Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemerintah dan Pemerintahan

2.1.1 Pemerintah

Dalam sebuah negara salah satu unsur terpenting yang harus dimiliki selain

wilayah adalah pemerintahan yang berdaulat. Dalam menyelenggarakan

pemerintah tersebut, akan dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah dapat

dikatakan sebagai Lembaga atau organisasi resmi negara yang memberikan

pelayanan penuh untuk rakyat yang dipimpinnya. Dalam menjalankan aktivitas

penyelenggaraan negara tersebut, pemerintah memiliki pedoman yang akan

menjadi landasannya. Ramlan Surbakti dalam bukunya yang berjudul “Memahami

Ilmu Politik” (2010) menjelaskan bahwa:

“Pemerintah (Government) secara etimologis berasal dari kata Yunani,


Kubernan atau nakhoda kapal. Artinya, menatap kedepan, menentukan
berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan
masyarakat-negara, memperkirakan arah perkembangan masyarakat pada
masa yang akan datang, dan mempersiapkan langkah-langkah kebijakan
untuk menyongsong perkembangan masyarakat, serta mengelola dan
mengarahkan masyarakat ke tujuan yang ditetapkan”. (Surbakti, 2010: 214)
Terdapat dua pengertian dari pemerintah yang berkembang secara umum,

yaitu pemerintah dalam arti luas dan arti sempit. Berkaitan dengan pengertian

tersebut, Taliziduhu Ndraha, beliau memberikan pendapat mengenai konsep

pemerintah dalam arti luas dan arti sempit di dalam bukunya yang berjudul

“Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru)” (2003) sebagai berikut:

26
27

“Pemerintah dalam arti luas adalah semua Lembaga negara yang oleh
konstitusi negara yang bersangkutan disebut sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan. Hal ini terdapat misalnya di Indonesia di bawah Undang-
undang dasar 1945: kekuasaan pemerintah meliputi fungsi legislatif dan
fungsi eksekutif”. (Ndraha, 2003:74)

Sedangkan pemerintah dalam arti sempit yaitu “Lembaga negara yang

memegang kekuasaan eksekutif saja” (Ndraha, 2003:74)

Masih menurut Ndraha di dalam bukunya “Kybernology (Ilmu

Pemerintahan Baru)” menyatakan:

“Pemerintah adalah: pemerintah adalah organ yang berwenang memproses


pelayanan publik dan berkewajiban memproses pelayanan civil bagi setiap
orang melalui hubungan pemerintah, sehingga setiap anggota masyarakat
yang bersangkutan menerimanya pada saat diperlukan, sesuai dengan
tuntutan (harapan) yang diperintah. Dalam hubungan itu bahkan warga
negara asing atau siapa saja yang pada suatu saat berada secara sah (legal)
di wilayah negara Indonesia, berhak menerima layanan civil tertentu, dan
pemerintah wajib melayankannya”. (Ndraha, 2003:6)

Taliziduhu Ndraha mencoba memberikan definisi secara lebih terperinci,

melalui pendekatan kelembagaan dan pendekatan produk (hasil). Sebagai berikut:

1. Pemerintah dalam arti luas adalah semua Lembaga negara seperti diatur
dalam Undang-undang dasar (konstitusi) suatu Negara.
2. Pemerintah dalam arti luas adalah semua Lembaga negara yang oleh
konstitusi negara yang bersangkutan sebagai pemegang kekuasaan
pemerintah, yaitu meliputi fungsi legislatif dan eksekutif.
3. Pemerintah dalam arti sempit adalah Lembaga negara yang memegang
kekuasaan eksekutif saja.
4. Pemerintah dalam arti tersempit yaitu Lembaga negara yang memegang
fungsi birokrasi.
5. Pemerintah dalam arti pelayanan yaitu pemerintah yang melayani pemohon.
6. Pemerintah dalam konsep pemerintahan pusat adalah pengguna kekuasaan
negara pada tingkat pusat (tinggi).
7. Pemerintah dalam konsep pemerintah daerah, pemerintah yang mewakili
masyarakat karena daerah adalah masyarakat hukum yang tertentu batas-
batasnya.
8. Pemerintah dalam konsep pemerintah wilayah adalah pemerintah yang
menggunakan azas dekonsentrasi dan desentralisasi, dimanakekuasaan
(urusan) pusat dikelola oleh pemerintah wilayah.
(Ndraha, 2010:76)
28

Suhady dalam buku Riawan Tjandra “Peradilan Tata Usaha Negara,

Mendorong Terwujudnya Pemerintah yang Bersih dan Berwibawa” (2009)

menyatakan bahwa pemerintah ditinjau dari pengertiannya adalah: “The

authoritative direction and administration of the affairs of men/women in a nation,

city, etc.” (Suhady dalam Riawan, 2009:197). Yang artinya adalah sebagai

pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan masyarakat dalam

sebuah negara, kota dan sebagainya.

Berdasarkan definisi dari para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

pemerintah merupakan lembaga yang memiliki wewenang atau kekuasaan

berdasarkan konstitusi yang ada serta terdiri atas lembaga eksekutif dan lembaga

legislatif.

2.1.2 Pemerintahan

Mengenai Pemerintahan, menurut Labolo dalam bukunya “Memahami Ilmu

Pemerintahan: Suatu Kajian, Teori, Konsep, dan Pengembangannya” (2006)

Pemerintahan adalah:

Pemerintahan merupakan gejala yang lebih umum dibandingkan


terminologi pemerintahan itu sendiri. Pemerintahan menunjukkan pada
aktivitas kekuasaan dalam berbagai ranah publik. Ia tidak saja merujuk pada
pemerintah itu sendiri, namun berkaitan pula pada aktivitas
kekuasaandalam berbagai konteks kelembagaan dengan tujuan
mengarahkan, mengendalikan, mengatur semua hal yang berkaitan ranah
publik seperti kepentingan warga negara, pemilik suara (voters) maupan
para pekerja (workers). Jika pemerintah sebatas pada otoritas politik semata
guna menjaga ketentraman dan ketertiban umum melalui fungsi
eksekutifnya, maka menurut Robinson pemerintahan lebih mengacu pada
proses pengelolaan politik, gaya atau model pengurusan masalah-masalah
umum serta pengelolaan sumber daya umum. (Labolo, 2006:21)
29

Pengertian hampir sama seperti yang dikemukakan oleh Samuel Edward

Finer yang dikutip oeh Utang Rosidin dalam buku “Otonomi Daerah dan

Desentralisasi” (2010). Menurutnya, government atau pemerintahan dapat memiliki

arti:

1. Menunjuk pada kegiatan atau proses memerintah, yakni melakukan kontrol


atas pihak lain.
2. Menunjuk pada masalah-masalah negara dalam kegiatan atau proses
dijumpai.
3. Menunjukkan cara, metode, atau sistem masyarakat tertentu diperintah.
(Rosidin, 2010: 21)

Dalam arti luas Utang Rosidin kemudian memberikan pandangannya

mengenai pemerintahan, yaitu:

Dalam organisasi negara, pemerinta sebagai lingkungan jabatan adalah alat-


alat kelengkapan negara seperti jabatan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan
suprastruktur lainnya. Jabatan-jabatan ini menunjukkan lingkungan kerja
tetap yang berisi wewenang tertentu dalam memberikan kekuasaan untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Karena itu, jabaan eksekutif,
legislatif, yudikatif, dan jabata-jabatan lainnya sering juga disebut
kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pemerintahan yang
dikemukakan di atas dapat disebut sebagai pemerintahan dalam arti umum
atau arti luas. (Rosidin, 2010: 22)

Sementara pengertian pemerintahan dalam arti sempit adalah pemangku

jabatan sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif (Rosidin, 2010: 22). Dengan kata

lain, pemerintahan dalam arti sempit hanya mengacu kepada proses pemerintahan

bagian Lembaga eksekutif saja.

Selain itu, ada pendapat lain menurut Inu Kencana dalam buku “Pengantar

Ilmu Pemerintahan” (2003), yaitu:

1. Perintah berarti melakukan pekerjaan menyeluruh. Yang berarti di


dalamnya terdapat dua pihak yang memiliki wewenang dan yang lain
diprintah memiliki kepatuhan akan keharusan.
2. Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemerintah, yang berarti badan yang
melakukan kekuasaan memerintah.
30

3. Setelah ditambah lagi akhiran “an” menjadi pemerintahan. Berarti


perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut.
(Kencana, 2003: 4)

Berdasarkan pendapat tersebut pemerintahan mengacu pada proses, cara,

dan tindakan yang dilakukan oleh suatu badan pemerintah. Maka peneliti

menyimpulkan pemerintahan merupakan setiap proses, cara, dan tindakan yang

dilakukan badan atau lembaga pemerintah yang kekuasaan dan wewenangnya

melingkupi secara keseluruhan, tidak hanya di bagian eksekutif saja.

Ramlan Surbakti dalam bukunya “Memahami Ilmu Politik” (2010)

memandang pemerintahan dari tiga aspek, adalah aspek dinamika, struktural, dan

tugas dan wewenang. Adapun tiga aspek tersebut sebagai berikut:

1. Aspek dinamika, pemerintahan adalah segala kegiatan atau usaha yang


terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan, dan berlandaskan pada dasar
negara, mengenai rakyat, dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan
negara.
2. Aspek struktural fungsional, pemerintahan mengacu pada seperangkat
fungsi negara yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan secara
fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi
tercapainya tujuan negara.
3. Aspek tugas dan kewenangan, pemerintahan berarti seluruh tugas dan
kewenangan negara.
(Surbakti, 2010: 68-69)

Berdasarkan definisi pemerintahan yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa pemerintahan dalam arti luas merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh Lembaga publik pemerintah seperti eksekutif, legislatif, dan

yudikatif untuk mencapai tujuan dari pemerintahan. Maka peneliti berkesimpulan

bahwa Pemerintahan merupakan setiap proses, cara, dan tindakan yang dilakukan

Lembaga publik pemerintah yang kekuasaan dan wewenangnya melingkupi secara

keseluruhan.
31

Menurut Rasyid dalam bukunya “Makna Pemerintahan-Tinjauan dari Segi

Etika dan Kepemimpinan” (2000) bahwa tujuan utama dibentuknya pemerintahan

adalah untuk menjaga sistem keterlibatan masyarakat dalam menjalani

kehidupannya secara wajar. Karena pemerintahan modern pada dasarnya

merupakan pelayanan kepada masyarakat; sebagaimana salah satu fungsi

pemerintah.

Tugas-tugas pokok pemerintahan menurut Rasyid adalah:

1. Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan luar, dan


menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang dapat
menggulingkan pemerintah yang sah melalui cara-cara kekerasan.
2. Memelihara tata tertib dengan cara mencegah terjadinya gontok-gontokan
diantara warga masyarakat, mejamin agar perubahan apapun yang terjadi
didalam masyarakat dapat berlangsung secara damai.
3. Menjamin diterapkannnya perlakuan yang adil kepada setiap warga
masyarakat tanpa membedakan status sosial apapun yang melatar belakangi
keberadaan mereka. Jaminan keadilan ini terutama harus tercermin melalui
keputusan-keputusan dan dimana konstitusi dan hukum yang berlaku dapat
ditafsirkan dan diterapkan secara adil dan tidak memihak, serta dimana
perselisihan dapat didamaikan.
4. Melakukan pekerjaan umum dan memberi pelayanan dalam bidang-bidang
yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non-pemerintah, atau yang
akan lebih baik jika dikerjakan pemerintah. Ini antara lain mencakup
pembangunan jalan, penyediaan fasilitas pendidikan yang terjangkau oleh
mereka yang berpendapatan rendah, pelayanan pos, dan pencegahan
penyakit menular.
5. Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial mebantu
orang-orang jompo dan anak-anak terlantar, menampung serta menyalurkan
para gelandangan ke sektor kegiatan yang produktif dan semacamnya.
6. Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas
seperti mengendalikan laju inflasi, mendorong penciptaan lapangan kerja
baru, memajukan perdagangan domestik dan antar bangsa, serta kebijakan
lain yang secara langsung menjamin peningkatan ketahanan ekonomi
negara dan masyarakat.
7. Menerapkan kebijakan untuk pemeliharaan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup, seperti air, tanah, hutan. Pemerintah juga berkewajiban
mendorong kegiatan penelitian dan perkembangan untuk pemanfaatan
sumberdaya alam yang mengutamakan keseimbangan antara eksploitasi dan
reservasi.
(Rasyid, 2000:14)
32

2.1.3 Fungsi Pemerintah

Fungsi Pemerintah menurut Ryaas Rasyid dalam “Makna Pemerintahan-

Tinjauan dari Segi Etika dan Kepemimpinan” (2000) menyatakan bahwa tugas-

tugas pokok pemerintahan dapat diringkas menjadi 3 (tiga) fungsi hakiki yaitu:

“pelayanan (sevice), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan

(development).” (Rasyid, 2000:59)

Mengenai fungsi pemerintah, Ndraha menyatakan bahwa:

“Tugas-tugas pokok pemerintah dapat diringkas menjadi 3 (tiga) fungsi


hakiki yaitu pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment), dan
pembangunan (development). Pelayanan akan membuahkan keadilan dalam
masyarakat, pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat, dan
pembangunan akan menciptakan kemakmuran dalam masyarakat.”
(Ndraha, 2003:59)

Pemerintah memiliki fungsi sebagaimana diungkapkan Ndraha yang

membagi menjadi 2 (dua) macam fungsi, yaitu:

Pertama, pemerintah mempunyai fungsi primer atau fungsi pelayanan


(service), sebagai provider jasa publik yang baik diprivatisasikan dan
layanan civil termasuk layanan birokrasi.
Kedua, pemerintah mempunyai fungsi sekunder atau fungsi pemberdayaan
(empowerment), sebagai penyelenggara pembangunan dan melakukan
program pemberdayaan. (Ndraha, 2003:63)

Selanjutnya Kaufman sebagaimana dikutip Thoha dalam buku

“Kepemimpinan dalam Manajemen” (1995) menyebutkan bahwa tugas

pemerintahan adalah untuk melayani dan mengatur masyarakat. Kemudian

dijelaskan lebih lanjut bahwa tugas pelayanan lebih menekankan upaya

mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik dan memberikan

kepuasan kepada publik, sedangkan tugas mengatur lebih menekankan kekuasaan

power yang melekat pada posisi jabatan birokrasi. (dalam Thoha,1995:101)


33

Menurut Harold Laswell dalam buku Budiardjo “Dasar-Dasar Ilmu Politik”

(1996) menyebutkan bahwa Negara diberi kekuasaan yang besar untuk

menyelenggarakan kehidupan bersama seluruh masyarakat dan menjamin

terpenuhinya berbagai kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara adil dan

merata. Dengan demikian, kehadiran suatu negara dan alat-alat negara yakni

pemerintah atau kesepakatan antara masyarakat dan negara lainnya pada hakikatnya

memikul amanah hasil kesepakatan antara masyarakat dan negara. Jadi, negara dan

pemerintah harus memiliki komitmen untuk melakukan apa yang telah disepakati

menjadi tugas utamanya. (Harold Laswell, 1972 dalam Budiardjo, 1996: 34)

Taliziduhu Ndraha dalam “Kybernologi Ilmu Pemerintahan” (2003)

menjelaskan bahwa terdapat dua macam fungsi pemerintah yaitu fungsi primer dan

fungsi sekunder.Fungsi primer yaitu yang terus-menerus berjalan dan berhubungan

positif dengan kondisi pihak yang diperintah, artinya fungsi primer tidak pernah

berkurang dengan meningkatnya kondisi ekonomi, politik, dan sosial masyarakat :

semakin meningkat kondisi yang diperintah, semakin meningkat fungsi primer

pemerintah. Fungsi sekunder pemerintah adalah fungsi yang berhubungan negara

dengan kondisi ekonomi, politik, dan sosial yang diperintah, dalam arti, semakin

tinggi taraf hidup, semakin kuat bargaining position, dan semakin integratif

masyarakat yang diperintah, semakin berkurang fungsi sekunder pemerintah.

(Ndraha, 2003:76)

Dengan demikian, fungsi pemerintahan pada dasarnya ada 3 yaitu,

pelayanan (sevice), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan

(development).
34

2.1.4 Pemerintah Daerah

Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan

perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1954. Selanjutnya pasal 18 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

menjelaskan tugas dan wewenang Pemerintahan Daearah yaitu:

1. Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan


Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3).
2. Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal diatur
dengan peraturan pemerintah
(Pasal 18 UU No. 23 Tahun 2014)

Adapun Dasar hukum yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan di

daerah adalah pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 yang menyebutkan:

“Pembagian Daerah di Indonesia atas dasar besar dan kecil dengan bentuk
susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang dengan
memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem
pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang
bersifat istimewa.” (Pasal 18 UUD 1945)

Selanjutnya, dalam penjelasan pasal 18 Undang-undang Dasar 1945

disebutkan:

“Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eendheidstaat, maka Indonesia


tidak akan mempunyai daerah di dalam lingkungan-nya yang bersifat staat
juga. Daerah di Indonesia akan dibagi dalam daerah yang lebih kecil.
35

Daerah-daerah itu bersifat otonom. (Streek dan rechtsgemeenschappen)


atau bersifat administrasi belaka. Semuanya menurut aturan-aturan yang
ditetapkan dengan Undang-undang.” (Penjelasan Pasal 18 UUD 1945)

Pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui

otonomi seluas-luasnya daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan

efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan

hubungan antar susunan pemerintah dan antar pemerintah daerah, potensi dan

keanekaragaman daerah.

Hanif Nurcholis dalam “Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi

Daerah” (2007) mengemukakan pemerintah daerah dengan istilah Local

Government yang dijelaskan sebagai berikut:

“Local Governmnet dalam arti pertama menunjuk pada lembaga/orangnya.


Maksudnya local government adalah organ/badan/organisasi pemerintah di
tingkat daerah atau wadah yang menyelenggarakan pemerintahan daerah.
Dalam arti ini istilah local government sering dipertukarkan dengan istilah
local authority, keduanya menunjuk pada council dan major (dewan dan
kepala daerah yang rekrutmen pejabatnya atas dasar pemilihan. Dalam
konteks Indonesia local government merujuk pada kepala daerah dan DPRD
yang masing-masing pengisiannya dilakukan dengan cara dipilih, bukan
ditunjuk.” (Nurcholis, 2007: 25).

Selain yang telah dijelaskan oleh Nurcholis, menurut Misdyanti dan

Kartasapoetra Pemerintah dalam “Fungsi Pemerintah Daerah dalam Pembuatan

Peraturan Daerah” (1993) daerah adalah penyelenggara pemerintah di daerah,


36

dengan kata lain pemerintah daerah adalah pemengang kemudi dalam pelaksanaan

kegiatan pemerintah di daerah. (Misdyanti dan Kartasapoetra, 1993:17).

Menyoroti topik dalam penelitian ini, maka pemerintah daerah dalam

penelitian ini adalah pemerintah Kota Bandung. Dalam menjalankan tugas dan

fungsinya, pemerintah Kota Bandung mempunyai perangkat-perangkat yang salah

satunya yaitu Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

2.2 Pelayanan Publik

2.2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, pelayanan merupakan salah

satu fungsi yang harus dijalankan oleh pemerintah pada masyarakat agar lebih

makmur lagi. Seperti yang dikemukakan oleh Rasyid dikutip oleh Labolo, bahwa:

“Fungsi-fungsi pemerintah adalah fungsi pengaturan, pelayanan,


pemberdayaan, dan pembangunan. Pelaksanaan fungsi pengaturan, yang
lazim dikenal dengan fungsi regulasi dengan segala bentuknya.
Dimaksudkan sebagai usaha untuk menciptakan berbagai kehidupan
masyarakat. Fungsi pelayanan akan membuahkan keadilan dalam
masyarakat. Pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat dan
pembangunan akan menciptakan kemakmuran dalam masyarakat”. (Labolo,
2013: 36-37)

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Siagian yang dikutip oleh

Hardiansyah dalam “Kualitas Pelayanan Publik (Konsep Dimensi, Indikator, dan

Implementasinya)” (2011) yang menyebutkan pentingnya peran serta fungsi

pemerintah dalam menjalankan fungsi pelayanan, yaitu:

Baik fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan menyangkut semua segi


kehidupan dan penghidupan bermasyarakat, berbangsa, dan pelaksanaannya
dipercayakan kepada aparatur pemerintah tertentu yang secara fungsional
bertanggungjawab atas bidang-bidang tertentu kedua fungsi tersebut.
(Hardiansyah, 2011: 10)
37

Kemudian hubungan antara pemerintah dan pelayanan dikemukanan oleh

Taliziduhu Ndraha. Ndraha berpendapat, bahwa terdapat dua macam fungsi pokok

pemerintah salah satunya pelayanan:

Fungsi pemerintah terdapat dua macam yakni fungsi primer dimana


pemerintah berfungsi sebagai provider jasa publik yang tidak
diprivatisasikan dan layanan civil termasuk layanan birokrasi yang
keduanya disingkat menjadi fungsi pelayanan. Sedangkan fungsi sekunder
ini yakni fungsi pembangunan, fungsi pemberdayaan dan fungsi pendidikan
dimana ketiganya dilakukan pada kondisi yang berbeda yang terpengaruh
oleh kondisi ekonomi, politik dan sosial (Ndraha, 2011: 75-77)

Maka sudah sangat jelas pelayanan tidak dapat dipisahakan dari pemerintah,

karena pada hakikatnya para ahli sepakat bahwa pelayanan merupakan salah satu

fungsi utama yang harus dimiliki oleh pemerintah. Maka proses pemerintahan akan

berhubungan erat dengan proses pelayanan ysng ada di dalamnya.

Dalam Kamus Besar Indonesia, pelayanan merupakan usaha melayani

kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan. Sedangkan Moenir berpendapat

dalam bukunya “Manajemen Pelayan Umum” (2001) pelayanan adalah proses

pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain (Moenir, 2001: 17). Pengertian

lebih detail dikemukakan oleh Amin Ibrahim dalam bukunya “Teori dan Konsep

Pelayanan Publik Serta Implementasinya” (2008) yang menyimpulkan pendapat

Davis dan Heneike (2003), bahwa:

Pelayanan menyangkut sejumlah informasi yang diinginkan pemohon.


Tindakan yang sukar disentuh dan diukur secara eksak ukuran kepuasannya,
sangat sensitif dan sukar diprediksi ke depannya serta sangat tergantung
juga pada nilai yang dianggap pantas oleh pemohon terhadap apa yang
diterima dan dibayarnya. (Ibrahim, 2008:7)

Maka berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

pelayanan merupakan proses atau tindakan yang dilakukan suatu Lembaga atau
38

badan dalam rangka pemenuhan kebutuhan baik itu secara langsung maupun tidak

langsung dari penyedia pelayanan terhadap penerima layanan.

Menurut Ratminto dan Atik Septi Winarsih dalam “Manajemen Pelayanan”

(2010) menyebutkan bahwa konsep pelayanan administasi pemerintahan sering

sekali dipergunakan secara bersama-sama atau dipakai sebagai persamaan dari

konsep pelayanan perizinan dan pelayanan umum, serta pelayanan publik

(Ratminto, Atik, 2010:4). Selain itu, Ratminto dan Atik menjelaskan tentang

pelayanan publik, yaitu:

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai bentuk


jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun bentuk jasa publik
yang pada prinsupnya menjadi tanggungjawab dan dilaksanakan oleh
instansi pemerintah di pusat, di daerah dan lingkungan Badan Usaha Milik
Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Ratminto, Atik, 2010: 5).

Pelayanan publik menurut Moenir akan terlaksanan dengan baik dan

memuaskan jika didukung oleh, yaitu: kegiatan yang dilakukan seseorang atau

sekelompok dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur, dan metode

tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan

haknya. (Moenir, 2010: 26-27)

Dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Dalam Pasal 1 Ayat 1 dijelaskan:

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka


pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan leh penyelenggara pelayanan
publik. (Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009)
39

Sesuai dengan fungsi pemerintah sebagai pemberi layanan kepada

masyarakat tentu bukan hanya sekedar memberikan pelayanan saja tetapi lebih dari

itu pemerintah harus memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan

dan tuntutan masyarakat.

Menurut Rasyid dalam Hardiansyah (2011), bahwa:

Pelayan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)


keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan. Pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada
masyarakat. Ia tidak diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk
melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembankan kemampuan dan kreativitasnya demi
mencapai tujuan Bersama. (Hardiansyah, 2011:14)

Menurut Saefullah seperti yang dikutip Hardiansyah dalam bukunya

“Kualitas Pelayanan Publik (Konsep, Dimensi, Indikator, dan Implementasinya)”

(2011) mengatakan bahwa:

Untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik perlu ada upaya untuk
memahami sikap dan perubahan kepentingan publik itu sendiri. Pemerintah
harus merubah dan memiliki pola pikir, bahwa segala bentuk pelayanan
publik yang dilakukan adalah demi kepentingan publik bukan semata karena
kepentingan pribadi. Pada prinsipnya, setiap penyedia layanan publik harus
senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan publik sesuai dengan keinginan
masyarakat sebagai pengguna jasa. (Hardiansyah, 2011:14)

Berdasarkan pernyataan di atas, jelas pemerintah harus memiliki pemikiran

bahwa semua yang dilakukan oleh pemerintah demi kepentingan publik bukan

kepentingan diri sendiri. Pemerintah harus memberikan pelayanan yang sebaik-

baiknya, karena pelayanan itu sendiri akan membentuk penilaian masyarakat

terhadap kinerja pemerintah. Tentu dalam memberikan pelayanan terbaik tidaklah

mudah dilakukan, karena setiap jenis pelayanan publik memiliki macam-macam

persoalannya sendiri tergantung jenis pelayanan tersebut.


40

2.2.2 Jenis Pelayanan Publik

Mahmudi mengemukakan dalam bukunya yang berjudul “Manajemen

Kinerja Sektor Publik” (2005) bahwa pelayanan publik yang diberikan oleh

pemerintah dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori yaitu, pelayanan

kebutuhan dasar dan pelayanan umum.

Berikut adalah paparan mengenai pelayanan kebutuhan dasar dan pelayanan

umum:

1. Pelayanan Kebutuhan Dasar


Pelayanan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah, meliputi:
a) Kesehatan.
b) Pendidikan dasar.
c) Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat.
2. Pelayanan Umum
Selain Pelayanan Kebutuhan dasar, pemerintah sebagai instansi penyedia
layanan publik juga harus memberikan pelayanan umum kepada
masyarakatnya. Pelayanan umum yang harus diberikan pemerintah terbagi
dalam tiga kelompok, yaitu:
a) Pelayanan Administratif
Pelayanan administratif adalah pelayanan berupa penyediaan
berbagai bentuk dokumen yang dibutuhkan oleh publik, seperti
Kartu Tanda Penduduk (KTP), sertifikat tanah, akta kelahiran, Izin
Mendirikan Bangunan (IMB), passport, dan lain-lain.
b) Pelayanan Barang
Pelayanan barang adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk jasa yang dibutuhkan publik, seperti jaringan telepon,
penyediaan tenaga listrik, penyediaan air bersih, dan lain-lain.
c) Pelayanan Jasa
Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk jasa yang dibutuhkan publik, seperti pemeliharaan
kesehatan, penyediaan transportasi, jasa pos, persampahan,
drainase, dan lain-lain.
(Mahmudi, 2005:230-234)

Sedangkan Sinambela dalam buku “Reformasi Pelayanan Publik Teori,

Kebijakan dan Implementasi” (2008) membedakan jenis pelayanan publik

berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, yaitu:


41

1. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh


organisasi privat adalah semua penyediaan barang jasa publik yang
diselenggarakan oleh swasta, seperti misaalnya rumah sakit swasta,
perguruan tinggi swasta, perusahaan pengangkutan milik swasta.
2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarrakan oleh
oraganisasi publik. Dapat dibedakan menjadi:
a. Bersifat primer, adalah semua penyediaan barang dan jasa produkyang
diselenggarakan oleh pemerintahyang didalamnya pemerintah
merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengurus atau dalam hal ini
klien mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah
pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara, dan pelayanan
perizinan.
b. Bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik
yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang didalamnya
pengguna atau klien tidak harus mempergunakan karena adanya
penyelenggara pelayanan.
(Sinambela, 2008:18)

2.2.3 Standar Pelayanan Publik

Standar Pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai

kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan

yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.

Oleh karena itu perlu ditetapkan sebuah standar pelayanan tergantung

dengan sifat, jenis dan karakteristik layanan yang diselenggarakan serta tentunya

memperhatikan kebutuhan dan kondisi lingkungan. Standar pelayanan publik

menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayan Publik dalam pasal

21 menetapkan komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

1. Dasar hukum
Yaitu peraturan perundang undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan
pelayanan
2. Persyaratan
Yaitu syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusn suatu jenis pelayanan,
baik persyaratan teknis maupun administratif
3. Sistem, mekanisme, prosedur
42

Yaitu tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan, termasuk pengaduan
4. Jangka waktu penyelesaian
Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses
pelayanan dari setiap jenis pelayanan
5. Biaya atau tarif
Yaitu ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus
dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat.
6. Produk pelayanan
Yaitu hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan
7. Sarana, prasarana, dan fasilitas
Yaitu peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan
pelayanan, termasuk peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok
rentan.
8. Kompetensi pelaksana
Yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksanan meliputi
pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pengalaman.
9. Pengawasan internal
Yaitu pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau utusan
langsung pelaksana
10. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan
Yaitu tatacara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut
11. Jumlah pelaksana
Yaitu tersedianya pelaksana sesuai dengan beban kerja
12. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan
sesuai standar pelayanan
13. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen
untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko keragu-raguan,
dan
14. Evaluasi kinerja pelaksana
Yaitu penilaian untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan standar pelayanan.
(Undang-undang No. 25 Tahun 2009 Pasal 21)
43

2.3 Perizinan

2.3.1 Pengertian Perizinan

Bagir Manan mendefinisikan izin dalam arti luas yang dikutip oleh Ridwan

dalam buku “Hukum Administrasi Negara” (2011), yaitu “sebagai suatu

persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-undang atau peraturan pemerintah

untuk memperbolehkan melakukan tidakan atau perbuatan tertentu yang secara

umum dilarang”. (Ridwan H.R, 2011:207-208)

Selanjutnya, masih dalam buku yang sama Spelt Dan Berge mengemukakan

izin dalam arti sempit yaitu sebagai berikut:

Dalam arti sempit izin merupakan pengikatan-pengikatan pada suatu


peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat Undang-
undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi
keadaan –keadaan yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-
tindakan yang oleh pembuat Undang-undang tidak seluruhnya dianggap
tercela, namun dimana ia menginginkan dapa melakukan pengawasan
sekadarnya. (Ridwan H.R, 2011:208)

Kemudian Spelt and Berge mengemukakan hal yang pokok pada perizinan

dalam arti sempit ialah “bahwa suatu tindakan dilarang terkecuali diperkenalkan

dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang bersangkutkan dengan

perkenaan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu pada tiap tindakan”.

(Ridwan H.R, 2011:208)

Sejalan dengan itu Utrech mengatakan bahwa:

Bila pembuat peraturan pada umumnya tidak melarang suatu perbuatan,


tetapi masih juga memperkenankannya, asal saja diadakan secara yang
ditentukan untuk masing-masing hal kongkret keputusan administrasi
negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.
(Ridwan H.R, 2011:207)
44

Dari pengertian ini, dapat dilihat bahwa ada beberapa unsur yang terdapat dalam

perizinan, yaitu:

a. Instrumen yuridis dalam hal ini izin merupakan sebuah ketetapan.


b. Peraturan perundang-undangan.
c. Organ Pemerintah.
d. Peristiwa Kongkret.
e. Prosedur dan persyaratan.
(Ridwan H.R, 2011:210-216)

Dari beberapa definisi menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

perizinan adalah prosedur agar diperbolehkannya hal-hal tertentu yang secara

umum dilarang oleh pemerintah dengan batasan-batasan tertentu dan diiringi

dengan baasan-batasan tertentu serta dilakukan pengawasan oleh pemerintah.

2.3.2 Fungsi dan Tujuan Perizinan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, izin merupakan sebuah instrumen

yuridis yang digunakan oleh pemerintah yang memengaruhi masyarakatnya agar

mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai tujuan kongkret. Ridwan

mengungkapkan bahwa:

Sebagai suau instrumen, Izin berfungsi selaku ujung tombak instrumen


hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan
makmur itu diwujudkan. Hal ini berarti persyaratan-persyaratan yang
terdapat dalam perizinan merupakan pengendali dalam memfungsikan izin
itu sendiri. (Ridwan H.R, 2011:217)

Selanjutnya menurut Atmosudirjo, “berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum

modern, izin dapat diletakan dalam fungsi menertibkan masyarakat”. (Ridwan H.R,

2011:218). Adapun mengenai tujuan perizinan, hal ini tergantung pada situasi

kongkret yang dihadapi, keragaman perisiwa kongkret menyebabkan keragaman

pula dari tujuan izin, yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut:
45

a. Keinginan mengarahkan atau mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu


(misalnya izin bangunan)
b. Izin menegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan)
c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang, izin membongkar
pada monument-monumen)
d. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah
padat penduduk)
e. Izin memberikan pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan
aktivitas-aktivitas (izin dimana pengurus harus memenuhi syarat-syarat
tertentu)
(Ridwan H.R, 2011:218-219)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah wajib

memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang pemenuhannya menjadi tugas

pemerintah melalui pelayanan publik. Salah satunya adalah masalah perizinan yang

berkaitan dengan aspek administratif dengan tujuan untuk mengendalikan aktivitas

tertentu yang dilakukan oleh masyarakat.

2.3.3 Elemen Pokok Perizinan

Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan

perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur

dan persyaratan tertentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan,

sebagaimana dalam buku Adrian Sutedi “Hukum Perizinan” (2011) yaitu sebagai

berikut:

1. Wewenang

Salah satu prinsip dalam negara hukum adalah wetmatigheid van bestuur

atau pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain,

setiap tindakan hukum pemerintah baik dalam menjalankan fungsi pengaturan

maupun fungsi pelayanan harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh
46

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Om positief recht ten kunnen

vastellen en handhaven is een bevoegdheid noodzakelijk. Zonder bevoigdheid

kunnen geen juridisch concrete besluiten genomen worden, (untuk dapat

melaksanakan dan menegakkan ketentuan hukum positif perlu wewenang. Tanpa

wewenang tidak dapat dibuat keputusan yuridis yang bersifat konkret.

2. Izin Sebagai Bentuk Ketetapan

Dalam negara hukum modern tugas dan kewenangan pemerintah tidak

hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan (rust en orde), tetapi juga

mengupayakan kesejahteraan umum (bestuurszorg). Tugas dan kewenangan

pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik yang

sampai kini masih tetap dipertahankan. Dalam rangka melaksanakan tugas ini

kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan, yang dari fungsi

pengaturan ini muncul beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa

Individual dan konkret yaitu dalam bentuk ketetapan. Sesuai dengan sifatnya,

individual dan konkret, ketetapan ini merupakan ujung tombak dari instrumen

hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan atau sebagai norma penutup dalam

rangkaian norma hukum. Salah satu wujud dari ketetapan ini adalah izin.

3. Lembaga Pemerintah

Lembaga atau kelembagaan Secara teoritis adalah suatu rule of the game

yang mengatur tindakan dan menentukan apakah suatu organisasi dapat berjalan

secara efisien dan efektif. Dengan demikian, Tata kelembagaan dapat menjadi

pendorong (enabling) pencapaian keberhasilan dan sekaligus juga bila tidak tepat
47

dalam menata, maka dapat menjadi penghambat (constraint) tugas-tugas termasuk

tugas menyelenggarakan perizinan.

4. Peristiwa Konkret

Disebutkan bahwa izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk

ketetapan, yang digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkret

dan Individual. Peristiwa konkrit Artinya peristiwa yang terjadi pada waktu

tertentu, orang tertentu, tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa

konkret ini beragam, sejalan dengan keragaman perkembangan masyarakat, izin

pun memiliki berbagai keragaman. Izin yang jenisnya beragam itu dibuat dalam

proses yang cara prosedurnya tergantung dan kewenangan pemberi izin, macam

izin, dan struktur organisasi instansi yang menerbitkannya. Berbagai jenis izin dari

instansi pemberi izin dapat saja berubah seiring dengan perubahan kebijakan

peraturan perundang-undangan yang terkait dengan izin tersebut. Meskipun

demikian, izin akan tetap ada dan digunakan dalam setiap penyelenggaraan

pemerintahan dan kemasyarakatan.

5. Proses dan Prosedur

Proses dan prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan perizinan,

proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses internal yang dilakukan oleh

aparat atau petugas. Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur

tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Di samping harus

menempuh prosedur tertentu pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan

persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi
48

izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda, tergantung jenis izin

tujuan izin dan instansi pemberi izin.

6. Persyaratan

Persyaratan merupakan hal-hal yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk

memperoleh izin yang dimohonkan. Persyaratan perizinan tersebut berupa

dokumen kelengkapan atau surat-surat.

7. Waktu Penyelesaian Izin

Waktu penyelesaian izin harus ditentukan oleh instansi yang bersangkutan.

Waktu penyelesaian yang ditetapkan Sejak saat pengajuan permohonan sampai

dengan penyelesaian pelayanan. Dimensi waktu selalu melekat pada proses

perizinan karena adanya tata cara dan prosedur yang harus ditempuh seseorang

dalam mengurus perizinan tersebut.

8. Biaya Perizinan

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian nya yang ditetapkan dalam

proses pemberian izin. Penetapan besaran biaya pelayanan izin perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Rincian biaya harus jelas untuk setiap perizinan, khususnya yang

memerlukan tindakan seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan

pengajuan.

2. Ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan atau dan

memperhatikan prosedur sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.Pembiayaan menjadi Hal mendasar dari pengurusan

perizinan. Namun perizinan sebagai bagian dari kebijakan pemerintah


49

untuk mengatur aktivitas masyarakat sudah seharusnya memenuhi

sifat-sifat Sebagai public goods. Dengan demikian meskipun terdapat

pembiayaan, sesungguhnya bukan untuk sebagai alat budgetaire

negara.

9. Pengawasan Penyelenggaraan Izin

Saat sekarang kinerja pelayanan perizinan yang dilaksanakan oleh

pemerintah dituntut untuk lebih baik. Dalam banyak hal memang harus diakui

bahwa kinerja pelayanan perizinan pemerintah masih buruk. Hal ini disebabkan

oleh: Pertama, tidak ada sistem insentif untuk melakukan perbaikan. Kedua,

buruknya tingkat pengambilan inisiatif dalam pelayanan perizinan yang ditandai

dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada aturan formal (rule driven) dan

petunjuk pimpinan dalam melakukan tugas pelayanan.Suatu kebijakan tidak begitu

saja dapat diimplementasikan dengan baik. Di sisi lain kenyataan menunjukkan

bahwa tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan perizinan terus meningkat

seiring dengan meningkatnya dinamika masyarakat itu sendiri. Apabila tidak

diimbangi dengan konsistensi pelaksanaan kebijakan atau betapa banyak kebijakan

yang telah diambil oleh pemerintah, Maka hasilnya tetap saja dirasakan kurang

memuaskan.

Keberadaan Ombudsman selain untuk menghadapi penyalahgunaan oleh

aparatur Pemerintah, juga membantu aparatur negara dalam melaksanakan

pemerintahan secara efisien dan adil serta memaksa para pemegang kekuasaan

untuk melaksanakan pertanggungjawaban yang baik. Pengawasan internal melalui

atasan langsung dan pengawasan fungsional, sedang pengawasan eksternal


50

dilakukan melalui pengawasan masyarakat, Komisi Pemberantasan Korupsi (untuk

gratifikasi) Ombudsman, DPR provinsi/kabupaten/kota.

10. Penyelesaian Pengaduan dan Sengketa

a. Pengaduan

Setiap pimpinan unit penyelenggara pelayanan perizinan wajib

menyelesaikan setiap pengaduan masyarakat mengenai ketidakpuasan

dalam pemberian pelayanan izin sesuai kewenangannya. Untuk

menampung pengaduan masyarakat tersebut, unit pelayanan perizinan

harus menyediakan loket atau kotak pengaduan dan berbagai sarana

pengaduan lainnya dalam menyelesaikan pengaduan masyarakat.

b. Sengketa

Apabila penyelesaian pengaduan tersebut oleh pemohon atau pihak yang

dirugikan akibat dikeluarkannya izin maka dapat melakukan penyelesaian

melalui jalur hukum yakni melalui mediasi Ombudsman atau ke

pengadilan untuk menyelesaikan sengketa hukum perizinan tersebut.

11. Sanksi

Sebagai produk kebijakan publik, regulasi dan deregulasi perizinan di

Indonesia ke depan sebagai produk kebijakan publik regulasi dan deregulasi

perizinan di Indonesia ke depan perlu memperhatikan materi sanksi dengan kriteria

berikut.

a. Disebutkan secara jelas terkait dengan unsur-unsur yang dapat diberi

sanksi dan sanksi apa yang akan diberikan.

b. Jangka waktu pengenaan sanksi disebutkan.


51

c. Mekanisme pengguguran sanksi.

12. Hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban antara pemohon dan instansi pemberi izin harus tertuang

dalam regulasi dan deregulasi perizinan di Indonesia. Dalam hal ini juga harus

diperhatikan hal-hal berikut.

a. Tertulis dengan jelas

b. Seimbang antar para pihak

c. Wajib dipenuhi oleh para pihak.

Di dalam undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik juga

dikemukakan hak dan kewajiban masyarakat (yang memohon izin) dan instansi

pemberi layanan perizinan. Hak-hak masyarakat, yaitu:

a. Mendapatkan pelayanan perizinan yang berkualitas sesuai dengan asas dan

tujuan pelayanan.

b. Mengetahui sistem, mekanisme, dan prosedur pelayanan.

c. Mendapatkan tanggapan atas keluhan yang diajukan secara layak.

d. Mendapat advokasi, perlindungan, dan pemenuhan pelayanan.

Adapun kewajiban masyarakat adalah:

a. Mengawasi dan memberitahukan kepada instansi pemberi layanan

perizinan untuk memperbaiki pelayanannya apabila pelayanan yang

diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku;

b. Melaporkan penyimpangan pelaksanaan pelayanan kepada Ombudsman

apabila penyelenggara tidak memperbaiki Pelayanan seperti dalam angka

1 di atas;
52

c. Mematuhi dan memenuhi persyaratan, sistem, dan mekanisme prosedur

pelayanan perizinan;

d. Menjaga dan turut memelihara berbagai sarana dan prasarana pelayanan

umum;

e. Berpartisipasi aktif dalam mematuhi segala keputusan penyelenggara.10

2.4 Electronic Government

2.4.1 Pengertian Electronic Government

Electronic government atau E-governement secara etimologis berasal dari

bahasa Inggris yaitu electronic yang berarti elektronik dan government yang berarti

pemerintahan. Secara umum, istilah kata bahasa inggris yang berawalan “e

(electronic)” memiliki unsur penggunaan teknologi internet.

Konsep e-government mengandung pengertian tentang bagaimana

pemerintah menerapkan pelayanan dengan memanfaatkan sarana teknologi,

informasi, dan komunikasi dengan tujuan memberikan pelayanan yang lebih

optimal kepada masyarakat sebagai pelanggannya.

Menurut Bank Dunia (World Bank) dalam Indrajit (2002:2), mendefinisikan

e-government sebagai berikut:

“E-government refers to the use by government agencies of information


technologies (such as Wide Area Networks, the internet, and mobile
computting) that have ability to transform relation with citizens,
businesses, and other arms of goverment”.(E-Govenrment mengacu pada
penggunaan teknologi informasi oleh agen pemerintah (seperti Wide Area
Networks (WAN), Internet, dan Mobile Computing)hal tersebut

10
Adrian Sutedi. 2011. Hukum Perizinan. Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 179-193
53

mempunyai kemampuan untuk mengubah bentuk hubungan dengan


masyarakat, bisnis dan lembaga pemerintah lainnya)

Lalu, UNDP (United Nation Development Programme) dalam Indrajit

(2002:2), mendefinisikan e-government secara lebih sederhana, yaitu “E-

government is the application of Information and Communication Technology

(ICT) by government agencies”. (E-Goverment adalah penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi (ICT) oleh pihak pemerintahan).

Pendapat lainnya menurut Vendor perangkat lunak terkemuka dari Jerman

yaitu Systeme Adwendugen Produkte inder Datenverarbeitung (SAP) dalam

Indrajit (2002:3) memiliki definisi yang cukup unik, “E-Govenrmentis a global

reform movement to promote Internet use by government agencies and everyone

who deals with them”. (E-government adalah sebuah perubahan yang global untuk

mempromosikan penggunaan internet oleh pemerintah dan pihak yang terkait

lainnya).

Janet Caldow, Direktur dari Institute for Electronik Goverment (IBM

Corporation) dari hasil kajiannya bersama Kennedy School of Government,

Harvard University, dalam Indrajit (2002:3), memberikan sebuah definisi yang

menarik, yaitu:

“Elecrtonic government is nothing short of a fundamental transformation


of goverment and governance at a scale we have not witnessed since the
beginning of the industrial era”

E-government dapat diartikan secara beragam karena pada dasarnya e-

government dapat menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk dan ruang lingkup.

e-government adalah suatu usaha penciptaan suasana penyelenggaraan


54

pemerintahan yang sesuai dengan obyektif bersama (shared goals) dari sejumlah

komunitas yang berkepentingan.

Dengan demikian, berdasarkan beberapa pendapat mengenai e-government

di atas, dapat disimpulkan bahwa e-government merupakan suatu alat/sarana

penyelenggaraan pemerintahan melalui pemanfaatan teknologi, informasi, dan

komunikasi dalam rangka transformasi pelayanan publik. Dalam pelaksanaan e-

government, perlu diperhatikan aspek-aspek seperti political will yang kuat,

ketersediaan insfrastruktur, dan kebutuhan masyarakat.

2.4.2 Tujuan E-Government

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional pengembangan e-government, menjelaskan bahwa e-government

merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan pemerintahaan yang

berbasis (menggunakan) elektronika dalam rangka upaya meningkatkan kualitas

layanan publik secara efektif dan efisien. Sedangkan Indrajit (2005:157), secara

umum penerapan e-government di berbagai negara yang dikaji mempunyai tujuan

sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas layanan masyarakat, terutama dalam hal

mempercepat proses dan mempermudah akses interaksi masyarakat;

2. Meningkatkan transparansi pemerintahan dengan memperbanyak akses

informasi publik;
55

3. Meningkatkan pertanggungjawaban pemerintah dengan menyediakan lebih

banyak pelayanan dan informasi, serta menyediakan kanal akses baru

kepada masyarakat;

4. Mengurangi waktu, uang, dan sumber daya lain baik di sisi pemerintah

maupun pihak-pihak yang terlibat dengan memperpendek proses pemberian

layanan.

Karena penerapan e-government membutuhkan dukungan dari berbagai

pihak, pelaksanaanya memerlukan strategi yang terkelola dengan baik. Secara

internal, e-government pelu didukung oleh infrastruktur dan sumber daya yang

kuat, dan secara eksternal perlu partisipasi dari masyarakat secara penuh. Adapun

beberapa strategi kesuksesan implementasi e-government menurut Indrajit (2005:

84-85) adalah sebagaimana berikut:

1. Membangun kepercayaan publik yang dialakungan dengan hal, yaitu:

Privacy, masalah keamanan data dan prinsip otentifikasi dengan

memberikan password dan personal identification number (PIN);

2. Memperluas kerjasama dengan berbagai pihak, diantaranya: pertama,

kerjasama dengan pihak-pihak swasta, terutama yang berhubungan dengan

teknologi informasi. Kedua, kerjsama dengan berbagai departemen dan

organisasi pemerintah untuk menjamin bahwa standar yang mereka bangun

bisa saling terintegrasi antara satu dengan yang lain. Ketiga, kerjasama

pembangunan sistem informasi secara nasional. Hal ini terkait dengan

program e-government secara nasional;

3. Penerapan e-government harus terpusat pada kepentingan pelanggan;


56

4. Membangun kapasitas organisasi agar bisa menyesuaikan dengan

perkembangan. Ada dua poin penting dalam hal ini: pertama, penyediaan

infrastruktur yang memadai, yang dalam hal ini infrastruktur

telekomunikasi, hukum, dan juga sistem aplikasi. Adanya infrastuktur yang

kuat akan menjadi dasar untuk memudahkan proses implementasi lebih

lanjut. Kedua, peningkatan kualitas sumber daya staf dengan mengadakan

berbagai pelatihan dan peningkatkan kemampuan mereka.

2.4.3 Manfaat E-Government

Menurut Indrajit (2005:4), Sebuah negara memutuskan untuk

mengimplementasikan e-government karena percaya bahwa dengan melibatkan

teknologi informasi di dalam kerangka tata kelola pemerintahan maka akan

memberikan sejumlah manfaat seperti:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat dan

komunitas negara lainnya;

2. Memperbaiki proses transparansi dan akuntabilitas di kalangan

penyelenggara pemerintahan;

3. Mereduksi biaya transaksi, komunikasi, dan interaksi yang terjadi dalam

proses pemerintahan;

4. Menciptakan masyarakat berbasis komunitas informasi yang lebih

berkualitas, dan lain sebagainya.


57

Sedangkan Al Gore dan Toni Blair dalam buku Adrianto “Good

Government: Transparansi dan Akuntabilitas Publik melalui e-government” (2007)

manfaat yang akan diperoleh dengan adanya e- government ini ialah:

1. Memberikan kualitas pelayanan kepada stakeholder-nya (masyarakat,


kalangan usahawan dan industri) terutama dalam kinerja efektifitas dan
efisiensi diberbagai kehidupan Negara;
2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
kepemerintahan dalam rangka penerapan konsep good corporate
governance;
3. Menguras secara siginifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi
yang dikelurkan oleh pemerintah dan stakeholder-nya untuk keperluan
aktifitas sehari-hari;
4. Memberikan peluang pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan yang baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak
berkepentingan;
5. Mencipatakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat menjawab
berbagai permasalahan yang dihadapi secara cepat dan sejalan dengan
perubahan global dan trend yang ada;
6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah
dalam proses pengambilan keptusan (kebijakan publik) secara merata dan
demokratis.
(Adrianto, 2007:46-47)

2.4.4 Tahapan E-Government

E-government harus dibangun sesuai dengan tujuannya, yakni memberikan

kualitas layanan yang lebih baik pada masyarakat. E-government memungkinkan

masyarakat untuk dapat berinteraksi dan menerima layanan dari pemerintahan

lokal, daerah, maupun pusat selama 24/7 (24 jam sehari 7 hari seminggu). Dalam

pelaksanaan e-government terdapat tahapan-tahapan dalam perkembangannya.

Adapun tahapan pelaksanaan e-government menurut Palvia dan Sharma (2007)

sebagaimana dikutip dalam Praditya (2014) ditunjukkan pada tabel 2.1 berikut.
58

Tabel 2.1 Tahap E-Government


Government to Citizens Government to Government to
Business Government
Tahap 1: Informasi lokal/nasional Informasi bisnis, Knowledge
Informasi (visi misi dan struktur alamat, nomor base (intranet),
organisasi, alamat, nomor telepon, jam kerja, knowledge
telepon, Undang-undang, Undang-undang, management
peraturan, regulasi, berita peraturan, regulasi (LAN).
pemerintahan). terkait bisnis.
Tahap 2: Mendownload form dari Mendownload form e-mail,
Interaksi situs web pemerintah, dari situs web, dapat knowledge
dapat mengisi form, e- mengisi form, e-mail, database
mail, grup diskusi dan sebagainya. interaktif,
(forum), poling, penanganan
kuisioner, dan complain.
sebagainya.
Tahap 3: Situs web yang telah Situs web yang telah Basis data
Transfor dipersonalisasi dengan dipersonalisasi integrasi.
masi akun personal yang dengan akun
terintegrasi untuk semua personal yang
layanan. terintegrasi untuk
semua layanan
bisnis.
Sumber: Backus dalam Palvia dan Sharma, 2007

Di tahap informasi, pemerintah berperan sebagai penyedia informasi bagi

masyarakat dan dunia usaha, hubungan antar pemerintah menerapkan knowledge

base atau knowledge management melalui dukungan internet/LAN. Di tahap

interaksi, masyarakat maupun dunia usaha dapat berinteraksi melalui situs web

pemerintah seperti mendownload form, mengisi form, berkomunikasi dengan e-

mail, dan sebagainya. Untuk hubungan antarpemerintah, contoh solusi model e-

government, komunikasi melalui e-mail, tersedianya knowledge database yang

interaktif, dan sebagainya. Di tahap ketiga atau transformasi, situs web pemerintah

dipersonalisasi dengan akun personal yang terintegrasi dengan semua layanan, serta

mengintegrasikan basis data pemerintahan.


59

Terdapat beberapa subkategori model pelaksanaan e-government

sebagaimana yang dikemukakan oleh Yildiz yang dikutip oleh Praditya (2014)

yakni, government to government, government to citizen, dan government to

business yang konten, karakteristik dan definisi dari setiap model tersebut dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.2 Subkategori Model E-Government


Komunikan Konten Karakteristik Definisi Contoh
Government Komunikasi, e- Pembangunan
to koordinasi, administration dan penggunaan
Government standarisasi data warehouse
yang sama
Government Komunikasi, e-government Website
to Citizen transparansi, organisasi
Informasi
akuntabilitas, pemerintah,
dan
keefektifan, komunikasi e-
Layanan
keefisienan, mail antara
Pemerintah
standarisasi, masyarakat
produktivitas dengan aparat
pemerintah
Government Komunikasi, e-government, e-procurement
to Business kolaborasi, e-commerce,
perdagangan
Sumber: Yildiz dalam Praditya, 2014

Subkategori dari model pengembangan e-government menurut Yildiz

(2007) yang dikutip oleh Praditya (2014) menunjukkan komunikan, konten,

karakterisik, definisi, dan contoh e-government yang terbagi menjadi hubungan

antara pemerintah dengan pemerintah (government to government), hubungan

antara pemerintah dengan komunitas atau masyarakat (government to citizen), serta

hubungan antara pemerintah dengan dunia usaha (government to business).


60

2.4.5 Elemen Sukses E-Government

Menurut Harvard JFK School of Government dalam buku Richardus Eko

Indrajit “Electronic Government: Strategi Pembangunan dan Pengembangan

Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital” (2002), untuk menerapkan

konsep-konsep digitalisasi pada sektor publik, terdapat tiga elemen sukses yang

harus dimiliki dan diperhatikan sungguh-sungguh. Masing-masing elemen sukses

tersebut adalah support, capacity dan value (Indrajit, 2002:15).

Pertama, support. Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki

oleh pemerintah adalah keinginan (intent) dari berbagai kalangan pejabat publik

dan politik untuk benar-benar menerapkan konsep e-government, bukan sekedar

mengikuti tren atau justru menentang inisiatif yang berkaitan dengan prinsip-

prinsip e-government. Tanpa adanya unsur “political will” ini, mustahil berbagai

inisiatif pembangunan dan pengembangan e-government dapat berjalan dengan

baik. Karena budaya birokrasi cenderung bekerja berdasarkan model manajemen

“top down”, maka jelas dukungan implementasi e-government yang efektif harus

dimulai dari para pimpinan pemerintahan yang berada pada level tertinggi sebelum

merambat ke level-level dibawahnya dan seterusnya. Yang dimaksud dengan

dukungan di sini juga bukan hanya pada omongan semata, namun lebih jauh lagi

dukungan yang diharapkan adalah dalam bentuk hal-hal sebagai berikut:

 Disepakatinya kerangka e-government sebagai salah satu kunci sukses

negara atau pemda dalam mencapai visi dan misi bangsa atau daerahnya

sehingga harus diperhatikan prioritas tinggi sebagaimana kunci-kunci

sukses lain diperlukan.


61

 Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia, finansial, tenaga, waktu,

informasi dan lain-lain) di setiap tataran pemerintahan untuk membangun

konsep ini dengan semangat lintas sektoral.

 Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung pencipta

lingkungan kondusif untuk mengembangkan e-government (seperti adanya

regulasi yang jelas).

 Disosialisasikannya konsep e-government secara merata, kontinyu,

konsisten dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara khusus

dan masyarakat secara umum melalui berbagai cara kampanye yang

simpatik.

Kedua, capacity. Yang dimaksud dengan elemen kedua ini adalah adanya

unsru kemampuan atau keberdayaan dari pemerintah setempat dalam mewujudkan

e-government. Ada tiga hal minimum yang harus dimiliki oleh pemerintah

sehubungan dengan elemen ini, yaitu:

 Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagai

inisiatif e-government, terutama yang berkaitan dengan sumber daya

finansial.

 Ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena

fasilitas ini merupakan 50 persen dari kunci keberhasilan penerapan konsep

e-government.

 Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keahlian

yang dibutuhkan agar penerapan e-government dapat sesuai dengan asas

manfaat yang diharapkan.


62

Perlu diperhatikan di sini bahwa ketiadaan satu atau lebih elemen prasyarat

tersebut janganlah dijadikan alasan tertundanya sebuah pemerintah tertentu dalam

usahanya untuk menerapkan e-government, terlebih-lebih karena banyaknya

fasilitas dan sumber daya krusial yang berada di luar jangkauan (wilayah kontrol)

pemerintah. Justru pemerintah harus mencari cara yang efektif agar dalam waktu

cepat dapat memiliki ketiga prasyarat tersebut, misalnya melalui usaha-usaha kerja

sama dengan swasta, bermitra terbaik dari sektor non publik, mengalihdayakan

(kontrak outsourcing) berbagai teknologi yang tidak dimiliki dan lain sebagainya.

Ketiga, value. Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah aspek yang

dilihat dari sisi pemerintah selaku pihak pemberi jasa (supply side). Berbagai

inisiatif e-government tidak akan berguna jika tidak ada pihak yang merasa

diuntungkan dengan adanya impelementasi konsep tersebut dan dalam hal ini, yang

menentukan besar tidaknya manfaat yang diperoleh dengan adanya e-government

bukanlah kalangan pemerintah sendiri, melainkan masyarakat dan mereka yang

berkepentingan. Untuk itulah, maka pemerintah harus benar-benar teliti dalam

memilih prioritas jenis aplikasi e-government apa saja yang harus didahulukan

pembangunannya agar benar-benar memberikan manfaat (value) yang secara

signifikan dirasakan oleh masyarakatnya. Salah dalam mengerti apa yang

dibutuhkan masyarakat justru akan mendatangkan bumerang bagi pemerintah yang

akan mempersulit meneruskan usaha mengembangkan konsep e-government.

Perpaduan antara ketiga elemen terpenting di atas akan membentuk sebuah pusat

syaraf jaringan e-government yang akan merupakan kunci sukses utama penjamin

keberhasilan pengembangan e-government.

Anda mungkin juga menyukai