Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita
PENDAHULUAN
Anak-anak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi
rentan, dalam kehidupannya di tengah masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan karena
memiliki ketergantungan tinggi terhadap orang tua. Jika orang tua lalai menjalankan
tanggung jawabnya, maka anak akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satu
masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak adalah diare. Diare adalah penyakit yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari)
yang disertai perubahan bentuk dan kosistensi tinja dari penderita (Depkes RI, 2002).
kesakitannya yang masih tinggi, penyakit ini juga dapat menimbulkan wabah yang akhirnya
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian
apabila tidak ditangani secara serius. Untuk itu sangat diperlukan sistem kewaspadaan diri
Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun,
sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas tahun 2001, diare merupakan salah satu penyebab
kematian kedua terbesar pada balita, dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur
(Amirudin, 2007).
Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2001, diare
menempati urutan ketiga penyebab kematian bayi. Diare merupakan penyakit dengan
frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonaturum dan keracunan
Bengkulu dengan jumlah balita penderita diare 31.233 kasus, sedangkan untuk Kota
Bengkulu memiliki kejadian paling banyak diantara kabupaten lain yaitu 7.125 kasus pada
balita. Puskesmas Sukamerindu merupakan Puskesmas yang memiliki jumlah penderita diare
balita terbanyak dibandingkan Puskesmas lainnya di wilayah Kota Bengkulu dengan jumlah
penderita diare pada balita 1,498 kasus. (Profil Dinkes Kota, 2006). Pada tahun 2008, jumlah
penderita diare pada balita di Kota Bengkulu mencapai 4430 kasus dan jumlah kasus tertinggi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu
karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain.
keadaan gizi, kebiasaan atau prilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya (Amirudin, 2007).
Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor
yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan prilaku manusia yang tidak sehat. Ada beberapa perilaku yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh hingga
umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan
masak pada suhu kamar, air minum tercemar pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan
Pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit diare berpengaruh pada perilaku ibu dan
masalah kesehatan keluarga. Menurut Notoadmojo, tahun 1993 perilaku dibagi 3 domain, ini
Hasil studi awal yang dilakukan di Puskesmas Sukamerindu, ditemukan dari 10 orang
balita yang terkena diare, ternyata 7 orang ibu yang memiliki balita yang menderita diare
menggunakan susu formula dengan menggunakan botol dan tidak mencuci tangan terlebih
dahulu sebelum memberikan makanan pada balita. 3 orang ibu diantaranya yang memiliki
balita mencuci tangan sebelum memberikan makanan dan memberikan ASI hingga umur
lebih dari 6 bulan. Berdasarkan dari data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota
Dari data yang terurai di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah masih
tingginya kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
tahun 2008. Dengan pertanyaan peneliti adalah ”Apakah ada Hubungan antara Pengetahuan
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan Sikap Ibu
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang diare di wilayah kerja
Puskesmas Sukamerindu.
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu tentang diare di wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu.
d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja
Puskesmas Sukamerindu.
e. Untuk mengetahui hubungan sikap Ibu dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan
khususnya pada bidang kesling dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang
kesehatan.
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan atau informasi bagi peneliti lain dalam
1. Linda Handayani, ”Hubungan Hyegene Pribadi Ibu dan Sanitasi Lingkungan dengan Diare
Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tempel 1 Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman”.
Dengan hasil tidak ada hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita.
2. Diana Winduri 2001, Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare di Puskesmas
Sukamerindu tahun 2001. Dengan hasil tidak ada hubungan status gizi dengan kejadian diare
pada balita.
3. Esti rahayu 2003, Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare pada Balita di Puskesmas
Sukamerindu tahun 2003. Dengan variabel Status Gizi dan Kepadatan Penduduk. Dengan
hasil tidak ada hubungan antara status gizi dan kepadatan penduduk dengan kejadian diare
pada balita.
Bedanya dari ketiga penelitian di atas adalah variabel, populasi, sampel, waktu, tempat, dan
desain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
Diare adalah BAB yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih
2. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : (B. Albert and Paul S, 1990).
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada
2) Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas
dan sebagainya.
3) Infeksi virus : enteroovirus virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,
4) Infestasi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides.), protozoa (entamoeba
5) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa, malabsorbsi
protein, malabsorbsi lemak, faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan, faktor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar. (B. Albert and Paul S, 1990)
c. Alergi (bacilus cereuc), keracunan, imunodefisiensi dan sebab lainnya (Joko irianto, 2005).
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
b. Patogenesis
b) Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
d) Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit,
c. Patofisiologi
1) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
2) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah)
3) Hipoglikemia
Mula-mula bayi/balita menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian diare. Tinja lendir dan atau darah. Warna tinja makin
lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur oleh empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
5. Klasifikasi
Pengklasifikasian berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi (B.
Albert and Paul S, 1990) : Belum ada dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan
dehidrasi berat.
c. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat
intoleransi gula.
e. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP
(bila memungkinkan).
f. Pemeriksaan kadar ureum dan kretinin untuk mengetahui faal ginjal.
g. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
h. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara
b. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada
elektrokardiogram)
c. Hipoglikemia
d. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
f. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
Penilai A B C
an
1. Lihat
a. Keadaan Baik , Gelisah, Lesu ,
umum sadar rewel lunglai atau
tidak sadar
b. Mata Normal Cekung Sangat
cekung dan
c. Air mata Ada Tidak ada kering
d. Mulut dan Basah Kering Tidak ada
lidah Minum Haus, Sangat
e. Rasa haus biasa ingin kering
Tidak minum Malas
haus banyak minum
atau tidak
bisa minum
Sebelum kita ketahui epidimiologi dari kasus diare ini, perlu kita ketahui terlebih
dahulu frekuensi diare pada balita yaitu 2-3 kali per tahun. Maka kejadian ini, merupakan
kejadian berulang pada balita. Adapun yang menyebabkan kejadian diare ini berulang yaitu
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain makan/minum
yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa prilaku dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, prilaku
1) Tidak memberikan ASI (air susu ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan pada
bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi
ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
2) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencernaan oleh kuman,
3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam pada
4) Menggunakan air minum yang tercemar. air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau
pada saat disimpan di rumah, pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan
tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari
tempat penyimpanan.
5) Tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau
bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus dan bakteri dalam jumlah
besar. Sementara itu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit lain dan
1) Tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi kita terhadap kuman penyebab diare seperti : shigella dan V cholerae
2) Kurang gizi beratnya penyakit , lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-
3) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari penurunan
infeksi virus (seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita
AIDS (automune insufisiensi syndrom) pada anak imunosepresi berat, diare dapat terjadi
karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.
5) Secara proposional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55 %).
Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor yang
dominan , yaitu saran air bersih dan sarana pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan prilaku manusia apabila faktor lingkungan tidak sehat karena
tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat pula.
Yaitu melalui makan dan minum , maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
9. Asuhan keperawatan pada diare (B. Albert and Paul S, 1990)
Adapun tindakan keperawatan untuk menangani masalah yang timbul karena diare ini adalah:
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan
minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah
5) Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang di anjurkan, berikan air matang.
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas
atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat , yaitu dengan
oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan caiaran parenteral (IV)
dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan dengan terapi oral. Untuk terapi oral atau dietik
1) Untuk anak di bawah 1 tahun dan di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 Kg, biasanya jenis
makanan yang dianjurkan yaitu susu (ASI atau susu formula), bubur susu atau nasi tim, atau
agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya BB. Berikan cairan termasuk
b) Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI
c) Anak yang minum susu formula harus diberikan lebih dari biasanya.
d) Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus
e) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
2) Sedangkan untuk anak di atas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 Kg, dianjurkan makanan padat
Prinsip pengobatan diare ialah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau
tanpa muntah, dimana cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat.
Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan
pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan dehidrasi. Tidak ada obat yang
Upaya pencegahan diare tersebut antara lain dengan melakukan pemberian ASI,
memperbaiki makanan sapihan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dan cara yang
benar membuang tinja bayi/balita. Fakta menunjukkan bahwa cuci tangan pakai sabun dapat
mengurangi risiko penyakit diare hingga mencapai 50 %. Cuci tangan pakai sabun adalah
Menurut Notoadmojo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik
secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit tersebut.
Perilaku tersebut terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-
1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, misalnya makanan
2) Perilaku pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk menghindari gigitan
nyamuk, imunisasi.
3) Perilaku sehubungan dengan pencarian obat, misal ke poli gigi untuk berobat.
4) Perilaku sehunbungan denagn pemulihan kesehatan, misal diet, mematuhi peraturan
dokter.
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, misal perilaku sehubungan dengan air bersih,
pembuangan air kotor, pembuangan limbah, kondisi rumah sehat, pembersihan sarang-
sarang.
Menurut Benyamin Bloom dalam Notoadmojo, 1908. perilaku dibagi dalam 3 domain
yaitu :
c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidik
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
yakni :
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya
5) Sintesis
Ini menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
6) Evaluasi
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
Menurut Green dalam Notoatmodjo, 1997. Pengetahuan ini berpengaruh terhadap sikap
seseorang sesuai dengan pemikirannya, jika positif akan menimbulkan sikap positif demikian
juga sebaliknya, pada hakikatnya pengetahuan merupakan semua yang diketahui manusia
tentang objek tertentu. Menurut Sarwono, 1993 yang menyatakan bahwa pengetahuan
terjadi peningkatan sikap kesehatan dalam diri individu yang berdasarkan kesadaran dan
kemauan individu.
Menurut Saifuddin Azwar, 2002. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Beberapa batasan lain tentang
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam S Azwar, 2002 salah seorang ahli psikologi sosial,
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka tau tingkah laku yang terbuka. Sikap ini
Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosional
memegang peranan penting. Menurut Saifuddin, 2005 bahwa sikap juga dipengaruhi oleh
faktor eksteren dan intern salah satunya pengalaman. Apa yang telah dan sedang kita alami
akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Pendapat
Azwar, 1998 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dari adanya
Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan terhadap suatu stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah
satu dasar terbentuknya sikap, untuk mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang
harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologi. Apakah penghayatan
itu kemudian akan membentuk sikap yang positip atau yang negatip, akan tergantung pada
Orang lain merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi
sikap seseorang. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindar konflik dengan
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah kecenderungan untuk
bertindak. (konoatif).
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh
dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Dari teori sikap ada yang dinamakan pernyataan yang ditulis mengikuti kaidah yang
benar melalui penskalaan dan seleksi item, akan menjadi isi suatu skala sikap. Pernyataan
sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu
kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan seperti ini
Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek
sikap, yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak
diungkapkan. Pernyataan seperti ini disebut sebagai pernyataan yang unfavorable. Suatu
skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan
pernyataan unfavorable dalam jumlah yang kurang lebih seimbang. Dengan demikian
pernyataan yang disajikan tidak semua positif atau semua negatif yang dapat mendatangkan
kesan seakan-akan isi skala yang bersangkutan seluruhnya memihak atau sebaliknya
seluruhnya tidak mendukung objek sikap. Variasi pernyataan favorable dan unfavorable akan
respon sehingga stereotipe responden dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 1998).
Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada 2 faktor yang
dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi
bersama perilaku manusia yang tidak sehat. Karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman maka
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena
Ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu sikap ibu yang
tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6 bulan pertama dari kehidupan,
menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, air minum tercemar
pada bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah BAB dan sebelum menjamah makanan.
D. Hipotesis
- Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian diare pada
- Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan metode
sikap) dan variabel dependent (Diare pada anak balita) dengan pengukuran sekali dan dalam
waktu bersamaan. Tujuannya untuk mengetahui Hubungan antara pengetahuan dan sikap
B. Kerangka Penelitian
Bagan. 3. 2. Kerangka
Joko
Irianto, 2005
C. Definisi operasional
C. Definisi Operasional
Definisi
N Alat Hasil
Variabel Operasi Skala
o Ukur Ukur
onal
1 Variabel Balita Kuision 0: ordi
dependen yang er didiagn nal
(diare didiagno (1 osa
pada sa diare pertany diare
balita) aan)
1: tidak
didiagn
osa
diare
2 Variabel Pengeta kuision 2 : baik ordi
independ huan er (76% - nal
ent respond (20 100%)
(pengetah en pertany 1:
uan) adalah aan) cukup
pengeta (56% -
huan ibu 75%)
tentang 0:
diare kurang
pada (< 56
bayi/bali %)
ta.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita usia 1 - 5 tahun yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu dari bulan Januari sampai bulan Desember 2008.
Berjumlah 2,032 balita untuk lurah Sukamerindu.
Sampel dalam penelitian ini yaitu semua ibu-ibu yang memiliki balita dari usia 1-5 tahun
yang berkunjung ke Puskesmas Sukamerindu dengan teknik pengambilan sampel, yaitu
teknik pendekatan accidental sampling, dengan perhitungan sebagai berikut :
n = Z²(1-α/2).P(1-P)
Keterangan :
n = Sampel
jawab :
Tempat penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu dan waktu penelitian dari
Dalam penelitian ini data akan diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang akan diambil dengan cara menyebarkan kuisioner yang berisi pertanyaan
yang memiliki beberapa alternatif jawaban. Sedangkan data sekunder yaitu data yang akan
diperoleh dari profil DinKes Kota tentang penyakit menyerang saluran pencernaan yang
berupa Diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih di wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu.
2. Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah pengecekan kembali apakah isian pada lembar kuesioner sudah sesuai dan
b. Coding
Setiap lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden diberi kode yang dilakukan oleh
Processing
Processing adalah memproses data dengan menggunakan komputer atau secara manual agar
dapat dianalisis.
. Cleaning
Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau tidak ada masing-
masing variabel yang sudah di proses sehingga dapat di perbaiki dan di nilai.
Data dianalisis dengan distribusi frekuensi yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
Keterangan :
[ 27,15-x ]
T = 50 + 10
[3,640]
Keterangan :
T = skor responden pada skala sikap yang hendak dirubah menjadi skor T
X = skor responden
S = standar deviasi
independent (pengetahuan dan sikap ibu) dengan variabel dependent (Diare pada balita).
Pengolahan data menggunakan komputarisasi dan uji statistik yaitu untuk analisa hubungan
analisa hubungan sikap ibu dengan kejadian diare menggunakan Fisher’s Exact Test dengan
Uji hipotesis : Ha diterima bila X2 hitung > X2 tabel (p < 0,05)
(Budiarto. E, 2001)
BAB IV
A. Hasil
ya Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent dengan
dependen. Pengambilan data dilakukan dengan survey awal yaitu dengan mewawancarai 7
orang ibu-ibu yang memiliki balita dari usia 1-5 tahun sebagai sampel awal penelitian.
Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan. Pada tahap persiapan meliputi kegiatan penetapan judul, survey awal yang
penelitian, ujian proposal dan mengurus izin penelitian. Peneliti meminta izin penelitian dari
mendapatkan surat izin penelitian, langsung diserahkan ke bagian kesatuan bangsa, Politik
Pada tanggal 14 April 2009 peneliti mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Kota
yang sebelumnya sudah mendapat izin dari Kepala Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.
penelitian yang dilakukan selama 9 hari yaitu dari tanggal 14 April 2009 sampai dengan 22
April 2009 dengan cara membagikan kuesioner kepada masing-masing responden. Dalam
melakukan penelitian ini, ada beberapa hambatan antara lain dalam melakukan pengisian
kuesioner diperlukan waktu yang lebih karena memerlukan ketelitian untuk menjawab
Setelah data terkumpul kemudian data diolah dengan menggunakan uji chi-square
yang meliputi : analisa univariat dan analisa bivariat, adapun hasil penelitiannya adalah :
variabel yang diteliti, baik variabel independen (pengetahuan ibu dan sikap ibu) maupun
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukamerindu Tahun 2009
Frekuensi Persentase
No Variabel
(F) (%)
1. Pengetahuan
ibu 34 36,1%
45 47,9%
15 16%
Jumlah 94 100%
2. Sikap ibu
4 4,3%
90 95,7%
Jumlah 94 100%
3 Diare
79 84%
15 16%
Jumlah 94 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa untuk pengetahuan hampir
sebagian ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang diare yaitu sebanyak (47,9%),
sedangkan untuk sikap ibu dari tabel di atas sebagian besar memiliki sikap yang favorable
sebanyak (95,7%). Untuk variabel dependen yaitu kejadian diare pada balita di Puskesmas
Sukamerindu yaitu sebanyak 15 balita (16%) terdiagnosa diare dan sebanyak 79 (84%) balita
untuk mengetahui hubungan variabel independent (pengetahuan dan sikap ibu) dengan
Kriteria penilaian yang dipakai berdasarkan uji statistik uji Chi-square dengan X 2
tabel = ( 3,841 ) dengan nilai α = 0,05 dan derajat kebebasan (df) = 1. Untuk melihat derajat
kemaknaan, apabila ρ = ≤ 0,05 maka ada hubungan yang bermakna, sebaliknya jika ρ = ≥
Tabel 4.2.
Hasil Analisa Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan
Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukamerindu Tahun 2009
N Variab Diare f % x² P
o el Ya Tidak
Yang n % n %
Diteliti
1 Penget
ahuan
ibu 5 14, 2 85, 3 10
a. 7 7 9 3 4 0
Kuran 3 % 3 % 4 %
0, 0,
g 15, 8 84, 5 10
22 89
b. Cukup 6 1 4 1 0
8 2
c. baik % 2 % 5 %
20 80 10
% % 0
%
2 Sikap
ibu 1 25 3 75 4 10 0,
a. 1 % 7 % 9 0 50
unfavo 4 15, 6 84, 0 % 7
rabe 6 4 10
b. % % 0
favora %
ble
Berdasarkan keterangan tabel di atas untuk pengetahuan kurang dengan balita yang
terkena diare 14,7% dari 34 balita, dan 85,3% dengan balita yang tidak diare dari 34 balita.
Pengetahuan cukup dengan balita diare 15,6% dari 45 balita, dan 84,4% dengan balita yang
tidak diare dari 45 balita. Pengetahuan baik dengan balita diare 20% dari 15 balita, dan 80%
Sikap unfavorable dengan balita diare 25% dari 4 balita, dan 75% dengan balita yang
tidak diare dari 4 balita. Sedangkan sikap favorable dengan balita diare 15,6% dari 90 balita
Sehingga diperoleh hasil pearson chi-square dengan nilai ρ = 0,892 lebih besar dari α
= 0,05. Sehingga hasil penelitian ini tidak bermakna atau tidak ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita,. Sedangkan untuk sikap diperoleh
hasil fisher’s exact tests dengan nilai p = 0,507 lebih besar dari nilai α = 0,05 sehingga hasil
penelitian ini tidak bermakna atau tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapat di atas dapat diketahui bahwa untuk pengetahuan,
14,7% kurang, 15,6% cukup, 20% baik dari 15 responden yang balitanya diare, sedangkan
85,3% kurang, 84,48% cukup, 80% baik 79 responden yang balitanya tidak terkena diare.
Dari penelitian tersebut didapat hasil uji Chi-square nilai p = 0,892 atau lebih dari nilai α =
0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Depkes RI (1998) bahwa, penyakit diare
merupakan suatu penyakit yang berbasis lingkungan. Ada dua faktor yang dominan yang
berhubungan dengan diare yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Dimana kedua
Ada juga pendapat lain menurut Amirudin, 2007 secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam golongan enam besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi,
dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi
lingkungan, dan sebagainya. Berdasarkan dua pendapat di atas bahwa perilaku manusia yang
dapat menyebabkan terjadinya diare . Sesuai dengan pendapat Notoadmojo, 1908 bahwa
perilaku dibagi menjadi 3 domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Hasil penelitian ini
bertentangan dengan teori yang ada, karena dalam penelitian variable independent penelitian
yaitu pengetahuan tidak ada hubungannya dengan variable dependen yaitu kejadian diare,
karena pengetahuan yang diteliti belum menjadi satu kesatuan dalam pembentukan perilaku.
Akan tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1993) yang
pengetahuan tersebut maka akan terjadi peningkatan sikap kesehatan dalam diri individu
yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu. Dari hasil penelitian ini diantara sampel
ternyata balita yang menderita diare hanya sedikit, ini dikarenakan, bahwa diare penyakit
yang berbasis lingkungan. (Depkes RI, 1998). Kejadian diare terjadi tergantung musim,
yang terkena diare, sedangkan 75% unfavorable dan 84,4% favorable dari balita yang tidak
diare. Hasil komputarisasi diperoleh nilai ρ = 0,507 dilihat dari fisher’s exact dimana lebih
besar dari α = 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan
Menurut Berkowitz, 1972 sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung dan memihak (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Menurut Saifuddin, 2005 bahwa sikap juga dipengaruhi oleh fakor eksteren dan intern salah
satunya pengalaman. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Azwar,
2002 sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap merupakan
predisposisi tindakan suatu objek, dan sikap itu masih merupakan reaksi tertutup dan
bertindak. Dalam penentuan sikap yang utuh emosional memegang peranan penting. Ini
Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, karena faktor eksteren dan
intern salah satunya pengalaman , maka seseorang tersebut akan cenderung melakukan hal
yang ke arah positif untuk menghindari akibat yang negatif. Sikap yang favorable dengan
pengalaman contohnya balita terkena diare, maka seseorang yang pernah mengalami hal
tersebut akan berusaha tidak melakukan hal yang sama untuk menghindari kejadian diare
berulang lagi. Dimana, orang terdekat merupakan orang yang dianggap penting, berarti
khusus dan banyak mempengaruhi sikap individu tersebut. Pada umumnya, seseorang
cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap yang dianggapnya
penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut, di sini sama halnya dengan seorang ibu sayang
dengan balitanya (Azwar, 1998). Hal ini juga sesuai dengan asumsi bahwa sikap yang
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Tahun 2009 dapat
Tidak ada hubungan bermakna antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun 2009 (p = 0,892)
Tidak ada hubungan antara Sikap Ibu dengan kejadian Diare Pada Balita di Wilayah
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti ingin memberikan saran kepada
1. Akademik
Untuk dapat mencari faktor penyebab yang lain yang berhubungan dengan diare yang lebih
mendukung.
2. Puskesmas
Sebagai informasi : bahwa yang mempengaruhi diare bukan karena pengetahuan dan sikap
saja menurut teori, tetapi ada pengaruh lain yang lebih berperan. Untuk itu, sebagai penindak
lanjut yaitu lebih meningkatkan mutu pelayanan khususnya pada bagian Kesling (Kesehatan
Lingkungan) dengan tujuan dapat mengurangi kejadian diare pada balita. Sesuai dengan teori
bahwa diare penyakit yang berbasis lingkungan. Saran peneliti, pihak Puskesmas lebih
memperhatikan lingkungan dan bila perlu terjun sesekali untuk melihat kondisi yang
sebenarnya. Sehingga visi dan misi Kota Bengkulu tercapai pada tahun 2010 nantinya.
Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mengembangkan penelitian dengan
variabel-variabel lain yang lebih inovatif mengenai faktor yang berhubungan dengan
Alimul Hidayat A. A, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Penerbit Salemba Medika,
Jakarta : 2003
Alimul Hidayat A. A, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Penerbit Salemba Medika,
Edisi 2, Jakarta : 2007
Amiruddin R. Dr, SKM, M. Kes, dkk, Current Issue Kematian Anak (Penyakit Diare), FKM Jurusan
Epidemiologi Universitas Hasanuddin, Makasar : 2007.
Azwar S, MA, Drs, Sikap Manusia Teori dan pengukurannya, Edisi ke 2, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta : 2002
B Albert and Paul S, Penyakit dan Penanggulangannya, Penerbit Widiya Medika (KNAPP), Jakarta :
1990.
Depkes RI, 2002, Infeksi Saluran Pencernaan, available from : www. Mediaindonesiaonline. Com,
2007..
Irianto J, Prediksi Keparahan Diare 2005, diakses dari : www.adobe acrobat document. Com,
diperoleh tanggal 27 september 2008.
Mar’at, Perilaku Manusia Pengantar Singkat Tentang Psikologi, Penerbit refika ADITAMA,
Bandung : 2006.
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta : 1992.
Notoadmojo S. Dr, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Penerbit
JADWAL PENELITIAN
Sur
vei
Aw
al
-
Ide
ntifi
kasi
Ma
sala
h
-
Pen
ga
mbi
lan
Jud
ul
-
Pe
mb
uata
n
Pro
pos
al
-
Ko
nsul
Pro
pos
al
-
Uji
an
Pro
pos
al
-
Per
bai
kan
Pro
pos
al
2 Pel
aks
ana
an
-
Pen
gu
mp
ula
n
Dat
a
-
Pen
gel
olaa
n
Dat
a
3 Uji
an
KTI
Lampiran 3
: Jalan Titiran No. 90 Rt. 09 Rw. 003 Perumnas Gading Cempaka Permai
: Poltekkes Bengkulu Prodi Keperawatan, Jl. Indragiri No. 3 Padang Harapan Bengkulu Telp.
(0736) 341212
- Mahasiswi Program Studi Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Bengkulu, Tahun
2006 – sekarang.
Lampiran 4
ORGANISASI PENELITIAN
4. Untuk jenis pertanyaan frekuensi dan pengetahuan beri tanda ( x ) pada jawaban yang
2. Nama :
3. Umur :
Tamat SD SMP
a. ya
b.tidak
B. Pengetahuan
1. Menurut ibu diare itu berak pada balita lebih dari ........kali/hari :
a. 1 kali/hari
c. 3 kali/hari
3. Saat ibu tahu anak ibu diare, biasanya keadaan beraknya :
4. Kondisi anak ibu apabila terkena diare, maka akan tampak keluhan yang pertama yaitu :
c. Anak rewel, suhu tubuh panas, kurang nafsu makan/tidak sama sekali, dan gelisah
5. Menurut ibu pemberian susu formula dengan menggunakan botol dapat menyebabkan
diare karena :
dengan air panas lau dikeringkan dan sebelum membuatnya ibu harus cuci tangan terlebih
dahulu. Menurut ibu pernyataan diatas benar atau salah penjelasanya, karena :
a. benar, karena pencucian botol susu harus dengan air hangat
8. Apa yang telah ibu lakukan untuk menghindari diare berulang pada anak ibu :
c. Pencucian botol suus dengan menggunakan air panas lalu dikeringkan
9. Apa yang ibu pikirkan jika diare pada anak ibu tidak sembuh dalam waktu yang singkat :
a. Dehidrasi
b. Kematian
10. Obat – obatan apa saja yang ibu tahu untuk mengobati diare anak ibu :
a. Oralit
b. Paracetamol
c. Vitamin C
11. Menurut ibu pemakaian air yang tidak bersih dapat menimbulkan diare atau tidak, mengapa :
a. Ya, Kemingkinan tercemar tinja, karena jarak septiteng dengan sumur kurang dari 10 meter.
c. Ya, karena air yang diperoleh dari sumur yang tidak menurut kriteria kesehatan
12. Apa yang dapat ibu lakukan apabila anak ibu diare sebelum dibawa ke PKM, untuk
b. Air tajin
c. Air garam
13. Apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi diare pada anak ibu yang telah mengalami diare
berulang :
a. Biasa saja
16. Bila anak ibu yang masih berumur 2-3 tahun sering mengalami diare, menurut ibu apa yang
17. Kondisi rumah dikelilingi oleh selokan, dan banyak sampah bertumpuk. Apa yang akan ibu
lakukan dengan kondisi rumah seperti itu untuk menghin dari diare :
a. Membuang sampah dan selokan ditutup dengan kayu,agar penyebaran kuman tidak terjadi
18. Saat anak ibu mengalami diare, makanan seperti apakah yang baik untuk diberikan :
19. Saat anak ibu mengalami diare, biasanya kondisi anak ibu akan seperti :
c. Rewel
20. Menurut ibu diare dapat dicegah, apabila ibu dan keluarga bersikap dan bertindak sehat :
a. Ya
b. Tidak
c. Ya, harus
B. Untuk jenis pertanyaan sikap, beri tanda v pada kolom yang sesuai yaitu :
Keterangan :
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
RR = Ragu – ragu
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
NO PERNYATAAN ST TS RR S SS
. S
1. Memberikan cairan gula ditambah garam sedikit
(oralit buatan) dapat membantu penyembuhan
diare.
2. Tidak menyimpan makanan terlalu lama dapat
mencegah terjadinya diare
3. Mencuci tangan, sebelum makan tindakan yang
harus dilakukan setiap waktu
4. Sebaiknya bayi berumur 4 – 6 bulan harus diberi
ASI secara penuh
5. Sikap yang baik untuk mencegah diare yaitu
memberikan ASI esklusif.
6. Memberikan larutan oralit tidak menjamin diare
teratasi
7. Sampah yang menumpuk dan konsumsi air dari
sumur yang tidak berkriteria sehat, baik
dikonsumsi.
8. Mencuci tangan dan tidak menggunakan botol susu
adalah salah satu mengurangi kejadian diare
berulang pada balita
9. Penyimpanan makanan dilemari merupakan
tindakan yang baik untuk menghindari penyakit
diare
10. Menjaga kebersihan lingkungan salah satu
menghindari diare