Oleh:
Daniel Abimanyu Sareng (2005511031)
I Gusti Putu Arya Jayawedana (2005511037)
Kadek Hindhu Putra Kedaton (2005511057)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena atas rahmat dan berkat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Optimasi Distribusi Lubang Pada Balok
Baja Kastela Berdasarkan Analisis Deformasi dan Tegangan dengan Software
SAP2000” untuk memenuhi Tugas dalam mata kuliah Pengantar Metode Elemen
Hingga.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Ir.
Made Sukrawa, MSCE, Ph.D., selaku Dosen pengampu pada mata kuliah
Pengantar Metode Elemen Hingga yang telah membantu penulis dalam
mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik secara materiil
maupun non materiil. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih sangat jauh dari
sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan tugas ini selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Balok baja kastela adalah profil baja yang dikembangkan dari profil I yang
dipotong bagian badan dan disambung lagi sedemikian rupa sehingga membentuk
lubang pada bagian badan. Bentuk lubang profil balok baja kastela pada umumnya
adalah persegi enam (heksagonal). Pembuatan balok baja kastela perlu
memperhatikan jarak antar lubang agar balok mempunyai kemampuan menahan
beban tertinggi.
1.1 Proses Pembuatan Baja Kastela
Model yang digunakan pada penelitian ini adalah balok baja dengan lubang
segi enam (heksagonal) dengan tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut.
1
1.2 Sumber Acuan Tugas
Pemodelan struktur baja kastela dengan lubang segi enam (heksagonal) ini
dilakukan dengan menggunakan program SAP2000. Studi kasus diambil
bersumber dari jurnal yang berjudul “Optimization Analysis Of Size Distance
Of Hexagonal Hole In Castellated Steel Beams” oleh Listiyono Budi, Sukamata
dan Windu Partono. Pemodelan nantinya akan dilakukan dengan variasi model
sudut bukaan lubang dengan menggunakan analisis FEM.
Keterangan:
HI = Tinggi lubang (mm)
HK= Tinggi profil balok kastela (mm)
dt = Jarak pinggir lubang ke tepi profil (mm)
⏀ = Sudut kemiringan lubang 450
e = Jarak antar lubang (mm)
b= Jarak proyeksi horizontal sisi miring lubang heksagonal (mm)
2
Model struktur yang digunakan pada penelitian ini adalah model balok di
atas dua tumpuan sendi dengan dua beban terpusat. Panjang balok ditentukan
sebesar 3100 mm dengan jarak tepi balok ke sumbu tumpuan adalah 50 mm
sehingga panjang bersih balok pada model adalah 3000 mm.
3
Input Material Pelat Sayap pada SAP2000
2. Data Shell Section Properties Badan (web) dan Sayap (flange):
1. Pelat Sayap
Ketentuan pelat sayap baik sayap atas maupun sayap bawah yaitu
ketebalan 7 mm dengan material yang telah dibuat pada program
SAP2000.
2. Pelat Badan
Ketentuan pelat badan yaitu ketebalan 5 mm dengan material yang
telah dibuat pada program SAP2000.
4
1.3.2 Model SAP2000
Pemodelan balok baja kastela dilakukan pada program SAP2000 dengan
menggunakan grid sebagai berikut.
5
Model Tampak XZ
Model Tampak 3D
Keterangan:
- Data Ukuran Balok Baja Profil I
Tinggi badan “h” : 225 mm
Lebar sayap “f” : 75 mm
Tebal pelat sayap “tf” : 7 mm
Tebal pelat badan “tw” : 5 mm
Panjang total “L” : 3100 mm
- Data Ukuran Lubang
Sudut kemiringan lubang “⏀” : 45°
Jarak antar lubang “e” : sesuai variasi
Jumlah lubang per 1 meter “n” : 21
6
Tabel variasi balok yang dibuat
LABEL b (mm) e (mm) n total
W'44-28 43.5 27.93 21
W'35-37 34.5 36.93 21
W'27-45 27 44.43 21
1.3.3 Pembebanan
Perhitungan beban (P) bervariasi mulai dari 1 kN hingga beban maksimum
yaitu sebesar 10 kN hingga dalam keadaan leleh. Distribusi pembebanan dapat
dilakukan dengan metoe beban terpusat. Caranya yaitu beban dibagi dengan
jumlah node yang ada pada bentang.
7
8
Assign Joint Load sesuai dengan Tabel dan Load Pattern pada arah (-) Z
9
1.3.4 Hasil Analisis Acuan
Pada refrensi tersebut diuraikan bahwa hubungan beban dengan deformasi
dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel Acuan Deformasi Laboratorium
Beban (kN) Deformasi (mm)
1 0,27
2 0,44
3 0,62
4 0,79
5 0,96
6 1,05
7 1,30
8 1,45
9 1,65
10 1,85
11 2,00
12 2,18
13 2,35
14 2,52
15 2,69
20 3,65
40 7,2
60 11
80 15
10
BAB II
PEMBAHASAN
11
Beban 5 kN menghasilkan deformasi sebesar 0,8963 mm
12
Beban 10 kN menghasilkan deformasi sebesar 1,7411 mm
13
Beban 15 kN menghasilkan deformasi sebesar 2,5841 mm
14
Tabel Rekapan Hasil Analisis SAP2000
Deformasi (mm) Selisih
Perbandingan
Beban Presentase
(%)
(kN) Analisis Acuan Analisis SAP (%)
0 0 0 - -
1 0,27 0,2218 82,1 17,9
2 0,44 0,3888 88,4 11,6
3 0,62 0,5592 90,2 9,8
4 0,79 0,726 91,9 8,1
5 0,96 0,8963 93,4 6,6
6 1,05 1,0638 101,3 -1,3
7 1,30 1,2335 94,9 5,1
8 1,45 1,4007 96,6 3,4
9 1,65 1,5714 95,2 4,8
10 1,85 1,7411 94,1 5,9
11 2,00 1,9093 95,5 4,5
12 2,18 2,0788 95,4 4,6
13 2,35 2,2455 95,6 4,4
14 2,52 2,4171 95,9 4,1
15 2,69 2,5841 96,1 3,9
20 3,65 3,4299 94,0 6,0
40 7,2 6,8077 94,6 5,4
60 11 10,1805 92,6 7,5
80 15 13,5637 90,4 9,6
15
Grafik Hubungan Beban dengan Deformasi
2.1.2 Pada Variasi W’35-37
16
Beban 3 kN menghasilkan deformasi sebesar 0,5642 mm
17
Beban 8 kN menghasilkan deformasi sebesar 1,4136 mm
18
Beban 13 kN menghasilkan deformasi sebesar 2,2666 mm
19
Beban 60 kN menghasilkan deformasi sebesar 10,2724 mm
20
40 7,2 6,866 95,4 4,6
60 11 10,2724 93,4 6,6
80 15 13,6837 91,2 8,8
21
Beban 3 kN menghasilkan deformasi sebesar 0,5721 mm
22
Beban 8 kN menghasilkan deformasi sebesar 1,433 mm
23
Beban 13 kN menghasilkan deformasi sebesar 2,2982 mm
24
Beban 60 kN menghasilkan deformasi sebesar 10,4198 mm
25
40 7,2 6,926 96,2 3,8
60 11 10,4198 94,7 5,3
80 15 13,8746 92,5 7,5
26
Beban 2 kN menghasilkan deformasi sebesar 0,182 mm
27
Beban 7 kN menghasilkan deformasi sebesar 0,567 mm
28
Beban 12 kN menghasilkan deformasi sebesar 0,953 mm
29
Beban 60 kN menghasilkan deformasi sebesar 4,648 mm
30
60 11 4,648 42,3 57,7
80 15 6,1853 41,2 58,8
31
8 21,152 25,253 25,298 25,916
9 24,900 28,318 29,047 29,497
10 27,575 31,594 32,164 32,533
11 30,198 34,716 35,304 35,688
12 32,875 37,811 38,391 38,832
13 33,798 40,174 40,185 40,228
14 38,177 44,715 44,545 44,715
15 40,803 52,983 53,539 54,099
20 54,091 61,328 61,805 63,980
40 107,177 121,732 122,686 125,968
60 160,252 182,663 183,597 188,273
80 213,349 242,308 250,710 253,426
32
Variasi model yang menunjukan hasil deformasi paling kecil yaitu struktur
balok baja kastela W’44-28 dengan jarak antar lubang sebesar 27,93 mm, maka
model tersebut yang dapat dikatakan paling optimum dari model SAP2000.
Walaupun dari model baja kastela tersebut paling optimum, masih paling jauh
dengan model baja tanpa lubang.
Analisis Tegangan (S11) pada SAP2000 dengan acuan beban 1 kN s/d 15 Kn dan
20 kN, 40 kN, 60 kN serta 80 kN tinjauan pada Variasi W’44-28
Beban 1 kN menghasilkan Tegangan (S11) sebesar 4,127567 MPa
33
Beban 5 kN menghasilkan Tegangan (S11) sebesar 16,592075 MPa
34
Beban 14 kN menghasilkan Tegangan (S11) sebesar 44,715132 MPa
35
Beban 3 kN menghasilkan Tegangan (S11) sebesar 8,550926 MPa
36
Beban 12 kN menghasilkan Tegangan (S11) sebesar 32,875391 MPa
37
Tabel Rekapan Hasil Analisis Tegangan
Tegangan
Tegangan Selisih
Beban balok tak Perbandingan
W’44-28 Persentase
(kN) berlubang (%)
(Mpa) (%)
(Mpa)
1 4,127567 3,684395 112,03 12,028
2 7,292814 6,312331 115,53 15,533
3 10,468617 8,550926 122,43 22,427
4 13,445398 11,593158 115,98 15,977
5 16,592075 14,291175 116,1 16,1
6 19,980006 16,919637 118,09 18,088
7 23,072052 18,649875 123,71 23,712
8 25,915856 21,152086 122,52 22,522
9 29,497 24,89975 118,46 18,463
10 32,53307 27,575212 117,98 17,979
11 35,687691 30,198384 118,18 18,177
12 38,83184 32,875391 118,12 18,118
13 40,228096 33,797616 119,03 19,026
14 44,715132 38,177145 117,13 17,125
15 54,099112 40,802861 132,59 32,587
20 63,979809 54,090617 118,28 18,283
40 125,968313 107,1773 117,53 17,533
60 188,273266 160,25221 117,49 17,486
80 253,426244 213,34929 118,78 18,785
38
Beban 100 kN menghasilkan Tegangan (S11) sebesar 341,414511 MPa
39
12 32,875 37,811 38,391 38,832
13 33,798 40,174 40,185 40,228
14 38,177 44,715 44,545 44,715
15 40,803 52,983 53,539 54,099
20 54,091 61,328 61,805 63,980
40 107,177 121,732 122,686 125,968
60 160,252 182,663 183,597 188,273
80 213,349 242,308 250,710 253,426
Maka dapat disimpulkan bahwa variasi Balok Baja Kastela tersebut mengalami
leleh pada beban 110 kN sebesar 375,417703 MPa untuk W’27-45 dan W’35-37
sebesar 413,48 MPa. Sedangkan pada variasi W’44-28 leleh pada beban 105 kN
dengan besar tegangan sebesar 358,40 kN.
40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari tiga jenis pemodelan balok berlubang dan satu jenis pemodelan balok
tak berlubang yang telah dilakukan pada SAP2000, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut.
1. Hasil deformasi balok berlubang W’44-28 sudah mendekati dengan hasil
analisis acuan dengan selisih presentase sebesar 1,3% sampai dengan 17,9%
untuk beban 1 kN – 80 kN. Variasi ini memiliki deformasi paling kecil
sehingga dapat dikatakan paling optimum dari model SAP2000.
2. Hasil deformasi balok berlubang W’35-37 sudah mendekati dengan hasil
analisis acuan dengan selisih presentase sebesar 2,2% sampai dengan 17,1%
untuk beban 1 kN – 80 kN.
3. Hasil deformasi balok berlubang W’27-45 sudah mendekati dengan hasil
analisis acuan dengan selisih presentase sebesar 3,6% sampai dengan 15,9%
untuk beban 1 kN – 80 kN.
4. Hasil deformasi balok tak berlubang sangat jauh dengan hasil analisis acuan
dengan selisih presentase sebesar 53,4% sampai dengan 60,9% untuk beban 1
kN – 80 kN. Hal ini dikarenakan pemodelan acuan dilakukan dengan
pemodelan balok yang berlubang dan paling optimum.
5. Balok baja kastela yang dimodelkan yaitu W’27-45, W’35-37, dan W’44-28
belum mengalami leleh ketika diberi beban 1 – 80 kN. Namun balok W’27-45
dan balok W’35-37 mengalami pelelehan ketika diberi beban 110 kN dengan
tegangan leleh yang didapat sebesar 375,417703 MPa untuk W’27-45 dan
tegangan sebesar 413,48 MPa untuk W’35-37. Sedangkan balok W’44-28
mengalami pelelehan ketika diberi beban sebesar 105 kN dengan tegangan
sebesar 358,403854 MPa.
3.2 Saran
Pemodelan balok baja kastela ini perlu diberikan beban yang lebih detail
antara 100 – 110 kN sehingga dapat diketahui besar beban yang berpengaruh agar
balok tersebut mengalami leleh atau melampaui tegangan leleh maksimum baja.
41
LAMPIRAN 1. GAMBAR ANALISA TEGANGAN UNTUK TIAP BEBAN
DAN VARIASI
BEBAN 1 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 2 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 3 KN
W’44-28
42
W’35-37
W’27-45
BEBAN 4 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 5 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
43
BEBAN 6 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 7 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 8 KN
W’44-28
W’35-37
44
W’27-45
BEBAN 9 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 10 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
45
BEBAN 11 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 12 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 13 KN
W’44-28
46
W’35-37
W’27-45
BEBAN 14 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 15 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
47
BEBAN 20 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 40 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 60 KN
W’44-28
W’35-37
48
W’27-45
BEBAN 80 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 100 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
49
BEBAN 105 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
BEBAN 110 KN
W’44-28
W’35-37
W’27-45
50