Geologi Lembar Tukangbesi
Geologi Lembar Tukangbesi
Oleh (By) :
A. Koswara dan (and) D. Sukarna
REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI
DIREKTORAT JENDRAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA
MINERAL
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI
REPUBLIC OF INDONESIA
DEPARTEMENT OF MINES AND ENERGY
DIRECTORATE GENERAL OF GEOLOGY AND MINERAL
RESOURCES
GEOLOGICAL RESEARCH AND DEVELOPMENT CENTRE
1994
Menteri Pertambangan dan Energi
Minister of Mines and Energy
I. B. SUDJANA
ADJAT SUDRADJAT
IRWAN BAHAR
Dewan Redaksi
Chief of Editorial Board
N. RATMAN
Oleh (By):
A.Koswara dan (and) D.Sukarna
1994
Izin Terbit 1994
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Departemen Pertambangan dan Energi
Bandung, Indonesia
Laporan asli. Tak ada bagian dari publikasi ini yang diperkenankan untuk
diperbanyak, disimpan dalam system rekaman atau dibeberkan dalam bentuk apapun
atau dengan cara elektronika, elektrostatika, pita magnet, mekanik, fotokopi, salinan
atau sebangsanya tanpa izin tertulis dari penerbit.
Acuan Bibliografi
Copyright 1994
The Geological Research and Development Centre
Departement of Mines and Energy
Bandung, Indonesia
Bibliographic reference
Isi
Hal.
1. SUMMARY
2. PENDAHULUAN
3. FISIOGRAFI
4. STRATIGRAFI
5. STRUKTUR DAN TEKTONIKA
6. SUMBERDAYA MINERAL
7. ACUAN
SUMMARY
The Tukangbesi Sheet covers the Tukangbesi Islands and Wawonii Island.
wangi, Kaledupa, Tomia and Binongko districts of the Buton Regency; and the
Wawonii Island belong to the Wawonii District of the Kendari Regency. All those
characteristics. The Wawonii Island is only separated by shallow and narrow strait to
the southeast arm of Sulawesi, and to the eastward is connected with the Banda Sea.
stratigraphy of Wawonii Island, Tukangbesi Islands and Langkesi Island. The Oldest
rocks exposed in the Wawonii Island is the Triassic Meluhu Formation (TRm). It has
tectonic contact relationship to the ultramafic and mafic complex (Ku). The upper
part of Lampeapi Formation (Tml) has interfingering relationship with the Lansilowo
overlain by the Plistocene to Recent coralline limestone and partly by the alluvial
deposits.
Dacite and rhyolite (PTRv) of Permian-Triassic age are found in the Langkesi
Recent age.
Folds and faults are found in the Tukangbesi and Wawonii Island. The weakly
folds occur in the Neogene sedimentary rocks. A few strong and overturn folds are
only found in the Mesozoic sediments of Meluhu Formation. Faults consist of nomal,
The economic potential geology in this Sheet is nickel, coal and quartz
sandstone, limestone, igneous, rocks, sand and pebble. Nickel is present as laterite
deposits, resulted ultramafic and mafic alteration. Coal is found as lenses in the
oleh Bidang Pemetaan Geologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dalam
Rangka pelaksanaan proyek Pemetaan Geologi dan Interpretasi Foto Udara dalam
Pelita IV, anggaran 1984/1985. Pemetaan dilakukan selama 60 hari dari September
daerah keseluruhan kurang lebih 13.000 km2. Secara kepamograjaan Pulau Wawonii
Kabupaten Kendari dan BUton termasuk Provinsi Sulawesi Tenggara. (gb. 1).
Suku Wawonii yang merupakan suku asli di Pulau Wawonii. Suku pendatang terdiri
dari suku Bajo, Tolaki, Bugis dan Jawa. Kepulaun Tukangbesi ditempati oleh Suku
perladangan dan menangkap ikan. Hanya sebagian kecil saja sebagai pegawai, buruh
kasar dan pedagang. Hasil utama Pulau Wawonii adalah kayu dan rotan, dan dari
Kepulauan Tukangbesi berupa hasil laut. Musim kemarau di daerah ini berlangsung
dari Agustus hingga November; musim penghujan dari Desember hingga Juli, dengan
curah hujan maksimum 207 mm/tahun (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional, 1980).
Daerah pemetaan dapat dicapai dari Kendari dan Buton dengan kendaraan laut
berupa perahu layar motor (PLM). Sarana hubungan dari ibukota kecamatan ke tiap
desa di Pulau Wawonii hanya dengan kendaraan laut; kendaraan darat sampai saat ini
belum ada. Hubungan darat hanya dilakukan dengan berjalan kaki melalui jalan
perahu layar dan perahu motor. Hubungan antara ibu kota kecamatan dan desa
dilakukan dengan menggunakan kendaraan darat berupa sepeda motor. Pulau Wangi-
wangi, yang teramai di Kepulaun Tukangbesi, selain kendaraan beroda dua terdapat
Peta dasar yang digunakan adalah peta topografi berskala 1: 250.000 yang
bersumber dari U.S. Army Map Service seri T 503 SB 51. Foto udara berskala 1 :
60.000 yang digunakan dibuat oleh Bakosurtanal tahun 1979 yang mencakup
Daerah yang dipetakan ini telah diselidiki oleh Brouwer (1990), Hamilton
(1973), Hetzel (1932) Sukamto (1975), Wiryosujono drr., (1975) dan Smith (1983).
Gb. 1. Lokasi Lembar Pemetaan.
FISIOGRAFI
P.Wowoni dipisahkan oleh selat yang sempit dan dangkal dengan lengan tenggara
Sulawesi dan sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda. Kep.Tukangbesi yang
seluruhnya terletak di laut banda terdiri atas deretan pulau yang berarah barat laut –
tenggara dan merupakan ciri khas dari rangkaian cincin karang (atol) dengan intinya
hingga 50 m diatas permukaan air laut; umumnya terbentuk oleh aluvium dan
batugamping koral. Satuan ini di P.Wowoni di jumpai di pantai dan sekitar muara S.
penduduk.
yang berarah barat laut – tenggara. Sungai yang mengalir melalui daerah ini keloknya
tidak teratur,dan pada beberapa tempat dijumpai air terjun dengan ketinggian
Wangiwangi,P. Kaledupa, P. Kapota, P. Tomia, yang berupa inti dari karang cincin.
Daerah ini dicirikan oleh bukit bukit yang berlereng landai dengan julang antara 200
dan 500 meter diatas permukaan air laut. Batuan penyusunya adalah batuan sedimen
Tersier.
Daerah karst menempati daerah bagian utara dan timur P. Wowoni. Di Kep.
pulau kecil lainya. Daerah ini hampir seluruhnya berupa undak-undak yang berjumlah
besar di pulau ini. Morfologi ini mempunyai arah memanjang barat laut – tenggara
dengan julang antara 600 dan 825 m, diatas muka air laut. Daerah ini tersusun
di P. Wowoni yang mengalir ke utara, tenggara dan baratdaya membentuk pola aliran
Gambar.3. Peta pola aliran sungai P. Wowoni dan Kep. Tukangbesi, Sulawesi
Tenggara
STRATIGRAFI
Tataan Stratigrafi
Stratigrafi daerah ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu Stratigrafi P.
Batuan tertua di P. Wowoni adalah Formasi Meluhu yang berumur Trias Atas.
Formasi ini tersusun oleh Filit, batupasir malih, batusabak, serpih hitam dan
ultramafik dan mafik yang terdiri dari dunit, harsburgit, wehrlite, serpentinit dan
tertindih oleh Formasi Lampeapi (Tml) yang berumur Miosen tengah – Miosesn atas.
Satuan ini terdiri atas konglomerat aneka bahan, batu pasir, batulempung pasiran
dengan kanta batubara. Bagian atas Formasi Lampeapi menjemari dengan formasi
Lansilowo (Tmpl). Formasi ini terdiri atas napal, napal pasiran, batugamping dan
Pliosen. Formasi Lansilowo tertindih secara tak selaras oleh batugamping koral (Qpl)
Di Kep. Tukangbesi satuan batuan yang paling tua adalah Formasi Ambeuwa
(Tmpa) yang menunjukkan umur Miosesn atas – Pliosen terdiri atas napal dan
Batu gamping koral (Qpl) baik yang tersingkap di P. Wowoni maupun di Kep.
Tukangbesi, setempat ditutupi endapan alluvial yang terdiri atas kerakal, kerikil,
Permo – Trias. Batuan tersebut tertindih takselaras oleh batugamping koral (Qpl).
ENDAPAN PERMUKAAN
Qa ALUVIUM: kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan sisa tumbuhan. Kerakal dan
perdaunan baik dan berlapis baik dengan tebal lapisan antara 30 dan 50 cm.
Umumnya terkekarkan, terlipat kuat dan banyak dijumpai urat kuarsa yang
Dalam batusabak ini umumnya dijumpai urat kuarsa dan kalsit yang tebalnya
0,5 – 2 cm. Batusabak merupakan sisipan dalam batupasir malih dan filit
halus sampai kasar dan mampat, berlapis cukup baik dengan tebal lapisan
batupasir terdiri dari kuarsa, sedikit mika dan kepingan batuan. Setempat
padat, berbutir kasar dan berlapis baik dengan tebal lapisan antara 10 dan 30
– 10 cm.
berlapis baik dengan tebal lapisan antara 10 dan 25 cm. Pada beberapa tempat
dijumpai dalam satuan ini adalah Halobia sp., dan Amonit sp., yang
Kompleks ultramafik dan mafik dan tertutup takselaras oleh satuan batuan
aneka bahan yang terdiri dari rombakan batuan ultramafik dan mafik, kuarsa,
25 cm.
dalam konglomerat.
perlapisan sejajar dan silang-siur, dan berlapis baik dengan tebal lapisan
tebal lapisan antara 15 dan 50 cm. kaya akan fosil foraminifera kecil dan
tebal lapisan antara 10 dan 30 cm. di dalam napal pasiran dijumpai kepingan
lapisan berkisar antara 10 dan 35 cm. Batupasir ini adalah sejenis wake dan
kuarsa, amfibol dan piroksen yang tersemen oleh silica dan karbonat.
napal.
tebal lapisan mencapai 30 cm dan setempat sering dijumpai kanta lignit yang
Nodosaria sp., Brozolina sp., Bulimina sp., dan Uvigerina sp. Fosil terebut
menunjukkan kisaran dari zona N16 – N21 atau Miosen Akhir – Pliosen
Tebal formasi ini diduga lebih dari 1000 m. sebarannya meliputi bagian timur
koral.
dengan tebal lapisan 10-50 cm. setempat memperlihatkan lapisan sejajar dan
umumnya telah terlihat lemah dengan besar kemiringan lapisan antara 150
dan 300 . Dalam napal yang merupakan penyusunan utama forrmasi Ambeuwa
kecoklatan; berlapis baik dengan tebal lapisan 10-30 cm, dan mengandung
Nodosaria sp., yang menunjukkan kisaran zona N17-N21 atau umur Miosen
Akhir-Pliosen, dalam Formasi Ambeuwa terendapkan dalam lingkungan laut
molusca, kuarsa, plagioklas dan kepingan batuan malihan dan batuan beku.
siang-siur.
Napal, berwarna kelabu terang, agak padat dan berlapis dengan tebal
lapisan antara 5 dan 10 cm. Napal umumnya merupakan bagian bawah dari
batugamping koral. Fosil yang terdapat di dalam napal dan batugamping koral
koral tersingkap berupa undak dan tersebar di sekitar bagian utara dan timur
oleh ortoklas, plagioklas, biotit, kuarsa dan piroksen; yang tertanam dalam
massa dasar. Mineral ubahan yang hadir terdiri atas klorit dan oksida besi
poikilitik; tersusun oleh kuarsa, plagioklas, ortoklas, amfibol dan bijih yang
tertanam dalam massa dasar Kristal halus feldspar dan kaca gunung api.
kesebandingan dengan batuan gunung api di Kep. Sula ( Surono, drr., 1985)
diduga berumur Permo-Trias. Batuan gunung api ini di jumpai hanya berupa
tersusun oleh mineral olivine dan piroksen yang sebagian telah terubah
menjadi serpentin.
dengan bentuk tidak sempurna, sangat kasar; tersusun oleh olivine dan
(klino) dan olivine. Serpentin hadir dalam batuan ini berupa hasil ubahan
(labradorit) dan piroksen dengan sedikit olivin dan bijih. Mineral ubahan
yang dijumpai berupa serisit, mineral lempung. Batuan ini dijumpai berupa
dan tidak berlapis. Dijumpai hanya berupa bongkahan besar yang berukuran
Wawonii.
timur dan tenggara Sulawesi, batuan ultramafik ini di duga berumur Kapur
dan kekar. Sesar beruapa sesar geser dan sesar normal. Sesar geser yang dijumpai
merupakan sesar utama di daerah ini, dan di duga merupakan kelanjutan dari sesar
geser lasolo (Lawanopo fault) di Lembar Kendari. Sesar ini merupakan sesar geser
mengiri, diduga masih aktif hingga sekarang dan merupakan batas pemisah dari
Sesar normal adalah sesar ikutan tingkat pertama dan sekalanjutnya selama
sesar geser aktif. Sesar ini berkembang dalam batuan mesozoik dan tersier.
Struktur lipatan yang terdapat di daerah ini berupa lipatan lemah dan lipatan
tertutup. Lipatan lemah mempunyai kemiringan lapisan kurang dari 300 , dan
berkembang dalam batuan sedimen berumur Miosen Tengah-Pliosen, yaitu dalam
mempunyai kemiringan lapisan lebih dari 500 hingga lapisan yang telah mengalami
pembalikan. Lipataan ini umumnya membentuk lipatan rebah, dan hanya dijumpai
dalam batuan sedimen Mesozoikum dari Formasi Meluhu. Kekar dijumpai dalam
semua jenis batuan berumur Mesozoikum kekar lebih berkembang dari yang dijumpai
dalam batuan Tersier. Arah kekar pada umumnya memotong secara tegak dan
diagonal lapisan. Dalam Kompleks batuan ultrmafik dan mafik, kekar umumnya
Tektonik yang dapat diamati di daerah ini mulai dari Paleozoikum sampai
Mesozoikum. Tektonik tersebut dapat ditafsirkan dari sifat litologi dan struktur
batuan dalam kompleks ultramafik, Formasi Meluhu dan batuan gunung api Kep.
Langkesi.
Kep. Langkesi dan bagian barat P. Wawonii diduga merupakan bagian dari
dibagian timur P. Wawonii yang bercirikan batuan ofiolit dan sedimen pelagic
terkekarkan lagi. Akibat pertumbukan kedua lempeng itu terjadi sesar geser Lasolo
yang terdapt di P. Wawonii. Di samping itu terjadi pula sesar-sesar bongkah yang
yang membentuk Formasi Lampeapi di daerah lempeng yang telah terbentuk, disusul
tersebut menunjukkan adanya siklus genang laut dari Miosen Tengah sampai Pliosen.
Batuan yang berumur Miosen Tengah sampai Pliosen terlipat lemah. Sedangkan
batuan Pra-Tersier terlipat lagi dengan sudut kemiringan bertambah besar bahkan
batuan yang lebih tua. Adanya undak-undak pada batugamping koral menunjukkan
bahwa pengangkatan terjadi terus pada Zaman Kuarter. Demikian pula halnya dengan
SUMBERDAYA MINERAL
nikel, Batubara, Pasir kaursa, Batugamping, batuan beku, pasir dan kerikil.
Nikel umumnya terdapat dalam endapan laterit berasal dari cakupan baatuan
ultramafik dan mafik. Bijih nikel tersebut biasannya berasosiasi dengan bijih besi
batulempung dari Formasi Lampeapi bagian atas. Batubara ini tersingkap di S. Kekea
Pasir kuarsa yang mempunya ketebalan mencapai 2,5 m dan luas mencapai 40
hektar terhampar di sekitar Maura S. Wungkolo pada daerah daratan rendah dan
perbukitan rendah. Pasir Kuarsa tersebut merupakan pasir lepas dan telah diteliti oleh
petugas dari Kanwil Pertambangan dan Energi Ujungpandang pada tahun 1982.
Tukangbesi umumnya dimanfaatkan oleh penduduk untuk lahan baku bangunan serta
Batuan beku yang berasal dari batuan ultramafik dan mafik umumnya hanya
digunakan sebagai pengeras jalan dan pondai bangunan. Batuan beku tersebut
km dari pantai.
Pasir dan kerikil yang merupakan bahan baku untuk bangunan dan jalan
banyak dijumpai disekitar pantai timur dan selatan P. Wawonii dan Kep. Tukangbesi.
ACUAN
Brouwer, H.A., 1930, The major tectonic feature of Celebes, Proc. Kon. Akad. H.
Hetzel, W.H., 1930, Over de geologic der Tukangbesi eilanden, arsip Pusat Jawatan
Geologi, Bandung.
Hetzel, W.H., 1930, de geologic van het eilandn Wawonii, arsip Pusat Jawatan
Geologi, Bandung.
Rusmana, E., D. Sukarna dan E. Haryono, 1985, Geologi Lembar Kendari, Sulawesi,
Sikumbang, N. dan P. Sanyoto, 1981, Geologi Lembar Buton dan Muna, Laporan
terbuka, P3G.
Smith, R.B., 1983, Sedimentology and Tectonics of Miocene Colision Complex and
Sukamto, R., 1975, The structure of Sulawesi in the light of plate Tectonics, Proc.
Surono dan D. Sukarna, 1985, Geologi Lembar Sanana, Maluku, Skala 1 : 250.000.