Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DI

RUANG 22 RSSA MALANG DENGAN KASUS TOTAL BOWEL

OBSTRUKSI

OLEH :

ILMAN TARIKO (0319039)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu
jalannya isi usus (Sabara, 2007).
Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal
isi usus pada traktus intestinal (Price and Wilson, 2007).
2. KLASIFIKASI
Menurut letak sumbatannya maka ileus obstruksi dibagi menjadi dua :
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
Pada obstruksi usus halus dapat di sebabkan oleh perlekatan usus,
hernia, neoplasma, intususepsi (melipatnya bagian suatu alat ke dalam
bagian yang lain), volvulus, benda asing, batu empedu yang masuk ke usus
melalui fistula kolesisenterik, penyakit radang usus (inflammatory bowel
disease), steiktur, fibrokistik dan hematoma.
b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
Kira-kira 15 % obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat
terjadi di setiap bagian kolor terapi paling sering di sigmoid. Penyebabnya
adalah karsinoma, volvulus, kelainan di vertikular, inflamasi, tumor jinak,
impkasi fekal atau pemadatan dan lain-lain.
3. ETIOLOGI
a. Adhesi (perlekatan  usus  halus)  merupakan  penyebab  tersering  ileus 
obstruktif,  sekitar 50-70%  dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh
riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi
intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang
sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.
Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam
masa anak-anak.
b. Hernia  inkarserata  eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, 
atau  parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus
obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal,
kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa
menyebabkan hernia.
c. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi
intralumen,  sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat
menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
d. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap
bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran
limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya
intususepsi.
e. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi
akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
f. Volvulus sering  disebabkan oleh  adhesi  atau  kelainan  kongenital,
seperti  malrotasi  usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi
usus besar.
g. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus
halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
h. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi,
terapi radiasi, atau trauma operasi.
i. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau
penumpukan cairan.
j. Benda asing, seperti bezoar.
k. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau
hernia Littre.
l. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum
distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.
4. TANDA DAN GEJALA
a. Nyeri tekan pada abdomen
b. Muntah
c. Konstipasi (sulit BAB)
d. Distensi abdomen
e. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus
5. PATOFISIOLOGI
Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen,
peritonitis, sepsis dan lain-lain, sedang ileus mekanis disebabkan oleh
perlengketan neoplasma, benda asing, striktur dan lain-lain. Adanya penyebab
tersebut dapat mengakibatkan passage usus terganggu sehingga terjadi
akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus. Adanya akumulasi isi usus dapat
menyebabkan gangguan absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang
mengakibatkan kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan terjadi
penurunan volume cairan ekstraseluler sehingga terjadi syok hipovolemik,
penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, hipotensi dan asidosis
metabolik.
Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus sehingga
timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus juga dapat menekan
kandung kemih sehingga terjadi retensi urine. Distensi juga dapat menekan
diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan menyebabkan sulit bernafas.
Selain itu juga distensi dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, ruptur
dan perforasi sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang
nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan
toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.
Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan
terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltik dapat berbalik
arah dan menyebabkan isi usus terdorong ke mulut, keadaan ini akan
menimbulkan muntah-muntah yang akan mengakibatkan dehidrasi. Muntah-
muntah yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan ion hidrogen dan
kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal ini
merupakan tanda dan gejala alkalosis metabolik.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu : nyeri akut, retensi
urinarius, pola nafas tak efektif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, dan risiko kekurangan volume cairan.
6. KOMPLIKASI
a. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
b. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ
intra abdomen.
c. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat.
d. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
7. PATHWAY

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan sinar x untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau
cairan dalam usus.
b. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah
darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan
volume plasma dan kemungkinan infeksi.
c. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan
diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara
dalam usus halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak
memberi kesimpulan, dilakukan radiogram barium untuk mengetahui
tempat obstruksi
9. TINDAKAN PENANGANAN
a. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan intubasi dan
didekompresi.
c. Memperbaiki peritonitis dan syok (bila ada).
d. Menghilangkan obstruksi untuk memulihkan kontinuitas dan fungsi usus
kembali normal.
e. Pembedahan :
1) Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau
nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.
Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi
memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra
vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit
(natrium, klorida dan kalium).
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung
penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti
hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah
herniotomi.
2) Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat
dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi,
pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan
pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat
memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa
dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab
obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien.
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.
Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomen tegang dan kaku.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P  : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul
atau terus-menerus
R  : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s.d 10
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/ minuman, zat dan obat-
obatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
c. Pemeriksan fisik
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk
Tanda  : Kesulitan ambulasi
2) Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi (tanda syok)
3) Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda  : Perubahan warna urine dan feces
4) Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual/ muntah dan haus terus menerus
Tanda : Muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-
pecah, kulit buruk
5) Nyeri/ kenyamanan
Gejala  : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik
Tanda   : Distensi abdomen dan nyeri tekan
6) Pernapasan
Gejala   : Peningkatan frekuensi pernafasan
Tanda    : Napas pendek dan dangkal
d. Diagnostik Test
1) Pemeriksaan sinar X : akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas
dan cairan dalam usus.
2) Pemeriksaan simtologi
3) Hb dan PCV : meningkat akibat dehidrasi
4) Leukosit : normal atau sedikit meningkat
5) Ureum dan eletrolit : ureum meningkat, Na+ dan Cl-  rendah
6) Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
7) Rontgen abdomen dalam posisi telentang : mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia)
8) Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis : kram
abdomen sekunder terhadap distensi dinding usus).
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan inevarsi
diafragma.
d. Retensi urinarius berhubungan dengan disfungsi neurologis
e. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
3. PERENCANAAN TINDAKAN
No Diagnosa Kep SLKI SIKI
1 Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri
pencedera fisiologis Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi :
(mis : kram abdomen keperawatan selama 3x24  Identifikasi lokasi,
sekunder terhadap jam diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
distensi dinding usus) nyeri menurun dengan frekuensi, kalitas,
d.d kriteria hasil : intensitas nyeri
DS : mengeluh nyeri - Kemampuan  Identifikasi skala nyeri
DO : menuntaskan aktivitas  Identifikasi nyeri non
 Tampak meringis meningkat verbal
 Bersikap protektif - Keluhan nyeri menurun  Identifikasi faktor yang
(misal : posisi - Meringis menurun memperberat dan
meghindari nyeri) - Sikap protektif menurun memperingan nyeri
 Gelisah - Gelisah menurun  Monitor keberhasilan
 Frekuensi nadi - Kesulitasn tidur terapi komplementer
meningkat menurun yang sudah diberikan
 Sulit tidur - Menarik diri menurun  Monitor efek samping
- Anoreksia menurun
 Tekanan darah penggunaan analgetik
- Uterus terasa membulat 2. Terapeutik
meningkat
menurun
 Pola napas berubah  Berikan teknik
- Ketegangan otot
 Nafsu makan nonfarmakologi untuk
menurun
berubah mengurangi rasa nyeri
- Muntah menurun
 Proses berpikir  Kontrol lingkungan
- Mual menurun
terganggu yang memperberat rasa
- Frekuensi nadi membaik
 Menarik diri nyeri
- Pola napas membaik
No Diagnosa Kep SLKI SIKI
- Tekanan darah membaik  Fasilitasi istirahat dan
- Proses berpikir membaik tidur
- Fungsi berkemih 3. Edukasi
membaik  Jelaskan penyebab,
- Nafsu makan membaik periode, dan pemicu
- Pola tidur membaik nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangir rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Price and Wilson. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Edisi  6, Volume1. Jakarta: EGC
Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk
Diakses pada tanggal 3 Februari 2016, pukul 16.25 WIB
PPNI. (2019). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: DPS
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: DPS
PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: DPS

Anda mungkin juga menyukai