Anda di halaman 1dari 18

I.

FORMULA ASLI
SIRUP Obat Batuk Hitam (OBH)
Komposisi : Tiap 300ml mengandung :
Glycirrhizae succus 10mg
Ammonia Chloridum 6g
Ammoniae Anisi Spiritus 6g
Aqua Destillata hingga 300ml

II. RANCANGAN FORMULA


Tiap 60 ml Sirup OBH MY NUS® mengandung
Paracetamol 120 mg
Efedrin HCL 7,5 mg
Chlorpeniramin Maleat 1 mg
Ammonium Chlride 50 mg
Glycyrrhizae Succus 100 mg
SS q.s
Oleum Menthae Piperate q.s
Aquadest add 60 ml

III. MASTER FORMULA


Nama Produk : OBH MY NUS®
Nama Pabrik : PT. Farm Indo
Jumlah Produk :3
Tanggal Formula Asli : 19 Februari 2020
Tanggal Rencana produksi : 24 Februari 2020
No. Registrasi : GLB2012311037A1
No. Batch : 01022020

Jumlah
No. Komposisi Fungsi Jumlah perbatch
perwadah
1. Paracetamol Zat aktif 120 mg
2. Efedrin HCL Zat aktif 7,5 mg
3. Chlorpeniramin Malet Zat aktif 1 mg
4. Ammonium Chloride Zat aktif 50 mg
5. Glycyrrhizae Succus Zat pewarna 100 mg
6. SS Zat pemanis q.s
7. Oleum Menthae Piperate Zat pengaroma q.s
8. Aquadest Zat pelarut Ad 60 ml
IV. DASAR FORMULASI

IV.1. Alasan pembuatan sediaan


1. Parasetamol digunakan karena memiliki sifat hablur putih, tidak berbau, rasa
sedikit pahit serta memiliki kelarutan yang larut dalam air menididih. Sehingga
cocok digunakan dalam bentuk sirup (FI. V. 2014; 985).
2. Efedrin HCl digunakan kerena memiliki sifat hablur halus putih, tidak berbau dan
memiliki kelarutan yang mudah larut dalam air (FI. V. 2014; 356).
3. Chlorpeniramin Maleat digunakan karena memiliki sifat hablur putih, tidak berbau
dan memiliki rasa pahit, serta kelarutannya larut dalam lebih kurang 4 bagian air
(FI. III. 1979; 153)
4. Ammonium klorida digunakan karena memiliki sifat serbuk putih, tidak berbau,
rasa asin dan dingin, serta kelarutannya mudah larut dalam air (FI. III. 1979; 87).

IV.2. Alasan pemilihan bahan aktif


Efedrin HCL merupakan zat yang dapat merangsang curah, meningkatkan resistensi
perifer dan tekanan darah, hal tersebut meyebabkan bronkodilatasi, merangsang
system saraf pusat, mengaktifkan pusat pernapasan (Eghianruwa, 2014).

Paracetamol sebagai obat analgetik dan antipiratik. Paracetamol mengandung atau


sebagai obat anti-inflamasi, non-steroid atau NSAID. Paracetamol bertindak dengan
menghambatsiklooksigenase enzim melalui metabolism (Saragiotto, DKK., 2019)

Chlorpeniramin Maleat digunakan sebagai obat antipiretik dan analgesic untuk


memperbaiki rasa nyeri dan demam dalam kondisi pilek dan flu (Oliveira, DKK., 2017).

Ammonium chloride dikenal sebagai ekspektoran secara signifikan, dengan


meningkatkan pengeluaran elektrolit, serta berperan dalam pengeluaran dahak
memalalui batuk (Balasubramaniyan, DKK., 2019).

IV.3 Alasan Pemilihan Bahan Tambahan


1. Glycyrrhizae Succus (Ekstrak Akar Manis)
adalah ekstrak kering akar segar Glycyrrhiza globra linne, yang mempunyai hitam
coklat tua denga bau khas lemah serta rasa khas manis (FI. V. 2014 :63)
2. Sirip simplex
Digunakan sebagai zat tambhan yaitu zat pemanis karena mengandung sukrosa
yang laru dalam air (FI. III. 1979, 567)
3. Oleum Menthae Piperate
Digunakan sebagai zat tambahan yaitu minyak atsiri yang bersifat karminativum.
Memiliki bau aromatic, rasa pedas dan hangat, kemudian dingin (FI. III. 1979: 458)
4. Aguadest
Digunakan sebagai bahan tambaha yang berperan sebagai pelarut (HPE, 2009)

V. INFORMASI BAHAN AKTIF & BAHAN TAMBAHAN

V.1. uraian Farmakologi Bahan aktif


1. Paracetamol (Mims, 2020)
a. Indikasi : Meredakan nyeri dan demam ringan sampai
berat
b Kontraindikasi : Hipersensitif untuk pasien yang mengalami
. gangguan hati berat atau penyakit hati aktif
(IV)
c. Efek samping : Angiodema, disorientasi, dizziness, ruam,
hiperamonemia, peradangan, leukopenia,
pneumonia (Medscape, 2020).
d Dosis dan kekuatan sediaan : Kekuatan sediaan 250 mg dan 500 mg
. Geriatrik :
 0,5 mg – 1 g setiap jam. Maks 4 g setiap
hari (24 jam)
Pediatrik :
 1 – 2 bln 30 – 60 mg. Maks 60 mg/kg/hari
 3 - <6 bln 60 mg
 6 bln - <2 thn 120 mg
 2 – <4 thn 180 mg
 4 - <6 thn 240 mg
 6 - <8 thn 240 atau 250 mg
 8 - <10 thn 360 atau 375 mg
 10 - <12 thn 480 atau 500 mg
 12 – 16 thn 480 atau 750 mg
 Pemberian 4 – 6 jam jika perlu maks 4
dosis setiap 24 jam
e. Rute pemberian dan aturan : Oral
pakai  4 – 6 jam sekali jika perlu

f. Farmakokinetika : Absorpsi
 Diserap dengan baik setelah pemberian
oral dan dubur. waktu untuk memuncak
konsentrasi plasma sekitar 10 – 60 menit
(oral), 15 menit (intravena), 2 – 3 jam
(rectal).
Distribusi
 Didistribusikan ke sebagian besar jaringan
tubuh. melintasi plasenta dan memasuki
asi. ikatan protein plasma sekitar 10 – 25
%.
Metabolisme
 Dimetabolisme dihati melalui konjugasi
asam glukuronat dan sulfat. n-acetyl-p-
benzoquinone imine (napqi), metabolisme
minor yang diproduksi oleh CYP2E1 dan
CYP3A4, selanjutnya dimetabolisme
melalui konjugasi dengan glutathione di
hati dan ginjal.
Exkresi
 Dikeluarkan melalui urine (5% sebagai obat
tidak berubah, 60 – 80 % sebagai metabolit
glukuronida dan 20 – 30 % sebagai
metabolit sulfat. Waktu paruh eliminasi
sekitar 1 – 3 jam.
g. Perhatian : Pasien dengan definisi G6DP diketahui,
ketergantungan alkohol, malnutrisi kronis
atau dehidrasi, berat <50 kg, hipolrmia berat
(iv), gangguan ginjal dan hati, anak – anak, ibu
hamil dan menyusui.
h Interaksi :  Colestyramine mengurangi penyerapan
.  Rifampisin dan beberapa obat
antikonvulsan menurunkan konsentrasi
serum
 Warfarin dan kumarin lainnya dengan
penggunaan jangka panjang meningkatkan
efek antikoagulan
 Metoclopramide dan domperidone
meningkatkan konsentrasi penyerapan
 Probenesid meningkatkan konsentrasi
serum
 Dapat meningkatkan konsentrasi serum
kloramfenikol

i. Mekanisme kerja : Menunjukkan aksi analgesik dengan


penyumbatan perifer pada generasi impuls
nyeri. Ini menghasilkan antipyresis dengan
menghambat pusat pengaturan hipotalamus.
Aktivitas anti inflamasi yang lemah terkait
dengan penghambatan sintesis prostaglandin
di SSP.
2. Efedrin HCl (Mims, 2020)
a. Indikasi : Meredakan bronkopasme akut, hipotensi
yang diinduksi anastesi, dan hidung tersumbat
b Kontraindikasi : trombosis koroner, penyakit jantung iskemik,
. HTN, tirotoksikosis, diabetes militus, hipertrofi
prostat, glaukoma sudut – tertutup, pasca
operasi hidung atau sinus. Laktasi. Pasien yang
menggunakan MAOI (atau dalam 2 minggu
penarikan), obat simpatomimetik lain, β-
blocker, dan mereka yang diberi anestesi
volatil.
c. Efek samping : Gangguan pencernaan, mual, muntah,
takikardia, hipertensi, brakikardia, pusing,
gelisah (Medscape, 2020)
d Dosis dan kekuatan sediaan : Kekuatan sediaan
. Geriatrik :
 15 – 60 mg. Maks 150 mg / hari
Pediatrik :
 1 – 5 thn 15 mg
 6 – 12 thn 30 mg
 >12 thn sama seperti dosis dewasa
Lansia :
 Awal 50% dari dosis dewasa
e. Rute pemberian dan aturan : Oral
pakai  3 x 1 setelah makan
f. Farmakokinetika : Absorpsi
 Diserap dengan baik dan sepenuhnya dari
saluran gastro internal
Distribusi
 Didistribusikan secara luas keseluruh
tubuh, terakumulasi di hati, ginjal, paru –
paru, limpa, dan otak memasuki ASI
Metabolisme
 Mengalami metabolisme hepatik minimal,
menghasilkan sejumlah kecil metabolit, p-
hidroksiefedrin, norephedrine.
Exkresi
 Dikeluarkan melalui urine terutama
sebagai obat tidak berubah (60 – 77%) dan
metabolit (jumlah kecil). Waktu paruh
plasma 3 – 6 jam.
g. Perhatian : Pasien dengan gejala vasomotor tidak stabil,
riwayat gangguan kejang. Gangguan ginjal.
Tua. Kehamilan.
h Interaksi :  TCA, glikosida jantung, dan quinidine
. meningkatkan resiko aritmia
 Alkaloid ergon dan oksitosin meningkatkan
resiko vasokontriksi atau efek pressor
 Teofilin meningkatkan kejadian mual,
gugup, dan insomnia
 Reserpin dan metildopa mengurangi efek
pressor
 Dapat mempotensikan efek stimulan
kafein
 Dapat meningkatkan pembersihan dan
memperpanjang paruh deksametason
pada pasien asma
 Antagonis efek antihipertensi guanethidine
Berpotensi fatal :
 Menyebabkan krisis hipertensi dengan
MAOI
 Meningkatkan resiko aritmia jantung
dengan menghambat β dan anestesi liq
yang mudah menguap (misal halotan,
siklopropana)
 Efek aditif dan peningkatn toksisitas
dengan obat simpatomimetik lainnya
i. Mekanisme kerja : Menstimulasi reseptor α dan β, sehingga
menyebabkan bronkodilatasi, vasokontriksi
perifer, dan stimulasi SSP. Ini juga memiliki
aksi stimulan di pusat reseptor.
3. Chlorpeniramine Maleat (Mims, 2020)
a. Indikasi : Kondisi alergi
b Kontraindikasi : Asma akut, glaukoma sudut sempit, obstruksi
. leher kandung kenih, hipertrofi prostat
simtomatik, ulkus peptikum stenosis.
Bersamaan atau dalam 14 hari penggunaan
MAOI
c. Efek samping : Sedativ, pusing, gangguan koordinasi,
kelemahan otot, anoreksia, mual, muntah
(Medscape, 2020)
d Dosis dan kekuatan sediaan : Kekuatan sediaan
. Geriatrik :
 4 mg. Maks 24 mg setiap hari (24 jam)
Pediatrik :
 1 – 2 thn 1 mg tawaran Maks 4 mg sehari
 2 – 5 thn 1 mg Maks 6 mg sehari
 6 – 12 thn 2 mg Maks 12 mg sehari
 >12 thn sama dengan dosis geriatrik
Lansia :
 Pengurangan dosis maks 12 mg sehari
e. Rute pemberian dan aturan : Oral
pakai  2 x 1 sehari
f. Farmakokinetika : Absorpsi
 Mudah diserap dari saluran pencernaan.
Ketersediaan hayati 25 – 50%. Waktu
untuk memuncak konsentrasi plasma 2 – 3
jam
Distribusi
 Banyak didistribusikan dalam tubuh dan
CNS. Memasuki ASI. Volume distribusi 6 –
12 L/kg. Ikatan protein plasma sekitas 70%
Metabolisme
 Menjalani metabolisme first pass yang luas
dihati dan oleh enzim CYP450 menjadi
metabolit aktif dan tidak aktif
Eksresi
 Dikeluarkan melalui urine (22% sebagai
obat tidak berubah), feses (jumlah jejak).
Waktu paruh eliminasi sekitar 2 – 4 jam.
g. Perhatian : Pasien dengan epilepsi, peningkatan tekanan
intra okuler, hipertrofi prostat. Penyakit CV
parah (misalnya hipertensi), retensi urine,
obstruksipyloraduodenal, bronkitis,
bronkiektasis, tirotoksikosis, Anak – anak dan
orang tua, ibu hamil dan menyusui.
h Interaksi :  Dapat meningkatkan sedatif hipnotik,
. ansiolitik, sedatif, analgesik opioid, dan
neuroleptik.
 Dapat menghambat metabolisme fenitoin
yang dapat menyebabkan toksisitas
fenitoin
 Berpotensi fatal dengan MAOI yang dapat
meningkatkan efek antikolinergik

i. Mekanisme kerja : Secara kompetitif menghambat reseptor


histamin H1 di saluran pencernaan dan
saluran pernapasan dan pembuluh darah.
Dengan demikian, mencegah pelepasan
histamin, prostaglandin, dan leukotrien dan
mencegah migrasi mediator inflamasi
4. Ammonium Klorida (Mims, 2020)

a. Indikasi : Hipokloremia dan alkalosis metabolik


b Kontraindikasi : Gangguan ginjal atau hati berat
.
c. Efek samping : Asidosis metebolik, ruam, kejang,
kebingungan, kantuk, gejala keracunan
ammonia, hipoklemia, hiperkloremia, mual,
muntah (Medscape ,2020)
d Dosis dan kekuatan sediaan : Kekuatan sediaan
. Dosis tergantung keparahan pasien
e. Rute pemberian dan aturan : Oral
pakai  Disesuaikan
f. Farmakokinetika : Absorpsi
 Cepat diserap dari saluran pencernaan
setelah pemberian oral
Metabolisme
 Dimetabolisme dihati untuk membentuk
urea dan asam klorida
Eksresi
 Dikeluarkan melalui urine
g. Perhatian : Pasien dengan insufsiensi paru, edema
jantung, asidosis pernafasan primer. Tidak
dimaksudkan diberkan saat alakalosis
metabolik karena muntah asam klorida
disertai dengan keluarnya Na. Gamgguan
ginjal dan hati sedang. Ibu hamil.
h Interaksi :  Menurunkan kadar dekstroamfetamin,
. methamphetamine, lisdexamfetamin,
metilenedioximetamfetamin dengan
meningkatkan pembersihan ginjal
 Dengan diklorpenamid dapat
menimbulkan asidosis metabolik
i. Mekanisme kerja : Meningkatkan keasaman dengan
meningkatkan jumlah konsentrasi ion
hidrogen
V.2 Sifat Fisika & Kimia Bahan Aktif
1. Paracetamol (FI.III. 1979; 37)
Nama resmi : ACETAMINOPHENUM
Sinonim : Paracetamol
RM/BM : C₈H₉NO₂/151,16
Rumus struktur :

Kegunaan : Zat aktif


Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam
13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9
bagian propilengliko P; larut dalam larutan alkali hidroksida
Metode sterilisasi : -
Stabilitas : Peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi obat
(Martindale, 2009)
Inkompatibilitas : Tidak bercampur dengan asiklovir Na, Diazepam, Clorpromazibe
HCl (Mims, 2020)

2. Efedrin HCL (FI. III. 1979; 236)


Nama resmi : EPHEDRINI HYDROCLORIDUM
Sinonim : Efedrina Hidroklorida
RM/BM : C₁₀H₁₅NO.HCL/201,70
Rumus struktur :

Kegunaan : Zat aktif


Pemerian : Hablur putih atau serbuk halus; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 4 bagian air, dalam lebih kurang 14
bagian etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam eter P.
Metode sterilisasi : -
Stabilitas : Sensitif terhadap udara dan cahaya, dimana teroksidasi menjadi
warna pink (Martindale, 2009)
Inkompatibilitas :-

3. Chlorpeniramin Maleat (FI. III. 1979; 153)


Nama resmi : CHLORPHENIRAMINI MALEAS
Sinonim : Klorfeniramina maleat
RM/BM : C₁₆H₁₉CIN₂.C₄H₄O₄/390,87
Rumus struktur :

Kegunaan : Zat aktif


Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 4 bagian air, dalam lebih kurang 14
bagian etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam eter P.
Metode sterilisasi : -
Stabilitas : Tidak boleh terpapar cahaya secara langsung (Martindale, 2009)
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan kandamisin dan asam asetat (Mims, 2020)

4. Ammonium Chloride (FI. III. 1979; 87)


Nama resmi : AMMONII CHLORIDUM
Sinonim : Amonium Klorida
RM/BM : NH₄Cl/53,49
Rumus struktur :

Kegunaan : Zat aktif


Pemerian : Serbuk putih atau hablur; putih, tidak berbau; rasa asin dan
dingin; higroskopik
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserol P; lebih mudah larut
dalam air mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%) P
Metode sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi
Stabilitas : Ammonium klorida secara kimia stabil. Terurai seluruh pada
3380c untuk membentuk amonia dan asam klorida. Simpan
dalam wadah kedap udara, tempat kering (HPE edisi ke 6)
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan asam kuat dan kuat pangkalan.
Bereaksi keras dengan amonium nitrat dan kalium klorat,
menyebabkan kebakaran dan ledakan bahaya. Itu juga
menyerang tambaga senyawanya (HPE Edisi ke 6)

V.3 Sifat Fisika & Kimia Bahan Tambahan


1. aquadest (FI.III. 1979; 96)
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Sinonim : Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Rumus struktur :

Kegunaan : Sebagai pelarut


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna tidak berbau, tidak mempunyai
rasa
Kelarutan :-
Metode Sterilisasi : -
Konsentrasi :-
Stabilitas :-
Inkompabilitas :-

2. Sirip Simplex (FI. III. 1979; 567)


Nama resmi : SIRUPUS SIMPLEKS
Sinonim : Sirup gula
RM/BM : - / 1,587 gram/mol
Rumus struktur :-
Kegunaan : Sebagai pemanis
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, sukar larut
dalam eter
Metode sterilisasi : -
Konsentrasi :-
Stabilitas : ditempat sejuk
Inkompabilitas :-

3. Oleum Menthae Piperate (FI. III. 1979; 458)


Nama resmi : OLEUM MENTHAE
Sinonim : Minyak permen
RM/BM : -/-
Rumus struktur :-
Kegunaan : Zat pengaroma
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehjauan,, bau
aromatik, rasa pedas dan hangat,, kemudian dingin
Kelarutan :-
Metode sterilisasi : -
Konsentrasi :-
Stabilitas :-
Inkompabilitas :-

4. Glycyrrhizae Succus (FI edisi III : 276)


Nama Resmi : GLYCYRRHIZAE SUCCUS
Sinonim : Ekstrak akarmanis
RM / BM :-
Rumus Struktur :-
Kegunaan : Zat tambahan
Pemerian : Batang berbentuk silinder atau bongkah besar, licin, agak
mengkilap, hitam coklat tua, atau serbuk berwarna coklat: bau
lemah khas, rasa manis, khas.
Kelaruta : Larut dalam etanol tidak kurang dari 75%.
Metode Sterilisasi :-
Konsentrasi :-
Stabilitas :-
Inkompabilitas :-
VI. RANCANGAN PENGEMASAN & SPESIFIKASI SEDIAAN

VI.1. Alasan pemilihan Wadah (kemasan primer)


Karena paracetamol harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, dan tidak tembus
cahaya (FI. III. 1979; 36). Serta pada Chlorpeniramine Maleat harus dismpan dalam
wadah tertutup, tidak tembus cahaya (FI. V. 2014;699).

VI.2. Rancangan Label, Leaflet dan Kemasan Sekunder


1. Label
2. Leaflet
3. Kemasan sekunder
V. Perhitungan
VI. Skema kerja

Alat dan Bahan


- Disiapkan
- Digerus

Paracatamol Efedrin HCl Chlorpeniramine


Maleat

- Ditetesi

Oleum Menthae
- Ditambahkan

Sirup Simplex
- Dimasukkan

Botol Coklat 60 ml
- Dicukupkan

aquadest

Dikemas
VII. Parameter kritis
-
VIII. Peralatan
1. Lumpang dan alu
2. Neraca
3. Botol coklat
4. Sendok tanduk
5. Cawan porselin
6. Sendok obat
7. Gelas ukur
8. Hot plate
9. Botol semprot
10. Gelas kimia

Anda mungkin juga menyukai