasi memobilisasi
sumberdaya sumberdaya
untuk untuk
keberlangsung- keberlangsung-
an kebijakan an kebijakan

Potensi Hasil Kebijakan


5. Mengevaluasi Hasil dan Dampak Kebijakan
Setiap kebijakan yang telah selesai dilaksanakan perlu adanya evaluasi sejauh mana
implementasi kebijakan tersebut memberikan hasil dan dampak sebagaimana diharapkan.

5.1. Arti dan Jenis Evaluasi Kebijakan


Menilai kebijakan secara sederhana dapat diartikan sebagai proses mempelajari atau
mengkaji dampak kebijakan publik. Thomas R. Dye (1987) mengatakan “ Policy evaluation is
learning about the consequences of pubic policy”. Ini berarti menilai sejauh mana alternatif
kebijakan yang telah dipilih untuk mengatasi masalah telah mempunyai dampak tertentu.
Smith dan Larimer membagi 3 macam pendekatan berikyt ini.
1. Pendekatan evaluasi deskriptif, pendekatan yang berusaha mendeskripsikan tujuan, proses,
dan dampak kebijakan. Pernyataan yang sering dikemukakan adalah apakah tujuan
kebijakan telah dirumuskan dengan jelas? Apakan tujuan telah dikomunikasikan dengan
jelas? Apakah ada rencana untuk menilai kemajuan atau keberhasilan kebijakan? Apakah
ada akuntabilitis Yng jelas?
2. Pendekatan evaluasi normatif, pendekatan yang lebih banyak mempertanyakan masalah
kepatutan atau kelayakan kebijakan. Apakah tujuan kebijakan realistik? Apakah kebijakan
telah menggambarkan tujuan yang diinginkan masyarakat?
3. Pendekatan evaluasi dampak, pendekatan yang terfokus pada dampak kebijakan. Seberapa
jauh kebijakan telah dapat mencapai tujuannnya? Dapatkah variasi dampak secara
menyakinkan diterima sebagai hasil kebijakan? Seberapa besar variasi dampak tersebut
dampak tersebut dapat diterima sebagai dampak kebijakan yang diinginkan?

Tabel .2
Evaluasi Terhadap Proses Kebijakan
Evaluasi Evaluasi Evaluasi
formulir implementasi dampak
Ex-ante On-going Ex-post
Evaluation Evaluation Evaluation
“sebelum” “ketika” “sesudah”
Evaluasi yang dilakukan pada Evaluasi yang dilakukan pada Evaluasi yang dilakukan pada
tahap penetapan masalah dan tahap pelaksanaan kebijakan tahap akhir untuk mengetahui
alternatif kebijakan untuk untuk mengetahui sejauh kinerja dan dampak kebijakan,
menyelisik sejauh mana mana pelaksanaan kebijakan apakah biaya yang telah
kebijakan dibuat sesua dengan telah sesuai dengan prosedur, dikeluarkan sepadan dengan
masalah yang dihadapi sumber, waktu dan tujuan manfaat dan keuntungan yang
masyarakat dan merespons kebijakan sebagaimana yang bakal diperoleh masyarakat
kepentingan serta kebutuhan telah dirumuskan pada tahap sebagai penerima konsekuinsi
mereka formulasi kebijakan

Agak mirip dengan tabel di atas, perlu kiranya disimak pendapat Rossi, Freeman, dan
Wright (1979) yang lebih konfrehensif tentang tipologi evaluasi sebagai berikut:

Tabel.3
Tipologi Evaluasi
Evaluasi Evaluasi Evaluasi Evaluasi Biaya-
Perencanaan dengan Dampak Keuntungan dan
Pengenbangan Memonitor Kebijakan Biaya-Efektivitas
Program/kebijakan (4)
(1) (2) (3)
Tujuan Mendesain Menilai proses Menilai Menghitung tingkat
program/kebijakan implementasi efektivitas efisiensi ekonomis
sesuai dengan kebijakan kebijakan program/kebijakan
tujuan-tujuan yang berdasarkan dalam
diinginkan desain mencapai
kebijakan tujuan-
tujuannya
Pertany 1. Luasnya dan 1. Apakah 1. Apakah 1. Berapa biaya
aan tersebarnya implement kebijakan yang telah
Evalua populasi asi telah dikeluarkan
si masalah yang kebijakan menghasi untuk masing-
hendak sesuai lkan masing unit
dipecahkan dengan / perubaha program?
2. Riset & mengarah n yang 2. Berapa besar
pengembangan ke diinginka perbandingan
untuk kelompok n? antara total
perencanaan sasaran? 2. Apakah biaya dengan
dan 2. Apakah perubaha manfaat/keuntu
implementasi implement n yang ngan yang
kebijakan asi terjadi diperoleh
kebijakan signifika
sesuai n secara
dengan substansi
desaain f?
kebijakan?

Evaluasi kebijakan yaitu proses untuk menilai kinerja kebijakan adalah juga merupakan
salah satu bagian dari proses kebijakan yang sangat penting. Pandangan lama melihat aktivitas
menilai kebijakan hanya dilakukan pada bagian akhir proses pelaksanaan kebijakan, tetapi
kemudian pandangan tersebut berubah di mana seluruh proses kebijakan:formulasi, implementasi,
dan evaluasi perlu juga dinilai untuk mengetahui kin erjanya.
Banyak arti atau definisi evaluasi kebijakan yang telah diberikan oleh para pakar, mulai dari
yang singkat atau sederhana, misalnya dari Dye “Evaluasi kebijakan adalah proses pembelajaran
tentang konsekuensi kebijakan publik” sampai dengan yang panjang dan kompleks, misalnya dari
Weiss: “Evaluasi program atau kebijakan adalah penilaian secara sistematis terhadap pelaksanaan
dan atau dampak program/kebijakan dibandingkan dengan sejumlah standar penilaian baik yang
eksplisit maupun implisit sebagai sarana untuk meningkatkan mutu program atau kebijakan”.

C. ADPU4441 PENGEMBANGAN ORGANISASI

1. Diagnosis Organisasi
a. Pengertian Diagnosis
Diagnosis adalah suatu proses mengerti bagaimana fungsi organisasi saat ini dan
menyediakan informasi yangdiperlukan untuk mendesain intervensi perubahan.
Hal yang perlukan dalam melakukan diagnosis orgamnisasi, agar adanya suatu
kesuksesan dalam melakukan diagnosis, serta mendapatkan hasil yang optimal dalam
melakukan perubahan dan pengembangan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karena pentingnya proses diagnosis, konsultan
dank lien harus sama – sama sepakat bahwa cirri – cirri diagnosis yang harus terdapat
adalah sebagai berikut :
1. Kesederhanaan, artinya informasi yang digali harus tidak rumitdan dapat
dipresenrtasikan.
2. Kejelasan, konsultan harus mampumemilih dan menggunakan instrument tolok ukur
tentang apa yang terjadi dalam organisasi yang menyebabkan tumbuhnya
ketidakseimbangan.
3. Keterlibatan, peranan konsultan adalah untuk membantu kliennyamemecahkan
berbagai masalah yang dihadapi oleh klien tersebut.
4. Identifikasi faktor – faktor utama, artinya konsultan menggunakan kumpulan
variable utama tanpa distorsi atau rekayasa dalam diagnosis.
5. Menyoroti faktor – faktor kritikal, guna menemukan akar permasalahan dan tidak
sekedar mengenali berbagai gejala yang segera tampak, konsultan menyoroti faktor –
faktor yang sifatnya kritikalterhadap keberhasilan organisasi.
6. Penumbuhan rasa urgensi. Pada fase diagnosis , konsultan harus mampu
menumbuhkan perasaan urgensi dalam diri semua pihak yang berkepentingan dalam
organisasi .

Ada beberapa criteria umum yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kualitas
elemen organisasi:
a. Kemampuan berdaptasi, yaitu kemampuan mengarahkan
kegiatan dan tenaga dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Tanggungjawab, yaitu kesesuaian antara tujuan individu dan tujuan
organisasi.
c. Identitas, yaitu kejelasan misi dan peran masing – masing unit.
d. Komunikasi, yaitu kelancaran arus data dan informasi antar unit dalam
organisasi
e. Integrasi, yaitu hubungan baik dan efektif antar pribadi dan kelompok,
terutama dalam mengatasi konflik dan krisis.
f. Pertumbuhan, yaitu iklim yang sehat dan positif yang mengutamakan
eksperimen dan pembaruan.

b. Pendekatan Dalam Diagnosis


Pendekatan yang sistematis dapat dilakukan dengan menggunakan suatu model yang
merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya. Akan tetapi model apa pun yang
digunakan hendaknya mampu mendukung upaya melakukan analisis tentang berbagai segi
kehidupan berorganisasi seperti strukturnya, kulturnya dan perilaku system organisasi
sebagai keseluruhan maupun bagian – bagiannya. Manfaat dari penggunaan model dalam
melakukan diagnosis adalah:
a. Untuk lebih memahami persoalan dan organisasi itu sendiri.
b. Sebagai penuntun dalam kegiatan pengumpulan data yang betul – betul relevan.
c. Untuk lebih memahami faktor – faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu
persoalan dan usaha pemecahannya.
d. Berguna sebagai alat untuk melakukan eksperimentasi tanpa mengambil resiko yang
telalu besar.
e. Dalam keadaan tertentu dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan pengujian
terhadap alternative – alternative pemecahannya.
f. Untuk menyusun langkah – langkah tindakan dalam melakukan perubahan
organisasi.

Model – model untuk melakukan diagnosis adalah :


 Model analitikal
 Model Kecenderungan Pelaku Kelompok
 Model Konsultasi Manajemen
 Model Sosioteknikal
 Model Analisis Bidang Kekuatan

c. Proses Diagnosis
Proses mdiagnosis dilakukan dengan langkah – langkah adalah :
- Pertama , mengidentifikasi wilayah permasalahan tentative
- Kedua , pengumpulan data.
- Ketiga, menganalisis data sehingga data berubah bentuknya menjadi informasi, yang
mutakhir, relevan, akurat dan lengkap.
- Keempat, umpan balik data.
- Kelima , konsultan dan klienmengidentifikasi wilayah permaslahan bersama – sma.
- Keenam, setelah diperoleh kesepakatan antara konsultan dank lien tentang hakikat
permasalahan yang dihadapi organisasi.
Data yang dikumpulkan didasarkan pada identifikasi wilayah permasalahan tentative
yang telah dilakukan sebelumnya.
Maka pengumpulan data perlu dilakukan secara terencana dan teliti, berikut adalah
teknik – teknik mengumpulan data sebagai berikut:
a. Menentukan sasaran
b. Menyeleksi variable sentral
c. Menyeleksi teknik pengumpulan data
d. Evaluasi efektivitas pengumpulan data
Seorang konsultan melakukan proses diagnosis perlu mengetahui rambu – rambu sebagai
berikut :
a. Masalah kerahasiaan
b. Diagnosis yang Berlebihan
c. Diagnosis Krisis
d. Diagnosis yang Mengancam
e. Kebiasaan Konsultan
f. Diagnosis Gejala

d. Pendekatan Pengelolaan Perubahan Organisasi di Era Globalisasi


Globalisasi telah mempengaruhi situasi dan kondisi lingkungan dunia yang berdampak pula
pada organisasi. Perubahan – perubahan terhadap organisasi tersebut mencakup komponen ;
 Struktur organisasi
 Teknologi
 Sumber daya manusia
Saat ini pendekatan postmodern menyertai aliran strategi dan perubahan dalam manjemen
dan organisasi. Untuk itu Orgnisasi perlu mengalami tahapan kematangan organisasi untuk
mencapai inovasi.

e. Model Pengelolaan Perubahan Organisasi di Era Globalisasi


Mengelola Perubahan
1. Manajemen Kualitas
Konsep manajemen kualitas merupakan suatu konsep yang mulai popular sejak awal
1980- an sampai tahun 1990 – an, kemudian dipraktikan dalam organisasi bisnis dan
public.
2. Reengineering ( Perekayasaan atau pembangunan kembali Organisasi)
Sekarang ini dalam dunia ekonomi global, manajemen kualitas merupakan suatu
ilmu manajemen yang sangat berguna bagi para manejer dan organisasi.
Perbedaan antara perbaikan kualitas yang berkelanjutan ( continousquality
improvement ), dapat dilihat pada table berikut:
Table
Perbedaan Perbaikan Kualitas yang Berkelanjutan
dan Perekayasaan Organisasi
Continous Quality Improvement Reengineering
1. Berkesinambungan, tambahan dari 1. Perubahan yang Radikal
yang pernah ada (incremental)
2. Memperbaiki dan meningkatkan 2. Perancangan kembali atau
memulai baru
3. Kebanyakan hasilnya sebagai 3. Kebanyakan sebagai “dapat jadi
“seperti … adalah” (as is ) apa”(what can be)
4. Dilakukan dari arus bawah (bottom 4. Dilakukan atas inisiatif
up) organisasi manajemen puncak.

3. Kaizen ( Ky’zen )
Kaizen menjadi refleksi dari sikap orang Jepang dan organisasinya memandang kerja
dari kehidupan. Kaizen merupakan salah satu kunci mengapa organisasi ataupun
perusahaan Jepang lebih tahan dan unggul dalam menghadapi perubahan dan
tantangan ataupun tuntutan lingkungan terhadap organisasi dibandingkan dengan
organisasi atau perusahaan Negara – Negara Eropa dan Amerika Serikat.
2. Intervensi Organisasi
a. Pengertian Intervensi
Menurut Miftah Toha (2003) Intervensi dimaksudkan untuk menetapkan cara-cara apakah
yang patut digunakan untuk merencanakan perbaikan berdasarkan masalah yang ditemukan
dalam proses diagnosis dan pemberian umpan balik. Intervensi berarti keikutsertaan klien
dan konsultan bersama-sama merencanakan proses perbaikan berdasarkan atas masalah
yang dijumpai dalam proses diagnosis. Kegiatan-kegiatan tersebut dimaksudkan dalam
rangka menata dan memperbaiki kembali fungsi organisasi dalam memberikan kesempatan
kepada anggota organisasi untuk bekerja dalam tim ataupun mereka mengelola suatu tim
serta memelihara (sustainable) organisasi agar teteap dapat beralan dengan baik sesuai
dengan tujuan organisasi.
(Arif (2011); French dan Bell), intervensi pengembangan organisasi adalah serangkaian
kegiatan terstruktur yang didalamnya terdapat unit - unit organisasi terpilih (kelompok atau
sasaran individu) melakukan tugas yang secara langsung atau tidak langsung sasaran tugas
dihubungkan dengan perbaikan organisasi.
b. Rencana Intervensi
Menurut Miftah Thoha (1997), yang perlu mendapat perhatian dalam merencanakan
kegiatan intervensi adalah berikut ini:
1. Kesiapan Klien untuk Melakukan Perubahan
Kesiapan klien untuk mengadakan perubahan organisasi sebenarnya dapat dilihat
sewaktu klien mengumpulkan data.
2. Kepastian bahwa Perubahan Tersebut Masih dalam Batas kekuasaan dan
Kewenangan Organisasi.
3. Kesiapan Sumber – sumber Internal untuk membantu Mengatur, Memonitor, dan
Memelihara Proses Perubahan.
Sumber – sumber tersebut dapat berupa dana dan fasilitas – fasilitas lain yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan perubahan termasuk orang yang akan mengerjakan
membantu pelaksanaan.
c. Tipe – Tipe Intervensi
Siagian (1995) menjabarkan tipe – tipe intervensi dalam rangka perubahan organisasi
yang dapat dilakukan oleh konsultan :
1. Kejelasan.
Dalam kegiatan perubahan organisasi yang sedang dilakukan oleh sekelompok
orang, terkadang seorang konsultan perlu memberikan tambahan penjelasan kepada
kelompok sehingga diharapkan terjadi salah presepsi atau adanya salah pengertian di
antara anggota kelompok tersebut.
2. Simpulan
Agar dalam kegiatan kelompok dalam proses pengambilan keputusan maka
konsultan perlu membuat simpulan mengenai hasil kegiatan atau pembicaraan.
3. Sintesis
Sintesis dibutuhkan sebagai usaha untuk menyatukan prsepsi dan bahasa kelompok
sehingga berbagai pendapat yang muncul tidak berakibat pada berbagai macam
interpretasi, terutama interpretasi yang didasarkan atas unsure subjektivitas.
4. Generalisasi
Generalisasi diperlukan untuk agar tidak ada anggota kelompok merasa ditinggalkan
oleh kelompoknya karena dianggap memberikan pendapat atau ide yang tidak lazim
atau aneh.
5. Mendalami
Konsultan memerlukan informasi secara lebih intensif kepada kelompok atau
memerlukan ide – ide tambahan agar pemahamannya terhadap proses dalam
kelompok semakin meningkat.
6. Bertanya
Sebagai seorang konsultan maka pekerjaan yang penting adalah bertanya kepada
kelompok tentang sesuatu hal yang perlu diketahui.
7. Mendengarkan
Mendengarkan yang dilakukan oleh seorang konsultan tidak berarti bersifat pasif,
tetapi dilakuan sambil memusatkan perhatiannya pada yang disampaikan oleh lawan
bicaranya, seperti gerak – gerik dan raut wajah.
8. Merefleksikan Perasaan
Hal ini yang perlu dimiliki konsultan adalah rasa empati terhadap anggota kelompok.
9. Pemberian Dukungan
Konsultan harus memberikan dorongan terhadap anggota kelompok dalam
menyampaikan idea tau pendapat, bahkan memuji dengan tindakan positif.
10. Konseling
Konseling dibutuhkan dalam proses kelompok apabila kelompok mengalami
konsultan tentang suatu permaslahan tertentu yang mereka tidak dapat mengatasinya
sendiri.

11. Umpan Balik


Tugas pokok seorang konsultan adalah membantu klien atau perusahaan supaya
mampu berperan secara partisipan aktif dalam mengidentifikasikan diri dan
memecahkan persoalan yang sedang dihadapi.
12. Pembuatan Model
Keberhasilan konsultan diukur antara lain dari semakin kurang intervensi oleh
konsultan dan makin banyak yang dilakukan sendiri oleh kelompok.
13. Penentuan Agenda
Konsultan diharapkan dapat memberikan dorongan kepada kelompoknya agar
kelompok dapat memberikan waktu untuk menjelaskan mengenai proses kegiatan
kelompok.
14. Saran Perubahan
Konsultan perlu membantu manajer atau pimpinan perusahaan dengan menentukan
hasil apa yang diharapkan dari tindakan mereka dengan menggunakan proses
tertentu.

3. Teknologi dan Struktur Kerja


Pentinganya mengidentifikasikan jenis – jenis yang berguna dalam pencapaian tujuan
organisasi. Tanpa teknologi, pencapaian tujuan organisasi akan terhambat oleh kendala
operasionalisasi pekerjaan sehari – hari.
Secara khusus, saya akan mempelajari dan menjelaskan beberapa hal yang berkaitan antara
teknologi dan struktur kerja.
a. Hubungan Organisasi dan teknologi
Teknologi mampu dan telah menjadi alat utama yang meminimalkan kerja tangan
manusia (manual), dapat meningkatkan produktivitas organisasi.
b. Kaitan antara Teknologi dan Struktur Kerja
Peralihan dari borongan kecil ke borongan besar dan produksi masal hingga produksi
kontinu merupakan salah satu faktor yang meningkatkan kerumitan teknologi.
Korelasi langsung antara teknologi dengan struktur, cirinya adalahpanjangnya garis
komando, rentang control eksekutif kepala, presentase dari total penjualan yang
dijadikan untuk pembayaran upah dan gaji, dan rasio jumlah manajer dengan total
pegawai, rasio staf tata usaha dan administrasi dengan para pekerja kasar, rasio buruh
langsung dengan buruh tak langsung, dan pengawas sarja dan yang bukan sarjana dalam
bagian produksi.
c. Manfaat Teknologi dalam Organisasi
Manfaat dan hubungannya teknologi dalam organisasi adalah mampu merubah dan
meningkatkan produktivitas para tenaga kerja, dan dapat mendatangkan hasil pruduksi
yang efektif, efisien berhasil guna yang tinggi di suatu organisasi itu sendiri.

4. Konsep Teknostruktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian secara posisi
yang ada pada perusahaaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan atau
bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.
Desain organisasi merupakan proses perkembangan hubungan dan penciptaan struktur untuk
mencapai tujuan organisasi sedangkan struktur merupakan hasil dari proses desain yang
merupakan suatu kegiatan yang bersifat kontinu dan dirancang oleh manajer.
Selain memiliki struktur, organisasi juga memiliki desain organisasi.
Desain organisasi, Ivancevich (2008) mendefinisikannya sebagai proses penentuan
keputusan untuk memilih alternatif kerangka kerja jabatan, proyek pekerjaan, dan
departemen. Dengan demikian, keputusan atau tindakan-tindakan yang dipilih ini akan
menghasilkan sebuah struktur organisasi.

Desain organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai komponen dan bagian
organisasi.
Desain organisasi memberikan kerangka yang menghubungkan wewenang karena struktur
merupakan penetapan dan penghubung antar posisi para anggota organisasi. Jika seseorang
memiliki suatu wewenang, maka dia harus dapat mempertanggungjawabkan wewenangnya
tersebut.
Selain memiliki struktur, organisasi juga memiliki desain organisasi.
Desain organisasi, Ivancevich (2008) mendefinisikannya sebagai proses penentuan keputusan
untuk memilih alternatif kerangka kerja jabatan, proyek pekerjaan, dan departemen. Dengan
demikian, keputusan atau tindakan-tindakan yang dipilih ini akan menghasilkan sebuah struktur
organisasi.
D. RINGKASAN ADPU4341 TEORI ORGANISASI

1. Struktur Organisasi
Robbins (2007) mendefinisikan struktur organisasi sebagai penentuan bagaimana pekerjaan
dibagi, dibagi, dan dikelompokkan secara formal.
Sedangkan organisasi merupakan unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar, terdiri dari
dua orang atau lebih, dan berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus-menerus guna
mencapai serangkaian tujuan bersama.
a. Konsep Dasar Pengorganisasian

Dalam suatu organisasi, diperlukan Kerangka kerja yang akan diproses sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan. Kerangka kerja organisasi tersebut disebut sebagai desain
organisasi (organizational design) sedangkan bentuk fisik dari kerangka kerja tersebut
dinamakan struktur organisasi (organizational structure).
Struktur organiasi pada dasarnya merupakan desain organisasi dimana manajer
melakukan alokasi sumber daya organisasi yang dikoordinasikan dengan tujuan dan
rencana yang ditetapkan, mencakup tentang pembagian kerja serta penjelasan bagaimana
rencana organisasi akan dilaksanakan.

b. Dasar – dasar dan Pilihan Desain


Dasar pemilihan desain umumnya didasarkan atas tiga alasan, yaitu karena tekanan
lingkungan, menyesuaikan struktur intern dengan kondisi ekstern, dan terakhir karena
mode.

Salah seorang teoritis organisasi yang konsepnya tentang konfigurasi struktur organisasi
cukup banyak diikuti adalah Henry Mintzberg yang dituangkan dalam buku yang
berjudul Struckture In Fives :Designing Effective Organization.Mintzberg membagi
konfigurasi struktur organisasi menjadi lima yaitu :
 Struktur sederhana
 Birokrasi mesin
 Birokrasi professional
 Struktur devisional, dan
 Adhocracy

Organisasi – organisasi pada umumnya memiliki elemen – elemen seperti berikut :

1. Strategic Apex
2. Midle Line
3. Operating Core
4. The Support Staff ( Staf Pendukung)
5. Teknostruktur
Kelima elemen dasar organisasi tersebut jika disusun dalam suatu konfigurasi struktur
organisasi adalah sebagai berikut :
Strategic
apex

Techno Middle Support


Structure Line Staff

Operating Core

Gbr.1
Lima Elemen Dasar Sebuah Organisasi

c. Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kelangsungan,
eksistensi, keberadaan, dll yang menyangkut organisasi baik da dari dalam maupun dari
luar.
Ada 2 macam lingkungan dalam organisasi :
1.    Lingkungan Khusus (internal)
2.    Lingkungan Umum (eksternal)
Ad. 1 Lingkungan internal
Antara lain :
–    Human resources (SDM) = skill
Kemajuan organisasi ditentukan oleh SDM.
Dimana ancaman atau pengaruh eksternal akan mempengaruhi kemajuan dan
kehancuran organisasi, tergantung SDM di dalam organisasi itu.
Ad. 2 Lingkungan eksternal
Lingkungan eksternal pada dasarnya ada 2 :
–    Lingkungan makro (atau jauh) : berasal dari luar dan sifatnya tidak langsung
–    Lingkungan mikro (atau dekat) : berasal dari luar yang sifatnya langsung
d. Mengelola Perubahan Lingkungan
Perubahan reaktif adalah suatu respon bertahap terhadap peristiwa ketika muncul.
Bidang-bidang Perubahan Organisasi
Perubahan yang terjadi dalam organisasi, setidaknya meliputi tiga bidang umum, yaitu:
Struktur dan rancangan organisasi. Yang termasuk ke dalam bidang ini adalah rancangan
pekerjaan, departementalisasi, hubungan pelaporan, distribusi otoritas, mekanisme
koordinasi, struktur lini-staf, rancangan keseluruhan, budaya, manajemen sumber daya
manusia
Teknologi dan Operasi, meliputi teknologi informasi, peralatan, proses pekerjaan, urutan
pekerjaan, sistem pengendalian Orang. Dalam hal ini yang dipengaruhi adalah kemampuan
dan keterampilan, kinerja, persepsi, ekspektasi, sikap dan nilai Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi adalah Suatu usaha terencana yang berskala organisasi, dikelola
dari puncak, dan dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan kesehatan organisasi
melalui intervensi yang terencana dalam proses organisasi yang menggunakan pengetahuan
perilaku Teknik Pengembangan Organisasi.

2. Teknologi
Teknologi dalam organisasi memiliki peranan utama dalam mempelajari sifat-sifat dari
teknologi suatu organisasi dan hubungan teknologi terhadap struktur organisasi. Dalam teori
organisasi yaitu dengan prinsif ketergantungan (contingency), menyatakan bahwa karakteristik
organisasi mempunyai ketergantungan terhadap faktor-faktor teknologi yang pada akhirnya
berkembang menjadi pendekatan modern dalam teori organisasi. Menurut James Thomson,
teknologi organisasi tidak didasarkan pada penyelidikan yang dilakukan dilapangan, melainkan
merupakan suatu pembahasan teoritis yang disusun berdasarkan landasan-landasan pemikiran
yang telah muncul sebelumnya. 
Berikut adalah temuan penelitian dari ketiga ahli organisasi tersebut :
a. Joan Woodward
Woodward seorang sosiolog industry dari Inggris adalah orang pertama yang berusaha
menghubungkan pengaruh teknologi pada struktur organisasi
b. Charles Perrow
Perrow memfokuskan pada teknologi pengetahuan. Ia seolah mengoreksi asumsi
Woodward bahwa teknologi tidak hanya berupa teknologi industry.
c. James D.Thompson
Woodward memfokuskan perhatiannya pada dampak teknologi organisasi terhadap
pemilihan struktur organisasi, sedangkan Perrow lebih memusatkan perhatiannya pada
pengaruh kompleksitas teknologi terhadap struktur organisasi.
a. Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi telah merasuki organisasi. Organisasi banyak
mengalami perubahan terutama organisasi yang banyak mengadopsi teknologi
informasi yang sudah canggih.
Dampak perkembangan teknologi informasi pada organisasi adalah terbentuknya
struktur organisasi yang baru yang fasilitas oleh teknologi informasi yang canggih.
Dalam organisasi teknologi informasi yang canggih umumnya digunakan untuk
mendukung seperti berikut :
a) System Informasi di Antara Para Eksekutif
b) Jaringan Kelompok
c) Informasi Alir Kerja
b. Perencanaan, Strategi, dan Tujuan
Sebuahrencanastrategis. Iniadalahcetak-birudarikegiatan, strategi dan
rencanakerjabagiorganisasiandaataubisnisanda yang dirancang agar
andabisameraihtujuanandasecaraefisien, bijaksana, dan berbiayaefektif.
RencanaStrategisebaiknyadibuatdenganmengikutipendekatanempatlangkahsederhana
:
1. Membuat MISI
Misiharusmerangkumdenganjelassiapaanda, apatujuan yang inginandaraih dan
bagaimanaandaakanmelakukannya. Janganterlalupanjang dan rumit.
Sepertinamanya, misiharusringkas: sebuah ‘pernyataan’ .
2. Mengidentifikasi TUJUAN (GOAL)
Tujuanmerupakanturunandarimisi. Segalasesuatudalammisi yang
menunjukkanorganisasiandaharus ‘beradaditempattertentu’ (mencapaihal pada
tahaptertentu) selamajangkawaktutertentumembutuhkantujuan.
3. Menentukan SASARAN (OBJECTIVES)
Sasaranadalahsesuatu yang mendorongandamencapaitujuan. Tanpasasaranmakacita-
citaandahanyaakanmengapung di angkasa dan tidakakanpernahtercapai.
4. Membuat RENCANA KERJA
Rencanakerjatidakselalutercantumdalamrencanastrategi, tetapipastiadagunanya.
Sayangnya, rencanakerja juga sangatmenyitawaktu.
Sebuahrencanakerjaadalahpenjelasanterincitentangkegiatantertentu yang
diperlukanuntukmemenuhisasaran yang direncanakan.
3. Organisasi, Kekuasaan, dan Konflik

Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemapuan aktual atau kemampuan potensial yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut akan bersikap atau bertindak sesuai
dengan yang diharapkan  atau yang dinginkan. Semakin tinggi kedudukan seseorang di
dalam organisasi maka semakin besar pula kekuasaan yang dimilikinya dan begitu pula
sebaliknya. Seseorang atau sekelompok orang atau suatu lembaga sosial akan mempunyai
kekausaan yang semakin besar manakala mereka dapat menguasai informasi, ilmu
pengetahuan atau sumber daya. Jika kedudukan seseorang dalam organisasi tidak
mempunyai kekuasaan yang semakin besar maka berarti kekuasaan yang dimiliki tidak
efektif dan bersifat semu.
Kekuasaan dan Ketergantungan
Secara matematis kita dapat mendiagnosa kekuasaan dengan cara mengukur tekanan
ketergantungan (dependent variable pressure) yang mengalir dengan arah yang berlawanan
dari hubungan kekuasaan. Atau dengan kata kata lain, bahwa jika X mempunyai kuasa atas
Y, maka hal ini dapat diukur melalui derajad ketergantungan Y terhadap X. Umumnya
seseorang bersedia untuk mematuhi orang lain dan orang lain tersebut bersedia mengikuti
perintahnya mempunyai ketergantungan terhadap orang yang mempunyai kekuasaan dan
apalagi jika kekuasaannya efektif.
Perbedan dan KonflikdalamOrganisasi
Ketergantungantujuan dan persaingan  dengansumberdaya yang
terbatasakanmenciptakanperbedaan dan
konflikdalamorganisasiakantetapimeskipundemikian dunia
tanpaperbedaanbarangkaliakansangatsulitdibayangkan.
Perbedaanadasejakmanusiadilahirkanke dunia. Perbedaanlahir 
bersamaandengankedatanganmanusiakeduani. Awalnyalemahkemudianmenguat.
Awalnyabersifatpribadi dan
lambatlaunmerambahkedalamorganisasiketikaindividutersebutmenjadianggotaorganisasi.
Perbedaantidakmungkindapatdihindari. Perbedaanmerupakanpeluang dan sekaligus juga
ancaman. Perbedaanituibaratpisaudapatdigunakanmemotongapasaja yang
bermanfaatataumerugikan. Perbedaanakanmemberikanmanfaat dan juga
dapatmemberikanmudarat. Perbedaanharusdikelolasecaraprofesional agar
menajdipotensipositif. Yang harusdipahamiadalah dunia tanpaperbedaanopini,
tanpaperbedaannilai, tanpaperbedaanprioritas ,tanpaperbedaanmisi dan harapan di
ibaratkanmataharitanpabayang-bayang dan menjadi dunia  tumpul yang
fungsinyasangatrendah.
Untukmengenalperbedaansecaramendalammakakitaharusmengenalargumen, kompetisi
(persaingan) dan konflik.

4. Organisasi Yang Belajar


Organisasi yang belajar(OB) semakindiperlukandalamlingkungan yang sangatdinamis.
Dalamlingkungan yang dinamissaatini paling tidaktigatemautama yang
mewarnaiwacanapolitik, e4konomi, dan budaya, yaitudesentralisasi, otonomiindividu, dan
harmoni. Tigatematersebuttelahmendorongterbentuknyamasyarakatinformasional yang
dicirikanadanyapengetahuan, moleculariasi, integrasi dan hubunganantarjaringan
(interneworking), sertainovasidalammasyarakat.

a. Pentingnya Organisasi Belajar


Ada beberapa alasan pentingnya organisasi belajar diantaranya yaitu:
 Dalam rangka pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, kita tidak lagi dapat
mengandalkan pada tersedianya tenaga kerja yang banyak dan murah, melainkan
tenaga kerja yang terdidik dengan baik, terlatih dengan baik dan menguasai
informasi dengan. Perubahan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan merupakan azas dari organisasi belajar.
 Pengembangan organisasi yang lebih berorientasi pada lingkungan internal
dianggap tidak tepat lagi. Sejalan dengan gerakan masyarakat informasi, maka
organisasi perlu menguasai informasi mengenai lingkungan secara komrehensif.
Organisasi memerlukan lebih banyak tenaga kerja berpengetahuan. Perkembangan
ekonomi lebih dilandaskan pada pengetahuan dengan tenaga kerja berpengetahuan
sebagai aset paling utama.
b. Karakteristik Organisasi Belajar
Karakteristik organisasi belajar menurut Peter Senge meliputi:
·         Berpikir Sistem (Systems Thinking) : Setiap usaha manusia merupakan sistem di
mana bagian dari jalinan tindakan atau peristiwa saling berhubungan, meskipun
hubungan itu tidak nyata.
·         Penguasaan Pribadi (Personal Mastery): Setiap orang harus mempunyai komitmen
untuk belajar sepanjang hayat dan mengembangkan potensinya secara optimal.
·         Pola Mental (Mental Models): Setiap orang mempunyai pola mental tentang
bagaimana ia memandang dunia di sekitarnya dan bertindak atas dasar apa yang
dilihatnya.
·         Visi Bersama (Shared Vision): Organisasi yang berhasil berusaha mempersatukan
orang-orang berdasarkan identitas dan perasaan yang sama yang dijabarkan dalam suatu
visi yang dimiliki bersama.
·         Belajar Beregu (Team Learning): Bekerja dengan sistim regu (team work ) jauh
lebih berarti daripada bekerja secara perorangan dari masing-masing anggotanya.
Berdasarkan pemahaman karakterisitik dari organisasi belajar yang dikemukakan oleh
Sange, maka ciri-ciri suatu organisasi belajar yaitu:
 Organisasi tidak melaksanakan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya
 Mempunyai kemampuan bersaing dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat
dalam lingkungan eksternalnya
 Terus menerus meningkatkan kemampuan dan menciptakan hasil yang sungguh-
sungguh mereka inginkan dengan pola berpikir baru dan memberikan kebebasan
tumbuhnya aspirasi kolektif
 Belajar dilakukan oleh organisasi secara menyeluruh, seolah-olah organisasi itu
memiliki satu otak.
 Belajar berlangsung terus menerus dan terintegrasi dengan pekerjaan
 Kemampuan berfikir sistem sangat fundamental
 Tersedianya informasi dan sumber data yang diperlukan untuk keberhasilan
organisasi
 Berkembangnya budaya kelembagaan yang mendukung, menghargai dan
memicu belajar perorangan dan beregu.
 Kegiatan dilandaskan pada aspirasi, refleksi dan konseptualisasi bersama
 Mampu menyesuaikan diri, memperbarui dan meningkatkan diri sebagai respon
atas perubahan lingkungan.
c. Strategi Memulai Organisasi Belajar
Strategi memulai organisasi belajar yaitu dapat dimulai dengan melakukan
bimbingan terhadap ide-ide untuk mulai organisasi belajar dengan visi, nilai-nilai dan
tujuan atau kegunaan; apakah tujuan organisasi belajar? dan apakah organisasi itu dapat
memberikan kesempatan kepada anggota untuk berkreasi?. Kemudian Mengembangkan
visi yang jelas organisasi dan kultur kearah masa depan. Setelah itu memastikan
dukungan pimpinan manajemen.

E. RINGKASAN ADPU4334 KEPEMIMPINAN

1. PERAN PEMIMPIN
Seorang pemimpin dalam organisasi memiliki peran yang sangat penting, karena tidak hanya
sekedar memimpin, tetapi harus bisa memberikan visi dan misi atau arah kemana organisasi akan
dibawa. Pemimpin juga harus mengenal pribadi bawahan dan mampu menggerakkan semua potensi
dan tenaga bawahan seoptimal mungkin demi suksesnya sebuah organisasi.
Kepemimpinan melihat jauh ke depan dan dari luar organisasi, bukan hanya di permukaan dan di
dalam organisasi. Secara singkat, ada lima peranan penting seorang pemimpin dalam organisasi,
yakni:
1. Menciptakan visi
2. Membangun tim
3. Memberikan penugasan
4. Mengembangkan orang
5. Memotivasi anak buah

1. Menciptakan Visi
Seorang pemimpin bertugas membuat visi bagi organisasinya. Visi adalah pernyataan tentang cita-
cita organisasi—apa yang ingin dicapai dan akan menjadi seperti apa sebuah organisasi. Visi harus
bisa menyatukan kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dapat memudahkan proses pengambilan
keputusan dalam organisasi. Visi akan membantu pemimpin dan timnya dalam menghadapi
tantangan perusahaan.
Pernyataan visi harus mampu menjadi inspirasi dalam setiap tindakan yang dilakukan setiap
anggota organisasi. Pernyataan visi yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut,
a. Succint
Pernyataan visi harus singkat
b. Appealing
Visi harus jelas dan memberikan gambaran tentang masa depan yang akan memberikan
semangat pada customer, stakeholder, dan anggota organisasi.
c. Feasible
Visi yang baik harus dapat dicapai dengan resource, energi, waktu.
d. Meaningful
Pernyataan visi harus dapat mengunggah emosi positif anggota organisasi, namun tidak
boleh menggunakan kata – kata yang mewakili sebuah emosi.
e. Measurable
Pernyataan visi harus dapat diukur sehingga memungkinkan untuk melakukan pengakuan
kinerja sehinggasetiap anggota organisasi dapat mengetahui apakah visi dapat dicapai atau
belum.
2. Membangun Tim
Seorang pemimpin harus dapat memilih orang-orang yang tepat untuk mengisi posisi yang tepat.
Agar tidak sampai salah memilih anggota tim, tidak ada salahnya jika pemimpin meluangkan waktu
untuk mewawancarai calon karyawan yang akan direkrutnya.
3. Mengalokasikan Tugas
Pemimpin yang baik mengenal anak buahnya dengan baik. Dia dapat menganalisa anggota timnya
dan menempatkan orang yang mumpuni pada posisi yang tepat sesuai dengan kompetensinya.
Pemimpin yang baik akan mengalokasikan tugas bagi anggota timnya sesuai dengan keahlian
dan passion mereka masing-masing.
4. Mengembangkan Orang
Jaman telah berubah. Dulu, banyak orang yang setia bekerja di satu tempat untuk waktu yang lama.
Tetapi sekarang, banyak orang tidak ragu untuk berpindah – pindah tempat kerja karena merasa
tidak bisa berkembang di suatu tempat. Mereka ingin belajar dan menjadi lebih pintar. Seorang
pemimpin harus memahami hal tersebut. Ia harus bisa membaca potensi orang-orang yang
dipimpinnya, serta mengembangkan kemampuan dan value mereka.
5. Memotivasi Anak Buah
Tim yang bersemangat adalah kekuatan bagi organisasi yang sehat. Untuk menjaga semangat tim,
pemimpin harus dapat menginspirasi dan memotivasi anak buahnya. Tim yang bahagia dan
bersemangat pasti mau bekerja keras dan berusaha maksimal demi mencapai target dan kesuksesan
organisasi.

2. KEKUASAAN DAN KONFLIK DALAM KEPEMIMPINAN

a. Pengertian Kekuasaan
Istilah kekuasaan, seperti halnya istilah “cinta” merupakan kata yang tidak pernah bosan –
bosannya dipakai dalam pembicaraan sehari – hari.Kekuasaan sering dikaitkan dengan
kekuatan dan kekerasan sehingga sering kali dibenci orang karena penyalahgunaannya
menimbulkan sesuatu yang dikutuk orang.
Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin.
b. Sumber dan Jenis Kekuasaan
1. Kekuasaan imbalan
2. Kekuasaan paksaan (coercive power)
3. Kekuasaan Legitimasi (legitimate power)
4. Kekuasaan keakhlian (expert power)
5. Kekuasaan Referensi ( referent power)
c. Dinamika Kekuasaan
Kekuasaan, bukanlah suatu kondisi yang statis, melainkan dinamis sesuai dengan kondisi
yang berubah dan tindakan – tindakan individu. Berkaitan dengan hal ini, marilah kita
cermati Social exange Theory dan strategic Contingencies Theory.
Social exchange theory menjalankan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selama
proses – proses mempengaruhi terjadi antara pemimpin dan pengikut.

Proses – proses politis yang umum dalam organisasi adalah berikut ini :
a) Koalisi
Koalisi atau aliansi dibentuk untuk mendukung atau menentang suatu kebijakan,
program, atau perubahan tertentu.
b) Kontrol terhadap Keputusan Penting
Kekuasaan dapat dipertahankan dengan mengendalikan atau mengontrol keputusan
– keputusan penting.
c) Kooptasi
Tujuan dari kooptasi untuk mengurangi oposisi terhadap suatu kebijakan yang
dukungannya dibutuhkan.
d) Pelembagaan
Merupakan proses atau upatya dari anggota sistem sosial yang mempunyai
kekuasaan untuk melindungi dan meningkatkan kekuasaannya.
d. Penggunaan Kekuasaan
Untuk dapat mengerti bagaimana penggunaan kekuasaan oleh pemimpin yang dapat
mempengaruhi para pengikut, terlebih dahulu perlu memperhatikan proses yang
mencampurinya, seperti motivasi dan usaha.
Perhatikan gambaran hubungan yang mungkin terjadi antara kekuasaan pemimpin dan
motivasi para pengikut.
Tabel.
Hasil Berbagai Jenis Kekuasaan

Sumber
Komitmen Menurut Perlawana
Kekuasaan
Legitimasi Dapat terjadi Mungkin Dapat terjadi
Imbalan Dapat terjadi Mungkin Dapat terjadi
Memaksa Kurang mungkin Dapat terjadi Mungkin
Keahlian Mungkin Dapat terjadi Dapat terjadi
Referensi Mungkin Dapat terjadi Dapat terjadi

Kekuasaann
Pemimpin

Perilaku Reaksi Hasil


Pemimpin Pengikut Akhir

Gambar
Model Kepemimpinan

3. KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

a. Lingkup Kepemimpinan Pemerintahan


Menurut Sadu Wasistiono (2009), dalam konteks organisasi pemerintah, dikenal dua jenis
kepemimpinan yaitu kepemimpinan organisasional dan kepemimpinan kelembagaan.atau
kepemimpinan sosial.
Kedua jenis kepemimpinan baik kepemimpinan organisasional maupun kepemimpinan
sosial menurut Sadu Wasistiono (2009) dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu pemimpin,
pengikut, situasi,dan kondisi serta visi dan misi organisasi yang diemban oleh pemimpin,
tetapi dengan nuansa yang berbeda – beda.

b. Karakteristik Pemimpin Pemerintahan


Mark Tucci (2008) menyebutkan beberapa ciri penting kepemimpinan dalam sektor publik
atau keperintahan yang meliputi :
1. Membangun kesatuan tujuan(building unity purpose), dengan cara berbagi visi, (shave
vision) yaitu melibatkan sekaligus mendidik aparatur dan mempertegas hal – hal yang
menjadi tanggung jawab pada dirinya, sehingga tidak berkembang ke arah pola – pola
mengambil manfaat pribadi.
2. Melakukan klarifikasi arahan(Claryfiting direction), beberapa langkah – langkah
strategis yang diturunkan dari visi dan pola – pola aksi yang terukur.
3. Bergeser dari pendekatan transaksi menjadi transformasi, yaitu berbagi visi dan
memahami tujuan operasional dan organisasional yang lebih luas guna menghindari
fokus yang sempit dan hanya dalam orientasi transaksi individual.

Kepemimpinan pemerintah dapat dibedakan ke dalam kepemimpinan organisasional dan


kepemimpinan sosial. Fungsi pemimpin pemerintah adalah mengidentifikasi dan
menganalisis, menetapkan tujuan dan merumuskan kebijakan, dan membangun dan
menggerakkan semangat..
Kepemimpinan pemerintah antara lain memiliki karakteristik membangun kesatuan tujuan,
melakukan klarifikasi arahan, transaksional ke transformasional, dan membangun pusat
kemampuan, sedangkan dalam memilih pemimpin pemerintah kriteria yang dapat digunakan
adalah kapabilitas, kompatibilitas, dan akseptabilitas.

F. RINGKASAN ADPU4533
ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
1. ETIKA JABATAN
a. DILEMA ETIKA JABATAN
Etika jabatan adalah pedoman perbuatan atau tingkah laku sejawat (sesama pegawai dan
atau pejabat lainnya), atasan, dan masyarakat dengan tekanan pada sifat baik dan buruk, patut
dan tidak patut. Pejabat berbuat etis berarti bahwa ia berbuat seperti yang telah diucapkannya
pada saat ia diangkat menjadi pejabat. Berdasarkan catatan Indonesia Coruption Watch (ICW)
selama than 2005 sebanyak 69 kasus korupsi dengan 239 orang terdakwa yang diperiksa dan
diputus oleh pengadilan di seluruh Indonesia mulai dari tingkat pertama (Pengadilan Negeri),
banding (pengadilan Tinggi), kasasi hingga peninjauan kembali.
Setiap hari para pegawai atau pejabat Negara menghadapi beragam situasi yang menguji
kejujuran dan etika pribadi dalam profesi mereka. Namun, sampai saat ini penerapan sanksi
terhadap pelanggaran etika jabatan tidak tegas sehingga ikut andil menyebabkan munculnya
banyak sekali praktek penyelewengan dan korupsi yang meliputi hampir semua segi praktik
pemerintahan antara lain terjadi di lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Program pemberantasan korupsi sebagai bagian dari upaya untuk mendorong proses demokrasi
masih sangat bertumpu pada kemampuan politik seorang pemimpin. Selain itu, program
pemberantasan korupsi masih berada pada format politik lama yang sewaktu–waktu dapat
mengancam momentum pemberantasan korupsi, terutama jika kemauan pimpinan politik
bergeser sesuai dengan kepentingan politiknya. Tentusaja hal ini juga ikut andil mengakibatkan
kinerja pemberantasan korupsi justru berjalan ditempat bahkan mundur. Padahal tidak ada
alasan untuk menghalalkan perilaku tidak etis dalam pelaksanaan pemerintahan. Kecurangan,
pemborosan, dan penyalahgunaan (korupsi) tidak mempunyai tempat dalam pemerintahan.
b. MOTIVASI PELANGGARAN ETIKA JABATAN
Banyak pejabat penyelenggara Negara melakukan perbuatan tidak etis dengan banyak alasan,
antara lain alasan yang sama versinya dengan keserakahan atau ideologi. Menurut Nigro dan
Nigro (dalam Joko Widodo, 2001) terdapat 8 bentuk penyimpangan/perbuatan tidak etis yang
sering dilakukan oleh para penyelenggara Negara, diantaranya sebagai berikut:
1. Ketidakjujuran (Dishonesty)
2. Perilaku yang Buruk (Unethical Behaviour)
3. Mengabaikan Hukum (Disregard of the Law)
4. Faforitisme dan Menafsirkan Hukum
5. Perlakuan yang tidak adil terhadap pegawai
6. Inefisiensi Bruto (Gross Inefficiency)
7. Menutupi Kesalahan
8. Gagal Menunjukan Inisiatif
Adapun alasan alasan besar yang melatarbelakangi/memotivasi para penyelenggara Negara
melakukan tindak tidak etis, antara lain itikad baik, ketidaktahuan akan hukum, kode etik, dan
kebijakan prosedur, egoism, keserakahan, kewenangan dan kekuasaan, persahabatan,
keuntungan pribadi dan keluarga, kebodohan, ikut arus, dan hanya mengikuti perintah.

2. MASALAH PENGEMBANGAN ETIKA


ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

a. Transparansi, Laporan Kekayaan, Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan


Setiap badan publik dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya wajib menerapkan asas
transparansi kepada masyarakat/pengguna informasi publik. Asas transparansi yang dimaksud
mencangkup aspek transparansi informasi, transparansi prosedur, dan trasparansi proses
pengambilan kebijakan dan pelaksanaannya. Transparansi dalam penyelenggaraan
pemerintahan bertujuan untuk memberikan dan menjamin hak masyarakat penggunaan/subjek
hukum untuk mendapatkan informasi publik dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik,
akuntabilitas publik, mendorong partisipasi masyarakat, mendorong peningkatan kwalitas
aspirasi masyarakat dan pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan pengetahuan masyarakat
tentang alasan pembuatan kebijakan publik. Untuk menangani masalah sengketa antara
pengguna informasi dengan badan publik dibentuk komisi transparansi.
Laporan kekayaan penyelenggaraan Negara LKPN merupakan salah satu langkah permulaan
penting yang harus dilakukan dalam mencegah, mengurangi dan akhirnya memerangi KKN.
Pelaporan dan pemeriksaan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara merupakan upaya
pencegahan terjadinya peraktek korupsi yang diatur dalam undang-undang No. 28 tahun 1999,
tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme dan
juga Undang-undang No. 30 tahun 2002, tentang komisi pemberantasan tindak pidana
korupsi/KPK. KPK adalah lembaga Negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. KPK dibentuk dengan tujuan
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk menjamin agar pelaksanaan
kegiatan pemerintahan berjalan sesuai dengan rencana yang berlaku. Selain itu dalam rangka
mewujudkan good governance and clean government, pengawasan juga diperlukan untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, transparan akuntabel, serta
bersih dan bebas dari praktik-praktik KKN. Pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan tersebut dapat dilakukan melalui pengawasan melekat, masyarakat, dan
fungsional.
b. Pemberlakuan Peraturan Dalam Pengendalian Etika
Whistlebloing (peniup pluit atau pengadu masalah/saksi pelapor) adalah tindakan pegawai
pemerintah yang melaporkan perbuatan tidak etis yang dilakukan oleh pegawai pemerintah
lainnya. Walaupun peniup-peniup pluit hanya melaporkan informasi yang menurut anggapan
hampir semua orang harus dilaporkan, mereka semua dapat menjadi sasaran pembalasan
dendam pihak pimpinan (pelaku perbuatan tidak etis). Oleh karena itu, pelapor, saksi, dan
korban harus dilindungi dengan peraturan perundang-undangan.
Ada 4 pola umum ancaman yang biasanya dilakukan terhadap para saksi atau pelapor yang
mencoba membantu aparat untuk membongkar sebuah tindak pidana, yaitu kriminalisasi, kekerasan
fisik, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan terror dan intimidasi secara psikologis
terhadap para pelapor tindak pidana. Oleh karna itu, untuk melindungi para saksi atau pelapor dari
berbagai ancaman tersebut di Indonesia telah diundangkan UU No. 13 Tahun 2006 tentang
perlindungan saksi dan korban.
Pemberlakuan perundang-undangan, kode etik, atau ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan
kepekaan para penyelenggara Negara terhadap hal–hal yang berkaitan dengan etika haruslah
sepadan dengan kemampuan pemerintah untuk berfungsi dengan tertib dan wajar. Oleh karena itu,
pemberlakuan perundang-undangan atau peraturan tentang etikapenyelenggara harus
memperhatikan faktor–faktor yang dapat menjadi penghambat penegakan peraturan/hukum
tersebut. Ada 14 faktor yang menjadi penghambat penegakan peraturan/hukum yaitu 1) sistem
ketatanegaraan yang menempatkan “Jaksa Agung” sejajar mentri, 2) Sistem perundangan belum
memadai, 3) SDM, 4) kepentingan yang melekat pada aparat pelaksana, 5) corspsgeist dalam
institusi, 6) tekanan yang kuat kepada aparat penegak hukum, 7) budaya, 8) agama, 9) legislates
sebagai lembaga legislasi perlu secara maksimal mendorong dan memberi contoh dan teladan yang
baik dalam penegakan hukum, 10) kemauan politik pemerintah, 11) kepemimpinan, 12) kuatnya
jaringan kerja pelaku kejahatan (organize crime), 13) kuatnya pengaruh kolusi, dalam jiwa
pensiunan aparat penegak hukum dan 14) pemanfaatan kelembagaan peraturan perundang-
undangan.

3. APLIKASI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI


Kepemimpinan, Organisasi dan Perubahan LingkunganAda tiga jenis perubahan yaitu
perubahan rutin, perubahan pengembangan, dan inovasi.Mengelola perubahan adalah hal yang sulit.
Ukuran kapasitas kepemimpinan seseorangsalah satu diantaranya adalah kemampuannya dalam
mengelola perubahan. Kemampuanini penting sebab pada masa kini pemimpin, akan selalu
dihadapkan pada perubahan–perubahan, sehingga pemimpin dituntut untuk mampu menyesuaikan
dengan perubahanlingkungan. Pemimpin yang kuat bahkan mampu mempelopori perubahan
lingkungan.Ada empat tahap yang harus dilakukan agar pemimpin dapat mengelola
perubahanlingkungan. Tahap–tahap tersebut adalah pertama, mengidentifikasi perubahan;
Kedua,Menilai posisi organisasi; Ketiga, Merencanakan dan melaksanakan perubahan;
danKeempat, Melakukan evaluasi. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka keempatlangkah
tersebut perlu dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan.Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi.
Tugas utama seorang pemimpin adalah mengajak orang untuk menyumbangkan bakatnyasecara
senang hati dan bersemangat untuk kepentingan organisasi. Dengan demikian pemimpin atau
manajer harus mengarahkan perilaku para anggota organisasi agar tujuanorganisasi dapat tercapai.
Para pemimpin perlu membentuk, mengelola, meningkatkan,dan mengubah budaya kerja
organisasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer  perlu menggunakan kemampuannya dalam
membaca kondisi lingkungan organisasi,menetapkan strategi organisasi, memilih teknologi yang
tepat, menetapkan struktur organisasi yang sesuai, sistem imbalan dan hukuman, sistem pengelolaan
sumberdayamanusia, sistem dan prosedur kerja, dan komunikasi serta motivasi.
Salah satu cara mengembangkan budaya adalah dengan menetapkan visi yang jelas danlangkah
yang strategis, mengembangkan alat ukur kinerja yang jelas, menindaklanjutitujuan yang telah
dicapai, menetapkan sistem imbalan yang adil, menciptakan iklim kerjayang lebih terbuka dan
transparan, mengurangi permainan politik dalam organisasi, danmengembangkan semangat kerja
tim melalui pengembangan nilai-nilai inti.Kepemimpinan dan Inovasi. Inovasi berbeda dengan
kreativitas. Kreativitas lebih berfokus pada penciptaan idesedangkan inovasi berfokus pada
bagaimana mewujudkan ide. Karena inovasi adalah proses mewujudkan ide, maka diperlukan
dukungan dari faktor-faktor organisasional danleaderships.
Dalam membahas inovasi paling tidak ada duabelas tema umum yang berkaitan
denganpembahasan tentang inovasi yaitu kreativitas dan inovasi, karakteristik umum orang–orang
kreatif, belajar atau bakat, motivasi, hambatan untuk kreatif dan budaya organisasi,struktur
organisasi, struktur kelompok, peranan pengetahuan, kreativitas radikal atauinkrimental, struktur
dan tujuan,proses, dan penilaian. Kemampuan organisasi dalammengelola keduabelas tema tersebut
akan menentukan keberhasilannya dalam melakukaninovasi.

Anda mungkin juga menyukai