1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok
16424, Indonesia
*E-mail: mohammad.bagus99@gmail.com
Abstrak
Sambungan kunci geser (shear key) merupakan sambungan berbentuk gerigi yang terdapat di setiap pertemuan
antar segmen pada jembatan beton segmental. Kunci geser berfungsi untuk mengunci sambungan antar segmen
pada gelagar serta untuk kemudahan proses konstruksi. Tujuan dari kajian ini adalah mendapatkan gambaran
besar beban yang terkait dengan potensi retak yang dihasilkan dari beberapa variasi kunci geser jamak tanpa
perekat. Pada kajian ini jumlah gerigi yang digunakan sebanyak 2 buah serta variasi yang digunakan meliputi
tinggi gerigi, lebar gerigi, dan jarak antar gerigi. Pemodelan numerik dilakukan untuk mendapatkan beban
potensi retak yang dihasilkan dari berbagai variasi kunci geser. Pada tahap awal kajian, dilakukan validasi model
dengan memodelkan kunci geser berdasarkan rujukan eksperimen terdahulu. Hasil simulasi menunjukkan bahwa
variasi kunci geser sudut 45 dan jarak antar gerigi sebesar tinggi gerigi belakang menghasilkan beban potensi
retak terbesar.
Abstract
Shear key connection is a joint resembling a key which is found in every meeting between segments at the
segmental bridge of concrete. The function of shear key is to lock the connection between segments of a girder
as well as to facilitate the process of construction.The purpose of this study is to obtain the potential cracking
load from several variations of dry multiple shear key. The amount of keys used are two, and the variations used
are the height of keys, the width of keys, and the distance between keys. To fulfill the purpose of this study, the
modeling method used is numerical simulation. In the early phase of study, model validation is performed based
on past experimental study. The result of modeling shows that shear key with 45 degree angle and distance
between keys equal with back height of keys yields the highest load related to potential crack.
Keywords: Height of Key; Width of Key; Load Related to Potential Crack; Shear Key; Distance Between Keys
Pendahuluan
Dalam metode konstruksi jembatan terutama jembatan beton pracetak, umumnya satu bentang
gelagar jembatan dibagi menjadi beberapa bagian atau segmen. Adanya pembagian tersebut
bertujuan untuk mempermudah proses konstruksi. Satu buah gelagar jembatan dapat dibagi
Kunci geser dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kunci geser gerigi tunggal (single key)
dan kunci geser gerigi banyak (multiple key). Pada umumnya kunci geser dilapisi oleh cairan
epoxy sebagai bahan untuk merekatkan kedua segmen. Meskipun demikian, penyatuan antar
segmen dengan kunci geser dapat pula dilakukan tanpa bahan perekat seperti epoxy.
Dalam perencanaan sebuah jembatan, kehadiran kunci geser tanpa perekat seringkali tidak
dipertimbangkan ke dalam perancangan struktur. Hal ini dikarenakan pada perancangan
struktur jembatan, biasanya kunci geser dilapisi terlebih dahulu dengan cairan epoxy sebelum
dilakukan proses penyatuan segmen. Meskipun begitu, sambungan kunci geser tanpa perekat
dapat dijadikan alternatif lain dalam merancang sebuah kunci geser. Berdasarkan penelitian
terdahulu, dimensi dan konfigurasi bentuk kunci geser sangat berpengaruh terhadap kekuatan
geser yang dihasilkan.
Hal-hal terkait pengaruh dimensi dan konfigurasi bentuk kunci geser merupakan salah satu
aspek perancangan struktur jembatan yang belum diperhatikan secara khusus dan terperinci.
Pengabaian terhadap peristiwa dan besar gaya geser yang terjadi di titik pertemuan segmen
dapat membahayakan struktur dan berakibat fatal pada sebuah jembatan karena moda
keruntuhan sulit untuk diprediksi.
Oleh sebab itu, dilakukan sebuah penelitian pada kunci geser dengan beberapa variasi yang
telah ditentukan untuk mengetahui gambaran beban yang terkait dengan potensi retak, yang
selanjutnya disebut sebagai beban potensi retak. Penelitian dilakukan secara numerik
menggunakan program ANSYS Workbench 13.0. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh perubahan lebar dan tinggi gerigi serta jarak antar gerigi terhadap
kapasitas kunci geser gerigi jamak.
Sambungan kunci geser (shear key) merupakan sambungan berbentuk gerigi yang terdapat di
setiap pertemuan antar segmen pada jembatan beton segmental. Kunci geser berfungsi untuk
mengunci sambungan antar segmen pada gelagar serta untuk mempermudah proses
konstruksinya. Berdasarkan bentuknya, kunci geser (shear key) dapat dibedakan menjadi:
male-female shear key, female-female shear key, dapped shear key, flat shear key, dan
mechanical shear key (Sullivan, 2003)
Gambar 1 Bentuk Shear Key : (a) Male-Female Shear Key; (b) Female-Female Shear Key; (c) Dapped Shear Key (d)
Flat Shear Key, (e) Mechanical Shear
Sumber : (Sullivan, 2003)
Penelitian mengenai kunci geser belum banyak dilakukan sehingga dalam perancangan kunci
geser pada umumnya merujuk kepada standar peraturan yang berlaku di wilayah teritorialnya
atau berdasarkan rumus empiris yang diperoleh dari penelitian. Dalam jurnal Shear Strength
of Dry Keyed Joints and Comparison with Different Formulations (Alcalde, Cifuentes, &
Medina, 2010), American Assosiation of State Highway and Transportation (AASHTO)
sebagai standar peraturan yang telah diakui oleh seluruh dunia menentukan kapasitas geser
dari sebuah kunci geser melalui persamaan berikut:
!! = !! !!" 0,2048!! + 0,9961 + 0,6 !!" !! (1)
Dimana:
!! : Kapasitas geser nominal pada kunci geser tanpa perekat (N)
!! : Luas permukaan seluruh gerigi (mm2)
!!" : Luas permukaan seluruh bagian yang tidak termasuk gerigi (mm2)
!!" : Kuat tekan karakteristik beton (MPa)
!! : Tegangan tekan rata-rata pada kunci geser (MPa)
Pada tahun 2006, J. Turmo, G. Ramos, dan A.C. Aparicio mengeluarkan persamaan lain
dalam menghitung kekuatan geser yang terjadi di kunci geser (shear key). Persamaan yang
dikeluarkan oleh Turmo, dkk merupakan pengembangan dari persamaan perhitungan yang
dikeluarkan oleh AASHTO (1999). Persamaan yang dikembangkan oleh Turmo, dkk adalah
sebagai berikut:
!
!!" !
!! = !! 7!! + 33 + 0,6 !!" !! Jika !!" ≤ 50 MPa (3)
!""
Pada tahun 2002, G. Rombach melakukan penelitian untuk menganalisa kekuatan geser dari
multiple shear key pada kondisi dry joint menggunakan pemodelan elemen hingga (finite
element model) dan mengeluarkan formula lain dalam perhitungan kekuatan geser kunci geser
(shear key) yaitu:
!
!!,! = (!. !! . !!"#$% + !. !!" . !!"# ) (4)
!!
Dimana:
! = 0,65 : Koefisien friksi
!! = 2,0 : Koefisien keamanan
!!"#$% : Luas daerah tekan
f = 0,14 : Faktor lekukan pada kunci geser
!!"# : Luas minimum permukaan semua kunci pada daerah yang gagal (mm2)
Dalam melakukan pemodelan secara numerik berbasis Metode Elemen Hingga (MEH),
digunakan elemen solid dan kontak untuk memodelkan sambungan kunci geser. Elemen solid
Elemen CONTA174 merupakan elemen yang digunakan untuk memodelkan kontak mekanik
yang terjadi pada sambungan kunci geser. Elemen CONTA174 merupakan elemen kontak
yang digunakan untuk geometri struktur 3D 8 nodal pada permukaan kontaknya. Elemen
CONTA174 berfungsi untuk menggabungkan permukaan kontak ke permukaan target.
Permukaan kontak adalah daerah asal yang akan digabungkan dengan daerah target atau
daerah tujuan. (ANSYS, Inc., 2010)
Metode Penelitian
1. Validasi
Tahapan awal yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian kajian perilaku sambungan kunci
geser jamak tanpa perekat akibat beban vertikal adalah melakukan validasi pemodelan.
Validasi pemodelan adalah suatu tahapan berupa pemodelan sambungan kunci geser
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya secara eksperimental. Pemodelan
sambungan kunci geser dilakukan menggunakan program ANSYS Workbench 13.0. ANSYS
merupakan salah satu program komputer berbasis Metode Elemen Hingga (MEH). Penelitian
yang dijadikan sebagai referensi atau rujukan pada validasi pemodelan adalah penelitian yang
dilakukan oleh Xiangming Zhou, Neil Mickleborough, dan Zongjin Li pada tahun 2003 yang
berjudul Shear Strength of Joints in Precast Concrete Segmental Bridges. Validasi pemodelan
dikatakan berhasil ketika tegangan geser dan perpindahan vertikal yang dihasilkan pada
pemodelan sambungan kunci geser dengan menggunakan ANSYS mendekati hasil yang
diperoleh dari penelitian atau percobaan rujukan. Hasil yang diperoleh dari pemodelan dengan
menggunakan ANSYS harus mendekati hasil yang diperoleh dari percobaan rujukan karena
parameter pemodelan tersebut nantinya akan digunakan untuk memodelkan berbagai bentuk
kunci geser lainnya berdasarkan parameter-parameter variasi yang telah ditentukan.
Karakteristik material yang digunakan pada validasi pemodelan diperoleh berdasarkan data-
data yang terdapat pada laporan penelitian Zhou, dkk (2003). Meskipun demikian, tidak
seluruh data terkait karakteristik material yang dibutuhkan untuk memodelkan secara numerik
terdapat pada laporan penelitian Zhou, dkk (2003). Pada laporan penelitian yang ditulis oleh
Zhou, dkk (2003) hanya diketahui nilai kuat tekan beton (!! ′) yang digunakan sebesar 56,2
MPa dan besar gaya prategang yang digunakan sebesar 2 MPa. Oleh karena itu, penulis
menentukan sendiri besaran-besaran lainnya seperti kuat tarik beton (!! ′), modulus elastisitas
(!! ), dan angka poisson (! ). Penentuan nilai-nilai tersebut mengacu ke standar yang
dikeluarkan oleh American Concrete of Institute (ACI) dan American Society of Civil
Engineering (ASCE)
Elemen yang digunakan untuk memodelkan spesimen kunci geser adalah elemen SOLID186
untuk memodelkan material beton serta elemen CONTA174 serta TARGE170 untuk
memodelkan perilaku kontak yang terjadi pada spesimen sambungan kunci geser tanpa
perekat. Sifat kontak yang terjadi pada sambungan kunci geser tanpa perekat adalah frictional
karena kontak yang terjadi hanya antara material beton dengan material beton lainnya yang
mayoritas mengandalkan peristiwa gesek. Nilai koefisien gesek yang digunakan sebesar 0.72.
Nilai tersebut diperoleh berdasarkan saran yang diberikan oleh Zhou, dkk (2003) pada laporan
penelitiannya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keluaran yang diinginkan pada pemodelan ini
adalah tegangan geser dan perpindahan vertikal yang terjadi pada sambungan kunci geser.
Tegangan geser tersebut adalah tegangan geser rata-rata yang terletak dibelakang kunci geser
yang masih menerima pengaruh gaya prategang dalam arah horizontal mulai dari awal
pembebanan hingga akhir pembebanan (340 kN). Sedangkan lokasi penentuan perpindahan
vertikal yang terjadi terletak di seperempat panjang male shear key. Penentuan lokasi
perpindahan merupakan asumsi dan pendekatan yang dilakukan oleh peneliti dikarenakan
tidak adanya informasi terkait lokasi perpindahan vertikal pada laporan penelitian yang
diberikan oleh Zhou, dkk (2003). Tegangan geser dan perpindahan vertikal yang dihasilkan
dari pemodelan dengan menggunakan ANSYS kemudian diplot dalam sebuah grafik dan
Penentuan variasi parameter kunci geser bertujuan untuk memperoleh berbagai informasi
tambahan terkait hubungan antara konfigurasi atau bentuk kunci geser (shear key) yang
digunakan terhadap perilaku struktur yang dihasilkan. Pada penelitian ini, variasi bentuk
kunci geser yang dilakukan difokuskan kepada 3 jenis variasi, yaitu:
a). Variasi tinggi gerigi depan (y)
b). Variasi lebar gerigi (x)
c). Variasi jarak antar gerigi (H-h)
Keterangan:
Y = Tinggi gerigi depan
x = Lebar gerigi
α = Sudut dalam kunci geser
h = Tinggi gerigi belakang
H = Tinggi gerigi belakang dan jarak gerigi
H-h = Jarak antar gerigi
Tinggi Sudut
Lebar Jarak Antar
No Gerigi Kunci
Gerigi (x) Gerigi (H-h)
Depan (y) Geser (α)
1 14.43 50 mm 30° 25 mm
2 25 50 mm 45° 25 mm
3 43.43 50 mm 60° 25 mm
4 14.43 50 mm 30° 50 mm
5 25 50 mm 45° 50 mm
6 43.43 50 mm 60° 50 mm
7 14.43 50 mm 30° 75 mm
8 25 50 mm 45° 75 mm
9 43.43 50 mm 60° 75 mm
10 25 50 mm 45° 25 mm
11 25 71,13 mm 60° 25 mm
12 25 100 mm 90° 25 mm
13 25 50 mm 45° 50 mm
14 25 71,13 mm 60° 50 mm
15 25 100 mm 90° 50 mm
16 25 50 mm 45° 75 mm
17 25 71,13 mm 60° 75 mm
18 25 100 mm 90° 75 mm
Sumber: Olahan Sendiri
Berdasarkan keluaran yang diperoleh dari ANSYS, dibuat suatu histogram yang memaparkan
besar dari beban potensi retak untuk setiap konfigurasi atau variasi kunci geser yang
digunakan. Beban potensi retak terjadi ketika tegangan tarik utama yang dihasilkan dari
pemodelan lebih besar dari batas tegangan tarik yang diizinkan. Batas tegangan tarik izin
yang digunakan mengacu ke RSNI T-12-2004 tentang perencanaan struktur beton untuk
jembatan sebesar 0,5 !"′ atau 3,7483 MPa. Ketika tegangan tarik utama yang dihasilkan
telah melebihi 3,7483 MPa, maka terdapat kemungkinan akan terjadi keretakan di lokasi
tersebut.
1. Hasil Validasi
Sambungan kunci geser dimodelkan secara numerik menggunakan program ANSYS
Workbench 13.0 secara 3 dimensi (3-D). Elemen yang digunakan untuk memodelkan
sambungan kunci geser adalah elemen SOLID186, CONTA174, dan TARGE170 seperti yang
telah dijelaskan di bagian kajian pustaka. Dari hasil pemodelan diperoleh kesalahan relatif
pada beban maksimum (340 kN) untuk tegangan geser sebesar 4,85% dan untuk perpindahan
vertikal sebesar 3,31%. Secara keseluruhan perbedaan hasil yang diperoleh antara pemodelan
secara numerik dan percobaan eksperimental seperti pada grafik dibawah ini:
8
Tegangan Geser (MPa)
6
4
2
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
Gambar 7. Grafik Tegangan Geser dan Perpindahan Vertikal Berdasarkan Pemodelan Numerik dan Percobaan
Eksperimental
Sumber: Olahan Sendiri
Keseluruhan data hasil pemodelan variasi ditampilkan dalam tiga buah tabel yang masing-
masing mewakili parameter variasi yang digunakan. Pada tabel tersebut juga dipaparkan
lokasi potensi retak yang terjadi untuk setiap variasi kunci geser yang digunakan. Adapun
lokasi-lokasi potensi retak yang terjadi pada variasi kunci geser yang digunakan seperti pada
gambar 8.
Tabel 2 Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis pada Variasi Lebar Gerigi
Tabel 3 Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis pada Variasi Tinggi Gerigi
Beban
Lokasi
Potensi
No x y h-H h x/y (h-H)/h Potensi
Keretakan
Keretakan
(N)
1 25 50 25 100 0.5 0.25 255000 C
2 25 50 50 100 0.5 0.5 267500 D
3 25 50 75 100 0.5 0.75 270000 D
4 25 50 100 100 0.5 1 302500 A
5 25 50 125 100 0.5 1.25 292500 A
6 25 50 150 100 0.5 1.5 240000 A
7 25 50 175 100 0.5 1.75 235000 A
Sumber: Olahan Sendiri
Pembahasan
250000
Retak (N)
Berdasarkan grafik diatas diperoleh kesimpulan bahwa sudut 45° menghasilkan beban potensi
retak terbesar dan sudut 90° menghasilkan beban potensi retak terkecil. Kesimpulan ini
berlaku untuk seluruh jarak antar gerigi yang digunakan. Sudut 45° menghasilkan beban
potensi retak terbesar dikarenakan tegangan terdistribusi secara merata keseluruh bagian
kunci geser sedangkan sudut 90° menghasilkan beban potensi retak terkecil dikarenakan
terjadinya konsentrasi tegangan pada kunci geser yang disebabkan karena tegangan tidak
dapat terdistribusi secara merata. Distribusi tegangan diketahui dari kontur tegangan utama
tarik yang dihasilkan. Pada variasi tinggi gerigi juga diperoleh kesimpulan lain yaitu semakin
jauh jarak antar gerigi yang digunakan, beban potensi retak yang dihasilkan semakin besar.
250000
200000
150000 Jarak Antar Gerigi 25 mm
100000 Jarak Antar Gerigi 50 mm
50000 Jarak Antar Gerigi 75 mm
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Lebar Gerigi (mm)
Gambar 10. Grafik Beban Potensi Retak untuk Variasi Lebar Gerigi
Sumber: Olahan Sendiri
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sudut 45° menghasilkan beban potensi retak
terbesar. Hal ini dikarenakan kekuatan cengkraman dan distribusi tegangan yang terjadi
disekitar kunci geser lebih merata dibandingkan sudut lainnya. Hasil ini seperti hasil yang
diperoleh oleh Choong Pak Lim pada tahun 2011. Sudut 30° menghasilkan beban potensi
retak terkecil dikarenakan pada sudut 30° kekuatan cengkraman yang dihasilkan tidak terlalu
besar sehingga mengakibatkan tingkat kesatuan antar segmen tidak terlalu baik. Selain itu,
pada sudut 30° terjadi perbedaan nilai tegangan yang cukup besar di beberapa lokasi terhadap
lokasi disekitarnya. Hal ini diketahui dari kontur tegangan tarik utama yang dihasilkan. Sama
halnya seperti variasi tinggi gerigi, pada variasi lebar gerigi juga disimpulkan bahwa semakin
besar jarak antar gerigi yang digunakan, beban potensi retak yang dihasilkan semakin besar.
Daerah potensi retak yang dihasilkan pada variasi lebar gerigi mayoritas terletak di ujung
pangkal bawah kunci geser (titik D) kecuali untuk sudut 45° dengan jarak antar gerigi 25 mm
terletak di ujung tengah kunci geser (titik C) dan untuk sudut 60° dengan jarak antar gerigi 25
mm terletak di titik B.
Berdasarkan tabel rekapitulasi yang telah dipaparkan sebelumnya, dibuatlah suatu grafik yang
menggambarkan hubungan antara rasio lebar gerigi terhadap tinggi gerigi bagian depan (x/y)
dengan rasio tinggi gerigi bagian depan dengan tinggi gerigi bagian belakang (y/h) untuk
masing jarak antar gerigi yang digunakan serta suatu grafik yang menggambarkan hubungan
antara rasio lebar kunci geser terhadap tinggi kunci geser depan (x/y) dengan rasio jarak antar
kunci geser terhadap tinggi kunci geser bagian belakang [(H-h)/h] pada sudut kunci geser 45°.
Secara keseluruhan, grafik rekapitulasi data hasil dan analisi untuk seluruh variasi kunci geser
adalah sebagai berikut:
0.8 [CELLRANGE]
y/h
Gambar 11. Grafik Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis pada Jarak Antar Kunci Geser 25 mm
Sumber: Olahan Sendiri
0.8 [CELLRANGE]
y/h
Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis pada Jarak Antar Kunci Geser 50 mm
Sumber: Olahan Sendiri
1.2
[CELLRANGE]
1
0.8 [CELLRANGE]
[CELLRANGE],[CELLRANGE],
[Y [Y [CELLRANGE], [Y
y/h
Gambar 13. Grafik Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis pada Jarak Antar Kunci Geser 75 mm
Sumber: Olahan Sendiri
0.5
[CELLRANGE] [CELLRANGE] [CELLRANGE]
0.4
0.3 1-2-3
0.2 Keterangan:
1 = Beban maksimum (kN)
0.1 o
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 22 = Sudut gerigi α ( )
3 = Lokasi potensi retak
(H-h)/h
Gambar 14. Grafik Rekapitulasi Data Hasil dan Analisis untuk Variasi Jarak Antar Gerigi
Pada Sudut Kunci Geser 45°
Sumber: Olahan Sendiri
Berdasarkan gambar 11 hingga gambar 13 dapat diketahui bahwa pada variasi lebar gerigi,
sudut terbaik adalah sudut 45°. Daerah potensi retak yang terjadi untuk sudut 45° pada variasi
lebar kunci geser terdapat pada bagian ujung paling bawah kunci geser, yaitu titik D pada
gambar lokasi potensi retak. Kapasitas kunci geser terburuk terjadi saat rasio x/y sebesar 0.29
dan y/h sebesar 0.5 atau saat digunakan sudut 30°. Kemudian pada variasi tinggi gerigi,
kemampuan kunci geser paling adalah pada sudut 45° dengan rasio x/y sebesar 0,5 dan rasio
y/h sebesar 0.5. Daerah potensi retak yang terjadi untuk sudut 45° pada variasi lebar kunci
geser terdapat pada bagian ujung paling bawah kunci geser, yaitu titik D pada gambar lokasi
potensi retak terkecuali pada saat jarak antar kunci geser sebesar 25 mm. Pada jarak antar
kunci geser 25 mm, daerah potensi retak terjadi di titik C. Terakhir, untuk variasi jarak antar
gerigi pada kunci geser dengan sudut 45° diperoleh hasil bahwa kemampuan kunci geser
paling baik tercapai saat rasio [(H-h)/h] sebesar 1 atau setinggi gerigi belakang dan rasio x/y
sebesar 0,5.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemodelan dan analisis kunci geser jamak tanpa perekat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Saran
Daftar Referensi
Alcalde, M., Cifuentes, H., & Medina, F. (2010). Shear Strength of Dry Keyed Joints and
Comparison With Different Formulations. VIII International Conference on Fracture
Mechanics of Concrete and Concrete Structures (p. 2). Sevilla, Spain: Universidad de Sevilla.
Hewson, N. (2003). Prestressed Concrete Bridges: Design and Construction (1st ed.).
London: Thomas Telford Publishing.
Katili, I. (2008). Metode Elemen Hingga untuk Analisa Tegangan. Depok: Universitas
Indonesia.
Pak Lim, C. (2011). Response of Shear Key Connection With Different Key Shapes. Malaysia:
Universiti Technologi Malaysia.
Rombach, G. (2002). Precast Segmental Box Girder Bridges with External Prestressing -
Design and Construction-. INSA Rennes, 7-13
Standar Nasional Indonesia. (2004). Perancangan Struktur Beton untuk Jembatan. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional.
Sullivan, S. (2003). Behavior of Transverse Joint in Precast Deck Penal System. Ohio
University.