Anda di halaman 1dari 5

Analisa Jurnal

Jurnal 1: Studi Kasus Pencemaran Air Sungai Teluk Dalam Banjarmasin Akibat
Limbah Domestik
Studi ini dilakukan pada salah satu sungai di Jl. Mayjend. Sutoyo S, Kota Banjarmasin yaitu
Sungai Teluk Dalam. Studi dilakukan dengan mengamati kebersihan sungai, kelayakan
sebagai air minum, kelancaran aliran sungai, panjang dan lebar sungai, serta mencari faktor
utama penyebab terjadinya pencemaran sungai. Tujuan yang ingin dicapai pada studi Sungai
Teluk Dalam adalah upaya perbaikan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi
sungai Teluk Dalam yang telah tercemar.
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriftif dan survey, melakukan
pengamatan di lapangan sebagai data primer dan studi literatur, buku, jurnal sebagai data
sekunder.
Hasil studi:
1. Profil daerah studi
Sungai Teluk Dalam sebagai salah satu sungai yang ada di Banjarmasin merupakan satu
diantara banyaknya sungai sebagai prasarana baik dalam trasportasi maupun usaha
perdagangan dengan rata-rata lebar 0-63 m dan panjang 3.428 m, namun banyaknya jembatan
yang dibangun menyebabkan tertutupnya arus transportasi. Jumlah penduduk di Sungai Teluk
Dalam terdiri dari 5 RW dan 68 RT dengan jumlah penduduk 28.321 jiwa (12.000/km 2),
selain itu juga terdapat satu hotel dan satu pabrik roti.

2. Kondisi sungai Teluk Dalam


Hasil wawancara dengan warga Teluk Dalam, sungai Teluk Dalam merupakan prasarana
transportasi di era 50-an, namun memasuki tahun 65-an penduduk yang datang ke kota
Banjarmamsin mulai meningkat tidak terkecuali Teluk Dalam, banyak jembatan yang mulai
dibangun dan menghalangi lalu lintas perahu. Daerah sekitar sungai banyak pohon ditebangi
diatas tahun 65an, hal ini menyebabkan penyerapan air menjadi berkurang ditambah dengan
banyaknya bangunan berdiri disebabkan kebutuhan penduduk yang semakin meningkat.
Kebersihan dari sungai Teluk Dalam memiliki kualitas yang sangat memprihatinkan dan
memiliki kualitas yang tidak layak minum. Limbah sampah, limbah rumah tangga dan
industri menjadi faktor utama tercemarnya air sungai.

3. Hasil survey lapangan


Dari hasil survey lapangan pada sungai Teluk Dalam ditemukan beberapa faktor yaitu:
a. Sungai menyempit yang disebabkan oleh bangunan liar/ rumah di bantaran sungai.
b. Banyaknya sampah di sungai karena sungai dijadikan sebagai pembuangan, limbah
rumah tangga, indutri maupun anorganik yang dibuang sembarangan.
c. Banyaknya jembatan penyebrangan mengakibatkan terhentinya lalu lintas air di
daerah hulu.
d. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara sungai sebagai lahan basah yang
merupakan tampungan air dan mengatur suhu sekitarnya.
e. Penumpukan sampah mengakibatkaan adanya pengendapan, ditambah dengan
sedimentasi yang terjadi menambah berkurangnya fungsi sungai bahkan
mengakibatkan tidak berfungsinya sungai.
Jurnal 2: Potensi Pencemaran Limbah Domestik Menggunakan Pendekatan
Hidrogeologi dan Indeks Pencemar

Studi ini dilakukan di Kota Bandung tepatnya di Kabupaten Bandung Bagian Selatan. Tujuan
penelitan ini adalah untuk mengetahui status mutu airtanah dangkal dengan metode Indeks
Pencemaran sebagai acuan dalam melakukan pemantauan kualitas air tanah. Penentuan status
mutu air ini berdasarkan pada analisis parameter fisika, kimia, dan dibandingkan dengan
kondisi hidrogeologi, mengingat sifat batuan penyusun untuk mengantisipasi limbah
domestik yang masuk ke dalam lapisan akifer. Studi ini dilakukan dengan analisis dan
perhitungan yaitu analisis data primer dan analisis laboraturium.

Hasil studi:
1. Penilaian indeks pencemaran
Hasil studi berdasarkan perhitungan IP dari sampel yang diteliti diperoleh data bahwa seluruh
percontoh air tersebut tercemar, adapun kriteria nilai pencemaranya ada yang cemar ringan,
cemar sedang dan cemar berat.
2. Hidrogeologi
Akuifer di Kabupaten Bandung bagian selatan berdasarkan konduktivitas dan transmisivitas
serta litologi penyusunnya merupakan sistem multi akuifer yang terbentuk dari beberapa
endapan yaitu endapan danau, endapan vulkanik muda dan endapan vulkanik tua. Endapan
danau terendapkan di atas endapan vulkanik muda (Formasi Cibeureum). Batas antara
endapan danau dan vulkanik muda tidak terlalu jelas. Endapan vulkanik muda sangat
terlapukkan, sehingga memungkinkan bertindak sebagai akuifer yang sangat baik. Sistem
akuifer terdapat baik pada endapan danau dan endapan vulkanik muda. Batas bawah dari
sistem akuifer ini adalah Formasi Cilanang.
Berdasarkan hasil pemboran di Ranca Sagatan, Gedebage (Dinas Pertambangan dan Energi
Propinsi Jawa Barat dan LPPM-ITB, 2006) terlihat pada sistem multi akuifer tersebut, bagian
paling atas merupakan akuifer tak tertekan yang terbentuk oleh endapan vulkanik muda dan
endapan danau.
3. Analisis
Hasil analisa air tanah dangkal dengan metode indeks pencemaran menunjukkan bahwa
seluruh sampel air tersebut pada umumnya dalam kriteria tercemar yaitu cemar ringan -
cemar berat. Nilai rata rata indeks pencemaran yaitu 11.42 termasuk ke dalam kategori cemar
berat.
Daerah penelitian di kawasan Kabupaten Bandung bagian selatan adalah kawasan padat
penduduk yang didominasi pemukiman kumuh dengan rata - rata kondisi ekonomi menengah
kebawah. Sebagian besar penduduk di kawasan ini tidak mempunyai septictank dan
membuang limbah di selokan yang dekat dengan sumber air dan sumur gali. Kondisi ini
diperparah dengan kurang pedulinya masyarakat mengenai kondisi sanitasi sehat.
Pada sebagian daerah penelitian adalah daerah dataran yang rawan banjir. Kondisi air
tanahnya mudah sekali jenuh. Kondisi litologi daerah penelitian merupakan endapan danau.
Endapan danau terendapkan di atas endapan vulkanik muda (Formasi Cibeureum). Pada
daerah dataran banjir ini airtanah sangat rentan terhadap pencemaran. Batas antara endapan
danau dan vulkanik muda tidak terlalu jelas. Endapan vulkanik muda sangat terlapukkan,
sehingga memungkinkan bertindak sebagai akuifer yang sangat baik.
Jurnal 3: Analisis Pencemaran Pada Saluran Drainase Di Bantaran Sungai Ciliwung
Segmen 2 Akibat Air Limbah Domestik

Studi ini di lakukan di sepanjang bantaran sungai Ciliwung, Kota Bogor. Tujuan studi yaitu
untuk menganalisis kadar pencemaran air pada sistem drainase, di 6 kelurahan pada segmen 2
Sungai Ciliwung (Kota Bogor). Parameter yang dianalisis adalah TSS, BOD, COD, dan Total
Coliform yang dibandingkan dengan 2 baku mutu yakni berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.68 tahun 2016 dan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001.
Pengambilan sampel dilakukan pada pagi dan sore hari yang dianggap mewakili jam puncak
timbulnya air limbah domestik.

Hasil Studi:
1. Profil tempat studi
DAS Ciliwung pada segmen 2 meliputi 4 kecamatan di Kota Bogor yang terdiri atas 17
kelurahan. Wilayah studi yang dilakukan di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung Segmen 2
meliputi 4 kecamatan dengan 6 kelurahan.
2. Kualitas air saluran drainase
Hasil studi Parameter dengan menganalisis TSS, BOD, COD, dan Total Coliform di
sepanjang bantaran sungai Ciliwung yaitu:
a. Parameter TSS pada pengambilan sampel selama 3 bulan tidak ada yang melebihi
baku mutu di seluruh lokasi sampling.
b. Parameter BOD dan Total Coliform pada pengambilan sampel selama 3 bulan selalu
menunjukkan nilai yang melebihi baku mutu di seluruh lokasi sampling.
c. Parameter COD pada pengambilan sampel selama 3 bulan yang selalu melebihi baku
mutu ada pada lokasi Sukasari dan Babakan Pasar, namun lokasi sampling yang
lainnya menunjukkan nilai yang tidak tetap.
d. Parameter BOD, COD, dan Total Coliform yang tinggi menunjukkan pencemaran
didominasi oleh kegiatan domestik, baik air limbah grey water maupun black water.
e. Kegiatan masyarakat di bantaran sungai menyebabkan terjadinya penurunan kualitas
lingkungan, terutama pada kualitas air drainase yang seharusnya digunakan sebagai
saluran buangan air hujan.
ANALISIS PENULIS

Fitri tahun 2017 menjelaskan bahwa pertumbuhan penduduk yang pesat serta pengembangan
wilayah tempat tinggal yang cepat tanpa perencanaan yang baik dapat merusak keseimbangan
ekosistem. Sistem drainase yang ada sering kali beralih fungsi menjadi saluran buangan air
limbah. Hal ini mengakibatkan air sungai tidak dapat lagi digunakan untuk kebutuhan sehari-
hari manusia karena kualitasnya yang buruk. Hasil cucian dari partikel makanan di dapur
penduduk yang merupakan limbah domestik terbilas keluar menuju saluran drainase (Ling,
dkk, 2012).

Padatnya pemukiman sejalan dengan banyaknya limbah domestik menjadikan masalah


sanitasi. Sanitasi dan kebersihan menjadi masalah global, terutama dikalangan anak-anak
yang beresiko terkena penyakit seperti infeksi usus dan gejala komplikasi lainya (Fitri,
2017). Kegiatan domestik ini juga mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air sungai
akibat limbah cair yang dibuang langsung ke badan air. Bahan kimia yang dibuang
berinteraksi dengan air sungai maupun masuk ke sedimen menjadi air tanah dan mengubah
pH serta parameter kualitas air lainnya (Uniyal, 2017).

Ghaitidak menjelaskan bahwa rata-rata limbah domestik yang dihasilkan satu orang yaitu
150-250 liter/hari (Ghaitidak, 2013). Kurangnya kesadaran penduduk khususnya di daerah
sekitar sungai, terlihat bahwa sebagian besar penduduk membuang limbah kegiatan rumah
tangga seperti bekas air cucian, mandi, makanan sisa dan limbah rumah tangga lainnya ke
sungai. Semua limbah domestik itu biasanya akan di buang di selokan yang menuju ke sungai
tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu.

Limbah domestik yang tidak bisa dibendung dan terus mencemari air sungai maupun air
tanah diperlukan mendapat perhatian khusus dari semua pihak baik dari instansi terkait
maupun pun masyarakat. Adapun beberapa alternatif untuk mengurangi dampak limbah
domestik yaitu: (Widodo, 2013)
a. Pengembangan jaringan air limbah komunal, off side, dan on side.
b. Perbaikan sarana sanitasi dasar permukiman, yaitu dengan membuat SPAL (saluran
pembuangan air limbah) yang meliputi tanki septik dan sumur peresapan.
c. Pembangunan jamban keluarga maupun komunal termasuk tanki septik komunal,
MCK dan WC umum.
d. Pengembangan sistem pengumpulan dan pengolahan lumpur tinja, untuk melayani
masyarakat dalam menguras tanki septik.
e. Perbaikan sarana pengolahan air limbah peternakan dan industri. Air kotor hasil dari
limbah peternakan, industri, bengkel, dan sejenisnya harus ditreatment terlebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran drainase.

Daftar Pustaka

Widodo B, Kasam, Ribut L. 2013. Strategi Penurunan Pencemaran Limbah Domestik di


Sungai Code DIY. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 5, Nomor 1, Januari 2013
Hal. 36-47
Uniyal, H., Sharma, T., dan Renwal, Y, 2017, Exploration of Waste Water in Different Open
Drains of Kota City, International Journal of Emerging Research in Management
&Technology, vol 6 no 9, 149-151.

Ling, T. Y, Dana, M.J., Bostam, S., dan Nyanti, L., 2012 Domestic Wastewater Quality and
Pollutant Loadings from Urban Housing Area, Iranica Journal of Energy & Environment, vol
3 no 2, 129-133.

Ghaitidak, D. M., Yadav, K. D., 2013, Characteristics and treatment of greywater – a review,
Environmental Science and Pollution Research, vol 20, 2795-2809.

Fitri, M, Harun, I. B., Triyadi, S, 2017, A Typology of Residents of Settlement in Urban


Riverbank, Indonesia, Journal of Economics and Sustainable Development, vol 8 no 24.

Anda mungkin juga menyukai