Kultur teknis rumput ini adalah bahan tanam berupa pols dan stek, interval
pemotongan 40 – 60 hari, responsif terhadap pupuk nitrogen, campuran dengan legum
seperti Centro dan Kudzu, produksinya 100–200 ton/ha/th (segar), 15 ton/ha/th (BK),
renovasi 4–8 tahun (Reksohadiprodjo, 1985).
Rumput Gajah toleran terhadap berbagai jenis tanah, tidak tahan genangan, tetapi
respon terhadap irigasi, suka tanah lempung yang subur, tumbuh dari dataran rendah
sampai pegunungan, tahan terhadap lingkungan sedang dengan curah hujan cukup, 1000
mm/th atau lebih (Susetyo, 1985).
Rumput raja tumbuh tegak membentuk rumpun, tumbuh dengan baik di dataran
rendah sampai tinggi dengan curah hujan sekitar 1000 – 1500 mm/th, tidak tahan
naungan dan genangan air, hidup pada tanah dengan pH sekitar 5. Tanaman ini tidak
dapat diperbanyak dengan menggunakan stek dengan panjang sekitar 25 – 30 cm atau 2
ruas (Reksohadiprodjo, 1985).
Rumput Raja mempunyai ciri-ciri antara lain: tumbuh berumpun – rumpun, batang
tebal, keras, helaian daun panjang dan ada bulu serta permukaan daunnya luas. Produksi
rumput Raja segar dapat mencapai 40 ton /hektar sekali panen atau antara 200 – 250
ton/hektar/tahun (Rukmana, 2005).
Rumput setaria tumbuh baik pada curah hujan 750 mm/th atau lebih, toleran
terhadap berbagai jenis tanah tetapi lebih suka pada tanah tekstur sedang, tahan genangan
dan kering apabila lapisan olah dalam. Kultur teknisnya adalah bahan tanam berbentuk
pols, biji (2-5 kg/ha), jarak tanam 70 x 90 cm, responsif terhadap pupuk nitrogen,
pemotongan 35–40 hari (musim hujan) dan 60 hari (musim kemarau) (Reksohadiprodjo,
1985).
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kandungan nutrisi jerami padi sangat rendah.
Maka dari itu sebelum jerami padi diberikan kepada ternak sebaiknya dilakukan proses
fermentasi terlebih dahulu.
2.2.2 Jagung
Limbah tanaman jagung sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan, tetapi
hanya untuk ternak ruminansia karena tingginya kandungan serat. Jerami jagung
merupakan bahan pakan penting untuk sapi pada saat rumput sulit diperoleh, terutama
pada musim kemarau. Jerami jagung yang diawetkan dengan pengeringan matahari
menghasilkan berbagai macam produk sampingan yang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak.
Ada beberapa istilah lokal Indonesia/daerah untuk berbagai macam limbah tanaman
jagung atau hasil samping industri berbasis bahan dasar jagung. Istilah-istilah ini perlu
diketahui seperti:
1. Tebon jagung adalah seluruh tanaman jagung termasuk batang, daun dan buah
jagung muda yang umumnya dipanen pada umur tanaman 45 – 65 hari (Soeharsono
dan Sudaryanto 2006). Ada pula yang menyebut tebon jagung tanpa memasukkan
jagung muda ke dalamnya. Biasanya petani jagung seperti ini bekerja sama dengan
peternak besar; petani hanya menanam jagung sebagai hijauan dan pada umur
tertentu (masih dalam tahap baru berbuah atau tahap buah muda) seluruh tanaman
jagung dipangkas dan dicacah untuk diberikan langsung ke ternak dan atau
dimasukkan ke dalam tempat tertutup untuk dibuat silase.
2. Jerami jagung/brangkasan adalah bagian batang dan daun jagung yang telah
dibiarkan mengering di ladang dan dipanen ketika tongkol jagung dipetik. Jerami
jagung seperti ini banyak diperoleh di daerah sentra tanaman jagung dengan tujuan
untuk menghasilkan jagung bibit atau jagung untuk keperluan industri pakan;
bukan untuk dikonsumsi sebagai sayur (Mariyono et al. 2004).
3. Kulit buah jagung/klobot jagung adalah kulit luar buah jagung yang biasanya
dibuang. Kulit jagung manis sangat potensial untuk dijadikan silase karena kadar
gulanya cukup tinggi (Anggraeny et al. 2005; 2006).
4. Tongkol jagung/janggel adalah limbah yang diperoleh ketika biji jagung
dirontokkan dari buahnya. Akan diperoleh jagung pipilan sebagai produk utamanya
dan sisa buah yang disebut tongkol atau janggel (Rohaeni et al. 2006b).
Sebagian besar limbah jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan. Dengan
sentuhan teknologi sederhana, limbah itu dapat diubah menjadi pakan bergizi dan
sumber energi bagi ternak. Limbah pertanian atau limbah industri pengolahan hasil
pertanian dapat dikelompokkan berdasarkan kandungan proteinnya
Selain kandungan nutrisi diatas daun ubi jalar juga memiliki kandungan mineral
seperti Kalsium (Ca) sebanyak 0,99% dan fosfor (P) sebanyak 0,56% (Kearl, 1982)
ADEWOLU, M.A. 2008. Potential of sweet potato (Ipomea batatas) leaf meal as dietary ingredient for
Tilapia zilli fingerlings. Pakistan J. Nutr. 7(3): 444 – 449.
AKINFALA, E.O., A.O. ADERIBIGBE and O. MATANMI. 2002. Evaluation of the Nutritive value of
whole cassava plant meal as replacement for maize in the starter diets for broiler chickens. Res. Rural
Dev. 14(6)
Antari, R., & Umiyasih, U. (2009). Pemanfaatan tanaman ubi kayu dan limbahnya secara optimal sebagai
pakan ternak ruminansia. Wartazoa, 19(4), 191-200.
Argadyasto, D., Retnani, Y., & Diapari, D. (2015). PENGOLAHAN DAUN LAMTORO SECARA FISIK
DENGAN BENTUK MASH, PELLET DAN WAFER TERHADAP PERFORMA DOMBA
(Physics processing of leucaena leaves by mash, pellet and wafer on the performance of sheep).
Buletin Ilmu Makanan Ternak, 13(1).
Cahyono, B., 1995. Pisang Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
Chandrasekharaiah M, Sampath KT, Praveen US, Umalatha 2002. Evaluation of chemical composition and
in vitro digestibility of certain commonly used concentrate ingredients and fodder/top feed in
ruminant rations. Indian J Dairy Biosci. 13(2): 28–35.
FAOSTAT. 2001. Statistical database of food balance sheet. www.fao.org.
Hardianto R. 2000. Teknologi Complete Feed Sebagai Alternatif Pakan Ternak Ruminansia. Makalah
BPTP Jawa Timur, Malang.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tillman., 1990. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Jube Sandro LR, Borthakur Dulal. 2010. Transgenic Leucaena leucocephala expressing the Rhizobium
gene pydA encoding a meta-cleavage dioxygenase shows reduced mimosine content. J. Plant
Physiology and Biochem. 48 : 273-278.
Karda, I.W. 2011. Kaliandra Merah Dalam Sistem Pertanian Konservai peluang, Kendala dan Solusi.
Udayana University Press. Bali
KEBEDE, T., T. LEMMA, E. TADESSE and M. GURU. 2008. Effect of level of substitution of sweet
potato (Ipomea batatas L) vines for concentrate on body weight gain and carcass characteristics of
browsing Arsi-Bale goats. J. Cell. Anim. Bio. 2(2): 036 – 042.
Mariyono, U. U., Anggraeny, Y., & Zulbardi, M. (2004). Pengaruh substitusi konsentrat komersial dengan
tumpi jagung terhadap performans sapi PO bunting muda. In Pros. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Bogor (pp. 4-5).
MARLINA, N. dan S. ASKAR. 2004. Komposisi kimia beberapa bahan limbah pertanian dan industri
pengolahan hasil pertanian. Pros. Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. Bogor, 3
Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 99 – 103.
Mccutcheon, J. dan D. Samples. 2002. Grazing Corn Residues. Extension Fact Sheet Ohio State University
Extension. Us. Anr 10-20.
Mulyana, A., Sumarta, T. Hidayat dan Karma. 2006. Produktivitas Beberapa Varietas Kaliandra
(Calliandra calothyrsus) sebagai Hijauan Pakan Ternak. Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional
Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Nappu. M. B. 2008. Sebaran Potensi Limbah Tanaman Padi dan Jagung serta Pemanfaatannya di Sulawesi
Selatan.
Natalia, H., D. Nista, dan S. Hindrawati. 2009. Keunggulan Gamal Sebagai Pakan Ternak. BPTU
Sembawa, Palembang.
Rohaeni, E. S., Amali, N., Sumanto, D. A., & Subhan, A. (2006). Pengkajian integrasi usahatani jagung dan
ternak sapi di lahan kering Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, 9(2), 129-139.
Salawu, M.B., T. Acamovic, C.S. Stewart and R.L. Roothaert. 1999. Composition and degradability of
different fractions of Calliandra leaves, pods, and seed. Animal Feed Science and Technology 77.
181-199.
Sarwono, B Dan H.B. Arianto.2003. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siahaan, M.S. 1982. Lamtoro. Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta. 22-38
Soeharsono dan B. Sudaryanto. 2006. Tebon jagung sebagai sumber hijauan pakan ternak strategis di lahan
kering kabupaten gunung kidul. Prosiding. Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem
Integrasi Jagung Sapi. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 136 – 141.
Ter Meulen U, El Harith EA. 1985. Mimosin – a factor limiting the use of Leucaena leucocephala as an
animal feed. J. Tropenlandwirt 86 : 109-118
Yurmiaty, H. (2007). Penggunaan Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) dalam Ransum terhadap
Produksi Pelt dan Kerontokan Bulu Kelinci. Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran, 7(1).