Anda di halaman 1dari 19

KAJIAN SAMBUNGAN KUNCI GESER JAMAK TANPA PEREKAT

AKIBAT BEBAN VERTIKAL


 
Mohammad Bagus Prasetyo* dan Heru Purnomo1

1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok
16424, Indonesia

*E-mail: mohammad.bagus99@gmail.com

Abstrak

Sambungan kunci geser (shear key) merupakan sambungan berbentuk gerigi yang terdapat di setiap pertemuan
antar segmen pada jembatan beton segmental. Kunci geser berfungsi untuk mengunci sambungan antar segmen
pada gelagar serta untuk kemudahan proses konstruksi. Tujuan dari kajian ini adalah mendapatkan gambaran
besar beban yang terkait dengan potensi retak yang dihasilkan dari beberapa variasi kunci geser jamak tanpa
perekat. Pada kajian ini jumlah gerigi yang digunakan sebanyak 2 buah serta variasi yang digunakan meliputi
tinggi gerigi, lebar gerigi, dan jarak antar gerigi. Pemodelan numerik dilakukan untuk mendapatkan beban
potensi retak yang dihasilkan dari berbagai variasi kunci geser. Pada tahap awal kajian, dilakukan validasi model
dengan memodelkan kunci geser berdasarkan rujukan eksperimen terdahulu. Hasil simulasi menunjukkan bahwa
variasi kunci geser sudut 45 dan jarak antar gerigi sebesar tinggi gerigi belakang menghasilkan beban potensi
retak terbesar.

Study of Dry Multiple Shear Key Subjected to Vertical Load

Abstract

Shear key connection is a joint resembling a key which is found in every meeting between segments at the
segmental bridge of concrete. The function of shear key is to lock the connection between segments of a girder
as well as to facilitate the process of construction.The purpose of this study is to obtain the potential cracking
load from several variations of dry multiple shear key. The amount of keys used are two, and the variations used
are the height of keys, the width of keys, and the distance between keys. To fulfill the purpose of this study, the
modeling method used is numerical simulation. In the early phase of study, model validation is performed based
on past experimental study. The result of modeling shows that shear key with 45 degree angle and distance
between keys equal with back height of keys yields the highest load related to potential crack.

Keywords: Height of Key; Width of Key; Load Related to Potential Crack; Shear Key; Distance Between Keys

Pendahuluan

Dalam metode konstruksi jembatan terutama jembatan beton pracetak, umumnya satu bentang
gelagar jembatan dibagi menjadi beberapa bagian atau segmen. Adanya pembagian tersebut
bertujuan untuk mempermudah proses konstruksi. Satu buah gelagar jembatan dapat dibagi

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


menjadi 5, 7, atau lebih. Pada setiap segmen tersebut, umumnya produsen gelagar pracetak
merancang sebuah bentuk seperti gerigi yang berfungsi untuk menyatukan dan mengunci
segmen-segmen tersebut hingga menjadi sebuah gelagar utuh. Komponen tersebut dinamakan
kunci geser (shear key). Kunci geser (shear key) berfungsi untuk mengunci sambungan pada
segmen-segmen tersebut dan mempermudah proses konstruksi dilapangan. Selain itu, kunci
geser juga berfungsi untuk mentransfer gaya-gaya geser diantara segmen-segmen yang
disatukan. (Hewson, 2003)

Kunci geser dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kunci geser gerigi tunggal (single key)
dan kunci geser gerigi banyak (multiple key). Pada umumnya kunci geser dilapisi oleh cairan
epoxy sebagai bahan untuk merekatkan kedua segmen. Meskipun demikian, penyatuan antar
segmen dengan kunci geser dapat pula dilakukan tanpa bahan perekat seperti epoxy.

Dalam perencanaan sebuah jembatan, kehadiran kunci geser tanpa perekat seringkali tidak
dipertimbangkan ke dalam perancangan struktur. Hal ini dikarenakan pada perancangan
struktur jembatan, biasanya kunci geser dilapisi terlebih dahulu dengan cairan epoxy sebelum
dilakukan proses penyatuan segmen. Meskipun begitu, sambungan kunci geser tanpa perekat
dapat dijadikan alternatif lain dalam merancang sebuah kunci geser. Berdasarkan penelitian
terdahulu, dimensi dan konfigurasi bentuk kunci geser sangat berpengaruh terhadap kekuatan
geser yang dihasilkan.

Hal-hal terkait pengaruh dimensi dan konfigurasi bentuk kunci geser merupakan salah satu
aspek perancangan struktur jembatan yang belum diperhatikan secara khusus dan terperinci.
Pengabaian terhadap peristiwa dan besar gaya geser yang terjadi di titik pertemuan segmen
dapat membahayakan struktur dan berakibat fatal pada sebuah jembatan karena moda
keruntuhan sulit untuk diprediksi.

Oleh sebab itu, dilakukan sebuah penelitian pada kunci geser dengan beberapa variasi yang
telah ditentukan untuk mengetahui gambaran beban yang terkait dengan potensi retak, yang
selanjutnya disebut sebagai beban potensi retak. Penelitian dilakukan secara numerik
menggunakan program ANSYS Workbench 13.0. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh perubahan lebar dan tinggi gerigi serta jarak antar gerigi terhadap
kapasitas kunci geser gerigi jamak.

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


Kajian Pustaka

Sambungan kunci geser (shear key) merupakan sambungan berbentuk gerigi yang terdapat di
setiap pertemuan antar segmen pada jembatan beton segmental. Kunci geser berfungsi untuk
mengunci sambungan antar segmen pada gelagar serta untuk mempermudah proses
konstruksinya. Berdasarkan bentuknya, kunci geser (shear key) dapat dibedakan menjadi:
male-female shear key, female-female shear key, dapped shear key, flat shear key, dan
mechanical shear key (Sullivan, 2003)

Gambar 1 Bentuk Shear Key : (a) Male-Female Shear Key; (b) Female-Female Shear Key; (c) Dapped Shear Key (d)
Flat Shear Key, (e) Mechanical Shear
Sumber : (Sullivan, 2003)

Penelitian mengenai kunci geser belum banyak dilakukan sehingga dalam perancangan kunci
geser pada umumnya merujuk kepada standar peraturan yang berlaku di wilayah teritorialnya
atau berdasarkan rumus empiris yang diperoleh dari penelitian. Dalam jurnal Shear Strength
of Dry Keyed Joints and Comparison with Different Formulations (Alcalde, Cifuentes, &
Medina, 2010), American Assosiation of State Highway and Transportation (AASHTO)
sebagai standar peraturan yang telah diakui oleh seluruh dunia menentukan kapasitas geser
dari sebuah kunci geser melalui persamaan berikut:
!! =   !! !!" 0,2048!! + 0,9961 + 0,6  !!" !! (1)
Dimana:
!! : Kapasitas geser nominal pada kunci geser tanpa perekat (N)
!! : Luas permukaan seluruh gerigi (mm2)
!!" : Luas permukaan seluruh bagian yang tidak termasuk gerigi (mm2)
!!" : Kuat tekan karakteristik beton (MPa)
!! : Tegangan tekan rata-rata pada kunci geser (MPa)

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


Pada tahun 1996, Asociación Técnica Española del Pretensado (ATEP) mengeluarkan
persamaan lain untuk menghitung kapasitas geser pada kunci geser. Persamaan perhitungan
kapasitas geser yang dikembangkan oleh ATEP adalah sebagai berikut:
!! = !! (1,14!! + 0,0564 !!"  ) (2)
Dimana:
!! : Kapasitas geser maksimum pada kunci geser tanpa perekat (N)
!! : Luas permukaan seluruh gerigi kunci geser (mm2)
!!" : Kuat tekan beton rencana (MPa)
!! : Tegangan tekan rata-rata pada kunci geser (MPa)

Pada tahun 2006, J. Turmo, G. Ramos, dan A.C. Aparicio mengeluarkan persamaan lain
dalam menghitung kekuatan geser yang terjadi di kunci geser (shear key). Persamaan yang
dikeluarkan oleh Turmo, dkk merupakan pengembangan dari persamaan perhitungan yang
dikeluarkan oleh AASHTO (1999). Persamaan yang dikembangkan oleh Turmo, dkk adalah
sebagai berikut:
!
!!" !
!! =   !! 7!! + 33 + 0,6  !!" !! Jika !!" ≤ 50 MPa (3)
!""

Pada tahun 2002, G. Rombach melakukan penelitian untuk menganalisa kekuatan geser dari
multiple shear key pada kondisi dry joint menggunakan pemodelan elemen hingga (finite
element model) dan mengeluarkan formula lain dalam perhitungan kekuatan geser kunci geser
(shear key) yaitu:
!
!!,! =   (!. !! . !!"#$% + !. !!" . !!"# ) (4)
!!

Dimana:
!  = 0,65 : Koefisien friksi
!!  = 2,0 : Koefisien keamanan
!!"#$% : Luas daerah tekan
f = 0,14 : Faktor lekukan pada kunci geser
!!"# : Luas minimum permukaan semua kunci pada daerah yang gagal (mm2)

Dalam melakukan pemodelan secara numerik berbasis Metode Elemen Hingga (MEH),
digunakan elemen solid dan kontak untuk memodelkan sambungan kunci geser. Elemen solid

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


yang digunakan adalah elemen SOLID186. Elemen ini terdiri dari 20 nodal dengan tiga
derajat kebebasan translasi (X, Y, Z) ditiap nodalnya (ANSYS, Inc., 2010). Menurut buku
Metode Elemen Hingga untuk Analisa Tegangan karangan Irwan Katili (2008), elemen
SOLID186 tergolong sebagai elemen solid pejal hexahedron quadratic.

Gambar 2 Elemen SOLID186.


Sumber: (ANSYS, Inc., 2010)

Elemen CONTA174 merupakan elemen yang digunakan untuk memodelkan kontak mekanik
yang terjadi pada sambungan kunci geser. Elemen CONTA174 merupakan elemen kontak
yang digunakan untuk geometri struktur 3D 8 nodal pada permukaan kontaknya. Elemen
CONTA174 berfungsi untuk menggabungkan permukaan kontak ke permukaan target.
Permukaan kontak adalah daerah asal yang akan digabungkan dengan daerah target atau
daerah tujuan. (ANSYS, Inc., 2010)

Gambar 3 Elemen CONTA174


Sumber: (ANSYS, Inc., 2010)

Elemen TARGE170 merupakan elemen permukaan target 3D untuk elemen CONTA174.


Elemen TARGE170 berfungsi sebagai penentu daerah tujuan dari penggabungan elemen.
Salah satu kelebihan elemen TARGE170 yaitu dapat memodelkan bentuk permukaan target
yang cukup kompleks. (ANSYS, Inc., 2010)

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


Gambar 4 Elemen TARGE170
Sumber: (ANSYS, Inc., 2010)

Metode Penelitian

1. Validasi

Tahapan awal yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian kajian perilaku sambungan kunci
geser jamak tanpa perekat akibat beban vertikal adalah melakukan validasi pemodelan.
Validasi pemodelan adalah suatu tahapan berupa pemodelan sambungan kunci geser
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya secara eksperimental. Pemodelan
sambungan kunci geser dilakukan menggunakan program ANSYS Workbench 13.0. ANSYS
merupakan salah satu program komputer berbasis Metode Elemen Hingga (MEH). Penelitian
yang dijadikan sebagai referensi atau rujukan pada validasi pemodelan adalah penelitian yang
dilakukan oleh Xiangming Zhou, Neil Mickleborough, dan Zongjin Li pada tahun 2003 yang
berjudul Shear Strength of Joints in Precast Concrete Segmental Bridges. Validasi pemodelan
dikatakan berhasil ketika tegangan geser dan perpindahan vertikal yang dihasilkan pada
pemodelan sambungan kunci geser dengan menggunakan ANSYS mendekati hasil yang
diperoleh dari penelitian atau percobaan rujukan. Hasil yang diperoleh dari pemodelan dengan
menggunakan ANSYS harus mendekati hasil yang diperoleh dari percobaan rujukan karena
parameter pemodelan tersebut nantinya akan digunakan untuk memodelkan berbagai bentuk
kunci geser lainnya berdasarkan parameter-parameter variasi yang telah ditentukan.

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


Dimensi spesimen kunci geser yang digunakan pada validasi pemodelan mengikuti dimensi
kunci geser yang digunakan pada percobaan rujukan yaitu 500 mm x 620 mm dengan
ketebalan 250 mm. Gerigi kunci geser (shear key) yang digunakan memiliki tinggi 50 mm
dengan lebar 50 mm.

           

Gambar 5 Dimensi Kunci Geser Pada Validasi Pemodelan


Sumber: Olahan Sendiri

Karakteristik material yang digunakan pada validasi pemodelan diperoleh berdasarkan data-
data yang terdapat pada laporan penelitian Zhou, dkk (2003). Meskipun demikian, tidak
seluruh data terkait karakteristik material yang dibutuhkan untuk memodelkan secara numerik
terdapat pada laporan penelitian Zhou, dkk (2003). Pada laporan penelitian yang ditulis oleh
Zhou, dkk (2003) hanya diketahui nilai kuat tekan beton (!! ′) yang digunakan sebesar 56,2
MPa dan besar gaya prategang yang digunakan sebesar 2 MPa. Oleh karena itu, penulis
menentukan sendiri besaran-besaran lainnya seperti kuat tarik beton (!! ′), modulus elastisitas
(!! ), dan angka poisson (! ). Penentuan nilai-nilai tersebut mengacu ke standar yang
dikeluarkan oleh American Concrete of Institute (ACI) dan American Society of Civil
Engineering (ASCE)

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


Adapun nilai untuk beberapa properti material lainnya tersebut adalah sebagai berikut:
a). Kuat tarik beton (!! ′) : 0,33   !! ′ (MPa)

b). Modulus elastisitas beton (!! ) : 4700 !! ′ (MPa)


c). Angka Poisson (!) : 0,2
Secara keseluruhan, properti dari material beton yang digunakan pada validasi pemodelan
adalah sebagai berikut:
a). Jenis Material : Beton tidak bertulang
b). Berat jenis : 2300 kg/m3
c). Kuat tekan (!! ′) : 56,2 MPa
d). Kuat tarik (!! ′) : 2,474 MPa
e). Modulus elastisitas : 35234,33 MPa
f). Angka Poisson (!) : 0,2
g). Koefisien gesek : 0,72

Elemen yang digunakan untuk memodelkan spesimen kunci geser adalah elemen SOLID186
untuk memodelkan material beton serta elemen CONTA174 serta TARGE170 untuk
memodelkan perilaku kontak yang terjadi pada spesimen sambungan kunci geser tanpa
perekat. Sifat kontak yang terjadi pada sambungan kunci geser tanpa perekat adalah frictional
karena kontak yang terjadi hanya antara material beton dengan material beton lainnya yang
mayoritas mengandalkan peristiwa gesek. Nilai koefisien gesek yang digunakan sebesar 0.72.
Nilai tersebut diperoleh berdasarkan saran yang diberikan oleh Zhou, dkk (2003) pada laporan
penelitiannya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keluaran yang diinginkan pada pemodelan ini
adalah tegangan geser dan perpindahan vertikal yang terjadi pada sambungan kunci geser.
Tegangan geser tersebut adalah tegangan geser rata-rata yang terletak dibelakang kunci geser
yang masih menerima pengaruh gaya prategang dalam arah horizontal mulai dari awal
pembebanan hingga akhir pembebanan (340 kN). Sedangkan lokasi penentuan perpindahan
vertikal yang terjadi terletak di seperempat panjang male shear key. Penentuan lokasi
perpindahan merupakan asumsi dan pendekatan yang dilakukan oleh peneliti dikarenakan
tidak adanya informasi terkait lokasi perpindahan vertikal pada laporan penelitian yang
diberikan oleh Zhou, dkk (2003). Tegangan geser dan perpindahan vertikal yang dihasilkan
dari pemodelan dengan menggunakan ANSYS kemudian diplot dalam sebuah grafik dan

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


dibandingkan dengan grafik hasil dari percobaan eksperimen rujukan. Pemodelan dikatakan
valid ketika grafik yang dihasilkan dari pemodelan dengan menggunakan ANSYS sudah
mendekati grafik dari penelitian rujukan.

2. Variasi Parameter Kunci Geser

Penentuan variasi parameter kunci geser bertujuan untuk memperoleh berbagai informasi
tambahan terkait hubungan antara konfigurasi atau bentuk kunci geser (shear key) yang
digunakan terhadap perilaku struktur yang dihasilkan. Pada penelitian ini, variasi bentuk
kunci geser yang dilakukan difokuskan kepada 3 jenis variasi, yaitu:
a). Variasi tinggi gerigi depan (y)
b). Variasi lebar gerigi (x)
c). Variasi jarak antar gerigi (H-h)

Gambar 6 Parameter yang Divariasikan


Sumber: Olahan Sendiri

Keterangan:
Y = Tinggi gerigi depan
x = Lebar gerigi
α = Sudut dalam kunci geser
h = Tinggi gerigi belakang
H = Tinggi gerigi belakang dan jarak gerigi
H-h = Jarak antar gerigi

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


Secara keseluruhan, konfigurasi bentuk dan ukuran dari kunci geser yang digunakan
berdasarkan variasi parameter yang digunakan seperti yang dipaparkan pada tabel 1.
Tabel 1 Variasi Pemodelan

Tinggi Sudut
Lebar Jarak Antar
No Gerigi Kunci
Gerigi (x) Gerigi (H-h)
Depan (y) Geser (α)

1 14.43 50 mm 30° 25 mm
2 25 50 mm 45° 25 mm
3 43.43 50 mm 60° 25 mm
4 14.43 50 mm 30° 50 mm
5 25 50 mm 45° 50 mm
6 43.43 50 mm 60° 50 mm
7 14.43 50 mm 30° 75 mm
8 25 50 mm 45° 75 mm
9 43.43 50 mm 60° 75 mm
10 25 50 mm 45° 25 mm
11 25 71,13 mm 60° 25 mm
12 25 100 mm 90° 25 mm
13 25 50 mm 45° 50 mm
14 25 71,13 mm 60° 50 mm
15 25 100 mm 90° 50 mm
16 25 50 mm 45° 75 mm
17 25 71,13 mm 60° 75 mm
18 25 100 mm 90° 75 mm
Sumber: Olahan Sendiri

3. Analisa Perilaku Kunci Geser

Berdasarkan keluaran yang diperoleh dari ANSYS, dibuat suatu histogram yang memaparkan
besar dari beban potensi retak untuk setiap konfigurasi atau variasi kunci geser yang
digunakan. Beban potensi retak terjadi ketika tegangan tarik utama yang dihasilkan dari
pemodelan lebih besar dari batas tegangan tarik yang diizinkan. Batas tegangan tarik izin
yang digunakan mengacu ke RSNI T-12-2004 tentang perencanaan struktur beton untuk
jembatan sebesar 0,5 !"′ atau 3,7483 MPa. Ketika tegangan tarik utama yang dihasilkan
telah melebihi 3,7483 MPa, maka terdapat kemungkinan akan terjadi keretakan di lokasi
tersebut.

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


Hasil Penelitian

1. Hasil Validasi
Sambungan kunci geser dimodelkan secara numerik menggunakan program ANSYS
Workbench 13.0 secara 3 dimensi (3-D). Elemen yang digunakan untuk memodelkan
sambungan kunci geser adalah elemen SOLID186, CONTA174, dan TARGE170 seperti yang
telah dijelaskan di bagian kajian pustaka. Dari hasil pemodelan diperoleh kesalahan relatif
pada beban maksimum (340 kN) untuk tegangan geser sebesar 4,85% dan untuk perpindahan
vertikal sebesar 3,31%. Secara keseluruhan perbedaan hasil yang diperoleh antara pemodelan
secara numerik dan percobaan eksperimental seperti pada grafik dibawah ini:

8  
Tegangan Geser (MPa)

6  

4  

2  

0  
0   0.1   0.2   0.3   0.4   0.5   0.6   0.7   0.8  

Perpindahan Vertikal (mm)


Pemodelan Numerik Percobaan Eksperimental

Gambar 7. Grafik Tegangan Geser dan Perpindahan Vertikal Berdasarkan Pemodelan Numerik dan Percobaan
Eksperimental
Sumber: Olahan Sendiri

2. Data Hasil Pemodelan Variasi

Keseluruhan data hasil pemodelan variasi ditampilkan dalam tiga buah tabel yang masing-
masing mewakili parameter variasi yang digunakan. Pada tabel tersebut juga dipaparkan
lokasi potensi retak yang terjadi untuk setiap variasi kunci geser yang digunakan. Adapun
lokasi-lokasi potensi retak yang terjadi pada variasi kunci geser yang digunakan seperti pada
gambar 8.

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


Gambar 8. Variasi Lokasi Potensi Retak pada Variasi Kunci Geser
Sumber: Olahan Sendiri

Tabel 2 Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis pada Variasi Lebar Gerigi

Jarak Antar Lokasi


Beban Potensi
Kunci Geser x y h x/y y/h Potensi
Keretakan (N)
(mm) Keretakan
14.43 50 100 0.29 0.5 202500 D
25 25 50 100 0.5 0.5 255000 C
43.3 50 100 0.87 0.5 205000 B
14.43 50 100 0.29 0.5 215000 D
50 25 50 100 0.5 0.5 267500 D
43.3 50 100 0.87 0.5 235000 D
14.43 50 100 0.29 0.5 230000 D
75 25 50 100 0.5 0.5 270000 D
43.3 50 100 0.866 0.5 257500 D
Sumber: Olahan Sendiri

Tabel 3 Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis pada Variasi Tinggi Gerigi

Jarak Antar Lokasi


Beban Potensi
Kunci Geser x y h x/y y/h Potensi
Keretakan (N)
(mm) Keretakan
25 50 100 0.5 0.5 255000 C
25 25 71.13 100 0.35 0.71 175000 D
25 100 100 0.25 1 160000 A
25 50 100 0.5 0.5 267500 D
50 25 71.13 100 0.35 0.71 205000 D
25 100 100 0.25 1 197500 B
25 50 100 0.5 0.5 270000 D
75 25 71.13 100 0.35 0.71 217500 D
25 100 100 0.25 1 210000 A
Sumber: Olahan Sendiri

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


Tabel 4 Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis pada Variasi Jarak Antar Gerigi

Beban
Lokasi
Potensi
No x y h-H h x/y (h-H)/h Potensi
Keretakan
Keretakan
(N)
1 25 50 25 100 0.5 0.25 255000 C
2 25 50 50 100 0.5 0.5 267500 D
3 25 50 75 100 0.5 0.75 270000 D
4 25 50 100 100 0.5 1 302500 A
5 25 50 125 100 0.5 1.25 292500 A
6 25 50 150 100 0.5 1.5 240000 A
7 25 50 175 100 0.5 1.75 235000 A
Sumber: Olahan Sendiri

Pembahasan

1. Analisis Pengaruh Tinggi Gerigi pada Kunci Geser

Beban Potensi Retak untuk Variasi Tinggi Gerigi


300000
Beban Potensi

250000
Retak (N)

200000 Jarak Antar Gerigi 25 mm


150000
Jarak Antar Gerigi 50 mm
100000
50000 Jarak Antar Gerigi 75 mm
0
0 25 50 75 100 125

Tinggi Gerigi (mm)

Gambar 9. Grafik Beban Potensi Retak untuk Variasi Tinggi Gerigi


Sumber: Olahan Sendiri

Berdasarkan grafik diatas diperoleh kesimpulan bahwa sudut 45° menghasilkan beban potensi
retak terbesar dan sudut 90° menghasilkan beban potensi retak terkecil. Kesimpulan ini
berlaku untuk seluruh jarak antar gerigi yang digunakan. Sudut 45° menghasilkan beban
potensi retak terbesar dikarenakan tegangan terdistribusi secara merata keseluruh bagian
kunci geser sedangkan sudut 90° menghasilkan beban potensi retak terkecil dikarenakan
terjadinya konsentrasi tegangan pada kunci geser yang disebabkan karena tegangan tidak
dapat terdistribusi secara merata. Distribusi tegangan diketahui dari kontur tegangan utama
tarik yang dihasilkan. Pada variasi tinggi gerigi juga diperoleh kesimpulan lain yaitu semakin
jauh jarak antar gerigi yang digunakan, beban potensi retak yang dihasilkan semakin besar.

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


Daerah potensi retak pada sudut 45° mayoritas terletak pada ujung pangkal bawah gerigi (titik
D) kecuali pada jarak antar gerigi 25 mm, daerah potensi retak terletak di ujung tengah gerigi
(titik C). Pada sudut 60° daerah potensi retak terjadi di ujung pangkal bawah gerigi (titik D)
dan pada sudut 90° daerah potensi retak terletak di ujung atas gerigi (titik A) kecuali pada
jarak antar gerigi yang terletak di sudut bawah titik A (titik B).

2. Analisis Pengaruh Lebar Gerigi pada Kunci Geser

Beban Potensi Retak untuk Variasi Lebar Gerigi


300000
Beban Potensi Retak (N)

250000
200000
150000 Jarak Antar Gerigi 25 mm
100000 Jarak Antar Gerigi 50 mm
50000 Jarak Antar Gerigi 75 mm
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Lebar Gerigi (mm)

Gambar 10. Grafik Beban Potensi Retak untuk Variasi Lebar Gerigi
Sumber: Olahan Sendiri

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sudut 45° menghasilkan beban potensi retak
terbesar. Hal ini dikarenakan kekuatan cengkraman dan distribusi tegangan yang terjadi
disekitar kunci geser lebih merata dibandingkan sudut lainnya. Hasil ini seperti hasil yang
diperoleh oleh Choong Pak Lim pada tahun 2011. Sudut 30° menghasilkan beban potensi
retak terkecil dikarenakan pada sudut 30° kekuatan cengkraman yang dihasilkan tidak terlalu
besar sehingga mengakibatkan tingkat kesatuan antar segmen tidak terlalu baik. Selain itu,
pada sudut 30° terjadi perbedaan nilai tegangan yang cukup besar di beberapa lokasi terhadap
lokasi disekitarnya. Hal ini diketahui dari kontur tegangan tarik utama yang dihasilkan. Sama
halnya seperti variasi tinggi gerigi, pada variasi lebar gerigi juga disimpulkan bahwa semakin
besar jarak antar gerigi yang digunakan, beban potensi retak yang dihasilkan semakin besar.

Daerah potensi retak yang dihasilkan pada variasi lebar gerigi mayoritas terletak di ujung
pangkal bawah kunci geser (titik D) kecuali untuk sudut 45° dengan jarak antar gerigi 25 mm
terletak di ujung tengah kunci geser (titik C) dan untuk sudut 60° dengan jarak antar gerigi 25
mm terletak di titik B.

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


3. Rekapitulasi Hasil dan Analisis Pengaruh Variasi pada Kunci Geser

Berdasarkan tabel rekapitulasi yang telah dipaparkan sebelumnya, dibuatlah suatu grafik yang
menggambarkan hubungan antara rasio lebar gerigi terhadap tinggi gerigi bagian depan (x/y)
dengan rasio tinggi gerigi bagian depan dengan tinggi gerigi bagian belakang (y/h) untuk
masing jarak antar gerigi yang digunakan serta suatu grafik yang menggambarkan hubungan
antara rasio lebar kunci geser terhadap tinggi kunci geser depan (x/y) dengan rasio jarak antar
kunci geser terhadap tinggi kunci geser bagian belakang [(H-h)/h] pada sudut kunci geser 45°.
Secara keseluruhan, grafik rekapitulasi data hasil dan analisi untuk seluruh variasi kunci geser
adalah sebagai berikut:

Jarak Antar Kunci 25 mm


Besar Prategang 2 MPa
1.2
[CELLRANGE]
1

0.8 [CELLRANGE]
y/h

0.6 [CELLRANGE] [CELLRANGE] [CELLRANGE]

Variasi Lebar Kunci (x)


0.4
Variasi Tinggi Kunci Depan
0.2 (y)
1-2-3
0 Keterangan:
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1 = Beban maksimum (kN)
o
2 = Sudut gerigi α ( )
x/y 3 = Lokasi potensi retak

Gambar 11. Grafik Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis pada Jarak Antar Kunci Geser 25 mm
Sumber: Olahan Sendiri

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


Jarak Antar Kunci 50 mm
Besar Prategang 2 MPa
1.2
[CELLRANGE]
1

0.8 [CELLRANGE]
y/h

0.6 [CELLRANGE][CELLRANGE] [CELLRANGE]

0.4 Variasi Lebar Kunci (x)

Variasi Tinggi Kunci Depan (y)


0.2
1-2-3
Keterangan:
0 1 = Beban maksimum (kN)
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 o
2 = Sudut gerigi α ( )
x/y 3 = Lokasi potensi retak

Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis pada Jarak Antar Kunci Geser 50 mm
Sumber: Olahan Sendiri

Jarak Antar Kunci 75 mm


Besar Prategang 2 MPa

1.2
[CELLRANGE]
1

0.8 [CELLRANGE]

[CELLRANGE],[CELLRANGE],
[Y [Y [CELLRANGE], [Y
y/h

0.6 VALUE] VALUE] VALUE]

Variasi Lebar Kunci (x)


0.4
Variasi Tinggi Kunci Depan (y)
0.2
1-2-3
Keterangan:
0
1 = Beban maksimum (kN)
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 o
2 = Sudut gerigi α ( )
x/y 3 = Lokasi potensi retak

Gambar 13. Grafik Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis pada Jarak Antar Kunci Geser 75 mm
Sumber: Olahan Sendiri  

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


 

Sudut Kunci Geser 45°


Besar Prategang 2 MPa
1
0.9
0.8
0.7
0.6
[CELLRANGE] [CELLRANGE] [CELLRANGE] [CELLRANGE]
x/y

0.5
[CELLRANGE] [CELLRANGE] [CELLRANGE]
0.4
0.3 1-2-3
0.2 Keterangan:
1 = Beban maksimum (kN)
0.1 o
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 22 = Sudut gerigi α ( )
3 = Lokasi potensi retak
(H-h)/h
   
Gambar 14. Grafik Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis untuk Variasi Jarak Antar Gerigi
Pada Sudut Kunci Geser 45°
Sumber: Olahan Sendiri  

Berdasarkan gambar 11 hingga gambar 13 dapat diketahui bahwa pada variasi lebar gerigi,
sudut terbaik adalah sudut 45°. Daerah potensi retak yang terjadi untuk sudut 45° pada variasi
lebar kunci geser terdapat pada bagian ujung paling bawah kunci geser, yaitu titik D pada
gambar lokasi potensi retak. Kapasitas kunci geser terburuk terjadi saat rasio x/y sebesar 0.29
dan y/h sebesar 0.5 atau saat digunakan sudut 30°. Kemudian pada variasi tinggi gerigi,
kemampuan kunci geser paling adalah pada sudut 45° dengan rasio x/y sebesar 0,5 dan rasio
y/h sebesar 0.5. Daerah potensi retak yang terjadi untuk sudut 45° pada variasi lebar kunci
geser terdapat pada bagian ujung paling bawah kunci geser, yaitu titik D pada gambar lokasi
potensi retak terkecuali pada saat jarak antar kunci geser sebesar 25 mm. Pada jarak antar
kunci geser 25 mm, daerah potensi retak terjadi di titik C. Terakhir, untuk variasi jarak antar
gerigi pada kunci geser dengan sudut 45° diperoleh hasil bahwa kemampuan kunci geser
paling baik tercapai saat rasio [(H-h)/h] sebesar 1 atau setinggi gerigi belakang dan rasio x/y
sebesar 0,5.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemodelan dan analisis kunci geser jamak tanpa perekat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


1. Daerah potensi retak diasumsikan terjadi pada daerah dengan tegangan utama tarik yang
lebih besar dari tegangan tarik izin material beton dengan prategang penuh. Apabila beban
vertikal yang diberikan pada kunci geser telah menghasilkan tegangan tarik utama yang
melampaui tegangan tarik izin, maka kunci geser tersebut berpotensi untuk retak.
2. Pada variasi lebar gerigi, dimana tinggi gerigi tidak berubah (tinggi gerigi 50 mm), sudut
45° merupakan sudut terbaik, lebih baik dari sudut 30o dan 60o. Daerah potensi retak pada
sudut 45° terdapat di sudut lancip ujung bawah kunci geser.
3. Pada variasi tinggi gerigi, dimana lebar gerigi tidak berubah (lebar gerigi 25 mm), sudut
45° merupakan sudut terbaik, lebih baik dari sudut 60o dan 90o. Daerah potensi retak pada
sudut 45° terdapat di sudut lancip ujung bawah kunci geser.
4. Pada variasi jarak antar gerigi, semakin besar jarak antar gerigi yang digunakan, beban
potensi awal retak yang dihasilkan akan semakin besar. Namun, hal ini hanya berlaku
hingga jarak antar gerigi sebesar tinggi gerigi belakang. Beban potensi retak yang
dihasilkan akan cenderung berkurang ketika jarak antar gerigi yang digunakan telah
melebihi tinggi gerigi belakang.

Saran

Saran yang akan diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah:


1. Memodelkan kunci geser secara 2D karena dapat menghemat waktu perhitungan dan hasil
yang diperoleh cukup mendekati nilai eksak.
2. Memperbanyak variasi pemodelan kunci geser untuk memperkaya wawasan dan
pengetahuan tentang sambungan kunci geser.
3. Memodelkan kunci geser jamak secara nonlinear hingga batas plastis untuk mengetahui
perilaku kunci geser saat dan setelah keretakan terjadi.
4. Memodelkan kunci geser dalam skala utuh dan disesuaikan dengan kondisi nyata yang
digunakan pada berbagai proyek konstruksi sipil.

Daftar Referensi

Alcalde, M., Cifuentes, H., & Medina, F. (2010). Shear Strength of Dry Keyed Joints and
Comparison With Different Formulations. VIII International Conference on Fracture
Mechanics of Concrete and Concrete Structures (p. 2). Sevilla, Spain: Universidad de Sevilla.

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014


ANSYS, Inc. (2010). ANSYS 13.0 Help. Pennyslavania: ANSYS, Inc. Licence number:
668487.

Hewson, N. (2003). Prestressed Concrete Bridges: Design and Construction (1st ed.).
London: Thomas Telford Publishing.

Katili, I. (2008). Metode Elemen Hingga untuk Analisa Tegangan. Depok: Universitas
Indonesia.

Pak Lim, C. (2011). Response of Shear Key Connection With Different Key Shapes. Malaysia:
Universiti Technologi Malaysia.

Rombach, G. (2002). Precast Segmental Box Girder Bridges with External Prestressing -
Design and Construction-. INSA Rennes, 7-13

Standar Nasional Indonesia. (2004). Perancangan Struktur Beton untuk Jembatan. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional.

Sullivan, S. (2003). Behavior of Transverse Joint in Precast Deck Penal System. Ohio
University.
 
 

Kajian perilaku …, Mohammad Bagus Prasetyo, FT UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai